Mobil China |
China Catat Pertumbuhan Ekonomi Terlambat Sejak 2009
Para pemimpin diperkirakan tidak akan mengeluarkan
langkah drastis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kecuali ada penurunan besar
dalam pasar lapangan kerja.
Pengunjung melihat mobil listrik E30 EV buatan perusahaan
China Dongfeng Motor Co., di pameran industri China di Shanghai. (Foto: Dok)
Pengunjung melihat mobil listrik E30 EV buatan perusahaan
China Dongfeng Motor Co., di pameran industri China di Shanghai. (Foto: Dok)
IMF: Pertumbuhan Ekonomi Global Melamban
Otoritas Pasar Modal AS: Ada Praktik Skema Piramida $129
Juta di China
Pertumbuhan Kekayaan Milyarder Asia Paling Pesat
Pemerintah Optimis Target Investasi 2014 akan Tercapai
Keamanan Pasokan Daging Diragukan, Restoran Waralaba AS
di China Merugi
21.10.2014
Ekonomi China hanya tumbuh 7,3 persen dalam kuartal
ketiga dari setahun sebelumnya, pertumbuhan terlambat sejak awal 2009 di
ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Angka yang dikeluarkan Selasa (21/10) oleh Biro Statistik
Nasional itu mengalahkan ekspektasi pasar, namun memunculkan keprihatinan bahwa
China tidak akan memenuhi target pertumbuhan 7,5 persen tahun ini.
"Meski ada perlambatan PDB kuartal ketiga, jumlah
pekerja dan harga pada umumnya stabil. Ekonomi nasional saat ini ada dalam
situasi yang masuk akal. Pertumbuhan terakumulasi untuk tiga kuartal adalah
7,4, kuartal ketiga adalah 7,3. Ini merupakan perlambatan, dibandingkan dengan
periode yang sama tahun lalu," menurut Sheng Laiyun, juru bicara Biro
Statistik Nasional.
China pada tahun ini mengumumkan langkah-langkah
stimulus, termasuk meningkatkan pengeluaran untuk proyek-proyek infrastruktur,
seperti jalur kereta api, perumahan rakyat dan peningkatan kredit.
Namun para pemimpin diperkirakan tidak akan mengeluarkan
langkah drastis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kecuali ada penurunan besar
dalam pasar lapangan kerja.
Pertumbuhan Kekayaan Milyarder Asia Paling Pesat
Meski Asia ada di belakang Eropa dan Amerika Utara dalam
hal jumlah total milyarder, namun mereka dari wilayah ini mencatat pertumbuhan
kekayaan paling pesat.
Di Asia, China memiliki jumlah miliarder terbanyak dengan
190 orang.
Di Asia, China memiliki jumlah miliarder terbanyak dengan
190 orang.
Jumlah Milyarder Dunia 2.170 Orang
Populasi Orang Kaya Asia Meningkat di Tahun 2012
18.09.2014
SINGAPURA—
Milyarder-milyarder Asia yang dipimpin oleh taipan-taipan
China menikmati pertumbuhan kekayaan tercepat tahun ini dibandingkan
orang-orang kaya lainnya di dunia, menurut sebuah laporan, Rabu (17/9).
Gabungan kekayaan milyarder Asia tumbuh 18,7 persen dari
tahun lalu menjadi US$1,41 triliun, menurut laporan Wealth-X, sebuah firma
riset dengan spesialisasi individu berpenghasilan tinggi, dan bank Swiss UBS.
Asia menambahkan 52 milyarder berpenghasilan dolar AS
tahun ini, membuat jumlah total milyarder di wilayah ini 560 orang. Sebanyak 33
dari 52 milyarder baru tersebut datang dari China, atau 63,5 persen.
Meski Asia ada di posisi ketiga di belakang Eropa dan
Amerika Utara dalam hal jumlah total milyarder, mereka yang dari Asia mencatat
pertumbuhan kekayaan paling pesat dibandingkan wilayah manapun di seluruh
dunia.
Asia mencakup 30 persen dari peningkatan bersih milyarder
global pada 2014, menurut laporan tersebut.
Jumlah milyarder di dunia naik 7 persen dari tahun lalu
menjadi 2,325, yang merupakan rekor, atau bertambah 155 orang. Jika digabung,
kekayaan mereka mencapai $7,3 triliun, atau naik 12 persen.
Sebagian besar milyarder Asia memperoleh kekayaannya di
dalam wilayah tersebut dari real estat dan konglomerasi industri. Hanya 11
persen yang mengumpulkan kekayaan dari sektor keuangan, perbankan dan
investasi, jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara lain.
Milyarder-milyarder Asia juga termuda di dunia, dengan
usia rata-rata 61 tahun, dan hanya 13 persen yang mewarisi kekayaan secara
penuh.
Di Asia, China memiliki jumlah milyarder terbanyak dengan
190 orang, diikuti India (100), Hong Kong (82), Jepang (33), Singapura (32),
Taiwan (29), Taiwan (29), Korea Selatan (21), Indonesia (19), Thailand (17) dan
Filipina (13). (AFP/VOA)
No comments:
Post a Comment