Korban senjata Kimia di Suriah |
Tentara Oposisi di Suriah |
Kelompok oposisi Suriah, Sabtu (14/9), di Istanbul, Turki, menolak kesepakatan antara Amerika Serikat dan Rusia mengenai senjata kimia Suriah dan menolak untuk mengumumkan gencatan senjata dengan pemerintah.
Salim Idris, Jenderal di Tentara Suriah Bebas, mengeluarkan pernyataan itu dalam taklimat oleh kelompok oposisi Koalisi Nasional Suriah di Istanbul, beberapa menit setelah Amerika Serikat dan Rusia mengumumkan mereka telah menyepakati rencana untuk menghapuskan senjata kimia Suriah pada 2014.
Idris mengatakan kesepakatan tersebut hanya antara Amerika Serikat dan Rusia, dan oposisi Suriah tidak menerimanya, demikian laporan Xinhua. Sebaliknya, kata Idris, mereka akan terus berperang di lapangan melawan pasukan pemerintah.
"Karena rezim sudah mulai menggelar senjata kimia di Lebanon dan Irak, tak mungkin bagi kami untuk menerima penghancuran senjata kimia pada 2014," katanya.
Amerika Serikat dan Rusia pada Sabtu pagi sepakat di Jenewa bahwa Damaskus harus mengakui daftar menyeluruh simpanan senjata kimianya dalam waktu satu pekan, lalu akan diikuti oleh penyerahan dan pemusnahannya pada 2014.
Sementara itu, oposisi Suriah berrencana mengumumkan pemerintah sementara mereka pada Sabtu malam, sebab pertemuan sidang umum mereka masih berlangsung di Istanbul, Turki.
Sekretaris Jenderal NATO Jenderal Anders Fogh Rasmussen, Sabtu (14/9), menyambut baik kesepakatan kerangka kerja AS-Rusia mengenai penghapusan senjata kimia Suriah.
"Ini adalah langkah penting ke arah sasaran menjamin penghapusan cepat, aman dan dapat diabsahkan atas simpanan senjata kimia Suriah. Kepatuhan penuh dan tanpa syarat adalah kuncinya sekarang," kata Rasmussen di dalam satu pernyataan, sebagaimana dilaporkan Xinhua.
Pada Sabtu pagi, Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan timpalannya dari Rusia Sergei Lavrov mencapai kesepakatan mengenai kerangka kerja untuk menjamin dan memusnahkan senjata kimia Suriah paling lambat pertengahan 2014 dan memberlakukan hukuman PBB jika Pemerintah Presiden Bashar al-Assad mematuhinya.
"Masyarakat internasional memiliki tanggung jawab guna memastikan bahwa norma lama dan tindakan terhadap penggunaan senjata kimia dipertahankan, dan para pelanggarnya dinyatakan bertanggung-jawab, kata Rasmussen.
Pemimpin NATO tersebut juga mengatakan kesekatan itu mesti memberi momentum lebih jauh bagi penyelesaian politik guna mengakhiri konflik Suriah.
No comments:
Post a Comment