!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, September 14, 2015

Tanam pohon dapat pahala, tebang pohon dapat dosa.

Perjalanan yang belum selesai (370)

(Bagian ke tiga ratus tujuh puluh), Depok, Jawa Barat, Indonnesia, 14 September  2015, 16.03 WIB).

Tanam pohon dapat pahala, tebang pohon dapat dosa.

Allah dalam firmannya di Al Quran memperingatkan manusia jangan selalu berbuat zalim di muka bumi seperti menebang pohon semaunya, saling membunuh sesama manusia dan berbuat syirik (menyekutukan Tuhan).
Manusia karena keserakahannya menebang pohon seenaknya, dan malas menanam pohon di lingkungannya, penebangan pohon mengakibatkan gundulnya hutan, hutan  berubah jadi gurun pasir tandus, menyebabkan perubahan iklim global.
Di Indonesia perusahaan dan individu dalam membuka lahan perkebunan dengan cara membakar hutan, akibatnya kini Sumatera, Kalimantan , bahkan sampai Malaysia dan Singapura terkena dampak pencemaran udara berupa asap.
Sehingga kini kita menghadapi cuaca ekstrem, badai pasir, kekeringan, banjir, dan bencana alam lainnya.
Pada tahun 1969, di pesisir pantai Kampung Baru Tengah, kota Balikpapan, Kalimantan Timur, setiap pagi atau petang dengan peralatan sederhana saya masih bisa memancing berbagai jenis ikan dan cumi-cumi, dan kepiting rajungan, sehingga Ibu saya praktis tidak perlu membeli ikan dan kepiting rajungan di pasar, namun ketika saya kembali lagi di tempat yang sama di tahun 1990, tidak seekor ikan dan kepiting rajungan yang saya peroleh, karena pesisir pantai sudah kotor dicemari berbagai kotoran mulai dari minyak mentah sampai plastik bekas. Saya yakin nasib yang sama juga dialami pesisir pantai di pulau-pulau lain di Indonesia dan bahkan di dunia.
Setiap batang pohon (bunga) yang kita tanam memberikan berkah bagi mahluk hidup, mulai dari oksigen, buah-buahan sehingga sebagai tempat persinggahan burung-burung dan binatang lain, sehingga Allah menjanjikan pahala yang besar bagi yang menanam atau memeliharanya, sebaliknya bagi pelaku kerusakan di bumi, seperrti serakah menebang hutan akan menerima azab baik di dunia (badai, kekeringan, asap), maupun azab/siksa di akherat (neraka).

(BBC) - Pemanasa global? Perubahan iklim? Jika anda membaca koran, mendengar radio, menonton TV, dan surfing internet, pastilah keduanya sudah akrab di benak.

Iklim sudah berubah dan suhu bumi meningkat, seperti kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar.

"Ganti musim sudah tidak jelas. Musim hujan kering, musim kering hujan. Itu adalah salah satu perubahan iklim. Itu karena perubahan iklim."

"Bagi nelayan, juga ada arus air laut yang berubah, juga suhu air laut berubah dengan perubahan itu berarti ikannya berubah," tambah Rachmat.

"Ada juga karang-karang yang rusak karena pemanasan air laut sehingga mikroplankton dan biota laut rusak. Jadi sudah terjadi hal-hal yang aneh," kata sang menteri.


Semakin panas
Tapi bagaimana dalam kehidupan sehari-hari? Saya berkunjung ke beberapa tempat dengan membawa pertanyaan apa yang berubah di alam jika dibandingkan dengan keadaan 10 atau 20 tahun lalu?

Tujuan pertama Kabupaten Malinau, di Kalimantan Timur, yang disebut Kabupaten Konservasi. Dari total wilayah 4,2 juta hektar, seluas 3,9 juta, atau sekitar 90%, adalah kawasan hutan, termasuk di dalamnya Taman Nasional Kayan Mentarang dan hutan lindung. Perjalanan 4 jam dengan perahu motor dari Tarakan.

Uman, 37 tahun, sudah mencari nafkah dari perahu motor sejak tahun 1990, dan menurutnya ada yang berubah dari Sungai Sesayap yang dilaluinya selama belasan tahun ini.

"Kalau dulu jarang ada gusung, di tengah-tengah sungai muncul pulau baru dari pasir campur tanah . Mungkin disebabkan karena pengaruh banjir, kalau dulu tahun 1990-an itu jarang banjir tapi setelah tahun 1995 ke atas mulai berunculan gusung," tutur Uman.

Kalau dulu jarang banjir tapi sekarang ini mungkin karena banyak kayu yang ditebang, sering banjir. Kalau turun hujan pasti banjir
Uman
Di Pulau Sapi, sekitar satu jam perjalanan mobil dari ibukota kabupaten Malinau, masih terasa kehijauan.

Di beberapa tempat terlihat bekas ladang yang dibersihkan karena warga Lundayah menggunakan sistem perladangan berputar.

Sesepuh Lundayeh, Belapang Baru, menceritakan pengalamannya.

Di masa lalu, demikian tutur Belapang, kalau warga berladang, padinya subur-subur, tanaman lain juga bagus. "Seperti buah, kalau pokoknya manis dan kita tanam bijinya pasti manis," katanya.

"Tapi sekarang lain, kalau pokoknya manis dan tanam biji jadinya asam. Pohon rambutan itu asam dan buah durian kalau dulu tebal, sekarang tipis," paparnya.

