Joko Widodo bersa,a istri dan anak |
Perjalanan yang belum selesai (149)
(Bagian ke seratus empat puluh Sembilan, Depok, Jawa
Barat, Indonesia, 20 Oktober 2014, 03.14 WIB)
Hari ini Joko Widodo dilantik menjadi Presiden Republik
Indonesia ke-7, Muhammad Jusuf Kalla dilantik menjadi Wakil Presiden. Berbeda
dengan Presiden sebelumnya Joko Widodo cukup fenomenal di dalam negeri sehingga
menjadi sorotan utama media Internasional, dan bulan ini menjadi laporan utama
(cover) Majalah Time, setelah sebelumnya masuk daftar 50 orang paling
berpengaruh di dunia di Majalah Fortune.
Daftar Presiden Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Presiden Republik Indonesia adalah pemegang kekuasaan
pemerintahan tertinggi di Indonesia, selain juga sebagai kepala negara. Lembaga
Kepresidenan Indonesia dibentuk pada tahun 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), memilih Sukarno sebagai presiden pertama
Indonesia. Sebelum dilakukan amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945,
presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Setelah itu dimulai
pada Pemilu tahun 2004, presiden dipilih secara langsung oleh rakyat yang
diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum.
Daftar Presiden[sunting | sunting sumber]
Berikut merupakan daftar Presiden Indonesia.
Ke-
Presiden Mulai
menjabat Selesai menjabat Partai Wakil
Presiden Periode
1 Soekarno Presiden Sukarno.jpg 18 Agustus 1945 19
Desember 1948 PNI Mohammad Hatta 1
Syafruddin Prawiranegara
(Ketua PDRI)[1] Sjafrudin
prawiranegara.jpg 19 Desember 1948 13 Juli 1949 Nonpartisan tanpa
wakil
Soekarno 13 Juli
1949 27 Desember 1949 PNI Mohammad
Hatta
Soekarno
(Presiden RIS)[2] 27
Desember 1949 15 Agustus 1950 PNI Lowong
Assaat
(Pemangku Sementara
Jabatan Presiden RI)[2] Assaat
PYO.jpg Nonpartisan
Soekarno 15
Agustus 1950 1 Desember 1956 PNI Mohammad
Hatta
1 Desember 1956 22
Februari 1967 Lowong
2 Soeharto
(Pejabat Presiden)[3] President
Suharto, 1993.jpg 22 Februari
1967 27 Maret 1968 Golkar
Soeharto 27 Maret
1968 24 Maret 1973 2
24 Maret 1973 23
Maret 1978 Hamengkubuwana IX 3
23 Maret 1978 11
Maret 1983 Adam Malik 4
11 Maret 1983 11
Maret 1988 Umar Wirahadikusumah 5
11 Maret 1988 11
Maret 1993 Soedharmono 6
11 Maret 1993 10
Maret 1998 Try Sutrisno 7
10 Maret 1998 21
Mei 1998 Bacharuddin Jusuf Habibie 8
3 Bacharuddin
Jusuf Habibie Bacharuddin Jusuf Habibie
official portrait.jpg 21 Mei 1998 20 Oktober 1999 Golkar Lowong
4 Abdurrahman
Wahid President Abdurrahman Wahid -
Indonesia.jpg 20 Oktober 1999 23 Juli 2001 PKB Megawati
Soekarnoputri 9
5 Megawati
Soekarnoputri President Megawati
Sukarnoputri - Indonesia.jpg 23 Juli
2001 20 Oktober 2004 PDIP Hamzah
Haz
6 Susilo
Bambang Yudhoyono SusiloBambangYudhoyono.jpg 20 Oktober 2004 20 Oktober 2009 Partai
Demokrat Muhammad Jusuf Kalla 10
20 Oktober 2009 20
Oktober 2014 Boediono 11
7 Joko Widodo Capres 2014 Jokowi.jpeg 20 Oktober 2014 Sedang menjabat PDIP Muhammad Jusuf Kalla 12
Joko Widodo
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ir. H.
Joko Widodo
Presiden Indonesia ke-7
Petahana
Mulai menjabat
20 Oktober 2014
Wakil Presiden Jusuf
Kalla
Didahului oleh Susilo
Bambang Yudhoyono
Gubernur DKI Jakarta ke-16
Masa jabatan
15 Oktober 2012 – 16 Oktober 2014
Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono
Wakil Basuki Tjahaja
Purnama
Didahului oleh Fauzi
Bowo
Fadjar Panjaitan (Pelaksana Tugas)[1]
Digantikan oleh Basuki
Tjahaja Purnama
Wali Kota Surakarta ke-16
Masa jabatan
28 Juli 2005 – 1 Oktober 2012
Penguasa monarki Pakubuwana
XIII
Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono
Gubernur Mardiyanto
Ali Mufiz
Bibit Waluyo
Wakil F.X. Hadi
Rudyatmo
Didahului oleh Slamet
Suryanto
Digantikan oleh F.X.
Hadi Rudyatmo
Informasi pribadi
Lahir 21 Juni 1961
(umur 53)
Bendera Indonesia Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Kebangsaan
Indonesia
Partai politik PDIPLogo.png
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Suami/istri Iriana
Anak Gibran Rakabuming
Raka[2]
Kahiyang Ayu[3]
Kaesang Pangarep[3]
Alma mater Universitas
Gadjah Mada
Pekerjaan Pengusaha
Agama Islam
Tanda tangan
Ir. H. Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi (lahir
di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961; umur 53 tahun) adalah Presiden
Indonesia ke-7 periode 2014-2019. Ia terpilih bersama Wakil Presiden Muhammad
Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014. Jokowi pernah menjabat sebagai Gubernur
DKI Jakarta sejak 15 Oktober 2012 hingga 16 Oktober 2014 didampingi Basuki
Tjahaja Purnama sebagai wakil gubernur dan Wali Kota Surakarta (Solo) sejak 28
Juli 2005 sampai 1 Oktober 2012 didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil
wali kota.[4] Dua tahun sementara menjalani periode keduanya di Solo, Jokowi
ditunjuk oleh partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk
memasuki pemilihan Gubernur DKI Jakarta bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok).[5]
Walaupun rumahnya pernah digusur sebanyak tiga kali pada
saat ia masa kecil,[6] ia mampu diterima di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada dan setelah lulus berhasil menjadi pengusaha mebel.[6] Setelah itu, karier
politiknya dimulai dengan menjadi Wali Kota Surakarta pada tahun 2005.[7]
Namanya mulai dikenal setelah dianggap berhasil mengubah wajah kota Surakarta
menjadi kota pariwisata, budaya, dan batik.[8] Pada tanggal 20 September 2012,
Jokowi berhasil memenangkan Pilkada Jakarta 2012, dan kemenangannya dianggap
mencerminkan dukungan populer untuk seorang pemimpin yang "baru" dan
"bersih", meskipun umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun.[9]
Semenjak terpilih sebagai gubernur, popularitasnya
melambung tinggi dan ia terus menjadi sorotan media.[10][11] Akibatnya, muncul
wacana untuk menjadikannya calon presiden untuk pemilihan umum presiden
Indonesia 2014.[12] Ditambah lagi, hasil survei menunjukkan bahwa nama Jokowi
terus diunggulkan.[13] Pada awalnya, Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri
menyatakan bahwa ia tidak akan mengumumkan Calon Presiden PDI-P sampai setelah
pemilihan umum legislatif 9 April 2014.[14] Namun, pada tanggal 14 Maret 2014,
Jokowi telah menerima mandat dari Megawati untuk maju sebagai calon presiden
dari PDI-P, tiga minggu sebelum pemilihan umum legislatif dan dua hari sebelum
kampanye.[15]
Joko Widodo bersama ibunya, Sudjiatmi Notomihardjo
(kanan), dan adik-adiknya di 'Rumah Saya', Pasar Minggu, Jakarta Selatan,
Kamis, 20 September 2012 pada saat pencalonan gubernur DKI Jakarta.
Joko Widodo lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan
Sujiatmi Notomiharjo dan merupakan anak sulung dan putra satu-satunya dari
empat bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik perempuan bernama Iit Sriyantini,
Ida Yati dan Titik Relawati[16] Sebelum berganti nama, Joko Widodo memiliki
nama kecil Mulyono.[17] Ayahnya berasal dari Karanganyar, sementara kakek dan
neneknya berasal dari sebuah desa di Boyolali.[18] Pendidikannya diawali dengan
masuk SD Negeri 111 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan
menengah ke bawah.[19]
Dengan kesulitan hidup yang dialami, ia terpaksa
berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri
keperluan sekolah dan uang jajan. Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda,
ia memilih untuk tetap berjalan kaki. Mewarisi keahlian bertukang kayu dari
ayahnya, ia mulai pekerjaan menggergaji di umur 12 tahun[6][20]. Jokowi kecil
telah mengalami penggusuran rumah sebanyak tiga kali. Penggusuran yang
dialaminya sebanyak tiga kali di masa kecil memengaruhi cara berpikirnya dan
kepemimpinannya kelak setelah menjadi Wali Kota Surakarta saat harus
menertibkan permukiman warga.[21]
Setelah lulus SD, ia kemudian melanjutkan pendidikan di
SMP Negeri 1 Surakarta.[22] Ketika ia lulus SMP, ia sempat ingin masuk ke SMA
Negeri 1 Surakarta, namun gagal sehingga pada akhirnya ia masuk ke SMA Negeri 6
Surakarta.[23]
Jokowi menikah dengan Iriana di Solo, tanggal 24 Desember
1986, dan memiliki 3 orang anak, yaitu Gibran Rakabuming Raka (1988), Kahiyang
Ayu (1991), dan Kaesang Pangarep (1995).
Masa kuliah dan berwirausaha
Dengan performa akademis yang dimiliki, ia diterima di
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Kesempatan ini
dimanfaatkannya untuk belajar struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya. Ia
berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan judul skripsi "Studi tentang
Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta".
Setelah lulus pada 1985, ia bekerja di BUMN PT Kertas
Kraft Aceh, dan ditempatkan di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi
Gayo, Aceh Tengah. Namun ia merasa tidak betah dan pulang menyusul istrinya
yang sedang hamil tujuh bulan. Ia bertekad berbisnis di bidang kayu dan bekerja
di usaha milik Pakdenya, Miyono, di bawah bendera CV Roda Jati. Pada tahun
1988, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu, yang diambil
dari nama anak pertamanya. Usahanya sempat berjaya dan juga naik turun karena
tertipu pesanan yang akhirnya tidak dibayar. Namun pada tahun 1990 ia bangkit
kembali dengan pinjaman modal Rp 30 juta dari Ibunya.[24]
Usaha ini membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya
memberinya panggilan yang populer hingga kini, "Jokowi". Dengan
kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling
Eropa yang membuka matanya. Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi
inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia
politik. Ia ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan kota yang
bersahabat untuk penghuninya.[20]
Kiprah politik
Wali Kota Surakarta
Selebaran kampanye Jokowi untuk menjadi Wali Kota Surakarta
pada tahun 2005.
Jokowi dan wakilnya F.X. Hadi Rudyatmo.
