!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Tuesday, September 3, 2013

Jumlah pengungsi Suriah melampaui angka dua juta orang,


Jumlah pengungsi Suriah melampaui angka dua juta orang,

Jumlah pengungsi Suriah melampaui angka dua juta orang, kata badan Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan pengungsi UNHCR pada Selasa, dengan memperingatkan bahwa dunia menghadapi ancaman terbesar terhadap perdamaian sejak perang Vietnam.

Dalam pernyataannya, UNHCR mengatakan terjadi kenaikan jumlah pengungsi hampir sepuluh kali lipat dalam 12 bulan belakangan. Pengungsi melintasi perbatasan Suriah menuju Turki, Irak, Yordania dan Libanon.

Tiap hari rata-rata hampir 5.000 pria, wanita dan anak-anak mengungsi ke negara tetangga Suriah itu. Jumlah mereka yang tinggal di luar negeri di atas dua juta orang.

Jumlah itu merupakan sekitar 10 persen dari populasi Suriah, kata UNHCR. Sekitar 4,25 juta orang diperkirakan telah mencari tempat-tempat yang relatif aman di dalam negeri. Angka tersebut hampir mendekati sepertiga dari seluruh orang Suriah yang mengungsi ke luar negeri.

Jika dibandingkan dengan angka pengungsi Afghanistan pada saat puncak kemalut di negara itu dua dasawarsa lalu, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Antonio Guterres mengatakan,"Suriah telah menjadi tragedi besar abad ini -- bencana kemanusiaan yang tak ada bandingan dalam sejarah mutakhir."

Berbicara tentang percepatan dalam krisis itu, dia berkata,"Apa yang menggemparkan ialah satu juta pertama pengungsi meninggalkan Suriah dalam dua tahun. Satu juta kedua pengi dalam enam bulan terakhir."

Dalam jumpa pers di Jenewa, Guterres mencatat bahwa sebanyak enam juta orang mencari tempat perlindungan di dalam negeri akibat perang.

"Pada saat khusus ini, inilah jumlah tertinggi orang mencari perlindungan di dunia. Dan jika orang melihat pada puncak krisis di Afghanistan, kita punya jumlah orang yang mencari perlindungan yang sangat serupa."

Guterres, mantan perdana menteri Portugis, mengatakan krisis yang terjadi di Suriah telah mengancam perdamaian dan keamanan dunia. "Saya yakin, tidak lebih kecil daripada apa yang kita telah saksikan dalam krisis-krisis lain yang kita catat sejak perang Vietnam.

Pemberontakan di Suriah melawan pemerintahan keluarga Presiden Bashar al-Assad selama empat dekade telah berubah menjadi perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dan menimbulkan pengungsian besar-besaran itu.

Hal itu menimbulkan beban yang sulit ditanggung oleh negara tuan rumah yang menampung para pengungsi.

Pada akhir Agustus sekitar 716.000 pengungsi Suriah tercatat dalam proses di Lebanon, 515.000 di Jordania, 460.000 di Turki, 168.000 di Irak dan 110.000 di Mesir.

"Gelombang manusia yang menderita akibat konflik mempunyai dampak buruk lainnya," kata aktris yang menjadi duta UNHCR untuk Suriah, Angelina Jolie.

"Keadaannya terus memburuk, jumlah pengungsi bertambah dan beberapa negara tetangga bisa terseret jatuh," kata Jolie, memperingatkan bahwa "dunia menghadapi resiko cukup merasa puas mengenai bencana kemanusiaan Suriah," demikian Reuters.

Sebuah studi yang dipublikasikan harian Al Watan pada Selasa menyebutkan jika perang di Suriah berhenti dan rekonstruksi dimulai saat ini maka dibutuhkan sekitar 73 miliar dolar AS untuk memulihkan kondisi negara tersebut.

Mengutip ahli properti Suriah Ammar Yussef, dalam laporan itu, pertempuran dan sabotase infrastruktur selama konflik sebagian atau seluruhnya menghancurkan 1,5 juta tempat tinggal.

Koran, yang dekat dengan Presiden Bashar al-Assad, menambahkan bahwa rekonstruksi jika dimulai sekarang akan membutuhkan 10.000 bangunan, 15.000 truk, 10.000 pencampur semen dan sekitar enam juta pekerja.

