Perjalanan yang belum selesai (315)
(Bagian ke tiga ratus lima belas), Depok, Jawa Barat, Indonesia, 15 juli
2015, 22.54.00 WIB)
Ajal tidak bisa dimajukan atau di mundurkan.
Selama dua bulan ini sudah ada tiga orang rekan saya satu ruangan di Ruang
Hemo Dialisis (Ruang Cuci Darah/HD) yang mendahului kami menghadap sang
pencipta. Innalillahi Wainnailaihi Rojiun. (Semua Mahluk pasti akan kembali
kepada Sang Pencipta atau meninggal).
Ketiganya terlihat sehat-sehat saja beberapa bulan sebelumnya, namun
tiba-tiba HB darah mereka terus merosot setelah melalui proses perawatan sampai
ke ruang Intensive Unit Care (ICU) namun Allah rupanya sudah menetapkan
takdirnya.
Kini, ada satu lagi teman saya, dua bulan lalu sempat tiga minggu di rawat
di ruang ICU, kemudian sempat sehat selama dua bulan, namun kini masuk lagi ke
ruang ICU, dan Dokter pun sudah meminta Istrinya agar seluruh anak-anak dan
cucunya dikumpulkan.’’Sambil memeluk istri rekan saya itu, dokter mencoba
memujuknya agar bersabar dan ikhlas bila Allah sudah menentukan akhir usia Bapa
ini, padahal Hari Iedul Fitri tinggal dua hari lagi. Dan sang istri nampaknya
sudah pasrah, apakah akan ber iedul Fitri (Lebaran) di rumah sakit, atau tidak
sampai, Wallahu alam.
Kalau kita baca Al Quran, Surah Al Hijr ayat 5: Allah Berfirman:
(5). مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ
Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula)
dapat mengundurkan (nya).
Selain itu Allah juga telah menetapkan takdir manusia di dalam Kitab;
"Lauh Mahfuzh" .
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima puluh
ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no. 2653).
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).
Jadi kalau Allah sudah menetapkan ajal kita, kita tidak
bisa mengundurkannya menunggu setelah Hari Raya Iedul Fitri atau mempercepatnya,
Semua sudah ditulis Allah, dan hanya Allah saja yang mengetahuinya, walaupun
Nabi, Rasul dan Malaikat pun tidak mengetahui perkara ghaib ini.
Inilah Al-Qur'an Wahai Umat Islam
Oleh
Syaikh Su'ud Syuraim
Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan rahmat. Pada
bulan ini, jiwa-jiwa yang suci akan tampak nyata, dan semangat meraih derajat
keiman paling tinggi semakin kuat. Pada bulan ini, kecintaan kepada al-Qur’ân,
keinginan untuk mentadabburinya dan mentaatinya semakin bertambah. Kaum
Muslimin bagai tidak mau lepas dari al-Qur'an, yang merupakan sebaik-baik teman
yang tidak pernah membosankan perkataannya. Barangsiapa membacanya seolah-olah
dia sedang berbicara dengan ar-Rahmân. Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ ﴿١٥﴾ يَهْدِي
بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ
إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allâh, dan
Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah, Allâh menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allâh
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
[al-Mâidah/5:15-16]
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ
الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Sesungguhnya al-Qur'ân ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min
yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar
[al-Isra'/17:9]
Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba di
dunia dan di akhirat selain memandang dan membaca al-Qur’an sepanjang waktu
serta mentadabburi (merenungi)nya. Amalan ini akan membuat seorang hamba
mengetahui berbagai kebaikan dan keburukan serta kondisi para pelakunya, juga
akan menampakkan gambaran hakikat dunia. Amalan ini juga membawa para pelakunya
seakan berada diantara umat-umat terdahulu sembari menyaksikan adzab dan siksa
yang Allâh Azza wa Jalla timpakan kepada umat-umat terdahulu tersebut.
Orang yang mentadabburi (merenungi) al-Qur’ân seakan
melihat proses tenggelamnya kaum Nûh juga Fir’aun beserta pengikutnya; Mereka
juga seakan mendapati bekas-bekas petir yang menyambar kaum ‘Ad dan Tsamûd.
Orang yang mentadabburi al-Qur’ân akan mengetahui dan
memahami hakikat jalan kebaikan beserta buah yang akan diraih oleh para
pelakunya juga akan mengetahui hakikat jalan keburukan beserta akibat yang akan
menimpa para pelakunya.
Allâh telah menjadikan al-Qur’ân ini sebagai pembeda
antara yang haq dan yang bathil. Orang yang mencari petunjuk dari al-Qur’ân,
maka Allâh akan memuliakannya, sebaliknya barangsiapa mencari petunjuk dari
selain al-Qur’ân, maka kehinaan pasti akan menimpanya.
Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu menemui Nafi’ bin
Abdil Hârist di 'Usfân – beliau adalah wakil dari Umar di Mekah, Umar bertanya,
"Siapa yang kau jadikan pemimpin bagi penduduk lembah?" Nâfi’
Menjawab, "Ibnu Abza." Umar bertanya lagi, "Siapakah dia?"
