Menggarap skenario film Wiji Thukul, penulis Mumu Aloha tidak ingin gegabah dan terburu-buru. "Sampai saat ini masih proses. Baru rampung sekitar 50 persen," aku Mumu, di Jakarta, Selasa (28/1).
Pria yang menekuni karir sebagai editor dan banyak menulis kritik film ini mengaku sudah lama punya keinginan menggarap skenario tentang sosok Wiji Thukul, seorang penyair dan aktivis yang menjadi korban penculikan pada tahun 1998 lantaran dikenal cukup keras dalam menyuarakan kritik terhadap pemerintah orde baru lewat orasi maupun puisi-puisinya.
Sejak ide ini muncul, kata Mumu, serangkaian survey dan riset sudah dilakukan. "Tapi saya merasa harus memperdalam lagi, sebelum siap difilmkan," kata penulis yang yang bergabung dengan kelompok Barisan Pengingat, sebuah gerakan budaya yang concern terhadap masalah Hak Asasi Manusia.
Mumu tak membantah jika ide untuk mengangkat sosok Wiji Thukul menjadi film bukan yang pertama kalinya ada. "Tapi semua lebih sebagai film dokumenter. Sementara yang ingin saya buat adalah film panjang, dengan genre biopik," jawab Mumu.
Lebih lanjut Mumu menerangkan naskah skenario yang sedang digarapnya juga tidak menempatkan porsi politik yang besar. Saya hanya ingin mengangkat dari sisi perjalanan hidup seorang Wiji Thukul sebagai penggiat sastra yang aktif menghasilkan karya-karya tentang kekerasan dan ketidakadilan. Jadi masa-masa dimana dia aktif dalam partai politik, porsinya tidak banyak," ungkapnya.
Barisan Pengingat, sebuah gerakan kebudayaan di kalangan generasi muda dari beragam profesi, seperti artis, jurnalis, dan musisi, tahun ini memang akan mengangkat sosok Wiji Thukul. | Galuh K Wibie/MJF
No comments:
Post a Comment