!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, September 16, 2013

Konvensi Partai Demokrat untuk mencari calon presiden 2014 telah dibuka, Minggu




Konvensi Partai Demokrat untuk mencari calon presiden 2014 telah dibuka, Minggu

Konvensi Partai Demokrat untuk mencari calon presiden 2014 telah dibuka, Minggu (15/9/2013). Sebelas peserta konvensi pun langsung bergerak menggalang dukungan, termasuk dua jenderal purnawirawan yang ikut bertarung, yaitu Pramono Edhie Wibowo yang juga kader Partai Demokrat dan Endriartono Sutarto dari luar partai.

Tiga kader Demokrat lainnya adalah Hayono Isman, Marzuki Alie, dan Sinyo Harry Sarundajang. Sementara enam lainnya dari luar partai, yaitu Ali Masykur Musa, Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Gita Wirjawan, dan Irman Gusman.

Edhie, Senin (16/9/2013), langsung memanfaatkan momentum ini untuk mulai memperkenalkan dirinya ke publik. Dia berkunjung ke Balikpapan, Kalimantan Timur.

Dalam acara Halalbihalal Akbar dan Syukuran HUT Ke-68 Kemerdekaan RI di Balikpapan, Kalimantan Timur, oleh pemangku adat Dayak, Edhie secara resmi diberi nama adat Madang Lendjou. Penyerahan simbol adat berikut sertifikat pengangkatan nama adat oleh Kepala Adat Dayak Edi Gunawan itu juga disaksikan Gubernur Kaltim H Awang Faroek Ishak dan Pangdam VI/Mulawarman Dicky W Usman.

"Lewat konvensi capres, Demokrat sesungguhnya memberikan kesempatan kader partai dan kalangan nonpartai untuk tampil menunjukkan kemampuan dan pengabdiannya untuk menjadi pemimpin bangsa. Tapi, yang menentukan kemenangan adalah rakyat. Bukan panitia konvensi ataupun majelis tinggi Partai Demokrat," ujar Edhie di sela-sela acara tersebut.

Dia juga menegaskan, semua peserta konvensi mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk terpilih, baik kader partai maupun bukan.

Endriartono Sutarto, yang mantan Panglima TNI, juga mulai bergerak. Ia ingin menjadikan anak-anak muda, terutama mahasiswa, sebagai sasaran utama penyebaran gagasan. Ia ingin menyebarkan gagasannya untuk menyelesaikan masalah bangsa.

Menurut Endriartono, generasi muda masih bisa melihat masalah dengan jernih. Pasalnya, mereka belum ada kepentingan dan belum termarjinalisasi. Dengan intelektual yang cukup ini, ia berharap ide-idenya tentang perkembangan bangsa tersebar luas dan diterima.

Ia mengakui, komunitas kampus terbatas jumlahnya. Namun, menurut Endriartono ia lebih memilih kampus daripada kelompok-kelompok seperti buruh atau nelayan.

Alasan Endriartono, mahasiswa yang bisa menerima idenya diharapkan bisa meneruskan ke orang-orang lain. Sementara kelompok-kelompok marjinal selalu akan berkutat di isu kesejahteraan. "Kalau kandidat bohong pun akan langsung diiyakan," kata Endriartono.

Ia mengakui, popularitas memegang peranan. Di sisi lain, ada beberapa kandidat yang menguasai media sehingga terjadi ketidakseimbangan. Namun, ia akan terus mengembangkan gagasannya. "Saya ingin dikenal karena gagasan, bukan hanya karena foto saya," ucapnya.


Militer profesional

Adanya fenomena beberapa jenderal TNI purnawirawan yang menjadi capres ini menarik dicermati. Menurut dosen politik Universitas Pertahanan, Salim Said, kepemimpinan militer berbeda dengan sipil. Jenderal dalam militer dilatih serta dididik untuk memimpin anak buah dan juga dilatih untuk dipimpin. Hal ini tidak ada di dunia politik sipil.

