Hutan rusak |
Perjalanan yang belum selesai (21)
(Bagian keduapuluhsatu, Depok, Jawa Barat, Indonesia,30
Agustus 2014, 19.32 WIB)
Pertama kalinya bekerja sebagai reporter Kantor Berita Antara (Lembaga Kantor
Berita Antara) tahun 1986 lalu saya mendapat tuga dari Chief Reporter Sugiarto
PS untuk mewawancarai Menteri Negara Lungkungan Hidup Emil Salim di kantornya
di Jalan Merdeka Barat, Jakarta.
Namun karena tugas pertama sebagai wartawan mungkin
nervous, saya lupa menekan Tape recorder agar on. Akibatnya sampai di Kantor
Antara di Lantai 20 jalan Merdeka Selatan ketika saya ingin mendengar ulang
hasil wawancara betapa kagetnya saya di dalam rekaman tidak ada suara, karena
saya lupa tekan on.
Sehingga saya menelpon sekretaris Dr Emil Salim
memberitahu permasalahan saya. Akhirnya, Emil Salim memberikan solusi dan dia
bersedia di wawancara ulang. Hasilnya, inilah tulisan berita pertama hasil
wawancara saya dengan seorang Menteri.
Emil Salim selain terkenal sangat ramah juga dikenal
sangat bersih, walaupun lama menduduki jabatan Menteri tidak pernah satu kali
pun terdengar dia terlibat masalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Jadi
dia adlah salah satu pemimpin Indonesia paling bersih terbebas dari KKN,
seperti halnya mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Hoegeng
Iman Santoso
Ketika Rusa masih berkeliaran di hutan Kalimantan |
Setelah pos di Kementrian Negara Lingkungan Hidup saya
dipindahkan ke pos Departemen Luar Negeri dan Pos Kementrian Dalam Negeri.
Menteri Luar Negerinya dipegang Mochtar Kusumaatmadja dan Menteri Dalam Negeri
Soepardjo Roestam, Soepardjo Roestam adalah seorang Menteri yang pernah
terserang stroke ketika menjabat Mendagri, namun kemauannya untuk sembuh cukup
besar, sehingga dia sempat sembuh sebelum masa jabatannya berakhir.
Masalah lingkungan hidup pada masa Emil Salim cukup berat
, apalagi Undang-Undang Lingkungan Hidup ketika itu banyak dikalahkan oleh
Kolusi, korupsi dan nepotisme pejabat dengan banyak perusahaan yang merusak
lingkungan hidup dan melanggar undang-undang.
Pada masa kecil saya (1965) di Kalimantan masih hutan
belantara kaya akan flora dan fauna seperti orang utan, ular phyton dan
buah-buahan alam seperti durian dan rambutan, saya pun di pinggir pantai
Kampung Baru Tengah Balikpapan masih bisa mencari ikan dan kepiting rajungan.
Tapi kini hutan semakin habis digantikan dengan tanaman
kelapa sawit dan kubangan lubang bekas tambang batubara yang ditinggalkan.
Petani lokal sudah semakin sulit menemukan rusa, yang
selama ini sebagai tambahan income dan sumber protein hewani.
Emil Salim |
Emil Salim
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Emil Salim
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden
Petahana
Mulai menjabat
25 Januari 2010
Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono
Masa jabatan
10 April 2007 – 20 Oktober 2009
Didahului oleh Tidak
ada, lembaga baru
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia ke-1
Masa jabatan
29 Maret 1978 – 17 Maret 1993
Presiden Soeharto
Didahului oleh Tidak
ada, jabatan baru
Digantikan oleh Sarwono
Kusumaatmadja
Menteri Perhubungan Republik Indonesia ke-19
Masa jabatan
28 Maret 1973 – 29 Maret 1978
Presiden Soeharto
Didahului oleh Frans
Seda
Digantikan oleh Rusmin
Nuryadin
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ke-3
Masa jabatan
1971 – 28 Maret 1973
Presiden Soeharto
Didahului oleh Harsono
Tjokroaminoto
Digantikan oleh J.B.Sumarlin
Informasi pribadi
Lahir 8 Juni 1930
(umur 84)
Bendera Hindia Belanda Lahat, Sumatera Selatan, Hindia
Belanda
Kebangsaan Indonesia
Alma mater Universitas
Indonesia
Prof. Dr. Emil Salim (lahir di Lahat, Sumatera Selatan, 8
Juni 1930; umur 84 tahun) adalah seorang ahli ekonomi, cendekiawan, pengajar,
dan politisi Indonesia. Emil juga merupakan salah seorang di antara sedikit
tokoh Indonesia yang berperan internasional. Ia adalah tokoh lingkungan hidup
internasional yang pernah menerima The Leader for the Living Planet Award dari
World Wide Fund (WWF), suatu lembaga konservasi mandiri terbesar dan sangat
berpengalaman di dunia.[1] Ia juga penerima anugerah Blue Planet Prize pada
tahun 2006 dari The Asahi Glass Foundation. Sebelumnya, pada tahun 1994,
setelah menyelesaikan jabatan sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup dan
Kependudukan, Emil beserta koleganya seperti Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid
Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, and Nono Anwar Makarim menderikan Yayasan
Keanekaragaman Hayati (Yayasan KEHATI), sebuah organisasi non-pemerintah yang
bergerak di bidang pelestarian lingkungan.
