Pimpinan Al-Qaeda |
Pemerintah AS dan Yaman saat ini tengah melakukan banyak langkah antisipasi demi meminimalisasikan realisasi ancaman Al Qaeda Yaman dan Semenanjung Arab (AQAP). Kelompok ini, dalam laman Jihad Islam pada Minggu (11/8/2013) malam, mengeluarkan pernyataan pembebasan para anggotanya dari penjara-penjara di kawasan Timur Tengah dan Afrika.
"Kami membawa kabar baik kalau kami mengirimkan orang-orang untuk membebaskan saudara dari penjara-penjara. Kami akan membebaskan saudara dari Yaman dan Arab Saudi. Pembebasan itu akan segera terlaksana," pesan Pemimpin Tertinggi AQAP Abu Baseer Nasser Al-Wuhayshi dalam pernyataannya.
AQAP merilis pernyataannya itu berbarengan dengan peningkatan serangan udara pesawat nirawak AS ke Yaman. AS memang mengincar seluruh jaringan Al Qaeda di Yaman, khususnya. Washington menganggap kalau AQAP adalah teroris paling berbahaya di Timur Tengah.
Merger
Catatan AS menunjukkan ada lebih dari 34 tersangka militan Al Qaeda yang tewas oleh serangan pesawat nirawak di berbagai wilayah di Yaman itu dalam kurun waktu dua minggu ini.
AQAP didirikan pada Januari 2009. Organisasi ini adalah hasil merger Al Qaeda wilayah Yaman dan Arab Saudi.
Pemimpin AQAP Al-Wuhayshi pada Juli 2011 kembali menegaskan kalau organisasinya beraliansi dengan kepemimpinan Ayman al-Zawahiri, petinggi terpenting di jaringan Al Qaeda internasional. Ayman meneruskan kepemimpinan mendiang Osama bin Laden yang tewas pada 2011.
Sejatinya, Al-Wuhayshi adalah sekretaris pribadi Bin Laden pada masa 1990-an. Ia pindah dari Afganistan ke Iran pada 2002. Di Iran, dia ditangkap dan dipulangkan ke negara asalnya, Yaman.
Di Yaman, Al-Wuhayshi dijebloskan ke penjara Sanaa sampai dirinya kabur bersama 22 narapidana lainnya pada Februari 2006. Pelarian Al-Wahayshi terbilang dramatis lantaran dia melalui lorong sepanjang 44 meter.
Pemerintah AS, sebelumnya mengatakan pernah menyadap pembicaraan antara Al-Wuhayshi dan Al-Zawahiri yang berisi perintah agar AQAP menyerang kantor-kantor kedutaan besar AS. Lantaran hal itu, AS terpaksa menutup 19 kantor kedubes di Timur Tengah dan Afrika.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada Jumat (9/8/2013), sebagaimana warta AP, akan membuka kembali kedubes-kedubesnya itu pada 18 Agustus 2013. "Kedubes AS di Yaman tetap ditutup sementara waktu karena kondisi keamanan yang belum memungkinkan," kata pernyataan departemen itu.
Pemerintah Yaman menyiagakan aparatnya di sekitar kantor kedubes AS, dan Inggris khususnya, serta kedubes negara Barat lainnya sebagai respons ancaman AQAP. Sejauh ini AS dan Inggris sudah memulangkan staf kedubesnya dari Sanaa.
Lebih dari 40 tentara Yaman tewas dalam pertempuran sengit dengan gerilyawan Al Qaeda di provinsi selatan Abyan, kata seorang pejabat keamanan, Senin (7/5/2012).
"Al Qaeda menyita semua senjata tiga batalyon dari Brigade Infanteri ke-115 di Zinzibar, pinggiran ibu kota provinsi Abyan, dan di kota pantai terdekat Dovas setelah menewaskan lebih dari 40 tentara dan melukai puluhan orang lainnya," kata pejabat itu di kota pelabuhan terdekat, Aden, kepada Xinhua.
"Sejumlah besar tentara dijadikan sandera oleh Al Qaeda," katanya, tanpa menyebut nama.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah satu pesawat tak berawak Amerika Serikat menewaskan Fahd al-Quso, pemimpin Al Qaeda, di Semenanjung Arab (AQAP) yang dicari secara global.
