!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, December 4, 2013

Japan Halal Food Project Bidik Indonesia




Japan Halal Food Project Bidik Indonesia


Jepang membidik pasar Indonesia dengan meluncurkan program Japan Halal Food Project yang diselenggarakan First bersama Cool Japan Strategy Project METI.

Selain mempererat hubungan bilateral ekonomi Indonesia-Jepang, ini dapat memberikan pemahaman lebih tentang masyarakat muslim Indonesia bagi Jepang.
Hal tersebut dikemukakan penyelenggara Japan Halal Food Project, Officer Direktur Eksekutif First Co., Ltd Eichi Ueda di Jakarta, Rabu.

Kurangnya informasi tentang Islam kerap membuat masyarakat Jepang salah mengerti tentangnya, lanjut dia.

"Konsep halal dalam Islam mirip dengan sistem monitoring produksi di Jepang yang menekankan konsep nyaman, aman, dan bersih," papar dia.

Beberapa kegiatan dalam proyek ini meliputi peluncuran website Cooking Japan pada 2 Desember lalu. Laman tersebut menampilkan informasi seputar resep makanan Jepang yang halal, budaya kuliner Jepang, informasi restoran halal di Jepang, dan panduan wisata bagi muslim yang ingin berkunjung ke sana.

Program ini berisi acara Cooking Japan School Carnaval yang akan dimulai pada Akhir Februari 2014 di lima sekolah dasar Jakarta.

Selain itu, ada pula seminar tentang ekspor produk makanan promosi market Indonesia di Jepang serta Bisnis Matching tentang produk ekspor makanan dan promosi market Indonesia pada Maret mendatang.
Perusahaan peserta juga akan dibantu konsultasi untuk mendapatkan sertifikasi halal oleh Nippon Asia Halal Assosiation.

Rachmat Gobel dari Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang mengatakan proyek ini tidak hanya semata-mata menjadi ajang promosi bagi Jepang, tetapi juga kesempatan bagi Indonesia untuk mempelajari kekuatan produk asal negeri Sakura yang dapat diimplementasikan dalam industri makanan Indonesia.

Asosiasi Halal Jepang ingin samai standar MUI

Yayasan Nippon Asia Halal Association (NAHA) ingin menyamai standar Majelis Ulama Indonesia dalam memberikan sertifikasi halal pada produk makanan di Jepang.

Rodiyan Gibran Sentanu dari NAHA mengemukakan upaya NAHA mendapat akreditasi dari MUI dilakukan demi meningkatkan kualitas sertifikasi halal NAHA.

Yayasan tersebut selain ingin membantu warga muslim di Jepang, juga sekaligus ingin menjadikan ini sebagai dakwah mengenai Islam di negara minoritas muslim tersebut.

"Masyarakat banyak yang tidak tahu konsep halal yang sebenarnya, mereka hanya tahu halal yang penting bukan daging babi dan bukan alkohol," katanya di Jakarta dalam acara Japan Halal Food Project, Rabu (4/12).
"Ini juga sebagai proses dakwah Islam di Jepang karena Islam memiliki stereotip teror, dengan kesan baik ini semoga bisa memudahkan masyarakat Jepang menerima islam," lanjut dia.

NAHA yang sudah dua tahun berdiri sudah memberikan sertifikasi halal pada sebelas produk, termasuk senbei (kerupuk beras), yogurt, es krim, minuman, dan soyu.

Ada pula satu hotel yang sudah mendapat sertifikasi halal karena dapat menyediakan makanan yang boleh dikonsumsi muslim. Namun, NAHA tidak bisa memberikan sertifikasi halal pada restoran karena bukan kewenangan mereka. Selain itu, belum ada ketetapan di Jepang tentang standar halal yang harus diikuti restoran.

"Itu urusannya dengan undang-undang Jepang. Kalau MUI kan sudah mendapat izin dari pemerintah," katanya.

Dia menambahkan, animo industri Jepang dalam memproduksi produk halal semakin terlihat dari ramainya seminar yang berkaitan dengan tema halal di Jepang.

"Kalau demand kuat, pasti akan makin banyak produksi halal dari Jepang," tutup dia.

No comments:

Post a Comment