Emil Salim merupakan salah seorang putra bangsa yang
paling lama mengabdi dengan menjadi menteri dan beberapa jabatan lainnya. Ia
menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 10 April 2007 dan
pada 25 Januari 2010 dilantik kembali untuk periode kedua sekaligus menjadi
ketuanya. Sebelumnya ia beberapa kali menjabat sebagai menteri, antara lain
Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara merangkap Wakil
Kepala Bappenas (1971-1973), Menteri Perhubungan (Kabinet Pembangunan II
1973-1978), Menteri Negara Urusan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Kabinet
Pembangunan III 1978-1983) dan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan
Lingkungan Hidup (Kabinet Pembangunan IV dan Kabinet Pembangunan V 1983-1993).
Emil Salim adalah tokoh paling senior yang menjabat di pemerintahan dan merupakan
sedikit di antara tokoh tiga zaman yang masih aktif berkarier hingga saat
ini.[2]
Ia adalah putra dari Baay Salim dan Siti Syahzinan dari
Nagari Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Beliau merupakan keponakan
dari seorang Pahlawan Nasional Indonesia, Haji Agus Salim.[3]
Pendidikan
Frobel School, Banjarmasin, Kalimantan Selatan
(1935-1936)
Europesche Lagere School, Banjarmasin (1936-1940), Lahat
(1940-1942)
Dai Ichi Syo-Gakko, Palembang, Sumatera Selatan
(1942-1944)
Sekolah Menengah Umum Pertama, Palembang (1945-1948)
SMAN 1 Bogor, Jawa Barat (1948-1951)
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1951-1958)
University of California, Berkeley, Amerika Serikat,
Department of Economics (1959-1964), (Master of Arts, 1962; Ph.D, 1964 dengan
disertasi berjudul Institutional Structure and Economic Development)
Karier[sunting | sunting sumber]
Tim Penasihat Ekonomi Presiden (1966)
Anggota Tim Penasihat Menteri Tenaga Kerja (1967-1968)
Anggota Tim Teknis Badan Stabilitas Ekonomi (1967-1969)
Deputi Ketua Bappenas (1968-1971)
Dosen Seskoad dan Seskoal (1971-1973)
Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur
Negara merangkap Wakil Kepala Bappenas (1971-1973)
Menteri Perhubungan (Kabinet Pembangunan II 1973-1978)
Menteri Negara Urusan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
(Kabinet Pembangunan III 1978-1983)
Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan
Hidup (Kabinet Pembangunan IV-V 1983-1993)
Guru Besar FEUI (1983)
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN-1999)
Anggota Dewan Penasihat Pemerintah RI dan Kepala Dewan
Ekonomi Nasional (2000-2004)
Anggota Bidang Pengembangan Ilmu Ekonomi, Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia/ISEI (2006-2009)
Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia
(2007-2012)
Dewan Pertimbangan Presiden, Anggota Bidang Lingkungan
Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan (2007-2010)
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, merangkap Anggota
Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup (2010-sekarang)
Kegiatan Lain[sunting | sunting sumber]
Anggota Korps Mobilisasi Pelajar Siliwangi (1950)
Ketua IPPI Bogor (1949)
Ketua Tentara Pelajar Palembang (1946-1949)
Anggota Kehormatan Persatuan Insinyur Indonesia (1992)
Ketua Tim Screening UNDP (1999)
Anggota Dewan Pembina Yayasan Kehati
Ketua Delegasi Indonesia dalam Konferensi PBB tentang
Perubahan Iklim di Bali (3-14 Desember 2007)
Karya[sunting | sunting sumber]
Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi (2010)
70 Tahun Emil Salim: Revolusi Berhenti Hari Minggu (2000)
Kembali ke Jalan Lurus (kumpulan esai 1966-1999)
Lingkungan Hidup dan Pembangunan (1981)
Masalah Pembangunan Ekonomi Indonesia (1976)
Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan (1974)
Collection of Writings (1969-1971)
Daftar masalah lingkungan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Daftar ini belumlah lengkap. Anda dapat membantu dengan
mengembangkannya.
Di bawah ini adalah daftar masalah lingkungan yang
terjadi akibat aktivitas manusia. Artikel ini berhubungan dengan efek
antropogenik terhadap lingkungan hidup.