Belapang mengatakan, dia tidak tahu apa penyebab perubahan.

"Sekarang makin cepat kering," Kalau dulu tahun 1950-an biar kemarau 3 bulan, air tidak begitu cepat surut tapi sekarang kemarau satu bulan saja air sudah kering," tuturnya.

"Sekarang rumput-rumput di tepi sungai itu layu saat kemarau, padahal dulu tidak biarpun kemarau 3 bulan rumput di tepi sungai itu tidak layu," kata Belapang.

Petani lainnya, Martin Ukung, merasakan cuaca di kampungnya, Pulau Sapi, semakin panas.

"Ini pengalaman saya adalah akibat panas buah-buahan yang sedang berbunga begitu kena panas layu dan tidak jadi berbuah. Itu pengalaman saya selama 10 tahun terakhir. Berbunga tapi tidak jadi buah."

"Matahari sekarang ini terlalu panas tapi tidak tahu penyebabnya apa. Tapi kami merasa betul semakin panas."


Bahan peledak
Dari Kalimantan, saya beralih ke Sulawesi. Anak suku Bajoe mandi di halaman depan rumahnya. Sekitar 15 menit dari Bone, Sulawesi Selatan.

Anak-anak Bajoe
Sebagian nelayan Bajoe menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan

Tak jauh dari pelabuhan feri Bone-Kolaka, sekitar 400 kepala keluarga Suku Bajoe tinggal di Desa Kolaka, Kampung Bajoe.

Walau tradisi hidup di laut sudah lama ditinggal, kolam-kolam kecil air payau masih tersisa di bawah rumah panggung.

Sebagian nelayan Bajoe menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan, lantas kompresor Oksigen untuk menyelam, dan perahu motor saat melaut. Pancing, layar, dan ketahanan bernafas alami sudah sudah lama ditinggal.

Cara menangkap ikan berubah karena semakin sulit mendapat ikan, tutur seorang nelayan Bajoe yang sudah menjadi nelayan selama 30 tahun lebih.

"Makin susah mendapat ikan. Kalau dulu itu lima kilometer saja sudah dapat ikan, sekarang harus puluhan kilometer."

Apa penyebabnya? "Mungkin karena semakin banyak yang menangkap ikan, dengan kapal-kapal besar," tambahnya.


Amat bergantung
Di Pulau Barrang Lompo, sekitar 2 jam perjalanan perahu motor dari Makassar, Sulawesi Selatan, sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah menangkap ikan.

Dengan teknologi perahu motor dan jaring ikan, mereka praktis masih amat bergantung pada alam. Namun alam di sekitar Barrang Lompo sudah mulai berubah, kata Pak Hasbi, salah seseorang sesepuh desa.

"Sekarang musim hujan sepertinya datang makin terlambat. Kami dan juga warga lain, merasa makin panas," tutur Hasbi.

Sementara itu Sahbudin, seorang nelayan, masih belum melaut pada pertengahan Oktober padahal biasanya sudah mulai turun menangkap ikan.

"Seperti ini kan biasanya sudah teduh, tapi sekarang-sekarang Ini sekarang angin Timur masih kencang sekali , sehingga kami belum turun ke laut," katanya.

"Memang angin Timur bisa juga melaut, tapi kalau sekeras ini sulit," kata Sahbudin.

Sekarang angin makin kencang dibanding tahun-tahun sebelumnya
Sahbudin
Dari Makassar di Sulawesi Selatan, kita ke Yogyakarta dan masih membawa pertanyaan yang sama. Pada pertengahan Oktober, hujan masih belum juga turun kata Suparno.

"Biasanya sudah ada, tapi ini belum ada. Mestinya sudah ada hujan satu atau dua kali sebulan, tapi ini belum. Dan sekarang panas sekali, cuma kalau sudah panas sekali biasanya mau hujan turun."

Walau hujan belum turun, Suparno beruntung karena masih bisa menikmati air dari Sungai Kulon Progo, tapi bagi para petani tadah hujan, terlambatnya atau kurangnya hujan mengubah pola tanam. Widyatmoko adalah petani di Ketingan, Yogyakarta.

"Kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, terasa lebih kering. Biasanya kita sudah bisa menanam padi dan skarang belum. Dan bisa dilihat tebu juga mengalami kekeringan," kata Widyatmoko.


Tidak mudah
Dan apa penyebabnya? Dolvina Damus Ukung, Kepala Kebijakan Dana Satwa Liar WWF di Kabupaten Malinau berpendapat masih sulit menjelaskan kepada para petani Dayak Lundayeh tentang penyebab dari perubahan alam.

"Tidak mudah untuk menjelaskan pemanasan global dan perubahan iklim kepada masyarakat," katanya.

"Dan juga memang belum bisa dipastikan apakah banjir dan kekeringan disebabkan oleh hal tersebut," tambahnya.

"Kami di sini melakukan perhitungan curah hujan selama 10 tahun, tapi belum bisa dipastikan bahwa perubahan iklim penyebabnya, apalagi di Kalimantan ini yang relatif masih banyak hutannya," tutur Dolvina.

Namun Dr. Rizaldi Boer, Kepala Iklimatologi dari Institut Pertanian Bogor, menegaskan bahwa perubahan iklim sudah dirasakan langsung oleh manusia.

"Saya tidak setuju secara konseptual tapi memang sudah terjadi," kata Dr. Rizaldi Boer.

