Perjalanan yang belum selesai (192)
(Bagian ke setatus Sembilan puluh dua, Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 26 Januari 2015, 16.40)
Mau Kaya: Laut dan Tanah Luar Jawa Terpampang Luas
Di Jakarta, ada jasa tour untuk melihat kawasan kumuh
(miskin), katanya sih wisata budaya, salah satu objek kunjungannya adalah
kawasan kumuh di Penjaringan, Jakarta Barat, kawasan kota tua Jakarta.
Di tempat ini banyak penduduk yang tinggal di rumah gubuk
sempit berhimpitan satu sama lain, bahkan banyak gubuk berjejer di sepanjang
jalan kereta api, mereka merasa tidak terganggu dengan kebisingan bunyi suara
kereta api yang lewat.
Pada umumnya mereka berprofesi sebagai pemulung, tukang
ojek, dan buruh lainnya. Mereka merasa tinggal di daerah kumuh, karena tidak
ada pilihan lain, dengan pendapatan pas-pasaan pendapatan mereka hanya cukup
makan sehari-hari, tidak cukup untuk menyewa (kontrak) rumah.
Ada diantara mereka tetap bertahan tinggal di sepanjang
Sungai Ciliwung, bahkan banjir pun tidak mengoyahkan mereka untuk pindah ke daerah
aman, bahkan mereka sudah terbiasa hidup di sepanjang sungai Ciliwung walaupun
dalam keadaan banjir. Sehingga umumnya mereka membangun rumah tingkat (lantai)
dua, bila banjir sedikit mereka pindah ke lantai dua , kalau banjir besar untuk
sementara mereka mengungsi, banjir mereda mereka kembali lagi ke tempat semula.
Mereka beralasan tinggal di kampung (desa) di Jawa kalau
tidak punya lahan (sawah) mereka tidak bisa hidup, di Jakarta mengumpulkan
plastik bekas mereka bisa hidup.
Bahkan bagi yang tekun, mengumpulkan plastik bekas, besi
bekas, bisa sukses, kaya dan berkali-kali naik Haji.
Saya punya teman yang tinggal di kawasan Jiung,
Kemayoran, Jakarta Pusat ada sebidang tanah 600 meter peninggalan orang tuanya,
ahli warisnya ada 12 orang karena orang tuanya meninggal.
Ketika tanah ini akan dibeli karena akan dibangun sebuah
supermarket, seluruh ahli waris lainnya setuju dijual karena uangnya untuk
membeli rumah lagi di Bekasi dan Tangerang. Teman saya ini menolak dijual, dia
memilih haknya tanah 50 meter akan dimanfaatkannya sendiri.
Saudara lain yang memilih uang memang ada yang dapat
membeli rumah lagi, sebagian lainnya untuk berbagai keperluan.
Dia sendiri memanfaatkan tanah 50 meter itu sebagai
tempat penampungan besi rongsokan, plastik bekas, botol bekas yang dibelinya
dari para pemulung yang datang sebelum dia jual kembali ke pabrik pengolah
Ternyata sukses, dia kini punya rumah besar sendiri tidak
jauh dari lokasi tempat penampungan barang bekas itu, memiliki mobil, naik haji
dan Umroh. Boleh di bilang dia paling sukses dibandingkan saudara-saudaranya
yang memilih menerima warisan uang.
Di sepanjang jalan raya bogor, Banyak para pengumpul besi
rongsokan yang sukses, dan kaya.
Sebenarnya daerah kumuh dan miskin juga bukan monopoli
orang yang tinggal di Jakarta, namun juga hampir di seluruh kota-kota di
Indonesia ,bahkan juga di Negara lain juga ada, bukan monopoli Negara padat
penduduk dan Negara miskin seperti India dan Cina, namun juga Negara paling
kaya di dunia Amerika Serikat pun juga ada. Coba anda berkunjung ke kawasan
pedesaan seperti daerah Alabama, atau Missouri,anda akan menemui banyak orang
Indian dan Black (African- American) tinggal di daerah kumuh (rumah gubuk).
Di kota-kota di Amerika memang juga banyak yang tidak
memiliki rumah , dan harus tidur di halte-halte bus atau terowongan kereta api
bawah tanah, tetapi mereka umumnya orang tidak
terlalu waras.
Karena, umumnya mereka per bulan dapat insentif uang
penganguran dari pemerintah, namun kebiasaan mereka menggunakan uang penganguran
itu untuk minum wine dan mabuk-mabukan yang menyebabkan mereka kehilangan
ingatan akibatnya mereka kehilangan identitas (KTP) yang diperlukan untuk
mendapatkan insentif uang penganguran.