Nafi’ menjawab lagi, "Salah seorang mantan budak kami." Umar
bertanya, "Kalian mengangkat seorang mantan budak?" Nafi’ berkata,
"Dia pandai membaca (hafal) al-Qur’ân dan dia juga alim dibidang farâ’id
(ilmu waris)." Lantas Umar berkata, "Sesungguhnya Nabi kalian
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, "Sesungguhnya
Allâh akan mengangkat derajat suatu kaum dengan sebab al-Qur’ân, dan
menghinakan yang lainnya dengan sebab al-Qur’ân." [HR. Muslim]
Al-Qur'ân adalah cahaya yang tidak bisa dipadamkan. Dia
adalah jalan yang tidak pernah tersesat orang yang melaluinya; Dia sumber
keimanan dan ilmu; Dia hidangan para Ulama dan penyejuk hati; Dia adalah
undang-undang kehidupan, juga obat (penyembuh). Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ وَالَّذِينَ
لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى
Katakanlah, "Al-Qur'ân itu adalah petunjuk dan
penawar bagi kaum Mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga
mereka ada sumbatan, sedang al-Qur'ân itu suatu kegelapan bagi mereka.
[Fusshilat/41: 44]
Al-Qur’ân adalah kitab yang dijaga oleh Allâh Azza wa
Jalla . Para pengikut hawa nafsu sangat berharap dan terus berusaha agar bisa
menghapus ayat-ayat al-Qur'an beserta hukum-hukumnya dengan air laut agar tidak
tersisa, tetapi itu sebatas keinginan yang tidak akan terwujud dan usaha yang
tidak akan pernah berhasil, karena mereka tidak akan bisa mengalahkan Allâh
Azza wa Jalla yang menjaga al-Qur'an.
Inilah dia kitab Allâh Azza wa Jalla yang turun melalui
Jibril Alaihissallam. Lalu apakah yang telah dan yang akan kita lakukan
dengannya? Akankah kita menjadikannya sebagai petunjuk dan undang-undang bagi
kita dalam kehidupan kita? Ataukah hanya menjadi pajangan di rak buku, tidak
tersentuh kecuali di bulan Ramadhân? Apakah kita akan berpegang teguh dengannya
ataukah kita seperti unta yang kehausan di tengah padang pasir sambil membawa
air di punggunghnya? Atau telinga kita seperti corong, ayat-ayat al-Qur’ân
masuk melalui telinga kanan lalu keluar melalui telinga kiri?
Imam Muslim meriwayatkan dalam shahîhnya, bahwa Allâh
Azza wa Jalla berfirman pada Nabi-Nya :
إِنَّمَا بَعَثْتُكَ لِأَبْتَلِيَكَ وَأَبْتَلِيَ بِكَ، وَأَنْزَلْتُ
عَلَيْكَ كِتَابًا لَا يَغْسِلُهُ الْمَاءُ، تَقْرَؤُهُ نَائِمًا وَيَقْظَانَ
"Sungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka untuk
mengujimu dan menguji yang lain denganmu dan aku menurunkan sebuah kitab yang
tidak bisa di cuci dengan air, kamu membacanya tatkala tidur dan terjaga."
Inilah al-Qur'ân, kitab pegangan kaum Muslimin, yang
mengatur tata cara hidup setiap insan. Maka wahai kaum Muslimin! Hendaklah kita
bertakwa kepada Allâh! Hendaklah kita memperlihatkan amalan kita terkait kitab
Allâh ini dengan cara membaca, mentadabburinya dan selanjutnya mengamalkannya.
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا
ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang
Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang
menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan
diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin
Allâh. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. [Fathir/35:32]
Hendaklah kita senantiasa bertakwa kepada Allâh!
Hendaklah kita memanfaatkan bulan yang penuh berkah ini dengan membaca
al-Qur’ân dan mentadabburi ayat-ayatnya, meraup faidah sebanyak-banyaknya dari
pelajaran dan nasehat yang ada padanya. Karena di dalam al-Qur'ân terdapat
berita orang sebelum dan sesudah kita. Alangkah beruntung orang yang
mentadabburinya dengan benar; juga alangkah berutung orang yang hati dan
kulitnya bergetar serta takut saat mendengar ayat-ayat al-Qur'ân lalu ia
bergegas mengingat Allâh. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ
أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. [Qâf/50:37]
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang
senantiasa membaca al-Qur'ân, mentadabburinya lalu mengamalkannya dalam
kehidupan kita sehari-hari.
(Diangkat dari Khutbah jum'at di Masjidil Haram pada
tanggal 15 Ramadhan 1433 oleh Syaikh Su'ud Syuraim, dengan judul al-Qur'ân …Ya
ummatal Islam)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun
XVIII/1435H/2014. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196]
No comments:
Post a Comment