Al-Quso dipenjarakan di Yaman pada tahun 2002 atas keterlibatannya dalam pemboman kapal perang Amerika Serikat USS Cole di Pelabuhan Aden, yang menewaskan 17 pelaut Amerika.
Menurut The New York Times, salah satu dari 10 gerilyawan yang paling dicari FBI tewas di Yaman pada Minggu malam.
Fahd Muhammad Ahmed Al-Quso tewas dalam serangan udara di Provinsi Shabwa, satu daerah suku yang dikendalikan oleh gerilyawan, kata pihak berwenang Yaman.
FBI mengaitkan Al-Quso dengan pemboman tahun 2000 terhadap kapal perusak Angkatan Laut Amerika Serikat USS Cole, yang menyebabkan 17 orang tewas.
Departemen Luar Negeri telah menawarkan hadiah sebesar lima juta dollar AS untuk informasi yang mengarah pada penangkapan atau penghukumannya.
Seorang juru bicara kelompok Al Qaeda di Yaman selatan mengonfirmasi kematian Al-Quso dan mengatakan bahwa serangan udara itu dilakukan oleh pesawat tak berawak Amerika Serikat.
Para pejabat Amerika Serikat mengatakan, mereka membutuhkan beberapa hari untuk mengonfirmasi informasi tentang serangan udara dan kemungkinan korbannya itu.
Amerika Serikat telah menggagalkan rencana sayap Al Qaeda di Yaman untuk meledakkan sebuah pesawat dan telah menemukan perangkat peledaknya. Pemjelasan itu disampaikan oleh seorang pejabat kontraterorisme AS di Washington, Senin petang , atau Selasa pagi WIB.
Bom yang hendak digunakan itu adalah bom bukan logam, untuk mengindari deteksi petugas di bandara. "Perangkat itu untuk digunakan oleh seorang pelaku bom bunuh diri di sebuah pesawat," kata pejabat itu kepada Agence France-Presse, sambil mengatakan bom gagal itu hendak dipakai pada April lalu.
Rencana Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) itu ditemukan pada tahap awal, dam menunjukkan "kisah sukses" AS bekerja sama dengan sekutu, kata pejabat itu. Belum diketahui pesawat atau maskai mana yang menjadi target.
Bom tersebut memiliki "perbedaan penting" dengan peledak yang digunakan AQAP dalam usaha yang gagal untuk meledakkan pesawat tujuan AS pada Hari Natal tahun 2009, kata pejabat itu.
Menurut dia, bom terbaru itu adalah "perangkat non-logam,". Itu mungkin untuk menghindari deteksi oleh keamanan bandara. "Ini menunjukkan AQAP melakukan adaptasi metodologi, taktik dan sebagainya," kata pejabat itu.
AQAP telah dikaitkan dengan rencana bom Natal 2009 di mana bom di pakaian pelaku gagal meledak di pesawat menuju Detroit.
Sayap Al Qaeda Yaman juga pada tahun 2010 berupaya meledakkan pesawat kargo menuju ke Amerika Serikat dengan bahan peledak yang tersembunyi di cartridge printer, tetapi gagal karena kasus ini terungkap.
Pemerintah AS masih belum mengonfirmasikan tewasnya tokoh puncak Al Qaeda wilayah Yaman, Fahd al-Quso, oleh serangan peluru kendali dari pesawat tempur tak berawak mereka (drone).
Akan tetapi sebuah pesan teks dari pihak yang mengklaim diri sebagai media Al Qaeda mengonfirmasi kabar tewasnya al-Quso dalam serangan itu. Sepak terjang al-Quso terbilang panjang.
Dia pernah dipenjara lebih dari lima tahun lantaran perannya dalam penyerangan kapal perang AS, USS Cole, tahun 2000 lalu. Dia bebas tahun 2007 setelah pada tahun 2003 sempat kabur dari penjara Yaman namun kembali lagi untuk menuntaskan sisa masa hukumannya.
Pada Desember 2010 al-Quso dinyatakan sebagai teroris global oleh Kementerian Luar Negeri AS, yang sekaligus juga menunjukkan semakin pentingnya peranan al-Quso di Al Qaeda cabang Yaman.
Pemerintah Yaman pada tahun 2009 pernah menyatakan al-Quso tewas dalam sebuah serangan di wilayah Rafd bersama tokoh Al Qaeda lain, al-Awlaki. Belakangan diketahui keduanya berhasil selamat.