Perubahan iklim — Pemanasan global • Asap global • Bahan
bakar fosil • Kenaikan permukaan laut • Gas rumah kaca • Peningkatan keasaman
laut
Konservasi — Kepunahan spesies • Penurunan jumlah
polinator • Pemutihan koral • Kejadian kepunahan holosen • Spesies invasif •
Perburuan liar • Spesies terancam
Bendungan — Dampak lingkungan dari bendungan
Energi — Konservasi energi • Energi terbarukan •
Penggunaan energi yang efisien • Komersialisasi energi terbarukan
Rekayasa genetik — Polusi genetika • Kontroversi makanan
hasil modifikasi genetik
Pertanian intensif — Penggembalaan berlebihan • Dampak
lingkungan dari irigasi • Monokultur • Dampak lingkungan dari produksi daging •
Dampak lingkungan dari pertanian • Dampak lingkungan dari pestisida
Degradasi lahan — Polusi tanah • Desertifikasi
Tanah — Konservasi tanah • Erosi • Kontaminasi tanah •
Salinisasi tanah
Penggunaan lahan — Urbanisasi • Fragmentasi habitat •
Penghancuran habitat
Nanoteknologi — Nanotoksikologi • Polusi nano
Masalah nuklir — Keruntuhan nuklir • Pelelehan nuklir •
Energi nuklir • Sampah radioaktif
Populasi berlebihan — Kuburan
Pelubangan ozon — CFC
Polusi — Polusi cahaya • Polusi suara • Polusi visual
Polusi air — Hujan asam • Eutrofikasi • Polusi laut •
Pembuangan sampah ke laut • Tumpahan minyak • Polusi termal • Krisis air •
Sampah laut • Peningkatan keasaman laut • Polusi kapal • Air limbah • Intrusi
air asin • Kebinasaan ikan
Polusi udara — Kabut asap • Ozon troposferik • Kualitas
udara dalam ruangan • Bahan organik volatil • Materi partikulat • Sulfur
dioksida
Penghilangan sumber daya alam — Eksploitasi sumber daya
alam
Konsumerisme — Kapitalisme konsumen • Konsumsi berlebihan
Penangkapan ikan — Peledakkan • Pukat dasar laut •
Penangkapan ikan dengan sianida • Jaring hantu • Penangkapan ikan ilegal, tidak
dilaporkan, dan tidak diatur • Penangkapan ikan berlebihan • Sirip hiu •
Penangkapan ikan paus
Penebangan hutan — Penebangan habis • Deforestasi •
Penebangan hutan ilegal
Pertambangan — Drainase tambang asam • Pertambangan
terbuka
Racun — klorofluorokarbon • DDT • Gangguan kelenjar
endokrin • Dioksin • Logam berat • Herbisida • Pestisida • Limbah beracun •
Bifenil terklorinasi • Akumulasi biologi • Biomagnifikasi
Limbah — E-waste • Sampah • Pembuangan sampah sembarangan
• Sampah lautan • Tempat pembuangan akhir • Leachate • Daur ulang • Insinerasi
Kebakaran hutan
Ketika Lingkungan masih bersih |
Isu Lingkungan
Masalah lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak
diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hiudp di Stockholm,
Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972. Di Indonesia, tonggak sejarah masalah
lingkungan hidup dimulai dengan diselenggarakannya Seminar Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Pajajaran Bandung
pada tanggal 15 – 18 Mei 1972. Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan
adalah besarnya populasi manusia (laju pertumbuhan penduduk). Pertumbuhan
penduduk yang pesat menimbulkan tantangan yang dicoba diatasi dengan
pembangunan dan industrialisasi. Namun industrialisasi disamping mempercepat
persediaan segala kebutuhan hdup manusia juga memberi dampak negatif terhadap
manusia akibat terjadinya pencemaran lingkungan
A. Isu Lingkungan Lokal
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan.
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis.
Dengan terus menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini
tidak ada atau menghilang sama sekali dari alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon
sangat banyak akibat negatif yang akan menimpa makhluk hidup di muka bumi ini,
antara lain: penyakit-penyakit akan menyebar secara menjadi-jadi, cuaca tidak
menentu, pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena akan mencairnya
es yang ada di kutub Utara dan Selatan. Jagat raya hanya tinggal menunggu masa
kehancurannya saja. Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi
masalah ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah
ini sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak
ketinggalan untuk berperan serta dalam menanggulangi masalah yang telah santer
belakangan ini.
Contoh, Penyebab dan Dampak Lingkungan Lokal
Kekeringan : kekeringan adalah kekurangan air yang
terjadi akibat sumber air tidak dapat menyediakan kebutuhan air bagi manusia
dan makhluk hidup yang lainnya. Dampak: menyebabkan ganggungan kesehatan,
keterancaman pangan.
Banjir : merupakan fenomena alam ketika sungai tidak
dapat menampung limpahan air hujan karena proses influasi mengalami penurunan.
Itu semua dapat terjadi karena hijauan penahan air larian berkurang. Dampak:
ganggungan kesehatan, penyakit kulit, aktivitas manusia terhambat, penurunan
produktifitas pangan, dll.
Longsor : adalah terkikisnya daratan oleh air larian
karena penahan air berkurang.
Dampaknya : terjadi kerusakan tempat tinggal, ladang,
sawah, mengganggu perekonomian dan kegiatan transportasi
Erosi pantai : terkikisnya lahan daratan pantai akibat
gelombang air laut. Dampak : menyebabkan kerusakan tempat tinggal dan hilangnya
potensi ekonomi seperti kegiatan pariwisata.
