!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Saturday, September 12, 2015

Krisis pengungsi dan bencana , akibat dosa siapa ?

Perjalanan yang belum selesai (369)

(Bagian ke tiga ratus enam puluh sembilan), Depok, Jawa Barat, Indonnesia, 13 September  2015, 09.03 WIB).

Krisis pengungsi dan bencana , akibat dosa siapa ?

Krisis kemanusiaan yang terjadi di Suriah, Irak dan Yaman yang menyebabkan arus pengungsi ke Eropa dan negara-negara lain di Timur Tengah dan Australia adalah akibat ulah negara-negara yang haus kekuasan dan dominasi politik, sehingga menyebabkan peperangan terus terjadi dan berkepanjangan.
Lihat saja konflik di Suriah, rezim Assad yang otoriter dan ingin terus berkuasa dibantu secara militer dan politik oleh Iran, Rusia dan Hezbollah Lebanon bertempur melawan kelompok opposisi yang di dukung AS dan sekutunya termasuk koalisi negara Arab yang dipimpin Arab Saudi.
Daulah Islam Irak, Suriah dan Syam (ISIS) yang diperkuat 25.000 jihadis muda dari 100 negara, termasuk jihadis asal AS, Australia dan Eropa tengah bertempur melawan rezim Assad sekaligus bertempur melawan rejim dominasi syiah Irak yang dibantu Iran dan Hezbollah. Belum lagi koalisi Arab Saudi bersama negara Dewan Kerjasama Teluk Tengah bertempur melawan gerilyawan Houthi syiah yang didukung Iran.
Penderitaan dan kesengsaraan yang menimpa rakyat Yaman, Irak, dan Suriah.
Apakah ini semua akibat azab Allah akibat dosa mereka yang kini mempraktekkan ajaran Islam secara menyimpang.
Seperti diketahui Arab Saudi menuduh ISIS telah keluar dari ideologi Islam yang disebut Khawarij, Syiah juga menurut para ulama Arab Saudi dan Mejelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai aliran sesat, karena telah mengkafirkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ulama Arab Saudi mengatakan mereka  tidak menemukan pada kelompok-kelompok sempalan umat Islam yang sesuai dengan para sahabat kecuali Ahlul Sunnah wal Jama'ah dari kalangan pengikut As-Salaf Ash-Shalih Ahlul Hadits.

Adapun Mu'tazilah bagaimana bisa sesuai dengan para sahabat sedangkan tokoh-tokoh besar mereka mencela tokoh besar sahabat dan merendahkan keadilan mereka serta menuduh mereka sesat seperti Al-Washil bin Atho' yang menyatakan : Seandainya Ali, Tholhah dan Az-Zubair bersaksi maka saya tidak menghukum karena persaksian mereka.[Lihat Al-Farqu Bainal Firaq hal.119-120]

Adapun Khawarij telah keluar dari agama dan menyempal dari jama'ah kaum muslimin karena diantara pokok-pokok dasar ajaran mereka adalah mengkafirkan Ali dan anaknya, Ibnul Abbas, Utsman, Thalhah, Aisyah dan Mu'awiyah dan tidaklah berada diatas sifat-sifat para sahabat orang yang melecehkan dan mengkafirkan mereka.

Adapun Shufiyah, mereka meremehkan warisan para Nabi dan merendahkan para penyampai Al-Kitab dan As-Sunnah serta mensifatkan mereka sebagai para mayit. Seorang tokoh besar mereka berkata : Kalian mengambil ilmu kalian, dari mayit sedangkan kami mengambil ilmu kami dari yang maha hidup yang tidak mati (Allah) langsung. Oleh karena itu mereka mengatakan -dengan mulut-mulut mereka untuk menolak sanad hadits- : Telah mengkhabarkan kepada saya hati saya dari Rabb.