Al-Quso diketahui juga pernah bertemu dan mendapat mandat langsung dari pendiri Al Qaeda, Osama bin Laden, yang memintanya "melenyapkan" para pendosa dari Semenanjung Arab.
Pemerintah AS masih belum mengonfirmasikan tewasnya tokoh puncak Al Qaeda wilayah Yaman, Fahd al-Quso, oleh serangan peluru kendali dari pesawat tempur tak berawak mereka (drone).
Akan tetapi sebuah pesan teks dari pihak yang mengklaim diri sebagai media Al Qaeda mengonfirmasi kabar tewasnya al-Quso dalam serangan itu. Sepak terjang al-Quso terbilang panjang.
Dia pernah dipenjara lebih dari lima tahun lantaran perannya dalam penyerangan kapal perang AS, USS Cole, tahun 2000 lalu. Dia bebas tahun 2007 setelah pada tahun 2003 sempat kabur dari penjara Yaman namun kembali lagi untuk menuntaskan sisa masa hukumannya.
Pada Desember 2010 al-Quso dinyatakan sebagai teroris global oleh Kementerian Luar Negeri AS, yang sekaligus juga menunjukkan semakin pentingnya peranan al-Quso di Al Qaeda cabang Yaman.
Pemerintah Yaman pada tahun 2009 pernah menyatakan al-Quso tewas dalam sebuah serangan di wilayah Rafd bersama tokoh Al Qaeda lain, al-Awlaki. Belakangan diketahui keduanya berhasil selamat.
Al-Quso diketahui juga pernah bertemu dan mendapat mandat langsung dari pendiri Al Qaeda, Osama bin Laden, yang memintanya "melenyapkan" para pendosa dari Semenanjung Arab.
Kelompok Al-Qaeda Semenanjug Arab (AQAP) yang berbasis di Yaman, Selasa (12/2/2013), menyerukan jihad atau perang suci untuk menghentikan intervensi militer Perancis di Mali.
"Mendukung umat Muslim di Mali adalah kewajiban bagi Muslim yang mampu baik dengan nyawa maupun harta, sesuai kemampuan masing-masing," kata Komite Syariah AQAP dalam sebuah pernyataan yang diunggah ke internet.
AQAP menyatakan intervensi Perancis melawan Islam di Mali tidak beralasan sama sekali dan tindakan Perancis itu adalah sebuah deklarasi agresi melawan Islam dan umatnya.
AQAP menambahkan kewajiban berjihad semakin tinggi untuk mereka yang tinggal di dekat wilayah konflik, merujuk rakyat negara-negara Afrika Barat yang kini menyokong Perancis.
"Membantu musuh Islam dalam bentuk apapun merupakan bentuk pengingkaran terhadap agama," tambah AQAP.
Perancis meluncurkan operasi militernya sejak 11 Januari lalu atas permintaan pemerintah Mali.
Intervensi Perancis itu terbilang sukses karena dalam waktu kurang dari sebulan pasukan Perancis berhasil memukul mundur pasukan militan Islam yang selama 10 bulan menguasai wilayah utara Mali.
Seorang pria yang mengaku sebagai juru bicara Al Qaeda Afrika Utara (AQIM), Rabu (20/3/2013), kepada kantor berita Mauritania, ANI, mengklaim seorang sandera Perancis di Mali sudah dieksekusi.
Orang yang mengaku bernama Al Qairawani itu mengatakan bahwa mata-mata Perancis, Philippe Verdon, dieksekusi pada 10 Maret sebagai respons atas intervensi Perancis di Mali.
"Presiden Perancis (Francois) Hollande bertanggung jawab atas nyawa sandera Perancis lainnya," kata Al Qairawani.
Verdon diculik pada 24 November 2011 bersama Serge Lazarevic. Berdasarkan keterangan keluarga, kedua orang itu berada di Mali untuk urusan bisnis. Keduanya diculik dari Hotel Hombori, di timur laut Mali.
Pihak keluarga membantah jika Verdon dan Lazarevic adalah tentara bayaran atau anggota agen rahasia Perancis.
Pada Agustus 2012, AQIM mengaku sebagai penculik Verdon. AQIM juga merilis video yang menampilkan Verdon. Dalam video itu, Verdon menggambarkan kondisinya yang tidak terlalu baik dalam penyanderaan.
Pada saat Perancis memutuskan intervensi ke Mali, pihak keluarga sudah mulai mengkhawatirkan nasib Verdon dan Lazarevic.