Instrusi Air Laut : air laut (asin) mengisi ruang bawah
tanah telah banyak digunakan oleh manusia dan tidak adanya tahanan instrusi air
laut seperti kawasan mangrove. Dampaknya: terjadinya kekurangan stok air tawar,
dan mengganggu kesehatan.
B. Isu Lingkungan Nasional
Tanam Untuk Kehidupan adalah satu komunitas yang punya
perhatian untuk isu-isu lingkungan. Tujuan utama digelar acara ini adalah
sebagai ajang pendidikan dan hiburan untuk membuka opini masyarakat agar peduli
lingkungan bermaksud mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dan
merawat lingkungan mereka sendiri. Acara ini sendiri juga jadi wadah kolaborasi
seni budaya lokal, nasional, dan internasional dalam mengekspresikan kepedulian
mereka terhadap lingkungan, mempromosikan seni budaya serta pariwisata
Salatiga, dan memperluas jaringan kerjasama antara komunitas seni dan
lingkungan dari Australia dan Indonesia.
Anak-anak juga ikut berpartisipasi pada acara ini
Anak-anak lebih mudah diajak untuk peduli lingkungan daripada orang dewasa.
Apabila sejak kecil mereka telah terbiasa untuk mencintai lingkungan, maka
kebiasaan ini akan berlanjut sampai mereka dewasa nanti. Kegiatan tentang
lingkungan seperti ini harusnya lebih sering dilakukan karena bagus untuk
menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
Contoh, Penyebab dan Dampak Lingkungan Nasional
Kebaran Hutan : Proses kebakaran hutan dapat terjadi
dengan alami atau ulah manusia . kebakaran oleh manusia biasanya karena
bermaksut pembukaan lahan untuk perkembunan. Dampaknya: memeberi kontribusi CO2
di udara, hilangnya keaneragaman hayati, asap yang dihasilkan dapat mengganggu
kesehatan dan asapnya bisa berdampak kenegra lain. Tidak hanya pada local namun
ke negra tetanggapun juga terkena.
Pencemaran minyak lepas pantai : hasil ekploitasi minyak
bumi diangkut oleh kapal tanker ke tempat pengolahan minyak bumi. Pencemaran
minyak lepas pantai diakibatkan oleh sistem penampungan yang bocor atau kapal
tenggelam yang menyebankan lepasnya minyak ke perairan. Dampak : mengakibatkan
limbah tersebut dapat tersebar tergantung gelombang air laut. Dapat berdampak
kebeberapa negara, akibatnya tertutupnya lapisan permukaan laut yang
menyebabkan penetrasi matahari berkurng menyebabkan fotosintesis terganggu,
pengikatan oksigen, dan dapat menyebabkan kematian organisme laut.
C. Isu Lingkungan Global Sebelumnya orang menduga masalah
lingkungan global lebih banyak dipengaruhi faktor alam, seperti iklim, yang
mencakup temperatur, curah hujan, kelembaban, tekanan udara dll. Belakangan
orang mulai menyadari bahwa aktifitas manusia pun mempengaruhi iklim dan
lingkungan secara signifikan. Ambilah contoh penebangan hutan, mempengaruhi
perubahan suhu dan curah hujan secara lokal. Ketika area hutan yang hilang
semakin luas, maka akibat yang ditimbulkan bukan lagi lokal tapi sudah berskala
regional. Kenapa hutan ditebang? Tentu saja ada motivasi-motivasi manusia yang
membuat mereka menebang hutan, misalnya motivasi ekonomi. Untuk skala negara,
negara membutuhkan devisa untuk menjalankan roda pembangunan. Karena industri
negara belum mapan dan kuat, maka yang bisa diekspor untuk menambah devisa
adalah menjual kayu. Modal dan keahlian yang dibutuhkan untuk menebang pohon
relatif kecil dan sederhana, bukan?
Menjadi masalah global yang mempengaruhi lingkungan juga
misalnya pertumbuhan penduduk dunia yang amat pesat. Pertumbuhan penduduk
memiliki arti pertumbuhan kawasan urban dan juga kebutuhan tambahan produksi
pangan. Belum lagi ada peningkatan kebutuhan energi. Pada masing-masing
kebutuhan ini ada implikasi pada lingkungan.
Coba kita perhatikan contoh dari kebutuhan lahan urban
dan lahan pertanian. Pemenuhan kebutuhan ini akan meminta konversi lahan hutan.
Semakin lama daerah-daerah resapan air makin berkurang, akibatnya terjadi
krisis air tanah. Di sisi lain di beberapa kawasan berkemiringan cukup tajam
menjadi rawan longsor, karena pepohonan yang tadinya menyangga sistem kekuatan
tanah semakin berkurang. Kemudian karena resapan air ke tanah berkurang,
terjadilah over-flow pada air permukaan. Ketika kondisi ini beresonansi dengan
sistem drainase yang buruk di perkotaan terjadilah banjir. Banjir akan membawa
berbagai penderitaan. Masalah langsungnya misalnya korban jiwa dan harta.
Masalah tidak langsungnya misalnya mewabahnya berbagai penyakit, seperti
malaria, demam berdarah, muntaber dll.
Sekarang kita beralih ke masalah eksploitasi energi. Saat
ini Indonesia misalnya masih sangat bergantung pada sumber energi minyak bumi.