Adapun Syi'ah, mereka telah meyakini bahwa para sahabat telah murtad setelah kematian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali beberapa orang saja, lihatlah Al-Kisyiy -salah seorang imam mereka- meriwayatkan satu riwayat dalam kitab Rijalnya hal. 12,13 dari Abu Ja'far, bahwa dia telah menyatakan : Semua orang murtad setelah kematian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali tiga, saya berkata : Siapakah ketiga orang tersebut ? Beliau jawab : Al-Miqdaad bin Al-Aswaad, Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisiy.

Dan meriwayatkan dalam hal.13 dari Abu Ja'far, dia berkata : Kaum Muhajirin dan Anshor telah keluar (dari agama) kecuali tiga. [Lihat Al-Kaafiy karya Al-Kulaniy, hal.115]

Lihat juga Khumaini -tokoh besar mereka di zaman ini- mencela dan melaknat Abu Bakar dan Umar dalam kitabnya Kasyful Asroor hal, 131, dia menyatakan : Sesungguhnya syaikhani (Abu Bakar dan Umar) ... dan dari sini kita dapati diri kita terpaksa menyampaikan bukti-bukti penyimpangan mereka berdua yang sangat jelas terhadap Al-Qur'an dalam rangka membuktikan bahwa kedua telah menyelisihinya.

Dan berkata lagi hal 137 : ... dan Nabi menutup matanya (wafat) sedangkan kedua telinga beliau ada ucapan-ucapan Ibnul Khaththab yang tegak diatas kedustaan dan bersumber dari amalan kekufuran, kezindikan dan penyelisihan terhadap ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur'an yang mulia.

Adapun Murji'ah, mereka berkeyakinan bahwa iman orang-orang munafiq yang berada dalam kenifakan sama seperti imannya Assabiqunal Awalun (orang-orang pertama yang masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar.

Bagaimana mereka semua ini bersesuaian dengan para sahabat sedangkan mereka :

Mengkafirkan orang-orang pilihan dari kalangan mereka
Tidak menerima sedikitpun yang mereka riwayatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam aqidah dan hukum syari'at.
Mengikuti peradaban Rumawi dan filsafat Yunani

Kesimpulannya
Kelompok-kelompok ini semua ingin menolak para saksi kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah dan mencela mereka sedangkan mereka lebih pantas dicela dan mereka ini adalah kaum zindiq.

Dengan demikian jelaslah bahwa pemahaman salaf adalah manhaj Al-Firqatun Najiyah dan Ath-Thaifah Al-Manshurah dalam konsep pemahaman, penerimaan dan Istidlal (pengambilan hukum).

Sedangkan orang-orang yang mencontoh para sahabat adalah orang-orang yang beramal dengan riwayat-riwayat (hadits) yang shahih dan otentik dalah hukum syariat, dengan jalan dan pemahaman sahabat, dan ini merupakan jalan hidupnya Ahlul Hadits, bukan jalannya ahlul bid'ah dan hawa. Sehingga benar dan kuatlah apa yang telah kami paparkan ketika kami jelaskan wujud keberhasilan mereka dalam berhukum kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan keberhasilan orang yang mengambil sunnah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnahnya para Khulafaur Rasyidin setelah beliau.



(VOA) - Negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara kaya Teluk Persia mendapat kecaman dari organisasi-organisasi hak asasi manusia karena tidak berbuat cukup utuk membantu krisis migran Timur Tengah.

Negara-negara Eropa Timur enggan memberi status pengungsi dalam jumlah besar bagi orang-orang yang melarikan diri dari penindasan dan konflik, dan mengizinkan mereka bermukim di negara-negara tersebut. Negara-negara Teluk Persia hanya menerima pekerja migran, tetapi membiarkan terbuka opsi mendeportasi mereka setiap saat.

Dalam wawancara dengan VOA, Kenneth Roth, direktur eksekutif Human Rights Watch yang berbasis di Amerika, mengatakan negara-negara anggota baru Uni Eropa telah menunjukkan sikap fobia bersejarah dalam menangani isu pengungsi Muslim dari Timur Tengah yang dilanda konflik.