Pada pilkada kota Solo pada tahun 2005, Jokowi diusung
oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) untuk maju sebagai calon wali kota Surakarta. Ia berhasil
memenangkan pemilihan tersebut dengan persentase suara sebesar 36,62%.[7]
Setelah terpilih, dengan berbagai pengalaman di masa muda, ia mengembangkan
Solo yang sebelumnya buruk penataannya dan menghadapi berbagai penolakan
masyarakat untuk ditertibkan. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami
perubahan dan menjadi kajian di universitas luar negeri.[8] Berkat
pencapaiannya ini Jokowi terpilih kembali sebagai Wali Kota Surakarta pada
tahun 2010 dengan persentase suara sebesar 90,09%.[25]
Di bawah kepemimpinannya, bus Batik Solo Trans
diperkenalkan,[26] berbagai kawasan seperti Jalan Slamet Riyadi dan Ngarsopuro
diremajakan,[27] dan Solo menjadi tuan rumah berbagai acara internasional.[27]
Selain itu, Jokowi juga dikenal akan pendekatannya dalam merelokasi pedagang
kaki lima yang "memanusiakan manusia".[28] Berkat pencapaiannya ini,
pada tahun 2010 ia terpilih lagi dengan suara melebihi 90%.[25] Kemudian, pada
tahun 2012, ia dicalonkan oleh PDI-P sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.[5]
Rebranding Solo
Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui
slogan Kota Solo yaitu "Solo: The Spirit of Java". Langkah yang
dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu
merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk
merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk
mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan
terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang,
yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman.[27]
Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip
kepemimpinannya.[29]
Rebranding ini turut didukung dengan pengembangan citra
kota Solo sebagai "kota budaya" dan "kota batik". Pada
tahun 2011, misalnya, Solo menjadi ibukota batik Indonesia.[30] Selain itu,
sejak tahun 2008, kota Solo setiap tahunnya selalu mengadakan Solo Batik
Carnival.[31] Di bawah kepemimpinan Jokowi pula kota Solo dikembangkan sebagai
kota MICE, yang merupakan singkatan dari meetings (pertemuan), incentives
(insentif), conferencing (konferensi), dan exhibitions (pameran).[27] Sebagai
tindak lanjut branding, Jokowi aktif melakukan pendekatan kepada para penanam
modal, terutama pengembang properti untuk menyediakan fasilitas konvensi dan
hotel.[27] Ia juga mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi
Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut
dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut
pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007, Surakarta juga telah menjadi tuan
rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg
yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada
tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran. Selain itu, Solo
menjadi tuan rumah Euro-Asia World Heritage Cities Conference and Exhibition
pada tahun 2008, Solo International Ethnic Music Festival (SIEM) pada tahun
2007 dan 2008 dan International Performing Arts Festival pada tahun 2009.[27]
Mendamaikan Keraton Surakarta
Pada tanggal 11 Juni 2004, Paku Buwono XII wafat tanpa
sempat menunjuk permaisuri maupun putera mahkota, sehingga terjadi pertentangan
antara kedua putranya, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan
(SDISKS) Paku Buwono XIII dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Panembahan
Agung Tedjowulan. Selama tujuh tahun ada dua raja yang ditunjuk oleh kedua
pihak di dalam satu Keraton.[32]
Konflik ini akhirnya mendorong campur tangan pemerintah
Republik Indonesia dengan menawarkan dualisme kepemimpinan, dengan Paku Buwono
XIII sebagai Raja dan KGPH Panembahan Agung Tedjowulan sebagai wakil atau
Mahapatih. Penandatanganan kesepahaman ini didukung oleh empat perwakilan
menteri, yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Pekerjaan Umum serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun konflik
belum selesai karena beberapa keluarga keraton masih menolak penyatuan ini.[33]
Puncaknya adalah penolakan atas Raja dan Mahapatih untuk
memasuki Keraton pada tanggal 25 Mei 2012. Keduanya dicegat di pintu utama
Keraton di Korikamandoengan.[34] Jokowi akhirnya berperan menyatukan kembali
perpecahan ini setelah delapan bulan menemui satu per satu pihak keraton yang
terlibat dalam pertentangan.[35] Pada tanggal 4 Juni 2012 akhirnya Ketua DPR
Marzuki Alie menyatakan berakhirnya konflik Keraton Surakarta yang didukung
oleh pernyataan kesediaan melepas gelar oleh Panembahan Agung Tedjowulan, serta
kesiapan kedua keluarga untuk melakukan rekonsiliasi.[33]
Penataan pedagang kaki lima
Program yang mencuatkan namanya selama menjadi Wali Kota
Solo adalah pembenahan pasar dan pedagang kaki lima. Salah satu contohnya
adalah pedagang kaki lima di Monumen 45 Banjarsari. Jokowi menggunakan pendengkatan
nguwonke wong atau memanusiakan manusia sehingga tidak memaksa atau pun
menggusur pedagang, sebaliknya mengedepankan dialog dan makan siang bersama
agar pedagang mulai berani menumpahkan keluhannya langsung. Selain itu, dibuka
pula jalur diskusi di mana saja, seperti di Balai Kota, warung, wedangan,
pinggir jalan, hingga di Loji Gandrung.[28]
Setelah 54 kali sesi makan siang bersama selama 7 bulan,
pedagang mulai luluh dan Pemerintah Kota Solo mengistimewakan para pedagang
yang bersedia pindah dengan membuatkan arak-arakan hingga ke tempat baru.[28]
Konflik dengan Gubernur Jawa Tengah
Pada Juni 2011, Joko Widodo menolak pendirian mal di
lokasi bekas pabrik es Saripetojo untuk membatasi maraknya pasar modern dan
melindungi pasar tradisional.[36] Kebijakan pendirian mal ini merupakan
kebijakan dari Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo,[36] sehingga Bibit mengatakan
Jokowi "bodoh" karena menentang kebijakan gubernur.[36] Pernyataan
tersebut memicu reaksi keras dari warga Solo, yang bahkan menolak kehadirannya
di kota Surakarta.[37] Jokowi sendiri menanggapi dengan santai, dan menyatakan
bahwa "saya itu memang masih bodoh. Masih harus banyak belajar ke banyak
orang".[36]
Pembenahan transportasi umum
{{{box_caption}}}
{{{box_caption}}}
Pada masa kepemimpinan Jokowi, Batik Solo Trans (atas)
dan Sepur Kluthuk Jaladara (bawah) diperkenalkan
Untuk urusan transportasi umum, berbagai jenis angkutan
telah direalisasikan, seperti Batik Solo Trans yang merupakan bus yang
beroperasi di dalam kota dan menghubungkan kota Solo dengan Bandar Udara
Internasional Adi Sumarmo.[26] Untuk mengintegrasi sistem transportasi,
pemerintah Solo dan Yogyakarta menandatangani Nota kesepahaman terkait
penggunaan kartu pintar pada Kereta api Prambanan Ekspres yang menghubungkan
kedua kota tersebut yang dapat digunakan pula pada Batik Solo Trans dan Trans
Jogja.[26]
Jokowi pada tahun 2009 juga meluncurkan kereta wisata
peninggalan Belanda yang disebut Sepur Kluthuk Jaladara. Kereta yang dibuat
pada tahun 1896 dan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar ini melintasi
Kantor Wali Kota Surakarta, Loji Gandrung, Museum Radi Pustaka, Museum Batik
Danar Hadi, dan Stasiun Sanggrah, sebelum akhirnya kembali ke Stasiun
Purwosari.[38] Selain itu, pada 20 Februari 2011, bus tingkat Werkudara juga
dioperasikan dan segera menjadi salah satu ikon kota Solo.[39]
Pada Juli 2011, Jokowi meluncurkan Railbus Batara Kresna
yang melayani rute Sukoharjo-Surakarta. Railbus yang mulai dioperasikan pada
Agustus 2012 ini dibuat oleh PT INKA. Namun, pada November 2012, railbus ini
tidak berjalan lagi karena mengalami kerugian, dan permintaan subsidi oleh Wali
Kota Solo saat itu F.X. Hadi Rudyatmo ditolak oleh DPRD Surakarta.[40]
Hari bebas kendaraan bermotor
Pada tahun 2010, Jokowi menggagas hari bebas kendaraan
bermotor di sepanjang Jalan Slamet Riyadi setiap hari Minggu dari pukul 6
hingga 9 pagi, walaupun jalanan sudah didatangi pejalan kaki dari pukul 5
pagi.[41] Selain itu, pada hari Sabtu 31 Desember 2011 dan Minggu 1 Januari
2012, kota Surakarta berhasil mengadakan malam bebas kendaraan bermotor pertama
di Indonesia.[42]
Pembenahan pendidikan dan kesehatan
Di Solo, Jokowi menetapkan program Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Solo (PKMS) dan Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Solo (BPMKS).[43]
Program PKMS menyediakan layanan kesehatan gratis untuk rakyat miskin di
Solo.[44] Pemegang kartu PKMS terdiri dari dua kelas, yaitu "Gold"
dan "Silver".[44] Kelas "Gold" diberikan untuk warga yang
benar-benar miskin (sehingga semua biaya kesehatannya ditanggung pemerintah),
sementara warga kota yang belum mempunyai jaminan kesehatan mendapatkan kelas
"Silver".[44] Sementara itu, kartu BPMKS diberikan kepada siswa SD
dan SMP di Solo yang miskin agar dapat mengenyam pendidikan tanpa dipungut biaya
(baik iuran bulanan maupun biaya operasional) di sekolah negeri atau
swasta.[45] Terdapat tiga jenis kartu, yaitu "Platinum",
"Gold", dan "Silver".[45] Kartu Platinum diberikan untuk
siswa yang bersekolah di sekolah plus (sekolah gratis dari program pendidikan
di Solo), sementara kartu Gold diberikan kepada warga miskin dan kartu Silver
untuk warga mampu.[45] Pemegang kartu Platinum dibebaskan dari iuran bulanan,
uang gedung, dan biaya pribadi seperti tas, sepatu, buku, sementara pemegang
kartu Gold dibebaskan dari biaya operasional dan pemegang kartu Silver
diperlakukan seperti pemegang kartu Gold.[45] Namun, pembebasan biaya tidak
berlaku untuk siswa SMA dan SMK, walaupun mereka akan disubsidi sebesar
50%.[45]
Beberapa peninggalan Jokowi di Solo. Dari kiri atas searah
jarum jam: Pasar Windujenar, Omah Sinten di kawasan Ngarsopuro yang telah
diperbaharui, Halte Bus Batik Trans Solo di Jalan Slamet Riyadi, dan pintu
masuk ke Taman Sriwedari yang telah diremajakan.