Ini yang menjelaskan betapa hebohnya pemerintah dan masyarakat akibat masalah
minyak. Pemerintah bingung menutupi anggaran belanja negara, karena besarnya
pengeluaran untuk impor minyak. Masyarakat bingung sebab kenaikan harga minyak
memililiki efek berantai pada kenaikan harga barang-barang di lapangan.
Yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa penggunaan
minyak dari sisi lingkungan, dan lebih spesifiknya sisi komposisi udara di
atmosfir, berarti peningkatan gas carbon dioxida (CO2). Gas ini, bersama lima
jenis gas lain diketahui menjadi penyebab terjadinya efek pemanasan global
(global warming). Diperkirakan diantara tahun 1990-2100 akan terjadi kenaikan
rata-rata suhu global sekitar 1,4 sampai 5,8 derajat celsius. Akibatnya akan
terjadi kenaikan rata-rata permukaan air laut disebabkan mencairnya
gunung-gunung es di kutub. Banyak kawasan di dunia akan terendam air laut. Akan
terjadi perubahan iklim global. Hujan dan banjir akan meningkat. Wabah beberapa
penyakit akan meningkat pula. Produksi tumbuhan pangan pun terganggu. Pendek
kata akan terjadi pengaruh besar bagi kelangsungan hidup manusia.
Para peneliti dan ilmuwan yang bergerak di bidang
lingkungan sudah sangat ngeri membayangkan bencana besar yang akan melanda umat
manusia. Yang jadi masalah, kesadaran akan permasalahan lingkungan ini belum
merata di tengah umat manusia. Ini akan lebih jelas lagi kalau melihat tingkat
kesadaran masyakat di negara berkembang. Jangankan masyarakat umum, di kalangan
pemimpin pun kesadaran masalah lingkungan ini masih belum merata.
Di tengah kondisi di atas dimulailah prakarsa-prakarsa
pro-lingkungan pada tingkat global. Kyoto Protokol adalah konvensi yang masih
cukup hangat dan masih akan diberlakukan secara efektif mulai tahun 2007. Isi
utama Protokol ini adalah upaya pengurangan emisi enam gas yang mengakibatkan
kenaikan suhu global. Pada tahun 2008-2012 akan diadakan pengukuran sistematis
balance pengeluaran dan penyerapan gas-gas ini pada semua negara yang telah
menandatangani Protokol ini.
Contoh, Penyebab dan Dampak Lingkungan Global
Pemanasan Global : Pemanasan Global / Global Warming pada
dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperature global dari tahun ke tahun
karena terjadinya efek rumah kaca yang disebabkan oleh meningkatnya emesi gas
karbondioksida, metana, dinitrooksida, dan CFC sehingga energy matahari
tertangkap dalam atmosfer bumi. Dampak bagi lingkungan biogeofisik : pelelehan
es di kutub, kenaikan mutu air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan
dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna, migrasi fauna dan hama
penyakit. Dampak bagi aktiitas sosial ekonomi masyarakat: gangguan pada pesisir
dan kota pantai, gangguang terhadap prasarana fungsi jalan, pelabuhan dan
bandara. Gangguan terhadap pemukiman penduduk, ganggungan produktifitas
pertanian. Peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit
Penipisan Lapisan Ozon : dalam lapisan statosfer pengaruh
radiasi ultraviolet, CFC terurai dan membebaskan atom klor. Klor akan
mempercepat penguraia ozon menjadi gas oksigen yang mengakibatkan efek rumah
kaca. Beberapa atom lain yang mengandung brom seperti metal bromide dan halon
juga ikut memeperbesar penguraian ozon. Dampak bagi makhluk hidup: lebih banyak
kasus kanker kulit melanoma yang bisa menyebabkan kematian, meningkatkan kasus
katarak pada mata dan kanker mata, menghambat daya kebal pada manusia (imun),
penurunan produksi tanaman jagung, kenaikan suhu udara dan kematian pada hewan
liar, dll.
Hujan Asam : Proses revolusi industri mengakibatkan
timbulnya zat pencemaran udara. Pencemaran udara tersebut bisa bereaksi air
hujan dan turun menjadi senyawa asam. Dampaknya : proses korosi menjadi lebih
cepat, iritasi pada kulit, sistem pernafasan, menyebabkan pengasaman pada
tanah.
Pertumbuhan populasi : pertambahan penduduk duia yang
mengikuti pertumbuhan secara ekponsial merupakan permasalahan lingkungan.
Dampaknya: terjadinya pertumbuhan penduduk akan menyebabkan meningkatnya
kebutuhan sumber daya alam dan ruang.
Desertifikasi : merupakan penggurunan, menurunkan
kempampuan daratan. Pada proses desertifikasi terjadi proses pengurangan
produktifitas yang secara bertahap dan penipisan lahan bagian atas karena
aktivitas manusia dan iklim yang bervariasi seperti kekeringan dan banjir.
Dampak : awalnya berdampak local namun sekarang isu lingkungan sudah berdampak
global dan menyebabkan semakin meningkatnya lahan kritis di muka bumi sehingga
penangkap CO2 menjadi semakin berkurang.