Roth mengatakan negara-negara Eropa Timur hendaknya berbagi - tidak hanya manfaat, tetapi juga tanggung-jawab sebagai anggota Uni Eropa - artinya berbagi kewajiban hukum menerima orang yang mencari suaka.

Roth mengatakan krisis pengungsi sekarang bukan krisis dalam bentuk jumlah - jumlah pengungsi ini hanya 1 persen dari penduduk Uni Eropa dan negara-negara anggota dapat dengan mudah menyerap mereka - tetapi ini adalah krisis politik yang disebabkan oleh Islamofobia dan pertimbangan politik.

Tidak ada pengungsi Suriah telah dengan resmi dimukimkan kembali di negara-negara Teluk Persia seperti Kuwait, Bahrain dan Uni Emirat Arab, walaupun para pejabat Teluk Persia mengatakan ada orang Suriah yang telah masuk dengan visa pengunjung dan tidak pulang. Organisasi-organisasi HAM mengatakan orang-orang yang telah diizinkan tinggal datang dari keluarga kaya dan kuat. Roth mengecam Arab Saudi dan negara-negara Teluk Persia lain karena tidak menerima pengungsi.

(BBC) - Korban jiwa akibat ambruknya alat derek di Masjidil Haram, Mekah, meningkat menjadi 87 orang, seperti diungkapkan Otoritas Pertahanan Sipil Arab Saudi.
Sebelumnya dilaporkan jumlah korban sekitar 60 jiwa.
Adapun korban yang cedera dalam kecelakaan di kota suci Mekah itu, Jumat 11 September, mencapai sedikitnya 183 orang.
Mekah sedang bersiap-siap menyambut sekitar dua juta orang yang akan melakukan ibadah haji.
Sebuah video yang diterbitkan di YouTube -yang belum dipastikan keasliannya- memperlihatkan derek yang jatuh dan terdengar suara keras di latar belakang dengan orang-orang yang berteriak panik.
Masih belum jelas penyebab kecelakaan sebenarnya dan sebuah gambar memperlihatkan krane berwarna merah yang besar tampak terjatuh.
Sementara laporan-laporan menyebutkan kalau alat derek itu ambruk ke sisi timur masjid setelah angin kuat dan hujan lebat.
MekahImage copyrightepa
Image caption
Krane besar berwarna merah tampak ambruk menembus atap masjid.
Kawasan Semenanjung Arab pekan lalu dilanda badai salju.
Seorang warga Indonesia yang berada di Jedah, Jannati Jannati, menulis pesan ke Facebook BBC Indonesia: "Saya Di Jeddah BBC. Memang dari kemarin sudah ada badai pasir. Di Madinah juga hujan deras hari ini."
Sedangkan pengguna Facebook lainnya, Warda Zulfakar, menyebutkan, "Seorang orang jamaah haji asal Indonesia (Sektor 4) meninggal dunia. Tim Kesehatan dari BPHI Mekah sedang mengevakuasi korban." Namun laporan ini masih belum bisa dikukuhkan sampai berita ini diturunkan.
Masjidil HaramImage copyrightReuters
Image caption
Perluasan masjid 400.000 m2 untuk bisa menampung sekitar 2,2 juta jiwa pada saat bersamaan.
Pekerjaan bangunan di Masjidil Haram di Mekah sudah berlangsung cukup lama dan tahun lalu, jumlah jemaah haji dikurangi demi alasan keamanan karena pekerjaan tersebut.
Dilaporkan bahwa kawasan masjid rencananya akan diperluas 400.000 m2 untuk bisa menampung sekitar 2,2 juta jiwa pada saat bersamaan.
Sekitar 350 jemaah haji meninggal karena terinjak-injak dalam kecelakaan pada tahun 2006 lalu.