Akibatnya, banyak dari mereka lalu lalang di jalan-jalan
mendorong trolley sebagai tempat pakaian, dan tidur di Halte bus, dan kawasan
lain, jadi Miskin di Negara Maju, Amerika Serikat akibat kelalaian (kebiasaan
buruk mereka sendiri). Sedangkan di Indonesia akibat tidak memiliki lahan sawah
sendiri di desa, akibat lahan sawah di desa-desa sudah banyak di kuasai orang
kaya kota.
Sebenarnya lahan dan laut di Indonesia sangat luas cukup
menampung rakyat Indonesia untuk mencari nafkah.
Seberat-beratnya hidup di daerah transmigrasi di Papua,
Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera akan lebih baik bila dibandingkan mereka
hidup di pulau Jawa tapi tidak memiliki lahan sendiri.
Di daerah,transmigrasi mereka tidak akan kekurangan
makan, karena masih ada ubi jalar, sagu hutan, jagung, padi dan bebagai sayuran
yang mereka tanam, belum lagi berbagai ikan yang mereka kail dari sungai atau
pantai. Jadi tidak ada cerita mati kelaparan kalau mereka hidup di kawasan
transmigrasi.
Cerita kelaparan hanya terjadi di Pulau Jawa dan daerah
tandus dan kurang subur seperti di Nusa Tenggara Timur. Tapi di Nusa Tenggara
Timur kalau pemerintah memberdayakan sistem pengairan dan nelayannya, juga
menanam pohon yang cocok untuk daerah tandus pasti tidak ada lagi cerita busung
lapar di kawasan ini.
Jadi transmigrasi model baru, seperti pola PIR (Petani
inti rakyat) diperkebunan kelapa sawit, perkebunan tebu dan perkebunan lainnya
kalau perlu juga PIR nelayan di sepanjang pantai Maluku, Papua, Sulawesi,
dimana para nelayan bisa menyetor ikan hasil tangkapannya ke pabrik pengalengan
ikan (bisa milik swasta) atau pemerintah, dengan hasil ikan untuk di pasarkan
di dalam negeri dan juga ekspor.
Di sektor ini selalu saja yang jeli investor asing, di
Balikpapan, banyak pabrik pengolahan daging kepiting dan ikan lain dimiliki
investor asing yang hasilnya di ekspor.
Saya punya paman, Teraman, tinggal di kelurahan Teritip,
Gunung Tembak, Balikpapan,Kalimantan Timur, dia puluhan tahun memiliki lahan
perkebunan buah salak, rasanya lebih manis dan gurih, renyah dibandingkan salak
Pondoh dan salak Bali, setiap pagi dia menjual salak nya ke pasar Baru,
Balikpapan Rp 3000 per kg.
Kini dalam tiga tahun terakhir dia beralih profesi
sebagai peternak Kepiting Soka, rupanya beternak kepiting Soka menarik baginya,
selain modal awal didanai investor dengan catatan hasil ternak dijual ke penampung
(tengkulak) yang member modal itu Rp 150.000 pe kg, oleh investor ini kepiting
Soka di ekspor ke Singapura dan Hong Kong untuk ditampung di berbagai
restaurant China di sana.
Kini Paman saya yang dulu tinggal di rumah panggung,
sempit, kini rumah tembok , keramik, di atas tanah 1000 meter , memiliki
sepuluh kamar senilai Rp miliaran, hasil beternak Kepiting Soka.
Jadi peluang rakyat Indonesia untuk hidup cukup dan kaya
masih terbuka luas di kawasan yang masih kosong, seperti di Papua, Kalimantan,
Sulawesi, Sumatera, Maluku, bukan di Pulau Jawa yang sudah padat penduduknya,
dengan lahan sempit dihuni 80 persen total penduduk Indonesia yang mencapai 250
juta jiwa atau memilih di sepanjang sungai Ciliwung, yang sewaktu-waktu
mempertaruhkan nyawa akibat banjir.
Di Papua dan Kalimantan, bukan saja kita berharap dari
hasil ternak ikan, ladang kebun, sawah, namun peluang kerja juga terbuka luas dilahan
tambang.