Terlepas dari penyebabnya, perubahan iklim atau pemanasan global, tampaknya para petani dan nelayan yang hidupnya tergantung pada alam, mulai merasakan bahwa alam sudah berubah. (BBC/Liston Siregar)

INDONESIA SEBAGAI PERINGKAT PERTAMA KEHILANGAN HUTAN
Sangat disayangkan ketika moratorium penebangan hutan dilakukan tapi tetap saja deforestasi berlanjut bahkan meningkat. Inilah datanya bahwa hilangnya hutan di Indonesia telah meningkat tajam selama 12 tahun terakhir, demikian laporan sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Jurnal Science.

Penelitian yang dipimpin oleh Matt Hansen dari University of Maryland, menemukan bahwa Indonesia kehilangan 15,8 juta hektar antara tahun 2000 dan 2012, peringkat kelima di belakang Rusia, Brasil, Amerika Serikat, dan Kanada dalam hal hilangnya hutan. Adapun sekitar 7 juta hektar hutan ditanam selama periode tersebut.

Namun dari lima negara hutan di atas, berdasarkan persentase, maka Indonesia berada di peringkat pertama dari laju kehilangan hutan yaitu 8,4 persen. Sebagai perbandingan, Brasil hanya kehilangan separuh dari proporsi tersebut.

Dari 98 persen kehilangan hutan di Indonesia, deforestasi terjadi di wilayah hutan berkerapatan tinggi yang ada di Sumatera dan Kalimantan, lokasi dimana konversi akibat hutan tanaman industri dan perkebunan sawit berkembang amat marak selama 20 tahun terakhir. Propinsi Riau adalah yang tertinggi, seperti yang dirilis oleh para peneliti dalam animasi sebagai berikut:



Deforestasi juga meningkat di Indonesia.  Pada tahun 2011/2012 tingkat kehilangan hutan mencapai level tertinggi sejak akhir tahun 1990-an meskipun pemerintah telah mengeluarkan larangan jeda tebang (moratorium) untuk kawasan 65 juta hektar kawasan hutan primer, lahan gambut, dan hutan lindung. Data menunjukkan moratorium kehutanan, yang dilaksanakan sebagai bagian dari komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, mungkin gagal seperti tujuan semula yang diharapkan.




Hasil penelitian yang dirilis ini sangat bertolak belakang dengan angka yang dirilis pada awal tahun ini oleh Kementerian Kehutanan Indonesia, yang mengklaim bahwa deforestasi tahunan telah jauh menurun sejak 2005/2006. Angka tersebut dapat terjadi karena perbedaan perhitungan metodologis.
Kementerian Kehutanan mengabaikan estimasi deforestasi di lahan di luar wilayah kawasan hutan dan tidak memasukkan konversi hutan alam menjadi hutan tanaman industri, yang tetap diangap oleh Kementerian Kehutanan dalam klasifikasi wilayah “hutan.”
Data baru, yang didasarkan pada hasil render 650.000 gambar citra NASA Landsat oleh Google Earth Engine, melalui model komputasi awan, diterbitkan sebagai database komprehensif peta hutan global interaktif. Data ini tersedia sebagai konten gratis di http://earthenginepartners.appspot.com/science-2013-global-forest


Hansen, yang telah menerbitkan sejumlah makalah tentang deforestasi, mengatakan ia berharap peta dapat membantu negara-negara untuk mengembangkan kebijakan yang lebih baik untuk mengurangi hilangnya hutan.

“Ini adalah upaya pertama untuk menyediakan peta perubahan hutan yang konsisten baik secara global maupun untuk tingkat lokal,” demikian Hansen dalam sebuah pernyataannya.  “Brasil menggunakan data Landsat untuk mendokumentasikan laju deforestasinya, juga menggunakan informasi ini dalam perumusan kebijakan dan implementasinya. Mereka juga berbagi data ini, sehingga memungkinkan pihak lain untuk menilai dan mengkonfirmasi keberhasilan mereka. ”

“Sebelumnya data-data tersebut belum tersedia untuk umum untuk bagian lain dunia. Sekarang dengan pemetaan global ini kami dapat memberikan informasi tentang perubahan hutan dimana setiap negara dapat memiliki akses ke informasi ini, baik untuk negara mereka sendiri maupun untuk seluruh dunia.”

KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT KEMISKINAN
Google sebuah perusahaan terkemuka dalam bidang Teknologi Informasi menciptakan sebuah peta global perubahan kawasan hutan yang memiliki resolusi tinggi dan manfaatnya dengan bantuan Google Earth. Dengan data perubahan luas kawasan hutan ini dapat dipantau kerusakan hutan yang terjadi pada setiap negara.

Alat interaktif online tersebut dapat akses oleh publik dan dapat melihat lokasi secara detail dengan tingkat resolusi yang tinggi 30m.

Peta tersebut memuat grafik tentang perjalanan hutan dunia dari tahun 2000 sampai 2012, berdasarkan pada 650.000 citra satelit oleh Landsat 7.

Selama itu, Bumi kehilangan "hutan" dengan luas sama dengan Mongolia, pohon-pohon tersebut digambarkan dapat menutupi enam kali wilayah Inggris.

Perkembangan upaya pengurangan penggundulan hutan dibarengi dengan kerusakan hutan di Indonesia, Malaysia, Paraguay dan Angola, menurut penelitian yang ditulis dalam jurnal Science.

