Korban senjata kimia di Suriah |
Pertempuran sengit, Kamis (6/6/2013), masih berlangsung antara pasukan Pemerintah Suriah dan pasukan pemberontak di sepanjang perbatasan dengan Israel.
Pasukan penjaga perdamaian PBB yang bertugas di zona demiliterisasi Golan membenarkan adanya baku tembak di sepanjang garis yang menghentikan baku tembak antara Israel dan Suriah sejak 1967 itu.
Sebelumnya dikabarkan pasukan pemberontak berhasil menguasai pintu perbatasan penting di dekat kota tua Quneitra di dataran tinggi Golan. Kini, pasukan Pemerintah Suriah tengah mencoba merebut kembali posisi strategis itu.
Perkembangan ini membuat Pemerintah Israel semakin khawatir kawasan yang labil itu jatuh ke tangan kelompok-kelompok militan yang ikut bertempur melawan rezim Bashar al-Assad di Suriah.
Israel khawatir, Golan yang mereka kuasai sejak 1967 akan menjadi pintu masuk serangan-serangan militan ke wilayah negeri Yahudi itu dari arah Suriah.
Pada Mei lalu, militer Israel memperingatkan Presiden Assad akan konsekuensi yang dihadapi Suriah jika kembali menyerang wilayah Israel di dekat perbatasan dengan Suriah.
Pemerintah Israel, Kamis (29/8/2013), memerintahkan mobilisasi pasukan cadangan dalam jumlah kecil untuk menghadapi kemungkinan serangan militer Barat ke Suriah.
Selain itu, Israel juga memperkuat sistem pertahanan rudalnya untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Demikian sejumlah sumber Pemerintah Israel dikutip Reuters.
Dalam sebuah rapat kabinet seorang pejabat Israel mengatakan, kemungkinan Suriah akan menyerang negeri Yahudi itu tidak terlalu besar.
"Terkait persiapan keamanan hari ini, sejauh ini tidak ada alasan untuk mengubah situasi normal saat ini. Kami cuma mempersiapkan berbagai skenario," kata PM Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Persiapan yang dimaksud Netanyahu adalah pemanggilan sejumlah kecil pasukan cadangan dan pengerahan sistem pertahanan rudal di wilayah utara negeri itu.
Radio Israel mengatakan, pemerintah sudah menyetujui mobilisasi beberapa ratus prajurit intelijen dan pertahanan udara.
Sementara itu, radio angkatan darat Israel mengabarkan, militer mempersiapkan semua sistem persenjataan yang dimiliki termasuk Iron Dome, rudal jarak menengah Patriot, dan rudal jarak jauh Arrow II.
Sekjen PBB, Ban Ki-moon, Minggu (11/11), mengimbau Israel dan Suriah untuk meredakan ketegangan di wilayah perbatasan yang disengketakan di Dataran Tinggi Golan di tengah peringatan bahwa konflik di Suriah bisa menyebar.
Israel melepaskan sejumlah tembakan peringatan ke wilayah Suriah setelah sebuah mortir dari sisi Suriah menghantam wilayah Israel di Golan, kata para pejabat.
"Sekjen sangat prihatin dengan potensi eskalasi itu," kata Juru Bicara PBB Martin Nesirky. "Dia meminta untuk menahan diri" dan mendesak kedua pihak menegakkan kesepakatan 1974 yang mengatur tetang gencatan senjata dan zona demiliterisasi yang dijaga pasukan PBB.
Suriah dan Israel harus berhenti "menembak apapun" yang melintasi garis gencatan senjata, tambah Ban, yang telah membuat peringatan berulang kali bahwa konflik Suriah yang telah berlangsung 20 bulan bisa meluas menjadi pertempuran dengan sejumlah negara tetangga yaitu Israel, Lebanon dan Turki.
Ban "prihatin" dengan laporan tentang pertempuran antara pasukan Presiden Bashar al-Assad dan pemberontak oposisi di zona demiliterisasi di Golan, kata jurubicara itu. Menurut PBB, tidak ada korban warga sipil atau personel PBB yang dilaporkan.
Para perwira senior di UN Disengagement Observer Force (UNDOF) telah menuntut tentara Suriah untuk menarik diri dari zona itu, kata para pejabat PBB itu.
Perang saudara yang memanas di Suriah akhirnya membuat pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei pun angkat bicara. Sebagaimana warta ISNA pada Rabu (28/8/2013), Khamenei menegaskan kalau AS menyerang Suriah, malapetaka hasilnya!
Khamenei lebih lanjut menjelaskan serangan AS akan memancing reaksi dari negara-negara kawasan Timur Tengah. Bisa jadi, perlawanan terhadap AS lebih meluas.
Dalam pernyataannya sebelum bertemu dengan kabinet Iran itu, Khamenei juga mengatakan kalau Timur Tengah seperti tong mesiu. "Masa depan tak bisa diprediksi di Timur Tengah andai sesuatu terjadi,"katanya mengingatkan.
Angkatan Laut (AL) Rusia menyatakan tidak berpartisipasi dalam rencana evakuasi warga Rusia dari Suriah. Itar-Tass pada Rabu (28/8/2013), juga mengatakan kalau pernyataan AL Rusia itu juga terkait dengan upaya evakuasi warga Negara-Negara Persemakmuran Rusia (CIS).
"Kami sudah mengevakuasi warga melalui laut sejak setahun silam,"kata pernyataan yang dirilis Staf Umum AL Suriah.
Nah, lantaran sudah melaksanakan tugas itulah, AL Rusia punya pertimbangan lain tahun ini. "Sekarang yang tersisa adalah karyawan pendukung AL Rusia di Tartus,"kata institusi itu.
Soal evakuasi para karyawan itu, AL Rusia menyiapkan kapal PM-138. Nantinya, kapal sipil tersebut akan dikawal kapal perang Rusia yang bertugas di Laut Mediterania hingga ke perairan netral menuju Rusia.
Pesawat terbang
Sementara itu, Kementerian Gawat Darurat Rusia mengirimkan lagi sebuah pesawat Ilyusin (Il)-62 untuk membawa warga Rusia dan CIS dari Latakia, Suriah. Perempuan juru bicara kementerian itu, Irina Rossius menginformasikan hal itu kepada media, Rabu.
Kemarin, pemerintah Rusia mengangkut 89 warganya dari Suriah kembali ke Rusia. Dari jumlah itu, 75 di antaranya memiliki paspor Rusia. "Kebanyakan dari warga yang kami evakuasi adalah perempuan dan anak-anak,"kata Rossius.
Menyangkut Suriah, Rusia kembali menegaskan kalau solusi politik adalah hal penting untuk menuntaskan ihwal perang saudara.
No comments:
Post a Comment