Selama enam bulan pertama tahun 2012, 15.235 kartu PKMS
Silver dan 47.940 kartu PKMS Gold dibagikan kepada rakyat Solo dengan biaya Rp
10,9 miliar, sehingga pada saat itu terdapat 221.722 kartu PKMS Silver dan
14.181 kartu PKMS Gold yang telah didistribusikan.[43]
Solo Techno Park dan Mobil Esemka
Pada masa kepemimpinan Jokowi, pembangunan Solo Techno
Park diselesaikan. Kompleks yang dibangun di wilayah seluas 7,1 hektare di
Jebres ini dimaksudkan sebagai tempat produksi dan pelatihan teknik.[46] Pada
tahun 2012, Jokowi menjadikan Esemka (yang merupakan mobil rakitan siswa-siswa
Sekolah Menengah Kejuruan) sebagai mobil dinas resmi Jokowi.[47] Inisiatif
Jokowi membuat Esemka mendapat perhatian media nasional.[47] Solo Techno Park
sendiri akan dijadikan sebagai pusat produksi massal mobil Esemka.[46] Namun, mobil
ini tidak lolos uji kelayakan nasional,[46] sehingga proyek tersebut mangkrak
dan lembaga Solo Techno Park pada tahun 2014 memproduksi mesin cetak
digital.[48]
Pada tahun 2011, Jokowi juga menandatangani memorandum of
understanding (MoU) dengan Direktur Utama PT GMF AeroAsia Richard Budihadianto
mengenai pengembangan kemampuan penyediaan sumber daya manusia dalam bidang
perawatan pesawat terbang, sehingga Solo Techno Park menjadi tempat pelatihan
teknisi pesawat terbang.[49]
Peninggalan lain
Pada 13 April 2008, Jokowi mendirikan tempat wisata
kuliner malam di Solo yang disebut Galabo (Gladag Langen Bogan).[27] Taman
Balekambang yang sebelumnya terbengkalai juga diubah menjadi taman botani kecil
yang dilengkapi dengan fasilitas Wi-Fi. Ditambah lagi, Terminal Bus Tirtonadi
diremajakan, sementara Taman Tirtonadi di dekatnya dijadikan ruang terbuka.[27]
Jokowi juga membangun dan meremajakan beberapa pasar,
seperti Pasar Windujenar pada tahun 2010[50] dan Pasar Burung Depok.[51] Pasar
Windujenar terletak tepat di kawasan Ngarsopuro yang turut disulap menjadi
artistik dan dilengkapi dengan ruang terbuka untuk masyarakat.[52] Kawasan ini
kemudian terhubung dengan Jalan Slamet Riyadi yang dipercantik dengan
keberadaan taman dan fasilitas internet gratis.[27] Jokowi juga melancarkan
penataan koridor city walk di kawasan Kapten Mulyadi dan Mayor Kusmanto yang
turut dilengkapi dengan fasilitas untuk pejalan kaki dan taman kota.[51]
Di bawah kepemimpinan Jokowi, pemkot Surakarta mendukung
pengadaan toilet umum, hingga kota Solo terpilih menjadi tuan rumah World
Toilet Summit ke-13 pada tahun 2013.[53] Toilet umum dibangun di beberapa
tempat wisata seperti di Slamet Riyadi, Gladag Langen Bogan, dan Kampung Batik
Laweyan, dengan dana dari pemkot dan perusahaan swasta yang mewujudkan tanggung
jawab sosial perusahaan.[53]
Menurut Rushda Majeed dalam studi kasusnya mengenai kota
Solo, Jokowi telah memperbaiki kondisi permukiman kumuh, meningkatkan layanan
kesehatan, dan mereformasi pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi.[8] Ia
juga membuka proses keuangan untuk umum dan menyediakan one-stop service bagi
mereka yang hendak membuat izin bisnis atau izin-izin lainnya.[8]
Gubernur DKI Jakarta
Suasana di posko pemenangan Jokowi di Jalan Borobudur 22
Lihat pula: Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Jakarta, 2012
Jokowi diminta secara pribadi oleh Jusuf Kalla untuk
mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta[54] pada Pilgub DKI tahun 2012.
Karena merupakan kader PDI Perjuangan, maka Jusuf Kalla meminta dukungan dari
Megawati Soekarnoputri, yang awalnya terlihat masih ragu. Sementara itu Prabowo
Subianto juga melobi PDI Perjuangan agar bersedia mendukung Jokowi sebagai
calon gubernur karena membutuhkan 9 kursi lagi untuk bisa mengajukan Calon
Gubernur.[55] Pada saat itu, PDI Perjuangan hampir memilih untuk mendukung
Fauzi Bowo dan Jokowi sendiri hampir menolak dicalonkan.[56] Sebagai wakilnya,
Basuki T Purnama yang saat itu menjadi anggota DPR dicalonkan mendampingi
Jokowi dengan pindah ke Gerindra karena Golkar telah sepakat mendukung Alex
Noerdin sebagai Calon Gubernur.[57]
Pasangan ini awalnya tidak diunggulkan. Hal ini terlihat
dari klaim calon petahana yang diperkuat oleh Lingkaran Survei Indonesia bahwa
pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli akan memenangkan pilkada dalam satu
putaran.[58] Selain itu, PKS yang meraup lebih dari 42 persen suara untuk Adang
Daradjatun di pilkada 2007 juga mengusung Hidayat Nur Wahid yang sudah dikenal
rakyat sebagai Ketua MPR RI periode 2004-2009. Dibandingkan dengan partai
lainnya, PDIP dan Gerindra hanya mendapat masing-masing hanya 11 dan 6 kursi
dari total 94 kursi, jika dibandingkan dengan 32 kursi milik Partai Demokrat
untuk Fauzi Bowo, serta 18 Kursi milik PKS untuk Hidayat Nur Wahid.[59] Namun
LP3ES sudah memprediksi bahwa Jokowi dan Fauzi Bowo akan bertemu di putaran
dua.[60]
Hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei pada
hari pemilihan, 11 Juli 2012 dan sehari setelah itu, memperlihatkan Jokowi
memimpin, dengan Fauzi Bowo di posisi kedua.[61] Pasangan ini berbalik
diunggulkan memenangi pemilukada DKI 2012 karena kedekatan Jokowi dengan
Hidayat Nur Wahid saat pilkada Wali Kota Solo 2010[62] serta pendukung Faisal
Basri dan Alex Noerdin dari hasil survei cenderung beralih kepadanya.[63]
Ia akan menjabat selama lima tahun dan berakhir pada
tahun 2017. Selama menjabat sebagai gubernur, ia melancarkan berbagai program
seperti Kartu Jakarta Sehat,[64] Kartu Jakarta Pintar,[65] lelang jabatan,[66]
pembangunan Angkutan Massal Cepat (MRT) dan Monorel,[67][68] pengembalian
fungsi waduk dan sungai,[69] serta penyediaan ruang terbuka hijau.[70]
Pilkada 2012 putaran kedua
Selebaran kampanye Jokowi dan Basuki selama pilkada.
Potret Jokowi sebagai seorang gubernur.
Jokowi berusaha menghubungi dan mengunjungi seluruh
calon,[71] termasuk Fauzi Bowo,[72] namun hanya berhasil bersilaturahmi dengan
Hidayat Nur Wahid[73] dan memunculkan spekulasi adanya koalisi di putaran
kedua.[74] Setelahnya, Fauzi Bowo juga bertemu dengan Hidayat Nur Wahid.
Namun keadaan berbalik setelah partai-partai pendukung
calon lainnya di putaran pertama malah menyatakan dukungan kepada Fauzi
Bowo.[75] Hubungan Jokowi dengan PKS juga memburuk dengan adanya tudingan bahwa
tim sukses Jokowi memunculkan isu mahar politik Rp50 miliar.[76] PKS meminta
isu ini dihentikan,[77] sementara tim sukses Jokowi menolak tudingan
menyebutkan angka imbalan tersebut.[78] Kondisi kehilangan potensi dukungan
dari partai-partai besar diklaim Jokowi sebagai fenomena "Koalisi Rakyat
melawan Koalisi Partai".[79] Klaim ini dibantah pihak Partai Demokrat
karena PDI Perjuangan dan Gerindra tetap merupakan partai politik yang
mendukung Jokowi, tidak seperti Faisal Basri dan Hendrardji yang merupakan
calon independen.[80] Jokowi akhirnya mendapat dukungan dari tokoh-tokoh
penting seperti Misbakhun dari PKS,[81] Jusuf Kalla dari Partai Golkar,[82]
Indra J Piliang dari Partai Golkar,[83] serta Romo Heri yang merupakan adik
ipar Fauzi Bowo.[84]
Pertarungan politik juga merambah ke dunia media sosial
dengan peluncuran Jasmev,[85] pembentukan media center,[86] serta pemanfaatan
media baru dalam kampanye politik seperti Youtube.[87] Pihak Fauzi Bowo
menyatakan juga ikut turun ke media sosial, namun mengakui kelebihan tim sukses
dan pendukung Jokowi di kanal ini.[88]
Putaran kedua juga diwarnai berbagai tudingan kampanye
hitam, yang antara lain berkisar dalam isu SARA,[89] isu kebakaran yang
disengaja,[90] korupsi,[91] dan politik transaksional.[92]
Menjelang putaran kedua, berbagai survei kembali
bermunculan yang memprediksi kemenangan Jokowi, antara lain 36,74% melawan
29,47% oleh SSSG,[93] 72,48% melawan 27,52% oleh INES,[94] 45,13% melawan
37,53% dalam survei elektabilitas oleh IndoBarometer,[95] dan 45,6% melawan
44,7% oleh Lembaga Survei Indonesia.[96]
Setelah pemungutan suara putaran kedua, hasil
penghitungan cepat Lembaga Survei Indonesia memperlihatkan pasangan Jokowi -
Ahok sebagai pemenang dengan 53,81%. Sementara rivalnya, Fauzi Bowo - Nachrowi
Ramli mendapat 46,19%.[97] Hasil serupa juga diperoleh oleh Quick Count
IndoBarometer 54.24% melawan 45.76%,[98] dan lima stasiun TV.[99] Perkiraan
sementara oleh metode Quick Count diperkuat oleh Real Count PDI Perjuangan
dengan hasil 54,02% melawan 45,98%,[100] Cyrus Network sebesar 54,72% melawan
45,25%.[101] Dan akhirnya pada 29 September 2012, KPUD DKI Jakarta menetapkan
pasangan Jokowi - Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI yang baru untuk
masa bakti 2012-2017 menggantikan Fauzi Bowo - Prijanto.[102][103]
Sebelum dan sesudah Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta,
ia berjanji bahwa ia akan menambah 1000 unit bus Transjakarta, lalu ia bisa
dihubungi wartawan 24 jam, bahwa ia akan bekerja 1 jam di kantor dan sisanya
tinjau pelayanan publik. Ia juga berkata bahwa dirinya tidak akan menggusur
Pedagang Kaki Lima (PKL), dan juga akan membangun kampung susun yang bukan
apartemen; lalu ia akan memperbaiki sistem pendidikan dan kesehatan, memberikan
penghargaan ke semua ketua RT dan RW, dan ia juga menjanjikan akan menambah
ruang publik bagi remaja DKI.[104] Pada saat terpilih menjadi Gubernur DKI
Jakarta, permasalahan mulai berdatangan, dan semenjak musim hujan melanda
Jakarta dan masalah macet tidak usai, publik DKI mulai pesimis dan meragukan
kemampuan Jokowi dalam mengatasi masalah ibukota.[105]
Pasca Pilkada 2012
Setelah resmi menang di perhitungan suara, Jokowi masih
diterpa isu upaya menghalangi pengunduran dirinya oleh DPRD Surakarta, namun
dibantah oleh DPRD.[106] Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi juga menyatakan
akan turun tangan jika masalah ini terjadi,[107] karena pengangkatan Jokowi
sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak dianggap melanggar aturan mana pun jika pada
saat mendaftar sebagai Calon Gubernur sudah menyatakan siap mengundurkan diri
dari jabatan sebelumnya jika terpilih, dan benar-benar mengundurkan diri setelah
terpilih.[108] Namun setelahnya, DPR merencanakan perubahan terhadap
Undang-Undang No 34 tahun 2004, sehingga setalah Jokowi, kepala daerah yang
mencalonkan diri di daerah lain, harus terlebih dahulu mengundurkan diri dari
jabatannya pada saat mendaftarkan diri sebagai calon.[109]
Atas alasan administrasi terkait pengunduran diri sebagai
Wali Kota Surakarta dan masa jabatan Fauzi Bowo yang belum berakhir, pelantikan
Jokowi tertunda[110] dari jadwal awal 7 Oktober 2012 menjadi 15 Oktober
2012.[111] Acara pelantikan diwarnai perdebatan mengenai biaya karena adanya
pernyataan Jokowi yang menginginkan biaya pelantikan yang sederhana.[112] DPRD
kemudian menurunkan biaya pelantikan menjadi Rp 550 juta, dari awalnya
dianggarkan Rp 1,05Miliar dalam Perubahan ABPD. Acara pelantikan juga
diramaikan oleh pedagang kaki lima yang menggratiskan dagangannya.[113]
Sehari usai pelantikan, Jokowi langsung dijadwalkan
melakukan kunjungan ke masyarakat.[114]
Pengambilalihan Sumber Daya Air
Sebelum Jokowi, pengelolaan air minum dilakukan oleh dua
operator utama, Aetra (PT Thames PAM Jaya) dan Palyja (PT PAM Lyonnaise Jaya).