"Ini merupakan peta pertama perubahan hutan yang secara global konsisten dan memiliki relevansi secara lokal," kata Prof Matthew Hansen dari Universitas Maryland, pemimpin tim yang menciptakan peta tersebut.

"Apa yang dapat dilakukan oleh sebuah komputer selama 15 tahun dapat diselesaikan dalam beberapa hari dengan menggunakan Google Earth Engine."
Penelitian tersebut menyebutkan angka penting dalam perubahan hutan dari 2000-2012 - berdasarkan citra satelit.

Dunia kehilangan 2,3 juta kilometer persegi dari hutan di periode tersebut, akibat penebangan, kebakaran, penyakit atau bencana.

Tetapi planet juga mendapatkan tambahan kawasan hutan baru seluas 800.000 kilometer persegi, dengan jumlah total kerusakan 1,5 kilometer persegi.

Dibandingkan negara lain, kondisi hutan Brasil menunjukan perbaikan, dengan menurunkan tingkat kerusakan hutan antara 2003-04 dan 2010-2011.

Sementara, kerusakan hutan di Indonesia meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah penggundulan hutan per tahun yang mencapai 20.000 kilometer pada 2011-12.

Paraguay, Malaysia dan Kamboja memiliki tingkat kerusakan hutan tertinggi.
Secara keseluruhan, hutan tropis meningkat hingga 2.100 kilometer persegi per tahun, menurut penelitian tersebut.

Peta tersebut akan secara rutin diperbaharui dan dapat digunakan mengkaji efektivitas program manajemen hutan.

Hal itu juga dapat membantu kelompok pemerhati lingkungan terhadap dampak deforestasi - termasuk ancaman terhadap keberagaman hayati, penyimpanan karbon dan perubahan iklim.
SERATUS
Sir David King, seorang utusan Khusus Luar Negeri Inggris untuk Perubahan Iklim  mengatakan Indonesia memegang peran penting dalam menangani perubahan iklim karena memiliki cukup banyak hutan.

"Indonesia merupakan negara paling progresif di antara negara-negara berkembang dalam hal penanganan perubahan iklim," kata David King di Jakarta, Jumat (21/2).

David mengatakan Indonesia dan Inggris memiliki permasalahan dalam hal perubahan iklim yang sama, yaitu banjir. Baik di Indonesia maupun Inggris, banjir akibat perubahan iklim membawa dampak yang besar bagi perekonomian.

Karena itu, isu perubahan iklim saat ini merupakan salah satu tantangan terbesar bagi seluruh masyarakat dunia.
"Kita semua bertanggung jawab untuk menangani perubahan iklim. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah," tuturnya.

David mengatakan penanganan perubahan iklim harus segera dilakukan karena diperkirakan dampaknya akan semakin besar di masa depan.

Menurut dia, banjir merupakan ancaman yang paling nyata terhadap perubahan iklim. Sebab, perubahan iklim telah menyebabkan es di Lautan Arktik meleleh sehingga menaikan tinggi permukaan laut. "Setiap pulau di dunia memiliki ancaman yang sama, yaitu naiknya permukaan laut sehingga air akan masuk ke daratan dan menyebabkan banjir. London misalnya, selain ancaman dari laut juga ada ancaman dari sungai yang ada," katanya.

Untuk menangani perubahan iklim, maka dia mendorong negara-negara yang memiliki hutan untuk mencegah deforestasi atau penebangan hutan. "Kerusakan hutan akan mempercepat terjadinya perubahan iklim," ujarnya.
Kondisi hutan-hutan di Indonesia saat ini dalam keadaan krisis. Banyak tumbuhan dan binatang yang hidup di dalamnya terancam punah. Selain itu, masih banyak manusia dan kebudayaan yang menggantungkan hidupnya dari hutan juga ikut terancam. Tapi tidak semuanya merupakan kabar buruk.



Suatu kenyataan pahit, yang bisa kita lihat dari keadaan hutan tropis kita: pembalakan hutan secara liar (illegal logging) dan kebakaran hutan baik disengaja atau pun tidak. Pembalakan liar yang masih terus  terjadi di hutan sekitar Riau, Sumatera. Pertanyaan yang langsung terlintas adalah, bagaimana nasib hewan endemik Harimau Sumatera yang sekarang semakin langka ? Apakah akan punah menyusul nasib Harimau Jawa dan Bali yang sekarang tinggal cerita ?  Tidak hanya di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan di Papua pun hutan tropis kita sudah mulai banyak yang berubah fungsi menjadi hamparan perkebunan kelapa sawit.

Entah sampai kapan hal-hal seperti ini terus berlangsung dan merusak tatanan ekosistem hutan serta mengancam keberadaan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. Tidak hanya para penghuni di hutan, tatanan sosial budaya masyarakat adat di sekitar pun menjadi turut terganggu. Dengan hilangnya hutan berarti hilang juga sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia, karena hutan merupakan tempat mencari makanan, obat-obatan serta menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar rakyat khususnya yang bermukim di dekat hutan.

Manusia perusak lingkungan masih saja berkeliaran. Sudah saatnya segenap jajaran kementerian lingkungan hidup, para polisi hutan beserta peran masyarakat di sekitar hutan dioptimalkan jangan sampai peristiwa ini terus terulang lagi dan terulang lagi.