Berdasarkan pernyataan Yussef, pekerjaan itu akan menghabiskan dana sekitar 73 miliar dolar.

Berdasarkan data Obesevator Suriah untuk Hak Asasi Manusia, lebih dari 110.000 orang tewas sejak konflik Suriah muncul pada Maret 2011, termasuk lebih dari 40.100 warga sipil.

Percikan kekerasan kronis, ratusan tewas dalam dugaan serangan gas pada 21 Agustus yang mengejutkan dunia dan disalahkan beberapa negara Barat serta negara Arab pada rezim Bashar. Klaim itu disangkal Damaskus.

Amerika Serikat dan Prancis mempertimbangkan melakukan aksi militer di Suriah setelah terjadi dugaan serangan gas, demikian AFP.

Dewan Migrasi Swedia pada Selasa memutuskan semua pengungsi Suriah yang datang ke Swedia dapat menjadi warga tetap akibat situasi yang memburuk di negeri mereka.

"Konflik, jika tak mau disebut terlalu keras, telah bertambah parah. Kami percaya itu takkan berakhir dalam waktu dekat, jadi kami telah membuat perubahan konvensional," kata Anders Danielsson, Direktur Jenderal Dewan Migrasi, yang dikutip oleh harian Swedia, Dagen Nyheter.

"Menurut hukum internasional, mereka mesti memiliki izin tinggal tetap dan itu lah keputusan yang telah kami buat," kata Danielsson.

Keputusan tersebut berarti sebanyak 8.000 orang Suriah yang memiliki izin tinggal sementara di Swedia dapat tinggal selamanya dan juga membawa keluarga mereka ke Swedia, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam.

Swedia telah menjadi negara pertama di Uni Eropa (UE) yang memberi izin tinggal tetap kepada pengungsi Suriah, kata media setempat.

Satu tahun lalu, Swedia memberi pengungsi Suriah izin tinggal selama tiga tahun. Namun, karena Swedia tak memiliki misi diplomatik di Suriah, keluarga pengungsi itu harus pergi ke negara tetangga sedangkan sebanyak 1.600 pengungsi Suriah telah mengajukan permohonan untuk membawa keluarga mereka ke Swedia, tambah laporan tersebut.

Jumlah pengungsi yang akan ditawarkan perlindungan di Swedia diputuskan setiap tahun oleh Pemerintah Swedia, yang telah memberi Dewan Migrasi Swedia tugas untuk membuat keputusan mengenai pemukiman dan izin tinggal permanen.

 Pemimpin Suriah Bashar al-Assad Senin memperingatkan bahwa serangan militer Barat akan berisiko memicu "perang regional" dalam "Tong mesiu" Timur Tengah, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Prancis Le Figaro.

Dia juga mengatakan Prancis akan menghadapi "reaksi" jika pihaknya mengambil bagian dalam rencana aksi militer dipimpin Amerika Serikat dalam merespon dugaan serangan senjata kimia oleh rezim Bashar bulan lalu, lapor AFP.

"Timur Tengah adalah tong mesiu, dan sumbu semakin pendek," kata Bashar kepada koresponden surat kabar itu di Damaskus, dalam sebuah wawancara langka dengan media Barat.

"Kita tidak bisa hanya bicara tentang respon Suriah, tetapi apa yang bisa terjadi setelah serangan pertama. Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi," kata Bashar.

"Semua orang akan kehilangan kendali atas situasi setelah tong bubuk mesiu meledak. Kekacauan dan ekstremisme akan menyebar. Ada risiko perang regional."

Bashar juga mengatakan Prancis, yang mengatakan pihaknya siap untuk mendukung Washington dalam ancaman serangan militer untuk menanggapi dugaan serangan senjata kimia 21 Agustus, harus mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan tersebut.

"Siapa pun yang bekerja melawan kepentingan Suriah dan warganya adalah musuh. Orang-orang Prancis bukan musuh kita, tetapi kebijakan negara mereka bermusuhan terhadap orang-orang Suriah," katanya.