PT Aetra Air Jakarta mengelola, mengoperasikan, memelihara sistem penyediaan
air bersih, dan melakukan investasi di wilayah timur Jakarta, sementara Palyja
di bagian barat Jakarta. Pemegang saham Aetra adalah Acuatico Pte Ltd dengan
kepemilikan sebesar 95 persen dan PT Alberta Utilities sebesar 5 persen.
Sementara Palyja melayani pasokan air bersih ke wilayah Jakarta Barat, Jakarta
Selatan, serta sebagian wilayah Jakarta Utara dan Pusat. Palyja dimiliki
Astratel sebesar 49 persen, dan Suez Environment sebesar 51 persen. Keduanya
memegang kontrak dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengelola air di
Jakarta.
Karena dianggap tidak mampu menyediakan pelayanan yang
prima, maka Jokowi dan Ahok sejak awal sudah mengincar pengambilalihan
pengelolaan air minum Jakarta agar lebih mudah diawasi dan dikontrol, namun
niat ini terganjal penalti yang harus dibayar oleh pemerintah Pemprov jika
memutus kontrak di tengah jalan.[115] Maka usaha tersebut dilakukan dengan cara
lain yaitu dengan membeli saham kedua perusahaan tersebut melalui dua BUMD
milik Pemerintah Provinsi, yaitu PT Pembangunan Jaya dan PT Jakarta Propertindo
(Jakpro). Keduanya akan berusaha mengambil alih kepemilikan saham Palyja dengan
rencana PT Pembangunan Jaya akan membeli sebanyak 51 persen saham Suez
Environment, sedangkan PT Jakarta Propertindo mengakuisisi 49 persen saham
Astratel. Namun sayangnya Palyja masih berstatus digugat oleh LBH karena usaha
privatisasi air yang dianggap tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945,
sehingga akuisisi ini masih menunggu keputusan pengadilan [116]
Pada tanggal 10 April 2014, Jokowi menyatakan bahwa telah
ditemukan titik terang pengambilalihan ini, karena pemerintah provinsi telah
menemukan kata sepakat dalam menguasai kembali pengelolaan air minum. Kedua
pihak merasa memiliki tujuan sama agar tidak terjadi privatisasi sumber daya
air, hanya caranya saja yang berbeda. Jika pihak LBH dan LSM melalui gugatan hukum,
maka Pemprov melakukan upaya pengambilalihan secara business to business.
"Positif, sudah ketemu titiknya. Karena semangatnya sama. Tujuan sama agar
pengelolaan air diambil alih oleh pemerintah dalam hal ini BUMD kita,"
kata Jokowi, usai menggelar pertemuan dengan koalisi di Balaikota DKI
Jakarta.[117]
Setelah pengambilalihan Palyja berjalan lancar, Pemprov
DKI juga memberikan sinyal akan mengambil alih Aetra dengan cara serupa.[118]
Peningkatan upah minimum provinsi
Pada 24 Oktober 2012, terjadi unjuk rasa di Balaikota
yang dilakukan sekumpulan buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia.[119] Awalnya buruh menuntut kenaikan UMP menjadi Rp 2,79 juta, yang
ditanggapi ajakan dialog oleh Basuki Tjahaja Purnama dengan perwakilan buruh.
Akhirnya disepakati penggunaan angka survei Kecukupan Hidup Layak bulan
terakhir, dari sebelumnya yang dirata-rata dari data Februari 2012 hingga
Oktober 2012,[120] serta berbagai poin lainnya sehingga menjadi 13
kesepakatan.[121]
Jokowi kemudian menyerahkan penghitungan UMP yang layak
kepada Dewan Pengupahan yang awalnya memunculkan rekomendasi angka Rp1,9 juta.
Namun sidang ini diganggu oleh tindakan buruh yang memanggil kembali
perwakilannya, sehingga angka ini baru mewakili kepentingan pengusaha.[122]
Akhirnya disepakati oleh berbagai pihak bahwa Upah Minimum Provinsi sebesar Rp
2,2 juta yang kemudian ditetapkan oleh Dewan Pengupahan.[123]
Jokowi melakukan berbagai konsultasi, termasuk dengan
Menakertrans Muhaimin Iskandar, Gubernur Banten, dan Gubernur Jawa Barat untuk
menentukan UMP yang tepat bagi buruh di DKI Jakarta agar tidak mengalami
ketimpangan dengan daerah penyangga, namun masih layak untuk dinikmati
pekerja.[124]
Protes kembali terjadi pada akhir tahun 2013 karena buruh
mendesak kenaikan kembali UMP menjadi Rp 3,7 juta,[125] sementara pengusaha
menolak angka tersebut dan menginginkan angka Rp 2,29 juta. Akhirnya diputuskan
angka tengah sebesar Rp 2,44 juta. Buruh menolak karena Rp 3,7 juta angka
mati[125] dan sempat mencap Jokowi dan Ahok sebagai Bapak Upah Murah[126] dan
mengancam akan menduduki Balai Kota selama berhari-hari, namun akhirnya
demonstrasi bubar dengan sendirinya dan UMP Rp 2,44 juta berlaku di DKI Jakarta
sejak 1 November 2013[127]
Pembenahan transportasi umum
Pada tanggal 10 Oktober 2013, Jokowi meresmikan
pembangunan Angkutan Massal Cepat (MRT) yang sebelumnya sempat tertunda selama
bertahun-tahun.[67] Kemudian, pada tanggal 16 Oktober 2013, Jokowi juga
meresmikan pembangunan jalur hijau Monorel Jakarta sepanjang sebelas
kilometer.[68] Selain itu, pada November 2013, Pemerintah Daerah DKI Jakarta
berencana akan mengadakan seribu bus untuk jalur Transjakarta.[128] Namun,
beberapa dari 656 bus yang dibeli dari Cina didapati sudah berkarat, sehingga
dicurigai ada kecurangan yang dilakukan oleh pejabat Dinas Perhubungan (Dishub)
DKI Jakarta.[129] Sebagai tanggapan terhadap masalah ini, Jokowi
membebastugaskan Kepala Dishub DKI Jakarta Udar Pristiono dan melantik Muhammad
Akbar sebagai penggantinya.[130] Selanjutnya pemesanan armada Transjakarta akan
banyak melalui sistem E-Katalog, bukan lagi lelang.
Pendirian PT Transjakarta
Untuk memperbaiki kualitas pelayanan dan armada
Transjakarta, maka mulai 30 Desember 2013, PT Transjakarta secara resmi
disahkan. Dengan demikian posisinya berdiri sendiri sebagai sebuah Badan Usaha
Milik Daerah, tidak lagi dibatasi kewenangannya sebagai Unit Pelaksana di bawah
Dinas Perhubungan. Dengan menjadi perusahaan tersendiri, Transjakarta
diharapkan mampu bekerja lebih efisien, lincah, dan fleksibel, termasuk saat
pengadaan armada.[131]
Rencana akuisisi Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta
(PPD)
Sebelumnya, Pengangkutan Penumpang Djakarta atau PPD
adalah BUMN berbentuk Perusahaan Umum yang berada di bawah Kementrian Negara
BUMN. Karena dianggap memiliki banyak aset dan armada yang menguntungkan
pengelolaan transportasi, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengajukan
pengambilalihan PPD, dengan salah satu syaratnya adalah pelunasan hutang PPD
yang cukup besar, Rp 170 Miliar. Namun Basuki Tjahaja Purnama menganggap
pelunasan utang ini sebanding dengan manfaat yang akan didapat oleh Pemprov DKI
Jakarta. Sayangnya, proses pengambilalihan ini berbelit karena pemerintah pusat
tidak memperlihatkan respon serius atas tawaran ini. Mentri BUMN, Dahlan Iskan
sendiri sebenarnya sudah menyetujui pengambilalihan ini.[132]
Pengandangan Metromini dan Kopaja
Setelah banyaknya kecelakaan yang menimpa Metromini dan
Kopaja, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai memperketat aturan mengenai
fasilitas keselamatan minimal yang dimiliki, antara lain rem, bodi keropos,
speedometer, lampu, dan kaca jendela. Jika tidak bisa menunjukkan fasilitas
tersebut, maka bus sedang tersebut dikandangkan.[133]
Tindakan pengandangan ini mengundang protes dari supir
Metromini yang merasa mata pencariannya terancam. Pada 29 Agustus 2013, puluhan
supir Metromini memarkirkan armadanya di jalanan di depan Balaikota dan berdemo
memprotes kewajiban peremajaan angkutan. Selain itu Udar Pristono, Kepala Dinas
Perhubungan saat itu, dianggap menyakiti hati para supir karena membuat
pernyataan bahwa Metromini sudah tidak diperlukan lagi di Jakarta. Mereka
menuntut armada yang dirazia dikembalikan, namun ditolak.[134]
Para supir yang merasa tidak didengarkan kemudian merusak
pagar balaikota dan memecahkan kaca Bus Kopaja dan Transjakarta. Karena
keberingasannya, Gubernur dan Wakil Gubernur menolak menemui dan mengomentari
pengaduan mereka. Para pelaku pengrusakan diancam dilaporkan ke polisi karena
sudah mengarah kepada tindakan pidana.[135]
Peluncuran bus tingkat wisata
Pada tanggal 24 Februari 2014, Jokowi meluncurkan bus
tingkat wisata. Bus tingkat dengan kapasitas 60 penumpang ini dapat dinikmati
secara gratis dan dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik Jakarta kepada
wisatawan. Bus ini beroperasi setiap hari dari pukul 09.00 hingga pukul 19.00
dengan rute dari Pasar Baru hingga Bundaran Hotel Indonesia.[136]
Enam ruas jalan tol dalam kota
Proyek enam ruas jalan tol diwariskan sejak zaman
Sutiyoso dan Fauzi Bowo, namun baru mencapai peresmian kesepakatan antara pihak
swasta dengan Kementrian Pekerjaan Umum sesaat sebelum Fauzi Bowo mengakhiri
masa jabatannya, serta sudah ditentukan pemenang tendernya. Sehingga walaupun
ditentang banyak warga, dan Jokowi pernah menentang proyek ini, namun ia tidak
memiliki kewenangan untuk membatalkannya.[137][138]
Jokowi sempat memperlambat eksekusi proyek ini dengan
meminta masukan warga, pengamat, pakar, Kementrian PU, investor, konsorsium
pada 15 Januari 2013,[139] namun kemudian Basuki Tjahaja Purnama mengumumkan
bahwa tidak ada ada lagi istilah 6 ruas tol. Yang ada adalah integrasi seluruh
tol lingkar dalam Jakarta dan dilengkapi dengan jalur bus layang.[140] Pihak
swasta menyetujui permintaan mengadakan fasilitas transportasi umum di
sepanjang tol.[141]
Mobil murah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013,
pemerintah pusat Indonesia berencana mengembangkan program mobil murah. Joko
Widodo menentang keras program ini karena menurutnya program ini akan
memperparah kemacetan di Jakarta.[142] Menurutnya, yang sepatutnya digalakkan
adalah pengadaan transportasi massal yang murah, aman, dan nyaman.[142] Ia pun menyurati
Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono untuk mempertanyakan kebijakan
ini.[142]
Rotasi jabatan
Selama dua tahun menjabat, Jokowi melakukan banyak sekali
pengubahan posisi birkorat. Di antaranya lurah dan camat melalui lelang
jabatan, serta wali kota, kepala suku dinas dan dinas melalui pemberhentian dan
penunjukan.[143]
Lelang jabatan
Pada April hingga Juni 2013, Jokowi menciptakan sistem
baru dalam penempatan birokrasi, yaitu lelang jabatan. Dalam sistem ini, setiap
PNS diberi kesempatan yang sama untuk menduduki posisi yang diinginkannya
dengan memenuhi kualifikasi dan mengikuti tes. Hasil tes diumumkan secara
transparan dan pemerintah provinsi menempatkan PNS tersebut sesuai prestasi dan
kualifikasinya.[66]
Hal ini menimbulkan kontroversi dengan adanya penolakan
dari lurah dan camat yang posisinya terganggu akibat seleksi ini. Salah satu
yang menjadi sorotan adalah lurah Warakas yang mengancam akan memperkarakan
sistem lelang jabatan.[144] Ia awalnya menolak mengikuti seleksi lelang jabatan
ini, namun akhirnya berhasil mendapat posisi di kelurahan Tugu Utara.[145]
Keefektifan lelang jabatan menjadi pertanyaan setelah
Basuki Tjahaja Purnama mengakui 60 persen lurah hasil lelang jabatan tidak
memuaskan.[146] Bahkan dalam waktu satu tahun, lurah Ceger dan bendaharanya
tertangkap melakukan mark-up anggaran senilai Rp 450 juta dan kini menjadi
tahanan Kejaksaan Negeri Jakarta Timur.[147]
Polemik Lurah Susan
Salah satu lurah yang terpilih dalam proses lelang
jabatan adalah Susan Jasmine Zulkifli. Ia terpilih untuk menjabat di wilayah
Lenteng Agung. Namun, penunjukkan lurah Susan menuai protes dari beberapa orang
karena lurah Susan beragama Kristen, yang dianggap tidak sesuai dengan sebagian
besar warga Lenteng Agung yang beragama Islam.[148] Kontroversi ini semakin
menguat setelah Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi meminta Jokowi
mempertimbangkan ulang pengangkatan lurah Susan.[148] Namun, Jokowi menegaskan
bahwa ia tidak akan menurunkan lurah Susan atas dasar agama dan hanya akan
mempertimbangkan kinerja para lurah.[148]
Penggantian kepala dinas
Jokowi tercatat mengganti para kepala dinas di Jakarta.