Kita masih ingat ada perantau asal kota Ambon yang
mencari emas di hutan Papua, begitu pulang ke Ambon, bagai sinterklas dia
sambil mengenakan emas perhiasan kalung, gelang seberat 12 kg, dia
mensedekahkan uangnya kepada masyarakat Ambon Rp miliaran rupiah, ribuan orang
berbaris mendapatkan santunan dari dia
Papua lahannya luas sekali, selain lahannya bepotensi
jadi lahan perkebunan kelapa sawit, baru-baru ini Departemen Enenergi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan ada empat perusahaan eksplorasi juga
sudah menemukan empat lokasi tambang emas yang potensi cadangannya sama dengan
milik New Month Nusa Tenggara di Batu Hitam
Ini berarti bila dieksploitasi Papua akan punya empat
tambang emas baru lagi sekelas PT Freepot Indonesia, Saking kayanya sumber daya
alam di Papua, tidak heran sebagian rakyat Papua ingin merdeka, karena
pajak-pajak yang ada hanya untuk kasih makan pegawai negeri Indonesia yang
malas (ada yang datang setiap bulan untuk ambil gaji buta saja, tanpa pernah
masuk kantor atau jarang masuk kantor ) ,dan korupsi dan Kolusi, dan banyak
melakukan pungutan liar (pungli).
Di Kalimantan, banyak tambang batubara digarap dengan
liar oleh ribuan penduduk, mereka menjual hasil tambangnya ke para tengkulak.
Mereka bisa menambang liar tanpa membayar pajak karena menyogok polisi
setempat. Ini juga banyak terjadi di Papua, termasuk usaha illegal Lodging yang
sudah terjadi puluhan tahun di seluruh kawasan hutan
Berapa Rp trilunan uang pajak pemerintah yang hilang
hanya masuk ke segelintir oknum petugas setempat.
Ini juga terjadi dengan banyaknya Bahan Bakar Minyak Subsidi
(BBM) di derah banyak jatah SPBU (Gas Sation) di selewengkan di jual ke kapal
tongkang, tanker lokal, akibat main mata (menyogok) dengan polisi lokal
Devisa Negara bisa maksimal kalau polisi setempat jujur,
atau kita memiliki Pimpinan yang jujur, semua level, termasuk Kapolri, Jadi
kalau perlu gaji Kapolri dikasih insentif tambahan agar dia tidak berharap
setoran dari para Kapoldanya, yang biasanya Kapolda dapat setoran dari Kapolres
, Kapolsek, dan Kapolsek ini tentu berharap setoran dari anak buahnya yang
bertugas di lapangan
Wakil Kapolda Kalimantan Timur suatu hari pernah
bercerita pada saya tahun 2000 lalu, seorang Kapolda,Wakapolda itu duduk manis
saja dapat setoran dari Gubernur, Bupati dan Walikota.
Ketika saya bertugas di kota Ambon tahun 2004 lalu, pada
hari Minggu sore (malam) saya menggunakan sampan kecil mendayung ke teluk Ambon
dengan hanya membawa nasi , sedikit garam dan lampu patromak. Di tengah teluk
saya memancing sotong (sejenis ikan cumi-cumi) dalam satu jam pancingan saya
menjerak banyak sotong.
Kalau lapar saya tinggal bakar sotong ditaruh diatas
penutup patromak yang panas, cukup mematangkan sotong, yang karena fresh
rasanya manis dan lezat sehingga tinggal makan pakai nasi dan garam yang saya
bawa.
Saya lihat di dalam air laut ribuan sotong berkeliaran,
yang kalau diambil secata professional (jala) bisa mendatangkan uang yang cukup
banyak,
Ini baru Sotong (cumi-cumi), belum lagi ratusan jenis
ikan lainnya di sepanjang pantai di Indonesia yang sangat kaya ini, tidak heran
kalau ikan di laut di Indonesia banyak dicuri nelayan asing sehingga kita rugi
Rp 300 triliun per tahun yang dicuri 4000 kapal nelayan asing yang masuk
perairan Indonesia. Jadi pemerintah Indonesia dan bak-bank yang ada di
Indonesia harus segera mempercepat memberdayakan nelayan kita melalui permodalan
agar nelayan kita mampu membeli kapal nelayan yang ada pendinginnya.
Cara Budidaya Kepiting Soka
Budidaya kepiting
soka adalah salah satu peluang usaha yang dapat mendatangkan untung besar.
Bagaimana tidak, popularitas kepiting jenis ini langsung naik dan banyak diburu
oleh para konsumen karena diketahui bahwa seluruh bagian dari kepiting ini
dapat di santap. Jadi kita tidak perlu lagi memakan kepiting dengan teknik kuno
dimana kita harus bersusah payah mengorek cangkang kepiting yang keras untuk
mengambil dagingnya, kepiting soka sangat lembut, kita bisa makan berikut
tulangnya.
Peluang Bisnis Budidaya Kepiting Soka
Saat ini permintaan akan kepiting soka terus meningkat.
Ini adalah peluang bagi kita yang memiliki hobi beternak, apalagi jika tempat
tinggal kita memiliki situasi lingkungan yang pas untuk beternak kepiting.
Sementara ini menu masakan kepiting soka masih belum begitu banyak tersedia di
restoran-restoran meskipun penggemarnya sudah mulai menjamur. Inilah kesempatan
yang perlu kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan keuntungan besar.