Coba kita tengok dan pelajari banyak suku-suku adat yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, mereka pada umumnya sudah bertindak sangat ramah lingkungan melalui kegiatan hidupnya sehari-hari, dan kita yang katanya orang kota, faktanya justru banyak yang bertindak kurang peduli terhadap lingkungan.
Begitu sangat banyak kearifan budaya lokal dari berbagai suku adat yang banyak tersebar di seluruh pelosok Indonesia yang patut kita contoh.

Pentingnya Hutan Kota Bagi Alam dan Lingkungan Sekitarnya

Hutan seakan lenyap di masa modern akhir-akhir ini. Dahulu hutan menjadi sarana bagi umat manusia untuk mencari makan. Namun sekarang terbalik, hutan malah dianggap sebagai penghalang bagi masyarakat kota untuk membangun tempat tinggal atau bangunan tinggi.

Di kota-kota di Indonesia jarang kita menemukan hutan kota. Pembangunan kota selama ini cenderung lebih mengutamakan pembangunan fisik dan tidak dibarengi dengan lahan hijau di sekelilingnya. Adapun lahan kosong di sekitar bangunan hanya digunakan untuk parkir tanpa disertai pohon-pohon yang hijau. Jadi bukan hutan kota yang kita temukan, melainkan hutan beton.





Pemandangan ini tampak dari bertebarannya gedung-gedung pencakar langit. Sepanjang mata kita memandang hanyalah gedung tinggi menjulang dan kawasan terbuka hijau yang semestinya 30% dari luas kota seakan-akan terabaikan begitu saja dengan alih-alih pembangunan.

Akibatnya, setiap tahun kota-kota besar di Indonesia mengalami berbagai masalah ketika musim hujan tiba. Mulai dari banjir di mana-mana, kualitas lingkungan dan udara menjadi buruk karena polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor tidak mampu ditampung dan di saring oleh pepohonan yang ada. Keberadaan ruang terbuka hijau mempunyai bermanfaat yang tidak bisa kita abaikan dan berperan dalam mengatasi itu semua.
Jadi, tunggu apa lagi. Keberadaan hutan kota adalah kebutuhan kita semua. Mari kita mulai dari diri kita sendiri dan dorong pihak berwenang untuk menciptakan lebih banyak lagi hutan kota di tempat yang kita tinggali.

KEZHALIMAN DAN KEKIKIRAN AKAN MEMBINASAKAN MANUSIA

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ الله قَالَ : قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: اتَّقُوا الظُّلْمَ ؛ فَإنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ . وَاتَّقُوا الشُّحَّ ؛ فَإِنَّ الشُّحَّ أهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ . حَمَلَهُمْ عَلَى أنْ سَفَكُوا دِمَاءهُمْ ، وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ

Dari Jâbir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Berhati-hatilah kalian terhadap kezhaliman karena kezhaliman itu adalah kegelapan-kegelapan di hari Kiamat. Dan berhati-hatilah kalian terhadap sifat kikir karena kekikiran itulah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. Kekikiran itu mendorong mereka menumpahkan darah dan menghalalkan kehormatan mereka.”[1]

TAKHRIJ HADITS:
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 2578), Ahmad (III/323), al-Bukhâri dalam al-Adabul Mufrad (no. 483), ‘Abd bin Humaid (no. 1141), al-Baihaqi (VI/93 dan X/134) dan dalam kitab Syu’abul Iimaan (no. 10338), dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 4161)

KOSA KATA HADITS:
•       اِتَّقُوْا : Takutlah. Yakni, berhati-hatilah dan hindarilah.
•       اَلظُّلْمُ : اَلْجَوْرُ وَمُجَاوَزَةُ الْحَدِّ,
yakni kezhaliman, penyimpangan dan melewati batas. Makna dasar dari zhalim adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.[2]
•       اَلشُّحُّ : Kekikiran yang sangat, lebih susah mengeluarkan harta dari pada bakhil. Ada juga yang mengatakan sifat bakhil/kikir/pelit yang berlebihan disertai kerakusan. kikir atau bakhil, bisa dengan harta dan bisa juga bakhil dengan perbuatan yang ma’ruf (baik).[3]
•       حَمَلَهُمْ : Mendorong mereka atau yang menjadi penyebab perbuatan mereka.
•       سَفَكُوْا دِمَاءَهُمْ : Menumpahkan darah mereka. Yakni, sebagian mereka saling membunuh sebagian yang lainnya.
•       اِسْتَحَلُّوْا : Menghalalkan. Maksudnya, menghalalkan wanita-wanita yang diharamkan oleh Allâh Azza wa Jalla bagi mereka, kemudian mereka berbuat keji terhadap para wanita tersebut.


SYARH HADITS:
Dalam hadits ini terdapat peringatan dari berbuat zhalim dan anjuran untuk berbuat adil. Syari’at Islam seluruhnya adil, memerintahkan untuk berlaku adil, dan melarang dari berbuat zhalim. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ

Katakanlah, “Rabbku menyuruhku berlaku adil…” [al-A’râf/7:29]

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ

Sesungguhnya Allâh menyuruh (kamu) berlaku adil…” [an-Nahl/16:90]

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. ” [al-An’âm/6:82]

Sesungguhnya iman itu dalam semua pokok dan cabangnya, yang zhahir maupun batin, semuanya adil, berlawanan dengan zhalim.

Keadilan yang paling adil dan yang pokok adalah mengakui dan mengikhlaskan tauhid hanya kepada Allâh semata, beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang baik, serta mengikhlaskan agama dan ibadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla .

Kezhaliman yang paling zhalim yaitu berbuat syirik, menyekutukan Allâh, sebagaimana firman-Nya :

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allâh, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” [Luqmân/31:13]

Karena adil artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya serta melaksanakan hak-hak yang wajib. Adapun zhalim yaitu meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.

Hak yang paling besar dan paling wajib yaitu hak Allâh atas hamba-Nya. Seorang hamba harus mengenal Allâh Azza wa Jalla dan beribadah hanya kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun. Lalu mengerjakan pokok-pokok iman, syari’at-syari’at Islam seperti mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, haji ke Baitullah, jihad di jalan Allâh dengan perkataan maupun perbuatan, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Tidak melakukan salah satu dari yang disyari’atkan adalah sebentuk kezhaliman.

Termasuk perbuatan adil yaitu menunaikan hak-hak Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diantaranya mengimani dan mencintainya, lebih mencintai beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam daripada semua makhluk, mentaatinya, menghormatinya, memuliakannya, serta mendahulukan perintah dan perkataannya di atas perintah dan perkataan orang lain.

Sebaliknya, adalah sebuah kezhaliman besar, jika seorang hamba tidak menunaikan salah satu dari hak-hak Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Termasuk keadilan yaitu memuliakan dan mencintai para Shahabat Rasûlullâh Radhiyallahu anhum. Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan keutamaan dan pujian yang banyak buat para sahabat g dibandingkan dengan ummat-ummat yang lain. Para sahabat Radhiyallahu anhum merupakan sebaik-baik manusia sesudah para Nabi dan Rasul. Para sahabat adalah orang-orang yang diridhai oleh Allâh dan dijamin akan mendapatkan Surga. Sampainya agama Islam kepada kita adalah salah satu buah perjuangan, jihad dan pengorbanan para Shahabat Radhiyallahu anhum.

Dengan demikian, betapa besar kezhaliman orang mencela, menghina, mencaci maki para sahabat Radhiyallahu anhum. Mencaci maki para sahabat pada hakikatnya adalah menghujat Allâh Azza wa Jalla , Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan agama Islam. Karena yang memuji mereka adalah Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang keras mencaci maki para sahabat. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ، فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ.

Jangan kalian mencaci Sahabatku!! Demi Rabb Yang diriku berada di tangan-Nya, jika seandainya salah seorang dari kalian memberikan infaq emas sebesar gunung Uhud, maka belumlah mencapai nilai infaq mereka meskipun (mereka infaq hanya) satu mudd (yaitu sepenuh dua telapak tangan) dan tidak juga separuhnya.[4]

مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ، وَالْمَلاَئِكَةِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ.

Barang siapa mencaci-maki Sahabatku, maka baginya laknat Allâh, Malaikat, dan manusia seluruhnya![5]

Diantara perbuatan adil lainnya adalah berbakti kepada kedua orang tua, menyambung hubungan kekeluargaan, menunaikan hak-hak kerabat, teman dan orang-orang yang berurusan dengan kita. Dan kezhaliman yaitu tidak menunaikan semua hal tersebut.

Menunaikan hak suami isteri merupakan sebentuk keadilan lainnya. Barangsiapa tidak menunaikannya, maka dia zhalim.

Menzhalimi manusia banyak macamnya, semua itu terkumpul dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Haji Wada’ :

إنَّ دِمَاءَكُمْ، وَأمْوَالَكُمْ، وأعْرَاضَكُمْ، حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِيْ شَهْرِكُمْ هَذَا، فِيْ بَلَدِكُمْ هَذَا

Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian, semuanya haram atas kalian sebagaimana haramnya hari ini, bulan ini, dan negeri ini.[6]

Jadi, seluruh kezhaliman itu adalah kegelapan pada hari kiamat. Para pelakunya dihukum sesuai dengan kadar kezhalimannya. Orang-orang yang dizhalimi dibalas dari kebaikan-kebaikan orang yang berbuat zhalim tersebut. Jika mereka tidak mempunyai kebaikan lagi, maka diambillah keburukan-keburukan orang yang dizhalimi tersebut dan dibebankan kepada orang-orang yang berbuat zhalim.

Allâh Azza wa Jalla mengharamkan kezhaliman atas diri-Nya, dan Allâh Azza wa Jalla menjadikannya juga haram di antara para hamba-Nya. Allâh itu Maha Adil dalam perkataan, perbuatan dan balasan-Nya.

Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam hadits qudsi :

يَا عِبَادِيْ! إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَـى نَفْسِيْ، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا؛ فَلَاتَظَالَـمُوْا ...

Wahai para hamba-Ku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku, dan Aku menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi![7]

Maksudnya, bahwa Allâh Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan perbuatan zhalim atas para hamba-Nya serta melarang mereka saling menzhalimi, karena kezhaliman itu sendiri adalah haram secara mutlak. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَمَا أَنَا بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ

... Dan Aku tidak menzhalimi para hamba-Ku. [Qâf/50:29]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادِ

... Padahal Allâh tidak menghendaki kezhaliman terhadap hamba-hamba-Nya. [al-Mu'min/40:31]

Kezhaliman Itu Ada Tiga Macam :
1.     Kezhaliman yang tidak diampuni oleh Allâh, yaitu perbuatan syirik, menyekutukan Allâh. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allâh tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik) dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allâh, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar. [an-Nisâ’/4:48]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allâh, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” [Luqmân/31:13]

2.     Kezhaliman yang tidak dibiarkan sedikitpun oleh Allâh Azza wa Jalla , yaitu kezhaliman sebagian hamba kepada sebagian lainnya. Termasuk dari keadilannya yang sempurna yaitu Allâh membalas kezhaliman di antara hamba-Nya sesuai dengan kadar kezhaliman mereka.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Sesungguhnya kezhaliman adalah kegelapan pada hari Kiamat[8]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

إِنَّ اللهَ لَيُمْلِيْ لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ، ثُمَّ قَرَأَ : وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَىٰ وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ

Sesungguhnya Allâh pasti menunda (hukuman) bagi orang zhalim, namun jika Dia telah menyiksanya, Dia tidak meloloskannya.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat (yang artinya), “Dan begitulah siksa Rabbmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat.” [Hûd/11:102][9].