Yang paling disorot antara lain Udar Pristono, Kepala Dinas Perhubungan DKI,
Taufik Yudi Mulyanto, Kepala Dinas Pendidikan DKI, dan Unu Nurdin Kepala Dinas Kebersihan
DKI. Ketiganya ditempatkan ke posisi baru dalam Tim Gubernur Untuk Percepatan
Pembangunan (TGUP2), bersama dengan empat orang lainnya.[149]
Banjir tahunan Jakarta
Mewarisi kota yang dilewati banyak sekali sungai dan
posisi beberapa wilayah yang lebih rendah dari permukaan laut, Jokowi dituntut
bisa mengurangi bahkan menghilangkan banjir dari Jakarta. Dengan terlambatnya
pengesahan anggaran 2013, banjir Jakarta memperlihatkan dampak besar bagi
kehidupan kota tanpa diiringi pencegahan dan penanganan maksimal.[150] Namun
diakui penanganan banjir ini lebih baik jika dibandingkan banjir tahun-tahun
sebelumnya.[151]
Sepanjang tahun 2013, proyek-proyek normalisasi dalam
rangkaian JEDI (Jakarta Emergency Dredging Innitiative) dilakukan intensif.
Yang paling dikenal adalah pengembalian fungsi Waduk Pluit, Waduk Ria Rio, dan
Kali Pesanggrahan. Usaha ini menuai banyak pujian, bahkan dari luar negeri.[69]
Dengan normalisasi ini, diakui oleh BPBD bahwa banjir 2014 lebih baik dibanding
tahun sebelumnya. Durasi banjir memang lebih lama karena puncak musim hujan
yang lebih panjang, namun luas genangan berkurang.[152]
Pengumuman status darurat banjir
Dalam menghadapi banjir tahunan Jakarta 2013 dan 2014,
Jokowi mengumumkan status tanggap darurat banjir yang memungkinkan Gubernur
mengambil keputusan yang dianggap perlu untuk mengatasi bencana.[153]
Rekayasa cuaca
Untuk mengalihkan jalur hujan yang melewati Jakarta,
Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan BNPB, TNI Angkatan Udara, dan BPPT
melalui penaburan garam NaCl agar hujan turun jauh dari Jakarta. Pada tahun
2013 proyek ini cukup berhasil mengurangi curah hujan, namun pada tahun 2014
sedikit terhambat akibat lambatnya pengesahan APBD dan perbedaan pola curah
hujan dibanding tahun lalu.[154]
Pembenahan saluran air
Melalui paket Jakarta Emergency Dredging Initiative
(JEDI), Pemerintah Provinisi DKI Jakarta bekerjasama dengan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Bank Dunia melakukan perawatan atas sistem saluran air di
Jakarta yang berhubungan dengan kondisi banjir di Jakarta dengan total dana US$
135.500.000. Program ini sempat memanas karena Basuki Tjahajapurnama memprotes
lambannya program yang dirancang oleh Bank Dunia sehingga menuntut eksekusi
lebih cepat. Jika Bank Dunia tidak bersedia, ia mempersilakan Bank Dunia
menarik bantuannya. Permintaan ini dipenuhi oleh Bank Dunia.[155]
Kali dan waduk yang menjadi target pembenahan melalui
program JEDI antara lain Banjir Kanal Barat, Cakung Drain, Cengkareng Drain,
Kali Angke, Kali Cideng, Kali Kamal, Kali Sunter, Kali Tanjungan, Kali
Krukut-Kali Cideng-Tanah Sereal, Kali Jelakeng-Kali Pakin-Kali Besar, Kali
Ciliwung Gunung Sahari, Sodetan Sentiong Sunter, Kali Grogol – Sekretaris,
Waduk Pluit, Waduk Melati, Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Selatan, dan Waduk
Sunter Timur III, Situ Mangga Bolong, Situ Babakan, Situ Rawa Dongkal dan Situ
Cipondoh.[156]
Normalisasi Waduk Pluit
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Waduk Pluit
Normalisasi Waduk Pluit menandai perbaikan sistem
pengendalian banjir di Jakarta. Ditandai dengan pembongkaran sendiri hunian di
bantaran oleh warga pada bulan Maret 2013. Awalnya relokasi berjalan lancar.
Namun kemudian sempat terjadi ketegangan karena beberapa warga menolak
dipindahkan, bahkan sampai memunculkan insiden pelaporan ke Komnas HAM. Melalui
diplomasi makan siang, beberapa warga mulai terbujuk dan perlahan pindah ke
berbagai rumah susun yang telah disiapkan.[157]
Normalisasi Waduk Ria Rio
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Waduk Ria Rio
Normalisasi Waduk Ria Rio juga sempat mendapat hambatan
dari warga dan pemilik tanah akibat adanya sengketa yang terjadi antara pemilik
tanah dengan PT Pulomas Jaya. Warga sempat melakukan blokir, namun dibujuk
untuk mau secara sukarela pindah ke rumah susun yang layak. Sementara untuk
sengketa lahan, awalnya disepakati diselesaikan di pengadilan, namun kemudian
pemilik tanah memberi kesempatan negosisasi penggantian harga lahan yang akan
dikeruk sebagai waduk.[158]
Jokowi menjanjikan akan membangun Opera House
berkapasitas 9000 seluruhnya bertempat duduk di tepi Waduk Ria Rio.[159]
Pandangan luas dari Waduk Ria Rio, Pedongkelan, Pulo
Gadung, Jakarta Timur
Normalisasi Waduk Tomang Barat
Foto Waduk Tomang
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Waduk Tomang
Waduk Tomang Barat awalnya dipenuhi ledakan populasi
eceng gondok yang memperparah pengendapan dan sekaligus menggusur habitat alami
yang sudah lebih dulu ada di sana. Maka dari itu pada November 2013 Waduk
Tomang Barat dikeruk hingga kembali ke kedalaman yang seharusnya dan populasi
eceng gondok dihilangkan dengan biaya Rp 2 miliar.[160]
Normalisasi Waduk Rawa Bambon
Waduk Rawa Bambon awalnya hanya berupa rawa kecil di
Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, yang sering tergenang saat hujan
lebat terjadi di sekitar Jakarta Timur dan selatan. Akibatnya warga sekitar
terus-menerus mengalami banjir. Kemudian Pemprov DKI Jakarta memutuskan waduk
ini dikeruk hingga kedalaman 6 meter dan dilengkapi taman seperti Waduk Ria Rio
dan Pluit. Berbeda dengan Waduk Pluit dan Ria Rio, lahan sekitar Waduk Rawa
Bambon relatif tidak bermasalah sehingga penuntasannya diharapkan bisa lebih
cepat [161]
Normalisasi Kali Pesanggrahan
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kali Pesanggrahan
Karena kecilnya kapasitas dan buruknya pemeliharaan,
hingga November 2012, Kali Pesanggrahan masih meluap dan merendam 2 RT di
Ulujami.[162] Sebenarnya pada tahun Desember 2010 telah ditargetkan normalisasi
kali dari debit 50 meter kubik menjadi 115 meter kubik, namun masih terus
tertunda akibat proses lelang yang terlalu lama. Pada masa Agustus hingga
Oktober 2010 tercatat Kali Pesanggrahan telah tiga kali jebol akibat derasnya
air dan sudah tuanya dinding tanggul.[163]
Program normalisasi Kali Pesanggrahan kembali dilanjutkan
melalui Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI)[164] Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dan Kementrian PU pada akhir tahun 2013 hingga 2014,[165] serta
didukung oleh proyek pembangunan sodetan Kali Pesanggrahan untuk meluruskan
aliran kali di sekitar ITC Cipulir,[166] serta pembangunan waduk di sekitar
Jakarta Selatan untuk menyimpan air di hulu agar tidak membebani sungai-sungai
di hilir Jakarta.[167][168]
Pengerjaan waduk sempat terhenti karena keberatan warga
atas nilai ganti rugi, namun diselesaikan dengan perundingan langsung dengan
Jokowi.[169]
Penataan permukiman kumuh
Pembenahan permukiman dilakukan melalui dua cara, yaitu
relokasi ke rumah susun dan pembenahan melalui program kampung deret.[170]
Kampung deret
Program yang cukup menonjol dari Jokowi adalah kampung
deret. Program ini memberi kesempatan kepada warga yang ingin memperbaiki
kondisi rumahnya yang tidak layak dengan syarat harus memiliki bukti
kepemilikan tanah yang jelas. Daerah yang mendapat bantuan Kampung Deret yang
sering mendapat sorotan antara lain Tanah Tinggi, Cipinang Besar Selatan,
Petogogan, Semper Barat, dan Tambora. Pada 2013 lalu, pembangunan Kampung Deret
dilakukan di 26 titik. Sementara pada tahun 2014, ditargetkan 70 Kampung Deret
baru itu akan dimulai pada awal Juni 2014.[171]
Pembangunan dan relokasi ke rumah susun
Rumah susun menjadi solusi utama untuk relokasi dalam
jumlah besar. Selama Banjir Jakarta 2013, Warga Waduk Pluit, Waduk Ria Rio, dan
Kali Pakin, misalnya, direlokasi antara lain ke Rumah Susun Pinus Elok, Rumah
Susun Marunda, Rumah Susun Tambora, dan lainnya. Sementara pada tahun 2014,
ditargetkan 100 rumah susun baru tahan gempa untuk menampung relokasi lainnya.
