!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Sunday, August 11, 2013

Ekonomi Jepang dari utang luar negeri sampai hibah teknologi hemat energi ke Indonesia



Ekonomi Jepang dari utang luar negeri sampai hibah teknologi hemat energi ke Indonesia


Selain jadi negara yang gemar memberi pinjaman ke negara lain, Jepang ternyata juga tengah dibelit oleh besarnya utang, yang pada akhir semester I-2013 telah menembus 1.000 triliun yen.

Menteri Keuangan Jepang dalam pernyataan resminya hari ini, Jumat (9/8/2013), mengungkapkan, total utang negara Jepang pada periode tersebut tepatnya mencapai 1.008,6 triliun yen atau 10,46 triliun dollar AS (sekitar Rp 100.000 triliun). Jumlah tersebut naik 1,7 persen dari 3 bulan sebelumnya.

Jumlah utang sebesar itu akan semakin mendorong pemerintahan PM Shinzo Abe untuk menaikkan pajak guna menekan dampak kenaikan jumlah utang itu. Beban utang Jepang itu masih lebih besar jika dibandingkan dengan gabungan utang pemerintah tiga negara maju lain, yaitu Jerman, Perancis, dan Inggris, yang totalnya 830,5 triliun yen.

Jika pajak dinaikkan, hal itu akan semakin menambah beban masyarakat Jepang, yang saat ini telah menanggung tingginya biaya hidup. Sementara itu, lembaga pemeringkat Moody's Investors Service menyebutkan, membengkaknya utang itu akan menggerus kepercayaan investor terhadap Pemerintah Jepang.

Sementara itu, analis dari Royal Bank of Scotland Group Plc Tokyo, Hanhua Wang, mengungkapkan, menaikkan pajak adalah opsi yang paling dekat untuk bisa diambil Pemerintah Jepang.

Sumbangan konsumsi akan digenjot menjadi 8 persen dari sebelumnya sekitar 5 persen. Porsi itu akan terus dinaikkan menjadi 10 persen pada Oktober 2015. Abe mengungkapkan bahwa dia akan membuat keputusan final setelah dirilisnya data terbaru pertumbuhan ekonomi Jepang pada 9 September yang akan datang.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, tentunya utang Jepang jauh lebih besar. Total utang Indonesia terakhir tercatat sekitar Rp 2.156 triliun.

 Pemerintah meminta produsen mobil Jepang menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk memenuhi pasokan di pasar regional.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyampaikan hal itu saat bertemu dengan Menteri Perekonomian Jepang Akira Amari. Kepada wartawan dia menjelaskan, langkah itu bisa menekan impor komponen otomotif.

"Kita ingin production based mereka bisa di sini, dan saya tekankan tadi bahwa ada koordinasi yang belum berjalan baik," kata Hatta saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (15/7/2013).

Hatta menambahkan koordinasi tersebut terkait Japan Indonesia Partnership Agreement, khususnya dalam hal Manufacturing Industry Development Economic Cooperation (MIDEC). Artinya, ada industri manufaktur kecil dan medium yang akan mendukung industri besar di Indonesia.

Harapannya, kegiatan manufaktur perusahaan-perusahaan Indonesia dengan dukungan perusahaan Jepang bisa terbangun. Hatta menjelaskan kunci dari MIDEC ini adalah menghilangkan ketergantungan terhadap komponen impor dalam mendukung industri di tanah air.

"Tadi saya tekankan dan saya minta dalam pertemuan berikutnya, MIDEC ini menjadi salah satu poin penting untuk kita realisasikan," tambahnya.

Di sisi lain, Indonesia juga menawarkan proyek kerjasama pembangunan proyek geothermal di beberapa lokasi di Indonesia, seperti yang sudah ada di Sumatera Utara, Sumatera Selatan hingga Jawa Tengah.

Hatta menyampaikan, investasi Jepang di Jawa Tengah ini memang masih terkendala lahan. Namun pihaknya optimis bisa menyelesaikan masalah tersebut sehingga Jepang segera bisa berinvestasi. Adapun lahan yang disiapkan mencapai 200 ha.

"Jadi sebetulnya relatif tinggal kecil saja untuk menyelesaikan itu. Batasnya kan Oktober sudah harus financial closing. Itu adalah proyek terbesar dalam pembangunan pembangkit listrik 2 x 1.000 MW," jelasnya.

 Organisasi asal Jepang, New Energy and Industrial Technology Development of Japan (Nedo) akan hibahkan Rp 350 miliar dalam bentuk peralatan untuk membantu monitoring penghematan listrik di kawasan industri, Suryacipta yang berada di daerah Karawang, Jawa Barat.

Hari ini, Senin (15/7/2013), Pemerintah Indonesia melalui Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Nedo telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait dengan kegiatan tersebut.

Kerjasama antara Jepang dan Indonesia ini melibatkan beberapa perusahaan Jepang dan Indonesia, di antaranya Sumitomo Corporation, Mitsubishi Electric, PT PLN, dan PT Suryacipta Swadaya.

"Kita juga harus menghemat listrik, caranya dengan kampanye salah satunya. Nedo punya keahlian dibidang menghemat energi," ujar Menteri ESDM, Jero Wacik di Gedung Kementerian ESDM, Senin (15/7/2013).

Percobaan penghematan energi di kawasan Suryacipta dilakukan dengan cara akan dipasangkannya alat untuk memonitor penghematan energi. Selain itu akan dipasangkan teknologi yang membuat pasokan listrik lebih stabil, sehingga akan dapat menghemat energi listrik.

Selain itu di sekitar kawasan tersebut juga akan diterapkan program penghematan listrik, sehingga diharapkan dapat menghemat 15 persen dari energi yang dipakai.

"Di samping menciptakan energi baru, dilakukan penghematan energi dari hilir. Ini sudah dimulai sejak penandatanganan MoU tadi. Selama ini bisa terpakai 2-5 Mega Watt, tapi ini bisa menghemat sebesar 15 persen itu luar biasa," kata Jero.

Dia mengharapkan, jika proyek ini berhasil, maka teknologi penghematan energi ini juga akan dipasangkan di hotel-hotel dan gedung-gedung perkantoran. "Bantuan pemerintah Jepang ini merupakan hibah. Bukan uang, tapi peralatan dan teknologi," tutup Jero.

Bursa saham Tokyo tumbang hingga 3,51 persen pada perdagangan siang hari ini, Rabu (7/8/2013) karena tertekan aksi jual yang dipicu oleh jatuhnya harga saham di Wall Street serta menguatnya nilai tukar yen.

Indeks Nikkei 225 kehilangan 505,58 poin menjadi 13.895,48. Tekanan jual makin kencang pada siang hari ini karena yen menguat," ujar Kenzaburo Suwa, analis Okasan Securities.

Sebelumnya, Wall Street semalam ditutup melemah karena data ekonomi terbaru AS serta komentar dari the Fed yang kemungkinan akan mengurangi stimulus. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,60 persen menjadi 15.518,74, atau penurunan terbesar sejak Juni.

Sementara itu di pasar valas, nilai tukar dollar AS kembali jatuh terhadap yen, di samping sinyal mengenai stimulus dari the Fed yang akan dikurangi dalam beberapa waktu ke depan. Hal itu menandakan bahwa pasokan dollar AS di pasar finansial akan berkurang.

Sementara itu, menguatnya yen disinyalir akan memberatkan eksportir karena produk dari Jepang menjaditidak kompetitif.

No comments:

Post a Comment