Jumlah korban meninggal asal Indonesia akibat insiden jatuhnya katrol di Masjidil Haram, Mekah, bertambah menjadi enam orang.
Kepastian tersebut dikemukakan Pelaksana Fungsi Penerangan Sosial Budaya Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Sharif Shahab.
“Warga negara Indonesia yang meninggal akibat insiden crane telah mencapai enam orang. Apabila diakumulasikan dengan korban cedera, seluruh korban berjumlah 37 orang,” ujar Sharif kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.
Sebelumnya, dua korban meninggal asal Indonesia diketahui berasal dari embarkasi Medan (MES 09) dan embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 03).
Adapun tambahan empat korban meninggal terdiri dari dua orang dari embarkasi Medan, seorang dari embarkasi Padang, dan seorang lainnya dari embarkasi Jakarta-Bekasi.
Image copyrightAFP
Image caption
Gubernur wilayah Mekah, Pangeran Khalid al-Faisal, memerintahkan digelarnya investigasi.
Penyebab
Untuk meninjau skala kerusakan dan tingkat keselamatan di sekitar Masjidil Haram, Gubernur wilayah Mekah, Pangeran Khalid al-Faisal, memerintahkan digelarnya investigasi.
Namun, Direktur Jenderal Otoritas Pertahanan Sipil Arab Saudi, Suleiman bin Abdullah al-Amr, mengklaim bahwa angin kencang ialah penyebab jatuhnya katrol yang menimpa Masjidil Haram di Mekah sehingga menewaskan sedikitnya 107 orang, pada Jumat (11/09).
Menurutnya, angin saat itu berkecepatan 83 km/jam diikuti hujan deras yang merubuhkan pohon dan rambu-rambu jalan.
Saat diwawancarai stasiun televisi Al-Arabiya, Al-Amr juga membantah laporan yang menyebutkan petir telah menghantam katrol sampai alat itu ambruk.
Image copyrightReuters
Image caption
Kawasan Kabah dikelilingi katrol untuk kepentingan konstruksi.
Angin kencang
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi mata, angin yang bertiup di kawasan Masjidil Haram sebelum katrol ambruk memang amat kencang.
Dave Ariant Yusuf, seorang pembimbing ibadah haji sebuah biro perjalanan asal Indonesia, menyaksikan bagaimana angin menyebabkan plastik, kardus, dan beragam sampah beterbangan hingga mencapai ketinggian lantai enam kamar hotel tempat dia menginap. Hotel itu terletak sekitar 50 meter dari halaman Masjidil Haram.
“Langit menjadi gelap. Tiupan angin sangat kencang dan tiba-tiba jendela kamar hotel bergetar. Hujan lalu turun sangat deras dan bertahan sampai 30 menit. Kemudian mendadak ada bunyi dentuman keras. Belakangan saya tahu bahwa itu adalah bunyi saat crane jatuh,” kata Dave.
Image copyrightReuters
Image caption
Cendekiawan Arab Saudi mengkritik pemerintah yang seharusnya memperhatikan keselamatan warga dan calon haji.
Keselamatan
Lepas dari faktor cuaca, Irfan Al-Alawi dari Islamic Heritage Research Foundation yang berbasis di Mekah, mengatakan pemerintah Arab Saudi seharusnya memikirkan keselamatan warga dan calon haji mengingat terdapat 15 katrol besar di sekeliling Masjidil Haram.