Selain membangun sendiri, Pemprov DKI Jakarta juga
menerima hibah dari berbagai Kementrian dengan syarat mau
memperbaikinya.[172][173]
Relokasi warga penghuni waduk
Setelah banjir Jakarta 2013, diketahui bahwa waduk di
Jakarta kesulitan menampung air karena pendangkalan dan pendudukan warga.
Pemprov DKI kemudian melakukan relokasi secara bertahap terhadap warga yang
antara lain menempati lahan waduk Pluit dan Ria Rio.[174] Setelah melalui
berbagai bujukan, termasuk di antaranya makan bersama Gubernur,[175] akhirnya
warga bersedia dipindah sehingga waduk bisa dikeruk untuk menghadapi musim
banjir 2014.[176]
Pembenahan pendidikan dan kesehatan
Jokowi sedang menyalami Ketua Dewan Perwakilan Daerah
Irman Gusman.
Program besar yang diluncurkan pada masa Jokowi untuk
memperbaiki pendidikan dan kesehatan adalah Kartu Jakarta Sehat dan Kartu
Jakarta Pintar. Kartu Jakarta Sehat sebenarnya adalah program asuransi yang
dibayarkan oleh pemprov sehingga memungkinkan masyarakat DKI Jakarta mendapat
pelayanan paling dasar tanpa harus mengeluarkan uang banyak, sementara Kartu
Jakarta Pintar adalah program terseleksi bagi murid yang tidak mampu agar mampu
membeli peralatan dan kebutuhan pendidikan.
Kartu Jakarta Sehat
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kartu Jakarta
Sehat
Program pertamanya yang langsung mendapat apresiasi
adalah Kartu Jakarta Sehat, yang bertujuan mereformasi jaminan kesehatan di
Jakarta. Sebelumnya, masyarakat miskin harus mengurus banyak surat dan rujukan
dengan birokrasi berbelit sebelum bisa mendapat keringanan biaya kesehatan.
Dengan Kartu Jakarta Sehat, masyarakat bisa langsung mendapat layanan gratis di
Puskesmas dan dirujuk ke Rumah Sakit tertentu jika memerlukan perawatan lebih
lanjut. Program ini ditangani oleh Askes sebagai Badan Pengelola Jaminan Sosial
(BPJS) yang telah resmi ditunjuk oleh Undang-Undang.
Sejak diluncurkan pada 10 November 2012,[64] Kartu
Jakarta Sehat mendapat banyak kritik dan masukan dari berbagai pihak. Misalnya
anggota Badan Anggaran DPRD DKI Johny Wenas yang takut KJS akan melanggar
aturan dan Perda karena masih ada program serupa sedang berjalan pada tahun
2012.[177] Saran lain datang dari Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi yang
menganggap DKI Jakarta harus berupaya memperbaiki kurangnya infrastruktur, baik
sumber daya manusia maupun alat kesehatan, serta sistem rujukan agar pasien KJS
bisa ditangani dengan baik dan tepat waktu.[178]
Kontroversi terjadi saat 16 Rumah Sakit swasta berniat
mundur dari KJS karena ketidakjelasan sistem paket INA-CBGS yang hendak
diterapkan Kementrian Kesehatan dalam jaminan KJS. Namun akhirnya hanya 2 Rumah
Sakit yang menyatakan menghentikan layanan KJS untuk mengevaluasi ulang.
Sementara 14 Rumah Sakit lainnya setuju tetap melanjutkan KJS setelah
kesimpangsiuran ini dibicarakan bersama.[179] Namun, masalah ini terlanjur
berkembang menjadi konflik politik setelah beberapa anggota DPRD mengancam akan
menjadikan hal ini sebagai alasan pemakzulan terhadap Gubernur dan Wakil
Gubernur.[180]
Hingga 2014, Kartu Jakarta Sehat terus berjalan dan
mendampingi sistem penjaminan kesehatan baru oleh BPJS.
Kartu Jakarta Pintar
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kartu Jakarta
Pintar
Dalam bidang pendidikan, Jokowi meluncurkan Kartu Jakarta
Pintar sejak awal masa jabatannya, tepatnya 1 Desember 2012. Peluncuran perdana
Kartu Jakarta Pintar dilakukan di SMA Yappenda, Tanjung Priok, Jakarta Utara
dan diluncurkan secara resmi oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
Kartu ini membantu biaya pendidikan bagi anak-anak yang
tidak mampu di Jakarta, dengan syarat tidak boleh digunakan untuk hal
konsumtif.[65]
Razia topeng monyet
Pada tanggal 22 Oktober 2013, Jokowi mendapat sorotan
media internasional[181] dan dukungan dari pecinta lingkungan[182] setelah
meluncurkan razia topeng monyet di Jakarta. Dalam razia ini, pawai topeng
monyet ditangkap namun diberikan uang pengganti Rp 1 juta asalkan bersedia
memberikan monyetnya untuk kemudian dipelihara dengan lebih baik di
Ragunan.[183] Tidak hanya dianggap sebagai praktik penyiksaan hewan,
monyet-monyet ini terbukti 100 persen menderita cacingan dan dikhawatirkan terinfeksi
penyakit berbahaya lainnya sehingga mengancam kesehatan warga DKI Jakarta.[184]
Namun kritik juga muncul akibat kebijakan ini, antara
lain banyak hal penting lainnya menyangkut kesejahteraan warga yang harus
diprioritaskan dibanding mengurusi monyet,[185] serta kekhawatiran pawang
monyet tidak mendapat bekal yang layak untuk berganti profesi.[186]
Pembangunan RSUD Pasar Minggu
Guna mengantisipasi pengguna KJS dan BPJS yang membuat
antrian panjang di berbagai rumah sakit di Jakarta, Jokowi memulai pembangunan
Rumah Sakut Umum Daerah di Pasar Minggu. Rumah sakit ini berkapasitas 400
tempat tidur. Delapan puluh persen bisa dimanfaatkan oleh pengguna Kartu
Jakarta Sehat. Rumah Sakit ini akan berfokus kepada usaha perawatan penderita
kanker, pasien anak, dan lansia. Untuk itu, akan disiapkan 20 unit neonatal
intensive care unit (NICU) untuk bayi dan 20 unit pediatric intensive care unit
(PICU).[187]
Peresmian Rumah Sakit Pekerja
Untuk mendukung pelayanan kesehatan para pekerja di
sekitar Kawasan Berikat Nusantara, dibangun rumah sakit umum yang dikhususkan
bagi para pekerja. Rumah sakit ini diresmikan SBY bersama Jokowi, Menteri BUMN
Dahlan Iskan, Menkes Nafsiah Mboi, Menakertrans Muhaimin Iskandar, dan Presiden
Direktur Kawasan Berikat Nusantara Sattar Taba, pada tanggal 8 April 2014.
Rumah sakit ini berkapasitas 9.000 meter persegi, terdiri atas 8 lantai, dan
jumlah tempat tidur yang tersedia 184 tempat tidur. Fasilitas yang disediakan
antara lain pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, mulai dari rawat jalan,
unit gawat darurat, unit rawat intensif, bedah sentral, ruang radiologi, ruang
CSSD, laboratorium, poliklinik, medical check up, fisiotherapy, dan kamar
jenazah. Rumah sakit ini dibangun dengan dana CSR BUMN dan Pemerintah DKI
Jakarta memiliki 26% saham di rumah sakit ini.[188][189]
Jakarta sebagai Kota Festival
Jokowi berharap bisa menjadikan brand Jakarta sebagai
kota festival. Karena itu berbagai perayaan dan festival dirayakan di Kota
Jakarta, bahkan hingga menutup jalanan dari kendaraan bermotor selama satu hari
penuh. Total sebanyak 97 festival diadakan selama 2013 di Jakarta.[190]
Jakarta Night Festival
Mulai tahun baru 2013 dan 2014, dengan konsep menjadikan
Jakarta sebagai kota festival, Jokowi meluncurkan Jakarta Night Festival. Dalam
perayaan tahun baru ini jalan utama di Jakarta ditutup total dari kendaraan
bermotor dan disediakan berbagai panggung kesenian, pertunjukan, serta kesenian
tradisional.[191] Model ini kemudian ditiru oleh kota-kota besar lainnya,
seperti Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta.[192]
Pesta rakyat
Pada Juni 2013, Jokowi mencoba mengembalikan fungsi Pekan
Raya Jakarta (PRJ) sebagai pesta rakyat dengan mengadakan beberapa festival di
pelataran Monas, seperti Festival Kampung Jakarta pada 15-16 Juni 2013. PRJ
dianggap sudah melenceng dari niatan awalnya karena cenderung dikunjungi oleh golongan
menengah ke atas. Media menjuluki upaya Jokowi ini sebagai "PRJ
tandingan". Namun, Basuki Tjahaja Purnama menampik hal tersebut dan
menyatakan bahwa pesta rakyat bukan dimaksudkan untuk menyaingi PRJ.[193][194]
Festival Keraton Sedunia
Pada tanggal 5-8 Desember 2013, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta dan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara menggelar Pergelaran Agung
Keraton Sedunia, 5-8 Desember. Acara ini menampilkan parade berbagai kostum dan
kendaraan dari berbagai keraton dan kerajaan berbagai penjuru dunia, termasuk
Brunei Darussalam. Menurut rencana, acara tersebut diikuti 165 keraton
Nusantara dan 10 utusan kerajaan mancanegara serta dimeriahkan oleh parade
kereta kencana dan dihibur 1.000 atraksi seniman.[195]
Pembenahan tata kota
Jokowi saat sedang bertemu dengan Trond Giske.