"Sejauh kebijakan negara Prancis bermusuhan dengan rakyat Suriah, negara akan menjadi musuhnya ... Akan ada dampak, yang negatif, tentu saja, pada kepentingan Prancis."
Jumlah pengungsi Suriah melampaui angka dua juta orang, kata badan Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan pengungsi UNHCR pada Selasa, dengan memperingatkan bahwa dunia menghadapi ancaman terbesar terhadap perdamaian sejak perang Vietnam.

Dalam pernyataannya, UNHCR mengatakan terjadi kenaikan jumlah pengungsi hampir sepuluh kali lipat dalam 12 bulan belakangan. Pengungsi melintasi perbatasan Suriah menuju Turki, Irak, Yordania dan Libanon.

Tiap hari rata-rata hampir 5.000 pria, wanita dan anak-anak mengungsi ke negara tetangga Suriah itu. Jumlah mereka yang tinggal di luar negeri di atas dua juta orang.

Jumlah itu merupakan sekitar 10 persen dari populasi Suriah, kata UNHCR. Sekitar 4,25 juta orang diperkirakan telah mencari tempat-tempat yang relatif aman di dalam negeri. Angka tersebut hampir mendekati sepertiga dari seluruh orang Suriah yang mengungsi ke luar negeri.

Jika dibandingkan dengan angka pengungsi Afghanistan pada saat puncak kemalut di negara itu dua dasawarsa lalu, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Antonio Guterres mengatakan,"Suriah telah menjadi tragedi besar abad ini -- bencana kemanusiaan yang tak ada bandingan dalam sejarah mutakhir."

Berbicara tentang percepatan dalam krisis itu, dia berkata,"Apa yang menggemparkan ialah satu juta pertama pengungsi meninggalkan Suriah dalam dua tahun. Satu juta kedua pengi dalam enam bulan terakhir."

Dalam jumpa pers di Jenewa, Guterres mencatat bahwa sebanyak enam juta orang mencari tempat perlindungan di dalam negeri akibat perang.

"Pada saat khusus ini, inilah jumlah tertinggi orang mencari perlindungan di dunia. Dan jika orang melihat pada puncak krisis di Afghanistan, kita punya jumlah orang yang mencari perlindungan yang sangat serupa."

Guterres, mantan perdana menteri Portugis, mengatakan krisis yang terjadi di Suriah telah mengancam perdamaian dan keamanan dunia. "Saya yakin, tidak lebih kecil daripada apa yang kita telah saksikan dalam krisis-krisis lain yang kita catat sejak perang Vietnam.

Pemberontakan di Suriah melawan pemerintahan keluarga Presiden Bashar al-Assad selama empat dekade telah berubah menjadi perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dan menimbulkan pengungsian besar-besaran itu.

Hal itu menimbulkan beban yang sulit ditanggung oleh negara tuan rumah yang menampung para pengungsi.

Pada akhir Agustus sekitar 716.000 pengungsi Suriah tercatat dalam proses di Lebanon, 515.000 di Jordania, 460.000 di Turki, 168.000 di Irak dan 110.000 di Mesir.

"Gelombang manusia yang menderita akibat konflik mempunyai dampak buruk lainnya," kata aktris yang menjadi duta UNHCR untuk Suriah, Angelina Jolie.

"Keadaannya terus memburuk, jumlah pengungsi bertambah dan beberapa negara tetangga bisa terseret jatuh," kata Jolie, memperingatkan bahwa "dunia menghadapi resiko cukup merasa puas mengenai bencana kemanusiaan Suriah," demikian Reuters.

Sebuah studi yang dipublikasikan harian Al Watan pada Selasa menyebutkan jika perang di Suriah berhenti dan rekonstruksi dimulai saat ini maka dibutuhkan sekitar 73 miliar dolar AS untuk memulihkan kondisi negara tersebut.

Mengutip ahli properti Suriah Ammar Yussef, dalam laporan itu, pertempuran dan sabotase infrastruktur selama konflik sebagian atau seluruhnya menghancurkan 1,5 juta tempat tinggal.

Koran, yang dekat dengan Presiden Bashar al-Assad, menambahkan bahwa rekonstruksi jika dimulai sekarang akan membutuhkan 10.000 bangunan, 15.000 truk, 10.000 pencampur semen dan sekitar enam juta pekerja.