Purnawirawan jenderal saat ini juga militer profesional. Intensinya tidak ingin menggunakan TNI aktif. Tentara aktif juga memandang para purnawirawan itu sebagai orang luar. "Jadi, kita tidak usah takut jenderal-jenderal itu akan tarik anak buahnya," kata Salim.

 Sebagai salah satu peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, Anies Baswedan mengaku telah mengumpulkan sejumlah relawan yang bertugas mendorong popularitas dalam persaingan menjadi calon presiden dari partai yang didirikan Susilo Bambang Yudhoyono ini.

"Alhamdulillah, tim sudah mulai bergerak. Kebanyakan adalah relawan-relawan yang terpanggil untuk ikut turun tangan menyelesaikan masalah-masalah di negeri ini," kata Anies di Gedung DPRD Kota Bandung, di Jalan Aceh, Kota Bandung, Senin (16/9/2013).

Anies memastikan, gerakan untuk mendukung dirinya dalam konvensi tidak menyertakan lembaga Indonesia Mengajar yang berada di bawah bimbingannya saat ini. "Tidak sama sekali, apa yang kita kerjakan di luar Indonesia Mengajar. Kita pastikan Indonesia Mengajar adalah aktivitas untuk pendidikan," tegas Anies.

Pria yang saat ini menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina ini menambahkan, para relawan yang sudah terbentuk akan menyebarkan beberapa pesan visi dan misi dalam aktivitasnya di dunia politik saat ini ke beberapa daerah terpencil di Indonesia.

"Tempatnya pun terpencil, jadi tidak ada hubungannya dengan Indonesia Mengajar," ucapnya.

Kendati demikian, Anies tidak melarang alumni dari gerakan Indonesia Mengajar untuk turut serta bergabung dalam relawan yang mendukung pencalonannya sebagai presiden dari Partai Demokrat.

"Sebagai warga negara, mereka boleh saja (bergabung), tetapi tidak ada hubungan antara Indonesia Mengajar dengan gerakan ini. Tidak ada keharusan. Mereka (relawan) memilih tidak aktif di Indonesia Mengajar agar jelas ada bedanya," ungkap Ketua Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.

"Relawan baru mulai sekarang, yang jelas akan bergerak di banyak tempat. Pesannya, bukan soal memenangkan Anies. Tapi pesannya mari kita memiliki masalah republik ini," bebernya.


Anggota Fraksi Partai Demokrat Gede Pasek Suardika menilai kehadirannya di peluncuran Organisasi Massa (Ormas) Pergerakan Indonesia bentukan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum bukanlah bentuk pengkhianatan terhadap Partai Demokrat. Menurutnya, ormas dan partai adalah sesuatu yang berbeda dan tidak saling bersinggungan.

"Partai saya Demokrat, Ormas saya Pergerakan Indonesia. Guru Politik saya SBY, guru ormas saya Anas," tegas Gede Pasek di Gedung DPR-RI, Jakarta, Selasa (17/9/2013).

Menurutnya, ormas yang didirikan anas juga merupakan ormas kecil-kecilan. Dia menghimbau berbagai kalangan tidak perlu risau dengan pendirian ormas tersebut.

"Apa sih yang ditakutin? Ini hanya ormas enteng-entengan, kecil-kecilan. Perkumpulannya saja cuma dirumah, duduk bersila," lanjut Gede Pasek.

Seperti diberitakan, Anas mendirikan Ormas Pergerakan Indonesia tepat di hari pembukaan Konvensi Demokrat, Minggu (15/9/2013).

Sejumlah tokoh Partai Demokrat tampak menghadiri acara yang berlangsung di kediaman Anas tersebut. Mereka adalah Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok, Ketua DPD Partai Demokrat Kalimantan Timur Isran Noor, anggota fraksi Partai Demokrat Gede Pasek Suardika, dan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustofa.

No comments:

Post a Comment