!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Tuesday, July 28, 2015

Minta Kesembuhan dari Allah dan kejar pahala dari musibah sakit

Perjalanan yang belum selesai (326)

 (Bahagian ke tiga ratus dua puluh enam), Depok, Jawa Barat, Indonesia, 29 juli 2015, 06.19 WIB)

Minta Kesembuhan dari Allah dan kejar pahala dari musibah sakit

Musibah sakit adalah salah satu ujian dari Allah untuk hamba-hambanya dan sudah ditakdirkan Allah dalam kitab:
"Lauh Mahfuz".

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi". (HR. Muslim no. 2653).

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah ". (QS. Al-Hadid: 22).

Kata Allah di dalam Al Quran dan sunnah (hadis / al-hikmah) bahawa bila hamba Allah tertimpa ujian berupa musibah sakit, bila dia bersabar, maka penyakitnya itu menjadi penghapus dosa-dosanya, dan suatu Hamba yang terkena musibah sakit kata Ustad Abu Yahya Badrussalam di Radio Rodja adalah salah satu uzab yang dipercepatkan oleh Allah, artinya Allah tengah menaikkan darjat si pesakit agar azab segala dosanya tidak di azab di neraka (yang amat pedih dan abadi), namun dipercepatkan azabnya selagi hambanya hidup di dunia sebagai pencuci (penghapus dosa) kalau yang bersangkutan tetap bersabar dengan penderitaan dan tetap beriman, setia menjalankan rukun iman seperti solat, puasa, membayar zakat, dan pergi Haji / Umrah bila mampu dan banyak berzikir, istighfar (minta ampun pada Allah) serta banyak beramal soleh lainnya (ibadah).
Amal soleh dan bersabar bukan hanya perlu dilakukan oleh mereka yang terkena musibah, namun juga bagi anggota keluarganya.
Seperti misalnya ada ahli keluarga baik isteri atau suami atau ahli keluarganya yang tengah menderita sakit, bila kita menjaga ia dengan baik, pahala besar dari Allah menanti kita, untuk satu kali kita antar pesakit sakit ke rumah sakit misalnya pahala setara 1000 itikaf menanti kita, jadi pahala besar jangan kita abaikan atau tidak kita raih, dengan menitipkan isteri kita diurus ahli keluarga yang lain misalnya, pahala besar malah kita elakkan, malah kalau kita sengaja membiarkannya dosa besar menanti kita.
Bagi pesakit sakit lihatlah apa yang dilakukan Nabi Ayub, yang menderita penyakit kulit hingga tujuh tahun namun dia tetap bersabar dan berdoa pada Allah agar disembuhkan penyakitnya seperti di dalam Al Quran surah Al Anbiya ayat 83:



Surah Al Anbiya ayat 83-84 Allah berfirman:

وايوب اذ نادى ربه انى مسنى الضر وانت ارحم الرحمين
Ingat, ketika (Nabi Ayub) berdoa kepada Tuhannya: ". Sesungguhnya, penyakit telah menyerang saya dan anda adalah Maha Penyayang dari orang-orang yang penuh belas kasihan"


فاستجبنا له فكشفنا ما به من ضر واتينه اهله و مثلهم معهم رحمة من عندنا وذكرى للعبدين
(21:84) Kami menerima doanya dari dia, dan kami tidak hanya mengembalikan Nabi Ayub kepada keluarganya tetapi juga sebagai rahmat dari Kami dan sebagai pelajaran bagi mereka yang beriman

MERAIH DOA berdoa)) MUSTAJAB


Doa, di dalam Islam mempunyai kedudukan sangat agung. Doa merupakan ibadah yang sangat dicintai oleh Allah. Doa merupakan bukti pergantungan seorang hamba kepada Rabb Subhanahu wa Ta'ala dalam meraih apa-apa yang bermanfaat dan menolak apa-apa yang membawa mudharat baginya. Doa merupakan bukti keterkaitan seorang manusia kepada Rabb-nya, dan kecondongannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, bahawasanya tiada daya dan upaya melainkan dengan bantuan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

PERBANYAKLAH DOA
Sebahagian orang ada yang beranggapan, bahawa dirinya tidak selayaknya banyak meminta kepada Allah. Dia menganggapnya sebagai suatu aib. Menilainya sebagai sikap kurang bersyukur kapada Allah atau bertentangan dengan sifat qana'ah. Akhirnya ia menahan diri tidak meminta kepada Allah, kecuali dalam perkara-perkara yang dia anggap penting dan mendesak. Sedang dalam masalah-masalah yang dianggapnya ringan dan remeh, ia merasa enggan meminta kepada Allah.