“Seluruh kawasan (masjid) seperti area konstruksi. Arab Saudi harus memikirkan ulang strategi keselamatan dan kesehatan lantaran ada 800.000 orang di kawasan masjid saat insiden berlangsung,” kata Al-Alawi.
Al-Alawi ialah salah seorang cendekiawan yang lantang mengkritik pembangunan di sekitar kawasan Masjidil Haram. Menurutnya, pembangunan itu menghancurkan jejak-jejak nyata semasa Nabi Muhammad hidup.
Konstruksi tersebut memperluas area di sekitar Masjidil Haram hingga 400.000 meter per segi sehingga bisa menampung 2,2 juta orang sekaligus.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada BBC, adanya peningkatan keyakinan di kalangan Pemerintah AS bahwa militan yang menyebut dirinya sebagai Negara Islam atau ISIS membuat dan menggunakan senjata kimia di Irak dan Suriah.
AS telah mengindentifikasi setidaknya empat peristiwa yang melibatkan kedua pihak yang berkonflik di wilayah perbatasan Irak-Suriah di mana ISIS menggunakan senjata kimia mustard, seperti disampaikan oleh pejabat tersebut.
Pejabat itu juga menyebutkan senjata kimia yang digunakan adalah bentuk bubuk.
Tim BBC di perbatasan Turki-Suriah telah melihat bukti yang mendukung klaim tersebut.
AS yakin kelompok itu memiliki sel yang dikhususkan untuk membuat senjata-senjata tersebut.
"Mereka menggunakan mustard," seseorang mengatakan tentang ISIS. "Kami mengetahui mereka menggunakannya."
Senjata kimia mustard kemungkinan digunakan dalam bentuk bubuk dan dikemas dalam bahan peledak tradisional seperti mortir, seperti disampaikan oleh pejabat AS.
"Kami telah melihatnya digunakan pada setidaknya empat peristiwa yang berbeda di kedua lokasi perbatasan Irak dan Suriah.
Ketika senjata ini meledak, siapa yang terpapar abu senjata kimia mustard itu akan melepuh.
Pejabat mengatakan komunitas intelejen yakin ada tiga kemungkinan penjelasan bagaimana ISIS memperoleh senjata kimia yang mematikan.
Image copyrightGetty
Dalam pengamatan komunitas intelejen, seperti disampaikan oleh pejabat AS, bahwa mereka membuatnya.
"Kami menilai mereka memiliki sel yang bertugas meneliti senjata kimia aktif yang mereka kerjakan dan mencobanya dan menjadi lebih baik dalam membuatnya," kata pejabat tersebut.
Teori alternatif lain yaitu militan ISIS menemukan senjata kimia di tempat persembunyian di Irak atau Suriah.
Tampaknya militan menemukan senjata kimia di Irak, ungkap pejabat, karena militer AS kemungkinan dapat menemukannya selama kampanye militer dilakukan di negara tersebut selama satu dekade.
Pejabat mengatakan bahwa militan tampaknya telah menyita senjata kimia dari rezim di Suriah sebelum rezim dipaksa untuk memberikan persediaannya dengan ancaman serangan udara AS pada 2013.


