PM China Li Keqiang |
Menteri Keuangan APEC Bertemu di Beijing
Pejabat pemerintah dan sektor swasta bertemu minggu ini
di Beijing pada konferensi menteri keuangan APEC, yang antara lain membahas
pertumbuhan ekonomi China yang melambat.
PM China Li Keqiang mengatakan, pemerintah China kini
memprioritaskan reformasi ekonomi dan bukan mengejar pertumbuhan yang cepat
(foto: dok).
BEIJING, CHINA—
Agenda terpenting dari konferensi menteri keuangan APEC
di Beijing minggu ini adalah menggairahkan
kembali ekonomi China.
PDB China naik 7,3 persen dalam kuartal ke 3. Ini
terendah sejak 2009, ketika ekonomi masih berusaha pulih dari krisis finansial
global. Laju pertumbuhan juga lebih rendah dari target pemerintah.
Ekonomi lamban akan menjadi isu utama dalam pertemuan
menteri-menteri keuangan APEC minggu ini di Beijing. Menteri keuangan dari 21
negara anggota APEC, pemimpin organisasi internasional, dan eksekutif sektor
swasta akan hadir dalam pertemuan yang dimulai Senin itu.
Jubir Menlu China Hua Chunying menjelaskan sasaran
pertemuan minggu ini.
Hua mengatakan, tema pertemuan adalah membina masa depan
lewat kemitraan di Asia. Pertemuan menteri-menteri keuangan akan mencapai tiga
sasaran, kata Hua, pertama stabilitas keuangan dan sumbangan pada penguatan
ekonomi di Asia. China juga akan memperagakan tekadnya untuk memperkuat
reformasi dan menciptakan kondisi kondusif bagi pertemuan pemimpin
negara-negara APEC pada permulaan November.
Sebelumnya, PM Li Keqiang mengatakan, pertumbuhan lebih
lambat merupakan bagian dari rencana pemerintah China untuk memprioritaskan
reformasi ketimbang pembangunan ekonomi yang cepat. Dia dan pemimpin pemerintah
lain berjanji mengurangi hutang pemerintah dan meningkatkan konsumsi domestik.
Wang Dong, profesor di Universitas Peking mengatakan,
“Saya rasa ekonomi China melamban karena ada sebuah kebutuhan, pemimpin China
lebih prihatin dengan kualitas pertumbuhan dan bukan kuantitas. Saya rasa ini
beralasan dan inilah cara mengarahkan ekonomi China.”
Pertemuan menteri keuangan APEC minggu ini juga akan
membahas usul China bagi pembentukan sebuah Bank Pembangunan Sarana Asia, yang
akan menyaingi Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia di masa depan. Bank ini
akan mendanai pembangunan sarana di seluruh Asia dan China melobi negara-negara
lain agar menambah modal awal yang dijanjikan Beijing senilai 50 miliar dolar.
Tetapi proyek ini memicu kritik dari Departemen Keuangan
Amerika, karena akan memperkecil pengaruh Bank Dunia dan Bank Pembangunan Aisa.
Penguasa Amerika juga memperingatkan bank ini tidak akan memiliki standar
lingkungan dan pengamaman lainnya yang biasanya mengatur kredit proyek oleh
lembaga internasional.
IMF: Ekonomi Global Hadapi Risiko Pertumbuhan Rendah
Direktur IMF Christine Lagarde Kamis (9/10) mengatakan
ekonomi global menghadapi risiko pertumbuhan rendah dan tidak merata.
Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Christine
Lagarde mengatakan ekonomi global menghadapi "risiko baru yang biasa-biasa
saja, di mana pertumbuhan rendah dan tidak merata."
Christine Lagarde menyampaikan penilaiannya tentang
perkiraan ekonomi dunia kepada para pemimpin sektor keuangan internasional
dalam pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia hari Kamis di Washington. Kedua
lembaga tersebut secara rutin memberi pinjaman miliaran dolar ke negara-negara
bermasalah untuk membantu mengatasi kesulitan keuangan mereka.
IMF pekan ini mengatakan pertumbuhan ekonomi global
melambat, dengan proyeksi ke depan 3,3 persen tahun ini dan 3,8 persen pada
tahun 2015, keduanya lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Christine Lagarde mengatakan pertumbuhan ekonomi tidak
merata di seluruh dunia, di mana pertumbuhan di beberapa negara jauh lebih baik
dibanding lainnya. (VOA)
No comments:
Post a Comment