Beratnya permasalahan Jakarta dimulai dari masalah tata
ruang yang tidak dipedulikan selama puluhan tahun. Diawali dengan pengesahan
RDTR, pembenahan pengurusan IMB, dan pengelolaan ruang terbuka hijau, dan
pembenahan pasar dan pedagang kaki lima, Jokowi mulai membenahi masalah
mendasar di Jakarta.[196]
Pengesahan rencana detail tata ruang
Rencana Detail Tata Ruang DKI Jakarta sebenarnya telah
disusun sejak masa Fauzi Bowo, namun pengesahannya terhambat. Salah satu
masalahnya adalah sosialisasi ke masyarakat belum dilakukan. Karena itu, Basuki
Tjahajapurnama menuntut RDTR dibagikan kepada masyarakat melalui kelurahan
setempat agar bisa mendapat masukan bersama.[197] Para akademisi dan LSM juga
diundang untuk ikut memberi pandangan masing-masing mengenai RDTR
tersebut.[198]
Pada tanggal 11 Desember 2013, RDTR dan Peraturan Zonasi
DKI Jakarta disahkan dan berlaku hingga 2030. Salah satu anggota DPRD dari PPP,
Maman Fiermansyah, sempat melakukan walkout karena merasa pengesahan Perda RDTR
dan PZ dipaksakan. Namun rekannya, Mohamad Sanusi, menyatakan sikap Maman
akibat ia sendiri tidak memahami RDTR karena tidak pernah hadir saat
pembahasan.[199]
Hal menonjol dari RDTR DKI Jakarta adalah amanat
penambahan 6 persen Ruang Terbuka Hijau dan adanya ruang khusus bagi pedagang
kaki lima di ruang publik yang penetapannya ditentukan oleh Gubernur, serta
kewajiban bagi setiap gedung perkantoran, perdagangan serta jasa di Jakarta
yang berada di zona campuran menyediakan 5 persen ruang dari luas lantai fungsi
perdagangan dan jasa yang ada untuk sektor informal UKM. Diharapkan dengan
kewajiban ini, pemilik gedung memfasilitasi pedagang makanan dimasukkan sebagai
bagian dari gedung, sehingga tidak lagi memenuhi jalanan di belakang
gedung.[200]
Pembenahan pasar dan pedagang kaki lima
Aksi paling dikenal dari Jokowi dalam menertibkan
pedagang kaki lima adalah di Pasar Minggu dan Pasar Tanah Abang. Jika di Pasar
Minggu pedagang dipindahkan ke Lokasi Binaan PKL Pasar Minggu, maka di Blok G
pedagang dipindahkan ke Blok G Tanah Abang. Awalnya pedagang mengeluh sepinya
pengunjung, namun berbagai fasilitas Blok G terus dilengkapi antara lain
eskalator, undian berhadiah mobil, hingga fasilitas wifi gratis.[201]
Sebanyak lima pasar tradisional dibangun dan direnovasi
dengan fasilitas memadai selama tahun 2013, antara lain Pasar Manggis,
Pasanggrahan, Kebon Bawang, Kebon Duri, dan Nangka Bungur. Para pedagang
dibebaskan dari sewa, namun harus turut memelihara pasar dan menaati aturan
untuk tidak mengalihkan sewa atau menjual kiosnya ke pihak lain. Pedagang hanya
akan dikenakan biaya perawatan, listrik, dan air saja.[202]
Pada tahun 2014, sebanyak empat pasar tradisional lainnya
juga telah selesai, antara lain Pasar Kramat Jati, Pasar Ciplak, dan Pasar
Grogol, dari total 14 pasar yang akan dibenahi.[203][204]
Izin Mendirikan Bangunan dengan sistem daring
Jika sebelumnya pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
sarat praktik percaloan dan suap, sehingga mengacaukan tata kota, maka sejak 1
Februari 2014, IMB bisa diurus dari internet. Hal ini menyingkat waktu
pengurusan IMB dari setengah bulan menjadi cukup 7 hari saja. Pengurusan bisa
dilakukan dari rumah, warnet, atau tempat kerja.[205]
Namun sebagai imbal baliknya, Jokowi menuntut warga agar
segera mengurus IMB masing-masing karena prosesnya sudah dipermudah. Jika tidak
juga memiliki IMB, bangunan-bangunan liar akan segera dirubuhkan.[206]
Pembenahan taman, hutan kota, dan ruang terbuka hijau
Joko Widodo bersama Direktur Eksekutif Greenpeace Kumi
Naidoo, Kepala Greenpeace Indonesia Longgena Ginting, dan Direktur Eksekutif
Greenpeace Asia Tenggara Von Hernandez di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Berbagai taman, hutan kota, dan ruang terbuka hijau baru
maupun hasil perbaikan ikut menghijaukan Jakarta. Salah satu yang cukup
menonjol adalah Taman Kota Waduk Pluit, Taman Kota Waduk Ria Rio, Taman
Vertikal Tugu Tani, dan Taman Mataram. Ditargetkan Ruang Terbuka Hijau Jakarta
meningkat 16 persen dari target yang diamanatkan RDTR sebesar 6 persen
peningkatan. Selain itu hanya diperbolehkan 40 persen lahan Jakarta untuk
gedung tinggi, sementara 60 persen sisanya berupa ruang terbuka hijau yang bisa
diakses oleh publik.[70]
Reformasi keuangan dan anggaran
Selama masa pemerintahan Jokowi di DKI Jakarta, APBD DKI
Jakarta terus meningkat dari awalnya Rp 41 Triliun pada 2012, menjadi Rp 72
Triliun pada 2014, atau sebesar 31 Triliun hanya dalam dua tahun.[207][208] Hal
ini dilakukan dengan mempermudah dan transparansi pajak, efisiensi pengeluaran,
e-catalog dan e-budgetting.
Penyerapan APBD 2013 yang awalnya diprediksi di angka
97%, terwujud di 84,5% dan menghasilkan SiLPA Rp7 Triliun untuk digunakan pada
tahun 2014.[209] Dana berlebih ini ditetapkan dalam RAPBD 2014, Rp 2,5 triliun
yang pertama dialokasikan untuk penanganan kemacetan Kota Jakarta melalui
pembelian ribuan bus Transjakarta dan reguler. Dan Rp 2,5 triliun selanjutnya
untuk penanganan banjir dan mengoptimalkan lima rumah pompa yang ada di
Jakarta. Salah satunya adalah dengan mendukung percepatan pembangunan Waduk Ciawi,
dengan menganggarkan sebesar Rp 200 miliar untuk pembebasan tanah.[210]
Kepresidenan
Pencalonan awal
Setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta,
popularitas Jokowi melejit berkat rekam jejaknya yang baik dan pendekatannya
yang membumi dan pragmatis, seperti yang ditunjukkan melalui program
"blusukan" untuk memeriksa keadaan di lapangan secara langsung.[10]
Akibatnya, Jokowi merajai survei-survei calon presiden dan menyingkirkan
kandidat lainnya,[13] sehingga muncul wacana untuk menjadikannya calon
presiden.[12] Namun, selama berbulan-bulan wacana tersebut menjadi tidak pasti
karena pencalonan Jokowi di PDIP harus disetujui oleh Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnoputri, dan ia menegaskan baru akan menentukan calon setelah pemilihan
umum legislatif pada bulan April.[14]
Namun, pada tanggal 14 Maret 2014, Megawati akhirnya
menulis langsung surat mandat kepada Jokowi untuk menjadi calon presiden, dan
Jokowi mengumumkan bahwa ia bersedia dan siap melaksanakan mandat tersebut
untuk maju sebagai calon presiden Republik Indonesia dalam pemilihan umum
presiden Indonesia 2014.[211] Ia juga mengungkapkan kesiapannya sembari
mengucap "bismillah" dan mencium bendera merah putih di rumah Si
Pitung.[211] Selepas pengumuman ini, indeks IHSG melesat 152,47 poin menjadi
4.878,64,[212] sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
menguat hingga angka 11,386.[213] Pencalonan Jokowi juga diperkirakan dapat
mendongkrak suara PDIP hingga 30% dalam pemilu legislatif.[214] Namun, hasil
hitung cepat menunjukkan bahwa suara PDIP gagal mencapai 20%.[215]
Lima hari setelah deklarasinya, pada tanggal 19 Maret
2014 Joko Widodo digugat oleh Tim Advokasi Jakarta Baru di Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat. Ia dinilai melanggar hukum perdata karena meninggalkan
jabatannya sebagai gubernur sebelum merealisasikan janji-janjinya untuk
melaksanakan program kerakyatan.[216] Namun, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi
mengkonfirmasi bahwa pencapresan Jokowi tidaklah melanggar hukum. Ia berhak
maju dan akan dengan mudah mendapat izin dari Presiden tanpa harus mengundurkan
diri karena sudah diatur dalam Undang Undang No 47 Tahun 2008 mengenai
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Seorang kepala daerah yang hendak maju
dalam Pemilihan Presiden harus mengajukan surat permintaan izin kepada Presiden
dan Gamawan Fauzi tidak merasa memiliki alasan untuk menghalanginya.[217]
Pada tanggal 19 Mei 2014, Jokowi mengumumkan bahwa Jusuf
Kalla akan menjadi calon wakil presidennya.[218] Pengumuman sekaligus deklarasi
tersebut berlangsung di Gedung Joeang 45 di Menteng, Jakarta.[218] Pencalonan
tersebut didukung oleh koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai
NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura.[218] Pada hari yang sama,
Jokowi dan Jusuf Kalla secara resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum.[219]
Menjelang pemilihan umum presiden, terdapat berbagai
macam kampanye hitam yang dialamatkan kepada Jokowi, seperti isu capres
boneka,[220] keislaman Jokowi yang diragukan,[221] tuduhan bahwa Jokowi adalah
orang Tionghoa yang merupakan putra dari Oei Hong Leong,[222] hingga klaim
bahwa ia adalah antek asing dan bahkan zionis.[221]
Visi dan misi kampanye
Dalam dokumen yang diberikan kepada Komisi Pemilihan
Umum, visi misi Jokowi-Jusuf Kalla diberi judul "Jalan Perubahan untuk
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian'". Visi misi
tersebut dimulai dengan memaparkan tiga masalah utama bangsa, yaitu
"merosotnya kewibawaan negara", "melemahnya sendi-sendi
perekonomian nasional", dan "merebaknya intoleransi dan krisis
kepribadian bangsa". Selanjutnya, mereka menyatakan akan menggunakan
Pancasila dan Trisakti sebagai panduan. Dokumen sepanjang 42 halaman tersebut
kemudian merincikan visi, misi, dan program yang akan mereka jalankan bila
terpilih sebagai presiden dan wakil presiden, dengan 12 agenda strategis untuk
mewujudkan kedaulatan politik Indonesia, 16 agenda strategis untuk kemandirian
ekonomi, dan 3 agenda strategis untuk Indonesia yang berkepribadian dalam
kebudayaan, dengan 9 agenda di antaranya menjadi agenda prioritas.[223] Sementara
itu, dalam dialog langsung dengan presenter Metro TV Prisca Niken pada malam
tanggal 24 Mei 2014, Jokowi juga menyatakan bahwa visi misinya adalah
"revolusi mental dari negativisme menjadi positivisme", karena
menurutnya Indonesia seringkali tidak percaya diri dalam menghadapi tantangan
zaman walaupun Indonesia adalah negara yang besar.[224]
Di media, Joko Widodo pernah menyatakan bahwa kebijakan
ekonomi Indonesia perlu difokuskan pada dua sektor, yaitu pertanian dan
energi.[225] Menurutnya, "ke depan, kita sebagai perusahaan, korporasi,
atau negara sebaiknya punya program utama, apa yang mau kita fokuskan. Negara
kita hanya ada dua yang harusnya kita fokuskan: pertanian, sehingga terjadi
kedaulatan pangan; dan kedua, energi".[225] Jokowi berpendapat bahwa
kebijakan pertanian Indonesia tidak maksimal karena pemerintah tidak
mengoptimalkan kebijakan pada sektor pertanian dan kelautan.[225] Ia juga
meyakini bahwa alokasi anggaran untuk perguruan tinggi dan penelitian pertanian
perlu ditingkatkan untuk menuai hasil yang optimal.[225]
Jokowi juga menyatakan bahwa Indonesia perlu menghentikan
impor sapi dan mulai beralih menjadi produsen untuk mencapai swasembada sapi.
Namun, ia tidak memaparkan bagaimana pembatasan impor sapi dapat menstabilkan
harga daging sapi di pasaran atau bagaimana pemerintah seharusnya menggenjot
produksi daging sapi nasional.[226]
Perihal pendidikan, Jokowi mengatakan bahwa pendidikan
adalah modal dasar pembangunan manusia.[227] Menurutnya, revolusi mental perlu
diawali dari dunia pendidikan. Maka dari itu, ia mengusulkan agar di Sekolah
Dasar 80 persen pendidikan karakter, sementara 20 persen untuk pengetahuan.
