Penyelidik mengungkap sebuah pesan komunikasi yang muncul delapan menit sesudah transmisi lengkap terakhir dari pesawat Malaysia Airlines MH370. Pesan yang disebut “ping parsial” oleh penyelidik itu dapat membantu investigator mencari tahu yang sebenarnya terjadi pada pesawat sebelum berhenti terbang.
Transmisi parsial terakhir dari Boeing 777-200ER itu “berasal dari pesawat untuk alasan yang belum diketahui,” kata Chris McLaughlin, wakil presiden senior perusahaan Inggris bernama Inmarsat PLC, operator satelit yang mendeteksi sinyal itu.
Komunikasi berbentuk “ping” itu merupakan pertukaran data digital antara pesawat dan satelit yang berlangsung otomatis. Menurut Inmarsat, mereka menilai ping parsial itu sebagai “log-in gagal” ke jaringan satelit. Atau, kata McLaughlin, bentuk “upaya sistem [dalam pesawat] untuk mengatur ulang [reset] dirinya sendiri.”
Ada pelbagai kemungkinan penjelasan atas pesan parsial ini. Namun, ia menambahkan bahwa penyelidik sudah mengesampingkan kemungkinan ping parsial ini sebagai interaksi manusia dengan sistem komunikasi satelit.
“Kami tidak menilai [ping parsial] ini melibatkan seseorang yang berupaya menyalakan sistem, lalu berkomunikasi,” katanya.
Ping parsial merupakan petunjuk terbaru dari sederet fakta terkait hilangnya MH370. Rangkaian petunjuk samar-samar itu terus menimbulkan pertanyaan baru bagi penyidik akan apa yang terjadi dengan MH370.
Selasa lalu, otoritas Malaysia merilis suatu pernyataan tentang ping parsial ini. Dalam pernyataan, muncul indikasi Kantor Cabang Investigasi Kecelakaan Udara Inggris menemukan “bukti pertukaran data parsial antara pesawat dan daratan” yang menyusul pesan lengkap terakhir, delapan menit sebelumnya.
Penyelidik menyatakan “transmisi [parsial itu] saat ini belum dipahami, dan proses penyelidikannya sedang berlangsung.” Namun, tak ada rincian lebih lanjut.
Dalam suatu wawancara, McLaughlin menyatakan insinyur Inmarsat dan penyelidik berupaya memahami kondisi yang bisa menyebabkan munculnya pesan tak lengkap itu. Namun, “ini tak berdampak pada perkiraan lokasi akhir pesawat” di selatan Samudra Hindia.
Sesudah pesawat menghilang dari radar, pesawat terkoneksi dengan satelit Inmarsat, nyaris sekali per jam selama enam jam. Dengan menganalisis fitur spesifik pertukaran data digital antara pesawat dan satelit, pejabat Inmarsat sanggup memetakan arah dan rute MH370.
Dalam konferensi pers Selasa silam, Menteri Pertahanan sekaligus Menteri Transportasi Malaysia Hishamuddin Hussein mengungkap “pertukaran data parsial” antara pesawat dan Inmarsat.
Saat pertukaran pesan dijadwalkan kembali terjadi,sekitar satu jam sesudahnya, “pesawat tak lagi sanggup berkomunikasi” dan diduga sudah lenyap.
Dengan menghitung perkiraan kecepatan, konsumsi bahan bakar, dan faktor lainnya dari pesawat, penyelidik berupaya memproyeksi di titik mana MH370 benar-benar menghantam permukaan air.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak Senin kemarin menyatakan bahwa pesawat Malaysia Airlines MH370 yang telah hilang dalam dua pekan ini jatuh di wilayah sebelah selatan Samudera Hindia.
Keluarga penumpang memberikan pelbagai reaksi setelah mendengar kabar itu, mulai dari amarah hingga rasa tak percaya. Sebagian kerabat penumpang mengatakan Malaysia Airlines mengirimi pesan pendek mengenai berita duka tersebut sebelum PM Najib membuka pengumuman resmi.
Tanpa bukti kuat maupun tanda-tanda bangkai pesawat, kebanyakan pihak keluarga merasa tidak kunjung berada di akhir penantian. Mereka mengaku dikecewakan oleh minimnya informasi serta ketidakpastian selama masa menunggu.
Sahril Shaari, sepupu penumpang bernama Muhammad Razahan Zamani, yang bertolak ke Beijing untuk berbulan madu, menyatakan ingin tahu lebih.
“Setelah 17 hari yang panjang, kami tersentak mendengar bahwa [pesawat] itu akhirnya berakhir di perairan,” ujarnya. “Kami sangat bersedih. Namun, kami ingin melihat bangkai pesawat itu, jenazah-jenazah.”
Dengan air muka kelelahan akibat bergadang, Sahril adalah salah seorang anggota keluarga yang telah berhimpun di Everly Hotel, Putrajaya, di luar Kuala Lumpur. Pada Selasa sore, sejumlah orang bereaksi terhadap kabar tersebut dengan perasaan terpukul.
“Air mata saya sudah habis,” ujar Selamat Omar, yang istrinya sesenggukan di sebelahnya. Putra Selamat, Khairul Amri Selamat, adalah teknisi pesawat yang terbang ke Beijing untuk mencari nafkah.
Termasuk di antara 227 penumpang adalah pasangan Malaysia yang akan berbulan madu, sebuah keluarga yang memulai perjalanan pertamanya ke luar negeri, dua kakak-beradik asal Indonesia dalam perjalanan bisnis, dan 18 pelukis serta seniman kaligrafi Cina, bagian dari kelompok besar yang baru saja menggelar pameran di Kuala Lumpur.
Daniel Liau, yang ikut membantu penyelenggaraan pameran, menyebut kabar itu “sangat sulit diterima.”|WSJ/MJF
No comments:
Post a Comment