Pada Selasa (19/3/2013), ayah Verdon, Jean-Pierre, mengatakan bahwa keluarga Verdon belum mendengar kabar apa pun dari pemerintah.
"Kami benar-benar dalam kegelapan. Kami tak memperoleh informasi apa pun," kata Jean-Pierre kepada radio RTL.
Saat ini, Pemerintah Perancis tengah berusaha mencari informasi soal nasib Philippe Verdon.
Pemerintah Aljazair melakukan tes DNA untuk memastikan kabar tewasnya seorang tokoh senior Al-Qaeda, Abu Zeid, dalam pertempuran di wilayah utara Mali. Demikian laporan harian El Khabar, Jumat (1/3/2013).
"Aparat keamanan sedang membandingkan DNA yang diambil dari dua kerabat terdekat Abu Zeid dengan contoh DNA dari jasad yang dikirim pasukan Perancis di Mali," ujar harian itu.
Sementara itu, juru bicara pemerintah Perancis Najat Vallaud-Belkacem mengatakan kematian Abdelhamid Abu Zeid, pimpinan Al-Qaeda di kawasan Magribi, masih menunggu konfirmasi.
"Pasukan Perancis terlibat dalam sebuah operasi yang berat. Saya kira kita harus berhati-hati menanggapi berita seperti ini," kata dia kepada stasiun televisi France 2.
Sedangkan seorang sumber yang dekat dengan Presiden Francois Hollande mengatakan yang berhak mengkonfirmasi identitas jasad yang diduga Abu Zeid itu adalah pemerintah Mali.
"Kita berada di wilayah Mali. Dan itu terserah pemerintah Mali untuk mengidentifikasi orang yang menjadi target operasi militer," ujar sumber tersebut.
Pada Kamis (28/2/2013), stasiun televisi Aljazair, Ennahar, mengabarkan bahwa Abu Zeid (46) yang nama aslinya adalah Mohamed Gebir tewas di wilayah utara Mali bersama 40 orang anak buahnya.
Pengadilan Aljazair tahun lalu menyidangkan Abu Zeid secara in absentia dan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup karena terbukti membentuk sebuah kelompok bersenjata yang terkait penculikan turis asing pada 2003.
Lima anggota keluarga Abu Zeid kini menjalani hukuman masing-masing 10 tahun penjara di Aljazair.
Pasukan Perancis membombardir lokasi perlindungan pemberontak Islam, Senin (11/2/2013), di kota terbesar di wilayah utara Mali, Gao. Di kota ini pasukan Perancis dan Mali diserang aksi bom bunuh diri dan serangan gerilya dalam beberapa hari terakhir.
Sejumlah saksi mata mengatakan helikopter Perancis menghancurkan kantor polisi kota Gao dalan sebuah serangan fajar.
Serangan dilakukan setelah para pemberontak Gerakan Kesatuan dan Jihad di Afrika Barat (MUJAO) bersembunyi di kantor polisi itu dan menembaki pasukan Mali, Minggu (10/9/2013).
Seorang saksi mata mengatakan saat helikopter Perancis menyerang, seorang pemberontak kemudian meledakkan dirinya sendiri.
"Sangat mengerikan untuk dilihat, namun kami juga senang. Sebab mereka (pemberontak) dulu menyiksa kami. Mereka tak melakukan apapun selain kehancuran," kata Mahamane Tandia seorang warga Gao.
Ratusan warga kota yang penasaran, berkumpul di lokasi serangan pada pagi hari, di mana reruntuhan gedung, jenazah manusia dan granat yang belum meledak berserakan. Pasukan Perancis kemudian menutup lokasi itu.
Pasukan Perancis dan Mali juga mengevakuasi pasar utama kota Gao, yang terletak di dekat kantor polisi.
"Kami khawatir ada serangan lagi, itulah sebabnya kami pindahkan pasar Gao demi keamanan," kata seorang perwira.
Perancis meluncurkan operasi militer di Mali pada 11 Januari lalu, menjawab permintaan pemeirntah Mali.
Perancis kemudian mengirim pesawat jet, helikopter tempur dan pasukan darat untuk membantu Mali memerangi pemberontak Islam yang menguasai wilayah utara dan dalam proses maju ke wilayah selatan lokasi ibu kota Bamako.
No comments:
Post a Comment