Penurunan keaneragaman hayati : adalah keaneragaman jenis
spesies makhluk hidup. Tidak hanya mewakili jumlah atau sepsis di suatu
wilayah, meliputi keunikan spesies, gen serta ekosistem yang merupakan sumber
daya alam yang dapat diperbaharui. Dampaknya: karena keaneragaman hayati ini
memeliki potensi yang besar bagi manusia baik dalam kesehatan, pangan maupun
ekonomi
Pencemaran limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun): bahan
yang diindentifikasi memiliki bahan kimia satu atau lebih dari karasteristik
mudah meledak, mudah terbakar, bersifai reaktif, beracun, penyabab infeksi,
bersifat korosif. Dampak : dulunya hanya bersifat lokal namun sekarang antar
negara pun melakukan proses pertukaran dan limbanya di buang di laut lepas. Dan
jika itu semua terjadi maka limbah bahan berbahaya dan beracun dapat bersifat
akut sampai kematian makhluk hidup.
Sumber : Humairah : http://humairahworld.wordpress.com/2011/02/12/isu-lingkungan/
SEKILAS
Sebagai negarakepulauan terbesar di dunia yang terdiri
dari 17.000 pulau, Indonesiamembentangkan dua kawasan biogeografis – Indomelayu
dan Australia - danmendukung berbagai jenis kehidupan flora dan fauna dalam
hutan basahyang asli dan kawasan pesisir dan laut yang kaya. Sekitar 3.305
spesieshewan amfibi, burung, mamalia dan reptil dan sedikitnya 29.375
spesiestanaman berpembuluh tersebar di pulau-pulau ini, yang diperkirakanmencapai
40 persen dari biodiversitas di kawasan APEC. Namun,lingkungan alam yang indah
dan sumber daya yang kaya harus terusmenghadapi tantangan dari fenomena alam -
letaknya di Ring Api Pasifikseismik yang tinggi yang mengalami 90 persen gempa bumi
dunia - maupunkegiatan manusia.
Tekanan yangmeningkat dalam memenuhi tuntutan penduduk
dan pengelolaan lingkunganyang tidak memadai merupakan tantangan yang merugikan
rakyat miskin danperekonomian di Indonesia. Misalnya, total kerugian
perekonomian akibatketerbatasan akses ke air bersih dan sanitasi yang aman
setidaknyamencapai 2 persen dari PDB setiap tahun sedangkan biaya tahunan
yangditimbulkan polusi udara bagi perekonomian Indonesia telahdiperhitungkan
mencapai sekitar $400 juta per tahun. Biaya-biaya inisecara tidak proporsional
ditanggung oleh rakyat miskin karena rakyatmiskin kemungkinan besar harus
menghadapi polusi dan sulit melakukantindakan-tindakan untuk mengurangi
dampaknya.
Tantangan sumber daya alam terus terjadi dan menjadi
lebih rumit setelah desentralisasi.Misalnya, sektor kehutanan telah lama
memainkan peranan yang sangatpenting dalam mendukung pembangunan perekonomian
dan mata pencaharianmasyarakat pedesaan dan dalam menyediakan pelayanan
lingkungan. Tetapi,sumber daya ini belum dikelola secara berkelanjutan atau
adil. Untukmemperbaiki situasi ini, diperlukan sebuah visi baru yang dipimpin
olehPemerintah mengenai seperti apa sektor kesehatan yang layak dan sehatdari
segi lingkungan itu.
Kerangkaadministratif dan peraturan di Indonesia belum
dapat memenuhi tuntutanakan adanya pembangunan yang berkelanjutan meskipun
adanya dukungankebijakan dan pengembangan kapasitas dari pemerintah sendiri
maupundukungan dari donor internasional. Kementerian-kementerian Indonesiayang
terkait dengan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam telahmemperoleh
manfaat dari kepemimpinan yang baik di tingkat nasional danjuga dari jaringan
organisasi masyarakat sipil yang aktif di seluruhnusantara yang difokuskan pada
masalah-masalah lingkungan, denganpengalaman advokasi yang signifikan. Namun,
memperbaiki pendekatanpengelolaan lingkungan dan sumber daya alam di Indonesia
tidaklah mudah.
Kinerja yangburuk terutama disebabkan oleh dua alasan:
Pertama, meskipun terdapatinvestasi yang besar pada kebijakan lingkungan dan
sumber daya alamserta pengembangan kepegawaian, pelaksanaan peraturan dan
prosedur dilapangan masih buruk dan lambat karena lemahnya
komitmeninstansi-instansi sektoral, rendahnya kesadaran
departemen-departemenlokal dan tantangan kapasitas di semua tingkatan. Selain
itu,pengetahuan tentang dampak negatif lingkungan yang diperkirakan akanterjadi
dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mekanisme bagistakeholder untuk
meminta pertanggungjawaban kinerja instansipemerintah masih lemah. Kedua,
pertimbangan-pertimbangan lingkunganmasih sangat minim di tingkat perencanaan
dan penyusunan program,terutama dalam proses perencanaan investasi publik dan
dalam rencanatata guna lahan dan sumber daya daerah.