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيْهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَايَكُوْنَ دِيْنَارٌ وَلَادِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

Barangsiapa pada dirinya terdapat mazhlamah (kezhaliman) kepada saudaranya apakah ia pernah merusak kehormatannya atau sesuatu (harta yang diambil dengan zhalim) milik saudaranya, hendaklah ia memintanya untuk menghalalkannya sekarang ini, karena di sana (hari Kiamat) tidak ada dinar dan dirham. Jika ia memiliki amal shalih, maka akan diambil untuk (membayar) orang yang dizhalimi sesuai dengan kezhalimannya. Dan jika ia tidak memiliki amal shalih, maka kesalahan-kesalahan saudaranya itu diambil kemudian dibebankan kepadanya[10].

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ

... Dan berhati-hatilah terhadap do’a orang yang dizhalimi, karena tidak ada penghalang antara do’a tersebut dengan Allâh[11].

3.     Kezhaliman yang berada dalam kehendak Allâh Azza wa Jalla , jika Dia menghendaki maka Dia akan menghukumnya. Dan jika Dia menghendaki maka Dia akan memaafkannya. Yaitu dosa-dosa yang dilakukan seorang hamba terhadap Rabb-nya, selain syirik.[12]

Allâh Azza wa Jalla menyediakan jalan yang lurus bagi para hamba-Nya yang ingin kembali kepada keadilan. Barangsiapa menyimpang darinya, maka ia akan kembali kepada kezhaliman yang menyeretnya ke Neraka.

Sabda Nabi :

وَاتَّقُوا الشُّحَّ ؛ فَإِنَّ الشُّحَّ أهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

Dan berhati-hatilah kalian terhadap sifat kikir/bakhil, karena kekikiran/kebakhilan itulah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian

Karena ketamakan terhadap harta membuat manusia mengumpulkan harta dengan segala cara dan dari segala sumber, tanpa peduli halal maupun haram –na’udzu billah-. Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

حَمَلَهُمْ عَلَى أنْ سَفَكُوا دِمَاءهُمْ ، وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ
(Kekikiran itu) mendorong mereka (orang-orang sebelum kita) untuk menumpahkan darah dan menghalalkan kehormatan mereka.

Orang yang kikir/bakhil menumpahkan darah karena ia memandang tidak bisa mencapai tujuannya kecuali dengan pertumpahan darah.

Dalam hadits di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan ummatnya dari dua perkara yaitu kezhaliman dan kekikiran/kebakhilan. Zhalim yaitu menganiaya orang lain, dan kikir yaitu tamak pada apa yang dimiliki orang lain. Keduanya merupakan perbuatan yang diharamkan. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

… Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. [al-Hasyr/59:9]

Ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang tidak menjaga dirinya dari kekikiran, dia tidak beruntung. Karena orang yang beruntung adalah orang yang dijaga oleh Allâh Azza wa Jalla dari kekikiran. Kita memohon kepada Allâh agar melindungi kita dari kezhaliman dan menjaga diri kita dari kekikiran dan keburukan-keburukannya.[13]

Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mencela serta mengecam sifat bakhil, kikir dan pelit. Bakhil, kikir, dan pelit adalah sifat yang tercela, tabi’at yang hina, dan perangai yang jelek serta termasuk salah satu penyakit di tengah umat Islam. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berlindung kepada Allâh dari sifat ini. Bagaimana tidak?! Karena penyakit ini telah membinasakan banyak ummat, selain itu sifat ini juga menyebabkan pelakunya diseret ke dalam Neraka Jahannam, wal’iyâdzu billâh.

Di antara manusia ada yang kikir mengeluarkan zakat yang telah Allâh Azza wa Jalla wajibkan atasnya, padahal zakat itu akan membersihkan hartanya dan mensucikan dirinya. Di antara manusia juga ada yang kikir dan pelit terhadap dirinya sendiri, istrinya, dan anak-anaknya, juga pelit terhadap karib kerabatnya, teman-teman karibnya, tamunya, orang-orang fakir miskin, dan selainnya.

Karena itulah ia terdapat ancaman yang keras dalam al-Qur’ân dan Sunnah yang shahih bagi orang yang mempunyai sifat dan mengidap penyakit bakhil, kikir dan pelit ini.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allâh kepada mereka dari karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allâh-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allâh Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. [Ali ‘Imrân/3:180]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ ﴿٨﴾ وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ ﴿٩﴾ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ ﴿١٠﴾ وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّىٰ

Dan adapun orang-orang yang kikir dan merasa diri-nya cukup (tidak perlu pertolongan Allâh), serta mendustakan (pahala) yang terbaik, maka akan Kami mudah-kan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan). Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. [al-Lail/92:8-11]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا يَـجْتَمِعُ الْإِيْمَانُ وَالشُّحُّ فِـيْ قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

Tidak akan pernah berkumpul antara keimanandan kekikirandi hati seorang hamba selama-lamanya[14].