Pemahaman seperti ini, jelas merupakan kekeliruan dan suatu kejahilan. Kerena doa termasuk jenis ibadah, dan Allah Azza wa Jalla marah jika seorang hamba enggan meminta kepadaNya.

Dalan sebuah hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الدعاء هو العبادة

Sesungguhnya doa adalah ibadah. [2]

Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca ayat:

وقال ربكم ادعوني أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين

Dan Rabb-mu berfirman: "Berdo'alah kepadaKu, nescaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". [Al Mu`min / 40: 60].

Doa ini -dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala - sangat bermanfaat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

الدعاء ينفع مما نزل ومما لم ينزل فعليكم عباد الله بالدعاء

Doa itu bermanfaat bagi apa-apa yang sudah terjadi ataupun yang belum terjadi. Hendaklah kalian memperbanyak berdoa, wahai hamba-hamba Allah. [3]

Seorang muslim, selayaknya banyak berdoa setiap masa. Kerana doa merupakan ibadah yang mempunyai kedudukan sangat mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Tidak ada yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala daripada doa". [4]

DOA TIDAK PERNAH MEMBAWA KERUGIAN
Seseorang yang meninggalkan doa bermakna ia rugi. Sebaliknya seseorang yang berdoa, ia tidak akan pernah rugi atas doa yang dipenjatkannya, selama ia tidak berdoa untuk suatu dosa atau memutuskan tali silaturrahmi. Kerana doa yang dipanjatkannya, pasti disambut oleh Allah, baik dengan mewujudkan apa yang dia minta di dunia, atau mencegah darinya keburukan yang setara dengan yang ia minta, atau menyimpannya sebagai pahala yang lebih baik baginya di akhirat kelak. Dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ما من أحد يدعو بدعاء إلا آتاه الله ما سأل أو كف عنه من السوء مثله ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم

Tidak ada seseorang yang berdoa dengan suatu doa, kecuali Allah akan mengabulkan yang ia minta, atau Allah menahan keburukan dari dirinya yang semisal dengan yang ia minta, selama ia tidak berdoa untuk suatu perbuatan dosa atau untuk memutuskan tali silaturrahim. [5]

Oleh kerana itu, janganlah seorang hamba merasa keberatan meminta kepada Rabb-nya dalam urusan-urusan dunianya, meskipun urusan tersebut dianggapnya remeh, terlebih lagi dalam urusan akhirat. Kerana permintaan itu merupakan bukti pergantungan yang sangat kepada Allah, dan keperluannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam semua urusan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah berkata:

إنه من لم يسأله يغضب عليه

Sesungguhnya, barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan marah kepadanya. [6]

ADAB-ADAB YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERDOA
Dalam berdoa, ada beberapa perkara dan adab yang harus diperhatikan oleh seseorang, sehingga doanya mustajab.

Pertama: Memasang niat yang benar. Seseorang yang berdoa, hendaklah meniatkan dalam doanya tersebut untuk menegakkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menggantungkan keperluannya kepadaNya. Kerana siapa saja yang mengggantungkan hajatnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, niscaya ia tidak akan rugi selama-lamanya.

Kedua: Berdoa dalam keadaan bersuci. Cara seperti ini lebih afdhal. Hanya saja, jika seseorang berdoa dalam keadaan tidak berwudhu ', maka hal itu tidak mengapa.

Ketiga: Meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan menengadahkan telapak tangan.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

إذا سألتم الله فاسألوه ببطون أكفكم ولا تسألوه بظهورها

Jika engkau meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka mintalah dengan menengadahkan telapak tangan, dan janganlah engkau memintanya dengan menengadahkan punggung telapak tangan. [7]

Kaifiatnya adalah, dengan mengarahkan telapak tangan ke wajah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam [8]. Atau dengan cara mengangkat tangan hingga nampak putih ketiaknya (bahagian dalam ketiaknya). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ما من عبد يرفع يديه حتى يبدو إبطه يسأل الله مسألة إلا آتاها إياه

(Tidaklah seorang hamba mengangkat kedua tangannya hingga nampak ketiaknya dan memohon suatu permohonan, kecuali Allah mengabulkan permohonannya itu). [9] Cara seperti menunjukkan pergantungan seorang hamba kepada Allah, keperluannya kepada Allah, dan permohonannya yang sangat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Keempat: Bermula dengan mengucapkan hamdalah dan puji-pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Cara seperti ini menjadi sebab lebih dekat kepada terkabulnya doa. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya dan dia tidak mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak bershalawat atas Nabi Shallallahu' alaihi wa sallam. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang ini tergesa-gesa," kemudian Rasulullah memanggilnya dan bersabda:

إذا صلى أحدكم فليبدأ بتحميد الله والثناء عليه ثم ليصل على النبي صلى اللهم عليه وسلم ثم ليدع بعد بما شاء

Jika salah seorang dari kalian shalat, hendaklah ia memulainya dengan mengucapkan hamdalah serta puja dan puji kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, kemudian bershalawat atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, setelah itu ia berdoa dengan apa yang ia inginkan. [10]

Kelima: Bershalawat atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika ia meninggalkan shalawat atas Nabi, doanya boleh terhalang. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Semua doa terhalang, sehingga diucapkan shalawat atas Nabi Shallallahu' alaihi wa sallam [11].

Keenam: Bermula berdoa untuk diri sendiri terlebih dahulu. Demikian ini yang diisyaratkan dalam al Quran, seperti ayat:

رب اغفر لي ولوالدي

Ya Rabb-ku! Ampunilah aku, dan ibu bapa ...... [Nuh / 71: 28].

Ketujuh: Bersungguh-sungguh dalam meminta. Janganlah seseorang ragu-ragu dalam doanya, atau ia mengucapkan pengecualian dengan mengucapkan "jika Engkau berkehendak ya Allah, berikanlah kepadaku ini dan ini". Doa seperti itu dilarang, kerana tidak ada sesuatu pun yang boleh memaksa kehendak Allah.

Kelapan: Menghadirkan hati dalam berdoa. Seorang hamba, hendaklah menghadirkan hati, memusatkan pikiran, mentadaburi doa yang ia ucapkan, serta menampakkan keperluan dan pergantungan kepada Allah. Janganlah ia berdoa dengan lisannya, namun hatinya entah kemana. Kerana doa tidak akan dikabulkan dengan cara seperti itu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه

Berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sementara kalian yakin doa kalian dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lengah. [12]

Kesembilan: Berdoa dengan kata-kata singkat dan padat, serta doa-doa yang ma'tsur. Tidak syak lagi, kata-kata yang paling padat dan paling ringkas dan paling agung berkahnya adalah, doa-doa yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Doa-doa seperti itu banyak terdapat di dalam buku-buku As Sunnah.

Kesepuluh: Bertawasul dengan nama dan sifat-sifat Allah. Allah Ta'ala berfirman:

ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها

Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asma-ul husna itu ... ... [al A'raf / 7: 180].

Atau seseorang bertawasul dengan amal shalih yang telah dia lakukan, sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih yang masyhur tentang tiga orang yang terperangkap di dalam gua. Atau bertawasul dengan doa orang soleh yang mendoakan untuknya. Dalil-dalil yang menunjukkan hal ini banyak ditunjukkan di dalam al Quran maupun Sunnah Nabi.

Kesebelas: Memperbanyak ucapan "Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam". Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ألظوا بيا ذا الجلال والإكرام

Ulang-ulangilah ucapan Yaa Dzal Jalaali Wal Ikraam. [13]

Yaitu selalu ucapkan dan perbanyaklah dalam doa-doa kalian. Kerana hal itu merupakan kata-kata pujian yang sangat tinggi kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang paling agung. Dengan memperbanyak membacanya akan membantu terkabulnya doa dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Keduabelas: Mencari waktu-waktu yang mustajab dan tempat-tempat yang utama. Ada beberapa waktu dan tempat-tempat yang utama, sebagaimana telah disebutkan di dalam nash-nash. Orang yang berdoa, sebaiknya mencari waktu tersebut dan memperbanyak doa pada waktu-waktu tersebut. Di antara waktu-waktu yang utama dan mustajab adalah, waktu antara azan dan iqamah, di dalam solat, setelah selesai mengerjakan solat-solat fardhu, pada waktu sore hari, ketika berbuka puasa, di bahagian akhir malam, dan sesaat pada hari Jumaat -yaitu saat-saat terakhir pada hari Jumat- dan hari-hari di bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah, pada hari 'Arafah, pada waktu mengerjakan haji, di sisi Kaabah, serta waktu-waktu dan tempat-tempat lain yang disebutkan di dalam atsar.

