!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, March 28, 2014

Putin-Obama bahas penyelesaian krisis Ukraina-Krimea

Putin-Obama bahas penyelesaian krisis Ukraina-Krimea

Presiden Rusia Vladimir Putin, Jumat (28/3), menelepon Presiden AS Barack Obama untuk membahas usul AS bagi penyelesaian diplomatik untuk krisis di Ukraina, kata Gedung Putih.

Obama menyarankan Rusia memberi jawaban nyata secara tertulis dan kedua pemimpin tersebut sepakat Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan timpalannya dari Rusia Sergei Lavrov akan bertemu untuk membahas langkah selanjutnya, kata Gedung Putih dalam pernyataan mengenai percakapan telepon itu.

Kerry menyampaikan usul Washington lagi kepada Lavrov pada awal pekan ini, ketika mereka bertemu di Den Haag di sisi pertemuan tingkat tinggi di kota Belanda tersebut.

Obama mendesak Putin agar mendukung pembaruan undang-undang dasar dan "menghindari provokasi lebih jauh", termasuk penempatan pasukan di perbatasannya dengan Ukraina, demikian laporan Xinhua.

Pemimpin Amerika tersebut juga menyampaikan dukungan berlanjut AS bagi "jalur diplomatik" melalui konsultasi erat dengan Pemerintah Ukraian dengan tujuan untuk meredakan krisis itu.

Obama "menjelaskan ini tetap mungkin kalau saja Rusia menarik tentaranya dan tidak melakukan tindakan apa pun yang bisa menambah pelanggaran atas kedaulatan dan keutuhan Wilayah Ukraina," kata Gedung Putih.

Ia kembali menyampaikan penentangan kuat Washington terhadap tindakan yang sudah dilakukan oleh Ukraina untuk "melanggar keutuhan wilayah dan kedaulatan Ukraina".

Pada 21 Maret, Putin menandatangani hukum kesepakatan yang secara resmi menjadikan Krimea sebagai bagian dari Wilayah Rusia, lima hari setelah wilayah otonomi di Ukraina tersebut dengan suara mayoritas mendukung penggabungan dengan Rusia dalam satu referendum.

Tindakan berikutnya Rusia adalah keprihatinan utama Barat, meskipun Moskow menyatakan Rusia tak memiliki keinginan untuk memecah Ukraina. Namun Rusia juga berbicara mengenai kemungkinan melindungi penutur Bahasa Rusia di Ukraian Timur dari serangan.

No comments:

Post a Comment