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ia pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَثَلُ الْبَخِيْلِ وَالْمُنْفِقِ كَمَثَلِ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا جُنَّتَانِ مِنْ حَدِيْدٍ مِنْ ثُدِيِّهِمَا إِلَىٰ تَرَاقِيْهِمَا، فَأَمَّا الْمُنْفِقُ فَلَا يُنْفِقُ إِلَّا سَبَغَتْ، أَوْ وَفَرَتْ عَلَىٰ جَلْدِهِ حَتَّىٰ تُـخْفِـيَ بَنَانَهُ، وَتَعْفُوَ أَثَرَهُ، وَأَمَّا الْبَخِيْلُ فَلَا يُرِيْدُ أَنْ يُنْفِقَ شَيْئًا إِلَّا لَزِقَتْ كُلُّ حَلْقَةٍ مَكَانَهَا، فَهُوَ يُوَسِّعُهَا فَلَا تَتَّسِعُ

Perumpamaan orang yang kikir dan orang yang berinfak adalah seperti dua orang laki-laki yang memakai baju besi (perisai) yang menutup kedua susunya sampai ke tulang selangkanya. Adapun orang yang berinfak maka tidaklah dia berinfak melainkan akan berkembang baju besi yang dipakainya itu sampai menutupi bekas langkahnya. Sedangkan orang bakhil maka tidaklah dia hendak menginfakkan sesuatu melainkan akan semakin kuat lingkaran baju besi itu menempel pada setiap tempat-nya, dia berusaha melonggarkannya, tetapi baju besi itu tidak mau berkembang[15].

Bakhil, kikir, dan pelit termasuk perkara yang membinasakan, sebagaimana Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَـلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

Tiga perkara yang membinasakan (yaitu) kikir (pelit) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan takjubnya seseorang terhadap dirinya sendiri[16]

Rasûlullâhn berlindung kepada Allâh dari kezhaliman,

اَللهم إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ

Ya Allâh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (oleh syaitan atau orang berwatak syaitan), berbuat kesalahan atau disalahi, tergelincir atau digelincirkan orang, menzhalimi (menganiaya) atau dizhalimi (dianiaya), dan berbuat bodoh atau dibodohi.[17]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berlindung kepada Allâh Azza wa Jalla dari sifat bakhil, pelit, dan kikir. Di antara do’a yang beliau baca ialah:

اَللهم إِنِّـيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْـجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِن أَنْ أُرَدَّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْـنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ

Ya Allâh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut, aku berlindung kepada-Mu dari sifat bakhil/kikir, aku berlindung kepada-Mudari dikembalikan kepada umur yang paling hina(pikun), dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah (cobaan) dunia dan adzab kubur.[18]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga banyak memanjatkan do’a di bawah ini :

اَللهم إِنِّـيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَـمِّ، وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ، وَالْـجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

Ya Allâh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, sifat bakhil (kikir), pengecut, lilitan hutang, dan dikuasai orang lain.[19]

FAWA’ID :
1.     Allâh Maha Adil dan tidak pernah berbuat zhalim kepada para hamba-Nya.
2.     Allâh Azza wa Jalla mengharamkan kezhaliman atas diri-Nya
3.     Allâh Azza wa Jalla mengharamkan kezhaliman atas hamba-hamba-Nya.
4.     Wajib berlaku adil dalam semua hal dan tidak boleh berbuat zhalim/aniaya kepada siapapun.
5.     Kezhaliman merupakan kegelapan pada hari Kiamat.
6.     Kezhaliman yang paling zhalim adalah berbuat syirik atau menyekutukan Allâh dengan sesuatu.
7.     Kezhaliman seorang hamba kepada yang lainnya, atau seorang penguasa kepada rakyatnya, atau majikan kepada karyawannya, dan lainnya akan dituntut/dibalas oleh Allâh sampai hari Kiamat.
8.     Kezhaliman menyebabkandatangnya kemurkaan dan hukuman dari Allâh.
9.     Kita wajib berhati-hati kepada do’anya orang yang dizhalimi atau dianiaya, karena do’a mereka dikabulkan oleh Allâh Azza wa Jalla .
10.   Larangan keras dan peringatan terhadap kekikiran dan kebakhilan.
11.   Kekikiran dan kezhaliman termasuk penyebab tersebarnya kejahatan, kerusakan, permusuhan, dan hal buruk lainnya.
12.   Kezhaliman dan kekikiran masuk dalam dosa besar yang menyebabkan kebinasaan di dunia dan kehinaan bagi para pelakunya pada hari Kiamat.
13.   Ketamakan terhadap dunia akan menyeret ummat kepada kemaksiatan dan menjerumuskan mereka kepada pertumpahan darah dan perbuatan keji.
14.   Orang yang beriman mempunyai sifat karîm (dermawan) dan banyak bersedekah, sedangkan orang munafik punya sifat kikir, bakhil, dan pelit.
15.   Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang berbuat zhalim dan kikir dan beliau berlindung kepada Allâh Azza wa Jalla dari kezhaliman dan sifat kikir.



[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XVII/1435H/2014M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]









No comments:

Post a Comment