!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Thursday, December 5, 2013

Pertemuan AS-Cina Temui Jalan Buntu




Pertemuan AS-Cina Temui Jalan Buntu


Pertemuan antara Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Cina, Xi Jinping yang berlangsung lima jam menyangkut penetapan zona pertahanan udara Cina berakhir tanpa solusi. Situasi mengenai bagaimana kedua negara serta para sekutu AS bereaksi di masa mendatang menjadi tanda tanya.

Biden menekankan bahwa Gedung Putih “tidak mengakui” keberadaan zona udara Laut Cina Timur dan menginginkan kepemimpinan Cina untuk menghindari langkah yang berujung konfrontasi dengan Jepang dan negara lain, demikian keterangan pejabat AS..

Presiden Cina, Xi Jinping bersalaman dengan Wakil Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.

Sebaliknya, Presiden Xi menunjukkan posisi Cina dalam sengketa wilayah tapi menolak berkomitmen untuk mencabut zona udara, ujar para pejabat AS. Xi Jinping mengisyaratkan pilihannya untuk “menampung” permintaan itu.

Pejabat AS di hadapan para wartawan mengungkap: “Menurut kami, bola ada di pihak Cina. Kita lihat bagaimana masalah itu berkembang dalam beberapa hari dan pekan mendatang.”

Demi meredakan ketegangan, Biden meminta Xi Jinping untuk menyiapkan serangkaian tindakan guna memulihkan keyakinan dan kepercayaan dari para negara tetangganya. Salah satu caranya adalah menciptakan sistem komunikasi darurat, atau hotline, yang akan menghubungkan para pejabat Cina dan Jepang atau bahkan negara lain.

“Terpenting, kami ingin mereka bersama-sama Jepang dan Korea Selatan mengambil tindakan yang membangun kepercayaan,” ujar seorang pejabat pemerintah senior.
.
Sebagai gambaran diplomasi antara negara superpower, AS tidak langsung meminta Cina mencabut zona udara, dan Washington tahu Xi takkan menghapus zona itu saat Biden bertolak ke Korea Selatan.

“Saya rasa mereka tahu bahwa zona pertahanan itu takkan dicabut saat [Joe Biden] meninggalkan Asia,” ujar Julianne Smith, mantan penasihat keamanan nasional Biden. “Mereka ingin memulai tatap muka.”

Biden berupaya memanfaatkan diplomasi pribadi guna mengakhiri krisis yang menggoyang Jepang dan Korea Selatan, serta memicu konfrontasi baru antara AS dengan Cina. Menurut sumber, Biden dan Xi telah membangun hubungan kuat dalam beberapa tahun belakangan.

Namun, sejumlah analis ragu mengenai pendekatan Biden tersebut.

“Menurut protokol diplomatik biasa, [tindakan yang ia ambil] baik. Namun, situasi diplomatik saat ini tidaklah normal,” ujar Michael Auslin, direktur Japan Studies di American Enterprise Institute.

 “Para sekutu kami mengharapkan sesuatu yang lebih kuat. Saya rasa, mereka mungkin akan merasa sendirian.”
Di Korea Selatan, Biden akan berupaya membujuk sekutu lamanya untuk tidak mengambil tindakan yang akan meningkatkan krisis.

No comments:

Post a Comment