Jokowi juga mengungkapkan bahwa di Sekolah Menengah Pertama jatah untuk
pendidikan karakter diturunkan menjadi 60% dan pengetahuan dinaikkan menjadi
40%, sementara di Sekolah Menengah Atas, pendidikan karakter menjadi 20%, dan
pengetahuan menjadi 80%.[228]
Untuk meningkatkan efektivitas, mengurangi biaya, dan
mengatasi masalah kesenjangan harga antara pulau Jawa dengan pulau-pulau
lainnya, Jokowi memiliki visi untuk membangun "tol laut", yaitu
pengadaan kapal-kapal besar pengangkut barang ke seluruh pelosok Indonesia,
dengan intensitas keberangkatan setiap hari. Ia juga mengungkapkan niatnya
untuk membangun rel kereta api ganda di setiap pulau di indonesia.[229]
Agama
Jokowi memeluk agama Islam dan bercerita bahwa ia pertama
kali naik haji pada tahun 2003, dan sesudahnya umrah minimal empat kali.[230]
Namun, menjelang pemilihan umum presiden 2014, muncul berbagai tudingan yang
mempertanyakan keislaman Jokowi, sehingga pada tanggal 24 Mei 2014 Jokowi
menyatakan bahwa ia adalah bagian dari "Islam yang rahmatan lil alamin,
Islam yang hidup berketurunan dan berkarya di negara RI yang memegang teguh UUD
45."[231] Ia juga menyatakan bahwa ia bukan bagian dari kelompok Islam
yang "sesuka hatinya mengafirkan saudaranya sendiri", "menindas
agama lain", "arogan dan menghunus pedang di tangan dan di
mulut", "suka menjejerkan fustun-fustunnya", "menutupi
perampokan hartanya, menutupi pedang berlumuran darah dengan gamis dan
sorban", atau "membawa ayat-ayat Tuhan untuk menipu
rakyat".[231]
Penghargaan
Atas prestasinya, oleh Majalah Tempo, Joko Widodo
terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008".[232] Kebetulan di
majalah yang sama pula, Basuki Tjahaja Purnama, atau akrab dengan panggilan
Ahok pernah terpilih juga dalam "10 Tokoh 2006" atas jasanya
memperbaiki layanan kesehatan dan pendidikan di Belitung Timur. Ahok kemudian
menjadi pendampingnya di Pilgub DKI tahun 2012.[233]
Ia juga mendapat penghargaan internasional dari Kemitraan
Pemerintahan Lokal Demokratis Asia Tenggara (Delgosea) ini atas keberhasilan
Solo melakukan relokasi yang manusiawi dan pemberdayaan pedagang kaki
lima.[234]
Pada tanggal 12 Agustus 2011, ia juga mendapat penghargaan
Bintang Jasa Utama untuk prestasinya sebagai kepala daerah mengabdikan diri
kepada rakyat.[235] Bintang Jasa Utama ini adalah penghargaan tertinggi yang
diberikan kepada warga negara sipil.[236] Pada Januari 2013, Joko Widodo
dinobatkan sebagai wali kota terbaik ke 3 di dunia atas keberhasilannya dalam
memimpin Surakarta sebagai kota seni dan budaya, kota paling bersih dari
korupsi, serta kota yang paling baik penataannya.[237] Oleh KPK, dia diberi
penghargaan atas keberaniannya melaporkan berbagai barang gratifikasi yang
diterima.[238]
Atas kemampuannya mensosialisasikan program-progam
pemerintah sehingga mendapat dukungan masyarakat banyak, ia diganjar sebagai
Marketer of The Year 2012 oleh Markplus Conference 2013, Marketing: Into
Innovation and Technology.[239]
Penghargaan Joko Widodo [tampilkan]
Gaya kepemimpinan
Jokowi dikenal akan gaya kepemimpinannya yang pragmatis
dan membumi. Ia seringkali melakukan "blusukan" atau turun langsung
ke lapangan untuk melihat langsung permasalahan yang ada dan mencari solusi
yang tepat. "Blusukan" juga dilakukan untuk menemui langsung warga
dan mendengar keluh kesah mereka. Gaya yang unik ini dijuluki The New York
Times sebagai "demokrasi jalanan".[240] Jokowi juga dianggap unik
dari pemimpin lainnya karena tidak sungkan untuk bertanya langsung kepada warga
dan mendekati mereka bila akan melancarkan suatu program.[241] Namun, gaya ini
juga menuai kritik. Misalnya, ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman
menyatakan bahwa "blusukan" hanya menghabiskan waktu dan energi,
sementara yang dibutuhkan adalah kebijakan langsung dan bukan sekadar
interaksi.[242] Anies Baswedan juga menilai "blusukan" merupakan
pencitraan belaka tanpa memberikan solusi.[243]
Selain "blusukan", kepemimpinan Jokowi juga
dikenal akan transparansinya. Misalnya, Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama
sama-sama mengumumkan jumlah gaji bulanan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah kepada umum.[244][245] Ia juga memulai sejumlah program yang terkait
dengan transparansi seperti online tax, e-budgeting, e-purchasing, dan cash
management system.[244] Selain itu, semua rapat dan kegiatan yang dihadiri oleh
Jokowi dan Basuki direkam dan diunggah ke akun "Pemprov DKI" di
YouTube.[246]
Gaya kampanye
Gaya berkampanye Jokowi untuk menjadi Gubernur DKI
Jakarta menekankan pendekatan langsung kepada masyarakat dengan mendatangi
mereka langsung daripada mengumpulkan orang di lapangan.[247] Jokowi mengklaim
bahwa ia menghindari pemasangan spanduk, poster, stiker, dan baliho di taman
kota atau jalan karena menurutnya dapat mengotori kota, sehingga ia secara
langsung mencopot spanduk di depan bioskop Megaria, Jalan Diponegoro.[248]
Selama kampanye pilkada Jakarta, Jokowi juga dikenal akan baju kotak-kotaknya,
yang menurutnya dibeli satu jam sebelum berangkat ke Komisi Pemilihan Umum
Daerah dan dikatakan mewakili "warna-warni Jakarta yang harus
diakomodasi".[249]
Salah satu kekuatan Jokowi dalam berkampanye adalah
penggunaan media sosial. Selama kampanye pilkada Jakarta, ia meluncurkan Jasmev
atau Jokowi Ahok Social Media Volunteer, yang merupakan jaringan antar kelompok
sukarelawan tanpa bayaran.[85] Selain itu, Jokowi juga membentuk media
center[86] dan mampu memanfaatkan Youtube sebagai wadah kampanye baru.[87]
Pihak Fauzi Bowo sendiri mengakui keunggulan Jokowi di kanal ini.[88]
Berdasarkan hasil audit Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta
pada Agustus 2012, pemasukkan dana kampanye pasangan Jokowi-Basuki tercatat
sebesar Rp 16,31 miliar, sementara pengeluarannya mencapai Rp 16,09
miliar.[250] Sebagian besar dana dialokasikan untuk spanduk, alat peraga, dan
bahan kampanye, dengan biaya penyebaran bahan kampanye sebesar Rp 4,2 miliar,
alat peraga sebesar Rp 2,6 miliar, dan rapat umum sebesar Rp 2,1 miliar.[250]
Biaya iklan cetak sendiri tercatat sebesar Rp 729 juta, sementara biaya iklan
radio mencapai Rp 516 juta.[250] Jokowi mengklaim bahwa sebagian besar dana
digunakan untuk kampanye "murah" dengan sasaran rakyat kecil.[250]
Sebagai perbandingan, pengeluaran kampanye Fauzi Bowo tercatat sebesar Rp 62,57
miliar, sementara pemasukkan dana kampanyenya mencapai Rp 62,63 miliar.[250]
Salam Dua Jari
Lagu kampanye pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla
(Jokowi-JK) mendapat perhatian media internasional. Dua wartawan asal
Indonesia, Eveline Danubrata dan Heru Asprihanto menulis artikel yang
dipublikasikan Reuters. Artikel tentang lagu kampanye Jokowi-JK tersebut
berjudul Give us jobs, not rock songs, say Indonesia's young voters.[251]
Citra politik
Berkat kampanyenya selama pemilihan umum Gubernur DKI
Jakarta 2012 yang menjanjikan "Jakarta Baru", ia melejit menjadi
tokoh nasional yang dikenal bersih, merakyat, dan mampu menyelesaikan
masalah.[252] Popularitasnya meroket hingga ia merajai survei-survei calon
presiden seperti yang digambarkan pada tabel berikut:
Survei Joko Widodo [tampilkan]
Namun, menjelang pemilihan umum presiden Indonesia 2014,
dugaan keterlibatan Joko Widodo dalam kasus TransJakarta dikatakan mengganjal
elektabilitas Joko Widodo.[253] Selain itu, akibat gencarnya kampanye hitam,
menurut Saiful Mujani Research and Consulting tren kesukaan masyarakat terhadap
Jokowi menurun hingga 8% sampai April 2014.[254]
Sorotan media internasional
Jokowi pun mendapat sorotan dari media internasional
seperti media India bernama The Hindu yang meliput fenomena Jokowi ala
India,[255][256] media Amerika Serikat bernama The New York Times yang meliput
fenomena kepemimpinan turun ke bawah,[257][258] media Australia bernama The
Sydney Morning Herald,[259] media Thailand bernama Bangkok Post,[260] serta
media Jepang bernama Asahi Shimbun.[261]
Joko Widodo mendapatkan berbagai julukan dari berbagai
media internasional seperti Obama dari Jakarta oleh BBC, Mr. Fix oleh The
Economist, dan The Man of Madras Shirt oleh TIME.[262]
Kontroversi
Mantan tim sukses Jokowi diduga terlibat dalam kasus
busway berkarat, dan bahkan keluarga Jokowi dituduh menerima aliran dana busway
berkarat; namun, Jokowi membantah hal tersebut,[263][264][265] dan Jaksa Agung
Basrief Arief menegaskan bahwa kasus ini "belum atau boleh dikatakan tidak
menyangkut kepada Jokowi".[266] Jokowi juga dikritik karena tidak mematuhi
janjinya untuk menyelesaikan masa jabatannya sebagai gubernur Jakarta,[267]
walaupun Jokowi sendiri menyatakan bahwa bila ia menjadi presiden, akan lebih
mudah mengurus Jakarta karena memiliki wewenang terhadap proyek pemerintah
pusat di ibukota.[268] Ada anggapan bahwa Jokowi termasuk gagal mengatasi
banjir dan macet.[269][270] Anggapan bahwa Jokowi gagal dalam mengatasi banjir
dan macet di Jakarta membuat popularitasnya menurun.[271] Data dari BPS juga
menunjukkan angka kemiskinan di Solo naik saat Jokowi menjadi walikota Solo.[272]
Melesatnya popularitas Jokowi juga dikritik sebagai pengaruh media yang kerap
menonjolkan kebaikan Jokowi sementara kelemahannya ditutupi.[273][274] Selain
itu, Jokowi didapati menaiki pesawat jet pribadi untuk berkampanye dari
Banjarmasin ke Kota Malang, yang dianggap bertentangan dengan gaya hidup
sederhana.[275] Sementara itu, Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia Taufik
Bahauddin mengkhawatirkan kontroversi yang terjadi pada pemerintahan Megawati
seperti skandal BLBI, penjualan BUMN, penjualan kapal tanker VLCC Pertamina dan
penjualan gas murah ke China akan terulang pada pemerintahan Jokowi.[276]
Kemunculan nama Jokowi pada soal Ujian Nasional[277] dan
kedatangan Jokowi di kampus ITB[278] juga menuai kontroversi karena dinilai
sebagai tindakan politisasi. (Bersambung)
Kabar baik!!! Perusahaan pinjaman
ReplyDeleteNama saya nirma sufitra, hanya ingin menggunakan kesempatan ini untuk memberitahu siapa pun yang membaca ini bahwa ada perusahaan pinjaman yang nyata dan mereka ada di sini untuk membantu, karena saya adalah korban tertipu namun terima kasih kepada Dangote Loan Company, mereka memberikan pinjaman dengan 2% tingkat bunga dan memberi Anda jumlah apapun, jadi hubungi Dangote Loan Company Via email Dangotegrouploandepartment@gmail.com
atau hubungi saya melalui email nirmasufitra12@gmail.com