Berdasarkan pernyataan Yussef, pekerjaan itu akan menghabiskan dana sekitar 73 miliar dolar.

Berdasarkan data Obesevator Suriah untuk Hak Asasi Manusia, lebih dari 110.000 orang tewas sejak konflik Suriah muncul pada Maret 2011, termasuk lebih dari 40.100 warga sipil.

Percikan kekerasan kronis, ratusan tewas dalam dugaan serangan gas pada 21 Agustus yang mengejutkan dunia dan disalahkan beberapa negara Barat serta negara Arab pada rezim Bashar. Klaim itu disangkal Damaskus.

Amerika Serikat dan Prancis mempertimbangkan melakukan aksi militer di Suriah setelah terjadi dugaan serangan gas, demikian AFP.

Dewan Migrasi Swedia pada Selasa memutuskan semua pengungsi Suriah yang datang ke Swedia dapat menjadi warga tetap akibat situasi yang memburuk di negeri mereka.

"Konflik, jika tak mau disebut terlalu keras, telah bertambah parah. Kami percaya itu takkan berakhir dalam waktu dekat, jadi kami telah membuat perubahan konvensional," kata Anders Danielsson, Direktur Jenderal Dewan Migrasi, yang dikutip oleh harian Swedia, Dagen Nyheter.

"Menurut hukum internasional, mereka mesti memiliki izin tinggal tetap dan itu lah keputusan yang telah kami buat," kata Danielsson.

Keputusan tersebut berarti sebanyak 8.000 orang Suriah yang memiliki izin tinggal sementara di Swedia dapat tinggal selamanya dan juga membawa keluarga mereka ke Swedia, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam.

Swedia telah menjadi negara pertama di Uni Eropa (UE) yang memberi izin tinggal tetap kepada pengungsi Suriah, kata media setempat.

Satu tahun lalu, Swedia memberi pengungsi Suriah izin tinggal selama tiga tahun. Namun, karena Swedia tak memiliki misi diplomatik di Suriah, keluarga pengungsi itu harus pergi ke negara tetangga sedangkan sebanyak 1.600 pengungsi Suriah telah mengajukan permohonan untuk membawa keluarga mereka ke Swedia, tambah laporan tersebut.

Jumlah pengungsi yang akan ditawarkan perlindungan di Swedia diputuskan setiap tahun oleh Pemerintah Swedia, yang telah memberi Dewan Migrasi Swedia tugas untuk membuat keputusan mengenai pemukiman dan izin tinggal permanen.

 Pemimpin Suriah Bashar al-Assad Senin memperingatkan bahwa serangan militer Barat akan berisiko memicu "perang regional" dalam "Tong mesiu" Timur Tengah, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Prancis Le Figaro.

Dia juga mengatakan Prancis akan menghadapi "reaksi" jika pihaknya mengambil bagian dalam rencana aksi militer dipimpin Amerika Serikat dalam merespon dugaan serangan senjata kimia oleh rezim Bashar bulan lalu, lapor AFP.

"Timur Tengah adalah tong mesiu, dan sumbu semakin pendek," kata Bashar kepada koresponden surat kabar itu di Damaskus, dalam sebuah wawancara langka dengan media Barat.

"Kita tidak bisa hanya bicara tentang respon Suriah, tetapi apa yang bisa terjadi setelah serangan pertama. Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi," kata Bashar.

"Semua orang akan kehilangan kendali atas situasi setelah tong bubuk mesiu meledak. Kekacauan dan ekstremisme akan menyebar. Ada risiko perang regional."

Bashar juga mengatakan Prancis, yang mengatakan pihaknya siap untuk mendukung Washington dalam ancaman serangan militer untuk menanggapi dugaan serangan senjata kimia 21 Agustus, harus mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan tersebut.

"Siapa pun yang bekerja melawan kepentingan Suriah dan warganya adalah musuh. Orang-orang Prancis bukan musuh kita, tetapi kebijakan negara mereka bermusuhan terhadap orang-orang Suriah," katanya.

"Sejauh kebijakan negara Prancis bermusuhan dengan rakyat Suriah, negara akan menjadi musuhnya ... Akan ada dampak, yang negatif, tentu saja, pada kepentingan Prancis."

No comments:

Post a Comment