Ketigabelas: Memperbanyak doa pada saat-saat lapang. Usaha ini agar Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabulkan permintaannya pada saat-saat sempit. Kerana termasuk hikmah Allah Subhanahu wa Ta'ala tatkala mentakdirkan suatu bala (musibah), bahwasanya Allah menyukai mendengar rintihan hambaNya kepadaNya. Allah senang melihat para hamba kembali kepadaNya pada saat-saat sempit dan tercekam. Namun apabila seorang insan itu bertadharru 'pada saat-saat ia lapang, maka akan segera dikabulkan baginya permintaan-permintaannya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah berkata:

من سره أن يستجيب الله له عند الشدائد والكرب فليكثر الدعاء في الرخاء

Barangsiapa yang suka Allah mengabulkan doanya pada saat-saat sempit dan kesulitan, maka hendaklah ia banyak-banyak berdoa pada saat-saat ia lapang. [14]

PERKARA-PERKARA YANG HARUS DIHINDARI BAGI ORANG YANG BERDOA
Untuk menyokong agar doa seseorang dikabulkan, seseorang harus mengelakkan beberapa perkara yang boleh menghalang terkabulnya doa.

Pertama: Mengkonsumsi makanan yang haram. Karena ini termasuk perkara yang menghalang terkabulnya doa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

ذكر الرجل يطيل السفر أشعث أغبر يمد يديه إلى السماء يا رب يا رب ومطعمه حرام ومشربه حرام وملبسه حرام وغذي بالحرام فأنى يستجاب لذلك

Seorang laki-laki yang panjang perjalanannya, rambutnya rawak-acakan dan berdebu, ia mengangkat tangannya ke langit dan berkata: "Ya Rabbi, ya Rabbi," sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dengan barang yang haram, bagaimana ia akan diterima doanya? [15]

Kedua: Terburu-buru dalam meminta dikabulkannya doa. Permintaan yang tergesa-gesa itu dilarang, dan dapat menghalang terkabulnya doa. Seseorang yang berdoa juga tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sikap terburu-buru boleh dikategorikan sebagai bentuk pendustaan terhadap janji Allah Subhanahu wa Ta'ala, padahal Allah telah berjanji mengabulkan doa. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

يستجاب لأحدكم ما لم يعجل يقول دعوت فلم يستجب لي

Akan dikabulkan doa salah seorang di antara kamu selama dia tidak terburu-buru; ia berkata "Aku sudah berdoa, tetapi tidak dikabulkan bagiku". [16]

Ketiga: Berlebih-lebihan atau melampaui batas dalam berdoa. Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ادعوا ربكم تضرعا وخفية إنه لا يحب المعتدين

Berdo'alah kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas. [Al A'raf / 7: 55].

Sa'ad Radhiyallahu anhu pernah melihat anak laki-lakinya berdoa, dan ia berkata dalam doanya: "Ya Allah, aku memohon kepadaMu syurga, kenikmatannya, kemegahannya, begini dan begini. Dan aku berlindung kepadaMu dari api neraka, dari rantai itu, belenggunya, begini dan begini ".

Mendengar doa anaknya tersebut, Sa'ad Radhiyallahu anhu berkata: Wahai anakku, sesunggunya aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

سيكون قوم يعتدون في الدعاء فإياك أن تكون منهم إنك إن أعطيت الجنة أعطيتها وما فيها من الخير وإن أعذت من النار أعذت منها وما فيها من الشر

"Akan ada nanti kaum yang melampaui batas dalam berdoa. Jangan sampai engkau masuk ke dalam golongan mereka. Jika engkau diberikan syurga, nescaya engkau akan diberikan semua apa yang ada di dalamnya. Jika engkau dihindarkan dari api neraka, nescaya engkau akan dihindarkan darinya dan seluruh keburukannya ".

Keempat: Meminta perkara-perkara yang mustahil. Seperti seseorang yang berdoa agar dapat melihat Nabi dalam keadaan terjaga, atau ia berdoa agar dijadikan sebagai malaikat, atau ia berdoa meminta kekuatan, yang dengan kekuatan itu ia dapat mengangkat gunung, atau meminta kepada Allah berupa an nubuwah (kenabian). Kerana hal itu tidaklah mungkin. Bahkan kalau ia meyakini diturunkannya nubuwah setelah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia boleh kafir karena hal itu. Dan permintaan seperti itu juga termasuk bentuk berlebih-lebihan dalam berdoa. Allahu a'lam.

Demikian, mudah-mudahan Allah berkenan memberi taufiq kepada kita untuk senantiasa berdoa kepadaNya, dan menjadikan doa-doa kita sebagai doa yang mustajab. Billahit taufiq. (Ummu Ihsan)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 00 / Tahun XI / 1428H / 2007M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

No comments:

Post a Comment