Sejumlah survei menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo Subianto meningkat jelang pemilu
Sejumlah survei menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo Subianto meningkat jelang pemilu presiden sehingga mempertipis selisih kemenangan dengan pesaingnya Joko Widodo.
Sedikitnya ada tiga survei yang menggambarkan hal ini. Survei Kompas menyebut selisih hanya tinggal 7% sementara survei LIPI menyebut 9%.
Adapun Lingkaran Survei Indonesia merilis bahwa jarak antar dua pasang hanya tinggal 6%, padahal pada survei LSI sebelumnya pada Mei 2014, jarak elektabilitas bisa dua digit, yaitu sekitar 13%.
LSI menyebut pasangan Jokowi-JK masih diunggulkan dengan memperoleh 45% suara sementara elektabilitas Prabowo-Hatta sebesar 38,7%.
Peneliti LSI Fitri Hari menjelaskan selain dipengaruhi kurang optimalnya mesin partai, kubu Jokowi JK terpukul oleh kampanye hitam yang marak beredar.
"Kampanye hitam menyerang dua kubu tetapi suara yang paling tergerus adalah suara Jokowi JK. Isu yang dibangun soal busway, non-muslim, isu SARA yang dimainkan membuat pemilih sensitif," katanya kepada wartawan BBC Indonesia Christine Franciska.
Masih optimistis
Tim pemenangan Jokowi JK dari Partai Nasional Demokrat, Akbar Faisal, mengatakan mereka tetap yakin kubu mereka akan menang dan suara Jokowi JK diklaim tidak turun.
"Tren suara Jokowi menurun itu sudah berakhir. Dan tren kenaikan suara Prabowo sudah berakhir.
"Singkat cerita lembaga-lembaga survei itu tetap mengatakan Jokowi masih menang. Dan dengan waktu yang sudah 11 hari ini, menurut saya ya Anda sudah tau hasilnya bagaimana," katanya.
"Pekerjaan kami adalah menjaga selisih kemenangan semakin lebar, dan kami tidak diam. Kami bekerja sangat keras."
Suara mengambang
Survei LSI juga menyebut bahwa jumlah suara mengambang dan pemilih yang ragu-ragu bisa mencapai 32%. Sementara LIPI mencatat warga yang belum menentukan pilihan sebesar 23%.
Jumlah ini terbilang besar dan menjadi penentu kemenangan dua kubu dalam beberapa hari mendatang.
"Dalam beberapa hari ke depan, kampanye diperkirakan akan semakin keras saya pikir. Karena ini pertaruhan terakhir bagi Prabowo untuk menaikan kembali suara dan Jokowi untuk mempertahankan," kata peneliti LIPI, Wawan Ichwanudin.
"Kalau melihat karakteristik pemilih Indonesia yang tidak terikat dengan partai tertentu. Kesempatan masih terbuka bagi dua kubu untuk memenangkan pilpres."
Menurut jadwal KPU, masa kampanye akan berakhir pada 5 Juli mendatang sementara pemilu diselenggarakan pada 9 Juli. BBC
No comments:
Post a Comment