Membatik |
Perjalanan yang belum selesai (142)
(Bagian ke seratus empat puluh dua, Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 5 Oktober 2014, 13.08 WIB)
Hari batik sedunia dirayakan setiap tanggal 2 Oktober,
sesuai ketetapan UNESCO.
Kenapa 2 Oktober Disebut Hari Batik?
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mungkin banyak yang
bertanya-tanya apa latar belakang setiap tanggal 2 Oktober ditetapkan menjadi
hari batik?
Ternyata belum lama tanggal sehari setelah Hari Kesaktian
Pancasila itu diputuskan menjadi Hari Batik. Tepatnya 2 Oktober 2009, Badan PBB
untuk kebudayaan UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk
Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage
of Humanity).
"Tanggal 2 Oktober 2009 UNESCO mengakui batik
sebagai warisan dunia, ini hal yang harus disyukuri," Ujar Prayogo,
kurator dari Museum Batik Yogyakarta saat dihubungi ROL, Selasa (2/10)
Bahkan menurut wikipedia, tanggal ini tidak hanya
diperingati sebagai Hari Batik nasional, namun juga UNESCO menetapkan sebagai
hari batik sedunia.
UNESCO menulis dalam situs resminya, batik Indonesia
memiliki banyak simbol yang bertautan erat dengan status sosial, kebudayaan
lokal, alam dan sejarah itu sendiri. Batik dinilai sebagai identitas bangsa
Indonesia dan menjadi bagian penting seseorang di Indonesia sejak lahir hingga
meninggal.
Membatik di Indonesia |
Batik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Batik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian.
Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik
pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari
kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist
dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik
tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan
motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.[1]
Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata
bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan
"titik" yang bermakna "titik".[butuh rujukan]
Sejarah teknik batik
Tekstil batik dari Niya (Cekungan Tarim), Tiongkok
Detail ukiran kain yang dikenakan Prajnaparamita, arca
yang berasal dari Jawa Timur abad ke-13. Ukiran pola lingkaran dipenuhi kembang
dan sulur tanaman yang rumit ini mirip dengan pola batik tradisional Jawa.
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan
menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir
menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan
diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk
pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti
T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di
Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku
Soninke dan Wolof di Senegal.[2]. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada
semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal
abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX
dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.[3]
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa,
kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat
bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada
abad ke-6 atau ke-7. [2]Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan
F.A. Sutjipto (sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli
dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa
wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui
memiliki tradisi kuna membuat batik.[4]
Membatik |
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah
dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola
seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia
berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[4] Detil
ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi
kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan
pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik
tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat
pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di
Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus
Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud
untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40
jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu,
dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam
perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang
Sultan kecewa.[5] Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai
batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali
diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas
Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon
menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel
memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke
Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai
masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada
tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.[2]
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang
memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai
batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan
teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh
Clifford merekam industri di Pekan tahun 1895 bagi menghasilkan batik, kain
pelangi, dan kain telepok.[6]
Budaya batik
Pahlawan wanita R.A. Kartini dan suaminya memakai rok
batik. Batik motif parang yang dipakai Kartini adalah pola untuk para bangsawan
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi
dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.
Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam
membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik
adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap"
yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa
pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis
maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana
di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang
turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari
batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status
seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya
dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik Cirebon bermotif mahluk laut
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa )
yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada
dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi
PBB.
Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari
Tari Bedhoyo Ketawang di keraton jawa.
Corak batik
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai
pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas,
dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik
pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga
pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh
Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga
mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang
sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa
oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan
mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan
masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak
memiliki perlambangan masing-masing.
Cara pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang
terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di
atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya.
Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan
canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga
cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin
kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna
muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua
atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik
dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
Jenis batik
Batik Pekalongan |
Pembuatan batik cap
Menurut teknik
Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan
corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang
lebih 2-3 bulan.
Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan
corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses
pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara
langsung melukis pada kain putih.
Menurut asal pembuatan
Batik Jawa
batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang
Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun.
Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa
terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya
sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur
mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik
jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo.
Motif Batik
Batik Tiga Negeri
Batik Jawa Hokokai, 1942-1945
Batik Buketan asal Pekalongan dengan desain pengaruh
Eropa
Batik Buketan
Batik Lasem
Berdasarkan daerah asal
Batik Bali
Batik Banyumas
Batik Madura
Batik Malang
Batik Pekalongan
Batik Solo
Batik Yogyakarta
Batik Tasik
Batik Aceh
Batik Cirebon
Batik Jombang
Batik Banten
Batik Tulungagung
Batik Kediri
Batik Kudus
Batik Jepara / Batik Kartini
Batik Brebes
Batik Minangkabau
Batik Belanda
Batik Jepang
Berdasarkan corak
Batik Kraton
Batik Sudagaran
Batik Cuwiri
Batik Petani
Batik Tambal
Batik Sida Mukti
Batik Sekar Jagad
Batik Pringgondani
Batik Kawung
Batik Sida Luhur
Batik Sida Asih
Batik Semen Rama (Bersambung)
No comments:
Post a Comment