Mesir didesak batalkan vonis mati pendukung Moursi, Sedikitnya empat orang tewas di Mesir
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry kembali mendesak Mesir untuk membatalkan vonis mati terhadap 529 pengikut Ikhwanul Muslimin pendukung presiden terguling Mohamed Moursi.
Desakan Kerry tersebut disampaikan di Amman, Jordania, menjelang bertolak ke Roma, kator berita Mesir, MENA, melaporkan, Kamis.
Menurut Kerry, vonis pengadilan sangat mengejutkan dunia internasional dan belum pernah terjadi sebelumnya.
"Oleh karena itu AS meminta pemerintah transisi Mesir untuk membatalkan pengadilan itu dan menjamin yang jujur bagi para terdakwa," katanya.
Pangedilan Almenia, 283 km selatan Kairo, pada Senin (24/3) memvonis mati 529 pengikut Ikhwanul Muslimin atas dakwaan menyiksa seorang polisi hingga tewas.
Jumlah terdakwa dalam pengadilan itu sebanyak 546 orang, namun 17 orang dibebaskan.
Vonis mati tersebut menimbulkan kecaman dari PBB dan dunia internasional.
AS sebelumnya juga mengancam akan menangguhkan rencana bantuan 1,5 miliar dolar AS kepada Mesir.
Sementara itu, aksi demo pendukung Ikhwanul Muslim terus dilancarkan.
Ikhwanul Muslimin pendukung Moursi menyerukan demo besar pada Jumat (28/3) untuk memprotes pencalonan Marsekal Abdel Fatah Al Sisi dalam pemilihan presiden bulan depan.
Marsekal Al Sisi pada Rabu (26/3) mengajukan pengunduran dirinya dari jabatannya sebagai Panglima Angkatan Bersenjata, merangkap Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dan Produksi Militer
Korban tewas pada Jumat akibat bentrokan di Mesir meningkat menjadi empat orang, termasuk seorang wartawati, dalam aksi unjuk rasa sejuta orang dari Ikhwanul Muslimin pendukung presiden terguling Mohamed Moursi
Demo tersebut untuk memprotes calon presiden mantan Panglima Angkatan Bersenjata Abdel Fatah Al Sisi, aktor utama kudeta pelengseran Presiden Moursi.
Seorang wartawati Mayada Ashraf dari suratkabar Al Dustur tertembak saat meliput aksi unjuk rasa di Ain Shams, Kairo, dan tiga orang lagi tewas, kata Dinas Ambulans.
Belasan orang terluka, termasuk beberapa polisi, kata sumber itu.
Perhimpunan Jurnalis Mesir mengungkapkan, kematian Mayada itu menambah daftar korban dari wartawan Mesir menjadi 10 orang sejak Revolusi yang menumbangkan rezim Hosni Mubarak tiga tahun silam.
Ketegangan politik dan keamanan di Negeri Piramida itu kembali membara setelah Marsekal menyatakan siap bertarung dalam pemilihan presiden.
Ikhwanul Muslimin yang memboikot pemilu itu berikrar akan terus melancarkan aksi unjuk rasa menentang penguasa.
Selain di Kairo, aksi unjuk rasa juga berlangsung di berbagai kota seantero negara itu.
Menteri Dalam Negeri yang juga membawahi kepolisian dan Lembaga Keamanan Nasional berikar akan menumpas teroris bila mengganggu keamanan.
Pemerintah Mesir pada Desember lalu memasukkan Ikhwanul Muslimin dalam daftar sebagai organisasi teroris.
No comments:
Post a Comment