ISU UTAMA
Masalah-masalah yang paling serius mengancam kemajuan
pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia adalah:
Dorongan yang keliru yang menghambat penggunaan sumber
daya alam secara berkelanjutan
Sumber daya alam memberikan kontribusi yang besar kepada
PDB Indonesiadan anggaran belanja Pemerintah. Sektor pertanian, kehutanan,
danpertambangan menyumbang sekitar 25% PDB Indonesia dan sekitar 30% dariseluruh
penerimaan anggaran Pemerintah (pada tahun 2005, pajakpenghasilan atas migas
mencapai 7% dari pendapatan, dan penerimaanbukan pajak atas pendatan sumber
daya alam mencapai 22% dari pendapatannegara). Namun, kebijakan makro ekonomi
Indonesia (kebijakan pendapatanpajak dan bukan pajak serta pola perimbangan
keuangan) tampaknyamendorong terjadinya pengurasan sumber daya akibat
penggunaan yangterus-menerus karena melalui kebijakan-kebijakan ini
pemerintahkabupaten, berdasarkan pendapatan sumber daya dan bukan kinerja
ataukepengurusan, tidak memperoleh pendapatan pajak yang memadai dari
usahakehutanan dan perikanan (yang terkait dengan sumber daya lain), dantidak
mengizinkan diberikannya sumbangan amal oleh individu atau badanusaha.
Kesenjanganantara kebijakan dan praktek setelah
desentralisasi dapat memperlambatperbaikan yang signifikan pada kualitas
lingkungan
Di bawah sistem desentralisasi, kini sedang diujicoba
sampai sejauhmana pemerintah daerah merasa terikat oleh garis kebijakan
nasional;pelayanan sipil tidak lagi merupakan bagian dari rantai
komandoterpadu, badan-badan regulator di banyak provinsi dan kabupaten
kiniberada langsung di bawah perintah gubernur atau bupati yang seringkalijuga
menjadi penyokong proyek-proyek atau kegiatan-kegiatan yang harusdiatur.
Meskipun adanya investasi yang besar pada kebijakan lingkungandan pengembangan
kepegawaian, pelaksanaan peraturan dan prosedur dilapangan masih buruk.
Masalah-masalah ini tidak mungkin dapat diatasidi bawah sistem desentralisasi
kecuali jika pendekatan yang lebihefektif dapat dikembangkan.
Banyak provinsi dan kabupaten membuat
penafsiran-penafsiran barumengenai peraturan yang ada, atau berupaya mencari
prosedur peraturanyang seluruhnya baru. Meskipun sebagian inovasi ini
memperkuatpengendalian lingkungan, namun sebagian besar malah
mengendurkanpengendalian atau bahkan mengabaikan seluruh standar nasional.
Persepsi masyarakat tentang masalah lingkungan dan
prioritas pembangunan Pemerintah
Kesadaran masyarakat penting dalam upaya mengatasi masalah
lingkungandi Indonesia, dari risiko bencana alam sampai konservasi
biodiversitas.Warga masyarakat yang terinformasi dan sadar dapat mengambil
tindakanuntuk mengatasi masalah-masalah lingkungan dan dapat membentuk
kelompokuntuk peningkatan upaya penanganan di tingkat politik maupun
pemerintahdaerah. Namun, di tingkat yang lebih luas, nilai-nilai lingkungan
belumtertanam dengan kuat pada masyarakat sehingga mereka kurang
menghargaisumber daya alam dan pelayanan lingkungan. Partisipasi dan suara
dalampengambilan keputusan merupakan unsur penting dalam penyelenggaraanyang
baik. Bencana-bencana lingkungan yang baru-baru ini terjadi(banjir, lumpur,
kebakaran, erosi) memang telah mendorong perhatianyang lebih besar kepada
masalah lingkungan, namun pengkajian lebihlanjut mengenai pengetahuan, sikap
dan praktek masih perlu dilakukanuntuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman
ini mencapai masyarakatdi luar pusat-pusat perkotaan, dan apa saja sarana yang
paling cocokuntuk membangun di atas kesadaran dasar ini.
Manfaat sosial, lingkungan dan ekonomi, risiko dan biaya
langkah-langkah alternatif pembangunan
Di Indonesia, kebijakan energi, praktek sektor kehutanan
dan masalahperubahan iklim saling berhubungan erat. Bahan bakar fosil
mendominasikonsumsi energi di Indonesia, di daerah pedesaan maupun perkotaan,
danIndonesia secara bertahap sedang meningkatkan penggunaan energi
yangdihasilkan oleh batu bara (sekitar 40% pada tahun 2002). Indonesia
jugamerupakan penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia, yangmemproduksi
80% gas rumah kaca dari perubahan penggunaan lahan selainpenebangan hutan dan
kebakaran hutan/gambut.
