.Filipina Berdamai dengan Pemberontak Moro
Filipina membuat gebrakan dengan menandatangani kesepakatan dengan kelompok pemberontak Muslim terbesar di negara itu. Hal ini membuka jalan bagi perdamaian dan potensi ekonomi di kawasan konflik di selatan Filipina.
“Hari ini, kami tidak hanya membuktikan bahwa rakyat dapat kembali bermimpi, tetapi juga mulai meraih impian mereka,” kata Presiden Benigno Aquino III jelang penandatanganan kesepakatan antara badan perdamaian pemerintah dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF), Kamis kemarin. “Saya ingin membangun Bangsamoro yang damai, makmur, dan bersatu bersama kalian.”
Selama 40 tahun, pemberontakan Moro di Filipina menjadi salah satu yang paling mematikan di Asia. Lebih dari 100.000 orang tewas dalam bentrok antara tentara Filipina dengan generasi penerus kelompok separatis Muslim tersebut. Filipina didominasi oleh warga beragama Katolik, namun bagian selatan Mindanao memiliki populasi Muslim yang signifikan.
Perjanjian Komprehensif untuk Bangsamoro (CAB) setebal lima halaman itu mengatur parameter bagi penyusunan undang-undang pembentukan pemerintahan regional di kawasan Filipina selatan. CAB disusun berdasarkan perjanjian sebelumnya, seperti kesepakatan dengan kelompok separatis lain, Front Liberasi Moro Nasional (MNLF) tahun 1996 silam.
“Kami sangat mendoakan terbentuknya sebuah masyarakat yang tidak hanya toleran, tetapi juga menerima kami, masyarakat yang sangat mendukung kesepakatan bersejarah ini,” kata Murad Ebrahim, kepala MILF. “Mari kita semua berdiri sebagai saksi atas berakhirnya kekerasan dan menjaga perdamaian ini.”
Selain mengakhiri konflik, perdamaian juga dapat membuka jalan bagi suntikan pendapatan ekonomi yang dibutuhkan Mindanao. Kawasan ini merupakan rumah bagi perkebunan buah dan karet, tujuan wisata, industri pengalengan tuna, dan pertambangan. Sumber daya alam yang dimiliki Mindanao, seperti emas, tembaga, dan nikel, diperkirakan bernilai lebih dari $300 miliar. Mindanao juga dapat berpartisipasi dalam perdagangan dengan negara tetangga Malaysia dan Indonesia, terutama setelah pasar dan basis produksi tunggal berlaku di kawasan Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) tahun 2015 mendatang.
.
Miriam Coronel-Ferrer, juru runding utama pemerintah, mengatakan perjanjian damai ini dihadapkan pada beberapa tantangan hukum dan politik. Namun menurutnya “ancaman terbesar” adalah pengunduran diri salah satu pihak.
Ancaman lain adalah beberapa kelompok separatis yang tidak terlibat dalam perdamaian. Ini seperti faksi Nur Misuari dari MILF dan beberapa kelompok fundamental seperti Abu Sayyaf. Kelompok Misuari menyerang kota pelabuhan Filipina selatan, Zamboanga, September lalu dan mendudukinya selama beberapa minggu. Insiden itu menewaskan beberapa orang, sebagian besar dari pemberontak, sementara ribuan lainnya mengungsi.
No comments:
Post a Comment