Akan tetapi, beternak kepiting soka tidak bisa dilakukan secara asal-asalan.
Kita perlu mempelajari teknik budidaya kepiting soka dengan sungguh-sungguh.
Persiapan Lahan Budidaya Kepiting Soka
Pada tulisan ini akan kita bahas bersama mengenai cara
budidaya kepiting soka dan juga beberapa tips yang bisa kita pakai untuk
mengembangkan usaha ini agar dapat berjalan dengan baik. Kita mulai pembahasan
kita ini dari topik mempersiapkan lahan untuk budidaya kepiting soka. Lokasi
atau lahan yang paling ideal untuk mengembangkan usaha ini yaitu pertambakan
yang terletak di sekitar tanaman mangrove (phon bakau) tumbuh. Atau di pinggir
pantai. Umumnya tanah tambak yang dipakai adalah lumpur berpasir. Sementara
kedalaman tambak hendaknya tidak kurang dari 80 cm.
Pemilihan Bibit
Kita harus memastikan bahwa bibit kepiting yang kita
pakai adalah bibit-bibit yang baik untuk dibudidayakan menjadi kepiting soka.
Pembibitan bisa dilakukan dengan cara memilih bakal kepiting soka yang baik,
yakni yang mempunyai berat sekitar 0,1 ons sampai 0,5 ons. Bibit kepiting soka
nantinya akan diolah dengan cara-cara tertentu yang akan kita pelajari di sub
judul yang berikutnya. Bakal kepiting soka yang tadinya berjenis kelamin jantan
akan mengalami proses perubahan jenis kelamin menjadi kepiting betina ketika
dipanen.
Cara Beternak Kepiting Soka
Cara beternak kepiting soka sebenarnya mudah, namun
dibutuhkan keahlian khusus dan tangan-tangan terampil untuk melakukannya. Oleh
sebab itu, kita perlu mengerti betul tentang teknik beternak kepiting soka
sebelum mempraktekannya. Cara ternak kepiting soka yaitu dengan melakukan
proses yang disebut dengan pemotongan atau cutting, yakni memotong kaki-kaki
dan capit-capit bakal kepiting soka yang tentunya harus dilakukan dengan teknik
yang benar. Proses tersebut dilakukan untuk merangsang bakal kepiting soka
masuk ke tahap molting (tahap pelunakan cangkang).
Memelihara kepiting soka tidak dilakukan dengan cara
menebar bakal-bakal kepiting secara sembarangan ke dalam tambak, melainkan kita
harus menempatkannya ke dalam keramba-keramba setelah proses cutting dilakukan,
lalu membenamkannya ke dalam tambak. Proses cutting hingga masa panen hanya
akan berlangsung singkat, yakni sekitar 15 hari saja, karena kalau terlalu lama
maka cangkang yang telah memasuki tahap pelunakan bisa mengeras lagi.
Pakan yang digunakan untuk pembesaran kepiting soka pada
umumnya yaitu daging kerang, ikan rucah, maupun pelet. Daging kerang dan ikan
rucah yang setengah kering dicincang hancur dan diberikan secukupnya. Jikapakan
yang kemarin-kemarin masih ada berarti porsi bisa kita kurangi. Namun jika
pakan dimakan habis, maka bisa kita tambah.
Cara Perawatan dan Panen
Perawatan yang harus kita lakukan yaitu diantaranya
adalah menjaga sirkulasi air supaya teratur dan mengendalikan hama. Jika
sirkulasi air tidak bagus,maka banyak kepiting yang akan mati. Sementara untuk
mengendalikan hama kita bisa menebarkan obat-obatan anti hama yang ramah
lingkungan ke dalam air. Ketika tiba masa panen, maka kita angkat
kepiting-kepiting soka, kemudian kita rendam di dalam air tawar selama 30
menit. Selanjutnya hasil panen siap untuk didistribusikan.
Di San Francisco, Califonia, USA, ikan kepiting jadi ikon
industry pariwisata kota itu, lihatlah di sepanjang jalan pantai kota ini
berjejer restaurant dan kedai yang menjual menu makanan khas kepiting, sehingga
ribuan wisatawan datang ke kota ini tidak melupakan khas ikan kepitingnya.
Kalau di Balikpapan ikan bakar dan bebagai jenis ikan fresh banyak di jual di
rumah makan di sepnjang pantai Kampung Baru dan Kebun Sayur, bahkan udang
Galahnya dijual murah sekali, kalau di restaurant di Jakarta harganya jauh
lebih mahal. Selain warung makan khas lainnya, yaitu Coto Makasar (soto khas
Makasar).
No comments:
Post a Comment