PUNCAK KEADILAN ALLÂH SUBHANAHU WA TA’ALA

Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari



Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا

Barangsiapa yang mengikuti petunjuk (Allâh), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (kebaikan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul. [ al-Isrâ`/17:15].

KEDUDUKAN AYAT
Sesungguhnya ayat ini menjelaskan keadilan Allâh Azza wa Jalla dan hikmah-Nya yang sempurna. Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah menjelaskan hal ini dengan perkataannya:

Allâh Yang Maha Suci menetapkan empat hukum bagi musuh-musuh-Nya, yang merupakan puncak keadilan dan hikmah, (yaitu): (1) bahwa hidayah yang didapat seorang hamba yang berupa iman dan amal shalih, (kebaikannya) adalah untuk dirinya, bukan untuk orang lain, (2) bahwa kesesatannya, dengan ketiadaan hidayah, (kerugiannya) adalah atas dirinya sendiri, bukan atas orang lain, (3) bahwa seseorang tidak akan disiksa dengan sebab dosa orang lain, (4) bahwa Allâh Azza wa Jalla tidak akan menyiksa kecuali setelah tegaknya hujjah seseorang dengan (diutus) para rasul-Nya.

Maka perhatikanlah kandungan empat hukum ini, yang berupa hikmah Allâh Azza wa Jalla , keadilan-Nya dan keutamaan-Nya, dan bantahan terhadap orang-orang yang terpedaya dan memiliki harapan-harapan yang dusta; juga bantahan terhadap orang-orang yang bodoh terhadap Allâh, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya.[1]

TAFSIR AYAT
Ayat ini memuat empat kalimat yang agung:

Firman Allâh Azza wa Jalla :

مَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ

[Barangsiapa yang mengikuti petunjuk (Allâh), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (kebaikan) dirinya sendiri].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, ''Allâh memberitakan bahwa barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allâh), mengikuti al-haq dan meniti jejak kenabian, maka sesungguhnya ia akan mendapatkan akibat yang terpuji bagi dirinya sendiri''.

Firman Allâh Azza wa Jalla :

وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا

[Dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, ''Barangsiapa sesat, yaitu sesat dari al-haq dan menyimpang dari jalan lurus, maka sesungguhnya dia berbuat kejahatan bagi dirinya sendiri, dan keburukan kembali kepadanya'.'

Firman Allâh Azza wa Jalla :

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ

[Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan orang yang berbuat kejahatan tidak berbuat kejahatan kecuali bagi dirinya sendiri, sebagaimana firman Allâh:

وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَىٰ حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ

Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun. [Fâthir/35:18].

Dan hal ini tidak bertentangan dengan firman Allâh:

وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالًا مَعَ أَثْقَالِهِمْ

Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban- beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri. [al-'Ankabût/29:13].

Dan firman-Nya:

وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ

dan mereka memikul dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun. [an-Nahl/16:25].


Karena orang-orang yang mengajak menuju kesesatan akan menanggung dosa kesesatan mereka pada diri mereka sendiri dan dosa lain dengan sebab mereka menyesatkan orang-orang lain, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun, dan tanpa menanggung dosa mereka sedikitpun. Ini termasuk keadilan dan rahmat Allâh Azza wa Jallaepada hamba-hamba-Nya.''

Firman Allâh Azza wa Jalla :

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا

[Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
Ini pemberitaan tentang keadilan Allâh Azza wa Jalla, dan Dia sungguh tidak akan mengadzab seorangpun kecuali setelah tegaknya hujjah kepada orang itu dengan diutusnya Rasul kepadanya. Seperti firman Allâh:

كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ ﴿٨﴾ قَالُوا بَلَىٰ قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ

Setiap kali sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalam neraka, penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" Mereka menjawab: "Benar ada. Sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, tetapi kami mendustakan (nya) dan kami katakan: "Allâh tidak menurunkan sesuatupun,; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar". [al-Mulk/67:8-9].

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ

Dan mereka (orang-orang kafir) berteriak di dalam neraka itu: "Ya Rabb kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih, berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami (Allâh) tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zhalim. [Fâthir/35:37].

Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allâh Azza wa Jalla tidak akan memasukkan seorang pun ke dalam neraka kecuali setelah diutusnya Rasul kepadanya.[2]

Oleh karena itu, pada hari kiamat ada beberapa orang yang mengadu kepada Allâh bahwa mereka tidak berhak disiksa karena hujjah tidak sampai kepada mereka, dan Allâh menerima alasan mereka itu. Hal ini disebutkan di dalam hadits sebagai berikut:

