Istana Merdeka Dirampok!
ASATUNEWS - Presiden Soekarno jatuh. Menurut banyak kalangan, Bung Karno memang sengaja dijatuhkan oleh Panglim Komando Cadangan Strategis (Kostrad), Mayor Jenderal Soeharto, dengan apa yang disebut dengan istilah “kudeta merangkak”.
Secara de facto, sejak 1 Oktober 1965, yang memegang kendali negara adalah Mayor Jenderal Soeharto. Secara de jure, Bung Karno resmi dicabut kekuasaannya dalam Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), 12 Maret 1967.
Dengan pertimbangan untuk menghindari pertumpahan darah sesama anak bangsa, Bung Karno menolak untuk melawan Soeharto dan pasukannya. Padahal, ketika itu, loyalis Soekarno juga banyak perwira tinggi tentara yang punya pasukan.
Bung Karno pun dijadikan tahanan rumah oleh rezim militer Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto. Ia tidak boleh keluar dari Istana Merdeka. Namun, pada 16 Agustus 1967, Bung Karno diusir dari Istana Merdeka, tetap dalam status sebagai tahanan rumah. Bunga Karno sempat pindah ke paviliun Istana Bogor, lalu ke Istana Batutulis-Bogor, kemudian dipindahkan ke rumah Dewi Soekarno di Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, karena kondisi kesehatannya terus memburuk.
Ketika keluar dari Istana Merdeka, Bung Karno keluar hanya memakai piyama warna krem serta kaos oblong cap Cabe. “Baju piyamanya disampirkan di pundak, memakai sandal cap Bata yang sudah usang. Tangan kanannya memegang koran yang digulung agak besar, isinya bendera sang saka merah putih," kata Perwira Detasemen Kawal Pribadi Sogol Djauhari Abdul Muchid dalam buku Hari-Hari Terakhir Soekarno (2012) yang ditulis Peter Kasenda.
Anak-anak Bung Karno pun diharuskan pindah. Ada yang mengontrak rumah dan ada pula yang ikut ibu mereka, Bunda Fatmawati, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dalam bukua H Maulwi Saelan, Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66 (2001), ada lampiran daftar barang milik Bung Karno sekeluarga yang terpaksa ditinggalkan di Istana Merdeka. Ketika Bung Karno keluar dari Istana Merdeka, menurut buku tersebut, ada tim pencatat barang-barangnya, yang terdiri dari 9 orang, yakni 6 dari militer dan 3 staf kepresidenan.
Tentu saja, karena sekitar 20 tahun tinggal di sana, ada begitu banyak barang Bung Karno dan keluarganya di Istana Merdeka. Ada ribuan. Namun, tidak semua dicatat oleh tim 9 itu.
Celakanya, yang dicatat tim 9 itu pun ternyata sudah tak ada lagi barang-barangnya dan sampai kini tidak diketahui siapa yang telah melakukan perampokan besar-besaran di Istana Merdeka tersebut. Pihak keluarga Bung Karno pun tidak tahu siapa yang mengambil barang-barang itu.
Yang dicatat oleh tim 9 itu antara lain termasuk beberapa tongkat komando, ribuan judul buku, stempel Republik Indonesia Jogjakarta, gulungan Teks Proklamasi, Bendera Pusaka, piagam-piagam, dan penghargaan-penghargaan kepada Bung Karno dari berbagai negara di dunia. Juga tercatat bernacam logam mulia, emas batangan, ema koin, dan emas-emasan lain, koleksi lukisan, patung, arlpji, dan tanda jasa.
Sempat terbetik kabar, anak-anak Bung Karno pada masa Orde Baru sempat menanyakan ke mana raibnya barang-barang milik keluarga mereka, Namun, pertanyaan itu tak pernah mendapat jawaban, bahkan sampai sekarang.
No comments:
Post a Comment