Kebijakan energinasional mendorong peningkatan
pemanfaatan sumber energi yang dapatdiperbaharui termasuk biomassa, panas bumi
dan tenaga air. Pada saatyang sama, Pemerintah merencanakan pemanfaatan batu
bara berskala besaruntuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor
minyak.Peningkatan pemanfaatan batu bara dapat menimbulkan dampak
lingkungannegatif yang signifikan terkait dengan kandungan sulfur yang tinggi
dandampak potensial terhadap hutan akibat pembukaan lahan. Solusi
energialternatif diperlukan bagi daerah-daerah yang lebih terpencil denganharga
yang sesuai dan dukungan sektor publik.
Hoegeng Iman Santoso |
Hoegeng Imam Santoso
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
Hoegeng Imam Santoso
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Masa jabatan
9 Mei 1968 – 2 Oktober 1971
Presiden Soeharto
Didahului oleh Soetjipto
Joedodihardjo
Digantikan oleh M.
Hasan
Sekretaris Kabinet Republik Indonesia ke-2
Masa jabatan
27 Maret 1966 – 25 Juli 1966
Presiden Soekarno
Didahului oleh Abdul
Waha Surjoadiningrat
Digantikan oleh Moerdiono
Informasi pribadi
Lahir 14 Oktober
1921
Flag of the Netherlands.svg Pekalongan, Jawa Tengah,
Hindia Belanda
Meninggal 14 Juli
2004 (umur 82)
Suami/istri Merry
Roeslani
Agama Islam
Hoegeng Imam Santoso (lahir di Pekalongan, Jawa Tengah,
14 Oktober 1921 – meninggal 14 Juli 2004 pada umur 82 tahun) adalah salah satu
tokoh militer dan kepolisian Indonesia dan juga salah satu penandatangan Petisi
50.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Latar belakang
2 Karier Kepolisian
3 Penghargaan
4 Pranala luar
Latar belakang[sunting | sunting sumber]
Dia masuk pendidikan HIS pada usia enam tahun, kemudian
melanjutkan ke MULO (1934) dan menempuh sekolah menengah di AMS Westers Klasiek
(1937). Setelah itu, dia belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia tahun
1940. Sewaktu pendudukan Jepang, dia mengikuti latihan kemiliteran Nippon
(1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943). Baru dia diangkat menjadi Wakil
Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944), Kepala Polisi Jomblang (1945),
dan Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah (1945-1946). Kemudian mengikuti
pendidikan Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel, Jawatan Kepolisian
Negara.
Mas Hoegeng di luar kerja terkenal dengan kelompok
pemusik Hawaii, The Hawaiian Seniors. Selain ikut menyanyi juga memainkan
ukulele. Sering terdengar di Radio Elshinta dengan banyolan khas bersama Mas
Yos.
Karier Kepolisian[sunting | sunting sumber]
Hoegeng, ketika menjabat Kapolri
Banyak hal terjadi selama kepemimpinan Kapolri Hoegeng
Iman Santoso. Pertama, Hoegeng melakukan pembenahan beberapa bidang yang
menyangkut Struktur Organisasi di tingkat Mabes Polri. Hasilnya, struktur yang
baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif. Kedua, adalah soal perubahan
nama pimpinan polisi dan markas besarnya. Berdasarkan Keppres No.52 Tahun 1969,
sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) diubah menjadi Kepala
Kepolisian RI (Kapolri). Dengan begitu, nama Markas Besar Angkatan Kepolisian
pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabak).
Perubahan itu membawa sejumlah konsekuensi untuk beberapa
instansi yang berada di Kapolri. Misalnya, sebutan Panglima Daerah Kepolisian
(Pangdak) menjadi Kepala Daerah Kepolisian RI atau Kadapol. Demikian pula
sebutan Seskoak menjadi Seskopol. Di bawah kepemimpinan Hoegeng peran serta
Polri dalam peta organisasi Polisi Internasional, International Criminal Police
Organization (ICPO), semakin aktif. Hal itu ditandai dengan dibukanya
Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol di Jakarta.
Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost
Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, George, Amerika
Serikat. Dari situ, dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya
(1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera
Utara (1956) di Medan. Tahun 1959, mengikuti pendidikan Pendidikan Brimob dan
menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala
Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri
Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian
Negara kariernya terus menanjak. Di situ, dia menjabat Deputi Operasi Pangak
(1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi juga masih dalam 1966. Terakhir,
pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969,
namanya kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan Soetjipto
Joedodihardjo. Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 2 Oktober 1971,
dan digantikan oleh Drs. Mohamad Hasan.
Penghargaan[sunting | sunting sumber]
Atas semua pengabdiannya kepada negara, Hoegeng Imam
Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa,
Bintang Gerilya
Bintang Dharma
Bintang Bhayangkara I
Bintang Kartika Eka Paksi I
Bintang Jalasena I
Bintang Swa Buana Paksa I
Satya Lencana Sapta Marga
Satya Lencana Perang Kemerdekaan (I dan II)
Satya Lencana Peringatan Kemerdekaan
Satya Lencana Prasetya Pancawarsa
Satya Lencana Dasa Warsa
Satya Lencana GOM I
Satya Lencana Yana Utama
Satya Lencana Penegak
Satya Lencana Ksatria Tamtama...(Bersambung)
No comments:
Post a Comment