عَنِ الْأَسْوَدِ بْنِ سَرِيعٍ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ أَرْبَعَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ أَصَمُّ لَا يَسْمَعُ شَيْئًا وَرَجُلٌ أَحْمَقُ وَرَجُلٌ هَرَمٌ وَرَجُلٌ مَاتَ فِي فَتْرَةٍ فَأَمَّا الْأَصَمُّ فَيَقُولُ رَبِّ لَقَدْ جَاءَ الْإِسْلَامُ وَمَا أَسْمَعُ شَيْئًا وَأَمَّا الْأَحْمَقُ فَيَقُولُ رَبِّ لَقَدْ جَاءَ الْإِسْلَامُ وَالصِّبْيَانُ يَحْذِفُونِي بِالْبَعْرِ وَأَمَّا الْهَرَمُ فَيَقُولُ رَبِّي لَقَدْ جَاءَ الْإِسْلَامُ وَمَا أَعْقِلُ شَيْئًا وَأَمَّا الَّذِي مَاتَ فِي الْفَتْرَةِ فَيَقُولُ رَبِّ مَا أَتَانِي لَكَ رَسُولٌ فَيَأْخُذُ مَوَاثِيقَهُمْ لَيُطِيعُنَّهُ فَيُرْسِلُ إِلَيْهِمْ أَنْ ادْخُلُوا النَّارَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ دَخَلُوهَا لَكَانَتْ عَلَيْهِمْ بَرْدًا وَسَلَامًا قَالَ حَدَّثَنَا عَلِيٌّ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنِ الْحَسَنِ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مِثْلَ هَذَا غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فِي آخِرِهِ فَمَنْ دَخَلَهَا كَانَتْ عَلَيْهِ بَرْدًا وَسَلَامًا وَمَنْ لَمْ يَدْخُلْهَا يُسْحَبُ إِلَيْهَا

Dari Aswad bin Sari', bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Pada hari Kiamat ada empat orang yang akan mengadu kepada Allâh: yaitu seorang yang tuli, tidak mendengar sesuatupun; seorang yang pandir; seorang yang pikun; dan seorang yang mati pada zaman fatroh; (1) Adapun orang yang tuli akan berkata: "Wahai Rabb, agama Islam telah datang, namun aku tidak mendengar sesuatupun''. (2) Orang yang pandir akan berkata: "Wahai Rabb, agama Islam telah datang, sedangkan anak-anak kecil melempariku dengan kotoran binatang''. (3) Orang yang pikun akan berkata: "Wahai Rabb, agama Islam telah datang, sedangkan aku tidak berakal sedikitpun''. (4) Dan orang yang mati pada zaman fatrah akan berkata: "Wahai Rabb, tidak datang kepadaku seorang Rasulpun," maka Allâh mengambil perjanjian mereka bahwa mereka benar-benar akan mentaati-Nya. Kemudian Allâh mengutus utusan kepada mereka yang memerintahkan: "Masuklah kamu ke dalam neraka!" Nabi n bersabda: "Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seandainya mereka memasukinya, sesungguhnya neraka itu menjadi sejuk dan selamat bagi mereka''. (Di dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan: "Barangsiapa memasukinya, sesungguhnya neraka itu menjadi sejuk dan selamat baginya. Dan barangsiapa tidak memasukinya, dia akan diseret ke dalamnya'').[3]

FAWÂ-ID AYAT
Ayat yang mulia ini memuat banyak fawâ-id (pelajaran) yang agung, antara lain:
1. Hidayah yang didapat seorang hamba, baik yang berupa iman maupun amal shalih, maka kebaikannya ialah untuk dirinya, bukan untuk orang lain.

2. Kebaikan seorang hamba di akhirat itu tergantung iman dan amal shalihnya saat di dunia. Sehingga seseorang tidak bisa bergantung kepada malaikat, nabi, wali, syaikh, mursyid (guru pembimbing), imam, amir, ustadz, dan lainnya.

3. Kesesatan seorang hamba dengan ketiadaan hidayah, maka kerugiannya menimpa dirinya sendiri, bukan kepada orang lain.

4. Seseorang tidak akan disiksa dengan sebab dosa orang lain.

5. Allâh Azza wa Jalla tidak akan menyiksa kecuali setelah tegaknya hujjah seseorang dengan diutus para rasul-Nya.

6. Keadilan Allâh yang sempurna.

7. Orang yang mengajak menuju kesesatan menanggung dosanya sendiri dan dosa orang lain yang disesatkannya, karena ia menjadi sebab kesesatan mereka.

Demikian sedikit keterangan tentang ayat yang mulia ini, semoga bermanfaat. Âmîn.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVII/1435H/2014M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]


No comments:

Post a Comment