Perjalanan yang belum selesai (304)
(Bagian ke tiga ratus empat), Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 4 juli 2015, 00.39 WIB)
Ujian berupa musibah juga menimpa Nabi dan Rasulnya.
Nabi Ayyub AS adalah putra dari Aish bin Ishaq AS bin
Ibrahim AS. Sebagaimana disebutkan dalam kisah Nabi Yaqub AS, Aish adalah
saudara kembar Nabi Yaqub AS, jadi Nabi Ayyub masih kemenakan Nabi Yaqub AS dan
sepupu Nabi Yusuf AS.
Nabi Ayyub AS adalah salah seorang nabi yang terkenal
kaya raya, hartanya melimpah, ternaknya tak terbilang jumlahnya. Namun demikian
ia tetap tekun beribadah, gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang yang
menderita, terlebih dari golongan fakir miskin.
Keraguan iblis terhadap ketaatan Nabi Ayyub AS
Para malaikat di langit terkagum-kagum dan membicarakan
tentang ketaatan Ayyub dan keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah. Iblis
yang mendengar pembicaraan para malaikat ini merasa iri dan ingin menjerumuskan
Ayyub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka.
Mula-mula iblis mencoba sendiri menggoda Nabi Ayyub agar
tersesat dan tidak bersyukur kepada Allah, namun usahanya ini gagal, Nabi Ayyub
tetap tak tergoyahkan. Lalu iblis menghadap Allah, meminta agak ia diizinkan
untuk menguji keikhlasan Nabi Ayyub. Ia berkata, "Wahai Tuhan,
sesungguhnya Ayyub senantiasa patuh dan berbakti kepada-Mu, senantiasa
memuji-Mu, tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah
Engkau berikan kepadanya, karena ia ingin kekayaannya tetap terpelihara. Semua
ibadahnya bukan karena ikhlas, cinta, dan taat kepada-Mu. Andaikata ia terkena
musibah dan kehilangan harta benda, serta anak-anak dan istrinya, belum tentu
ia akan tetap taat dan ikhlas menyembah-Mu."
Allah berfirman kepada iblis, "Sesungguhnya Ayyub
adalah hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku. Ia sesorang mu'min sejati. Apa yang
ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah semata-mata didorong iman
yang teguh kepada-Ku. Iman dan taqwanya takkan tergoyahkan hanya oleh perubahan
keadaan duniawi. Cintanya kepada-Ku takkan berkurang walaupun ditimpa musibah
apa pun yang melanda dirinya, karena ia yakin bahwa apa yang ia miliki adalah
pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya, atau Ku-jadikan
berlipat ganda. Ia bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu.
Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku, anak cucu Adam,
berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan
keimanannya pada takdir-Ku, Ku-izinkan kau menggoda dan mencoba memalingkannya
dari-Ku. Kerahkan seluruh pembantu-pembantumu untuk menggoda Ayyub melalui
harta dan keluarganya. Cerai beraikan keluarganya yang rukun damai sejahtera
itu. Lihatlah, sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan Ayyub
hamba-Ku."
Ujian dan cobaan Allah terhadap Nabi Ayyub AS
Demikianlah, iblis dan para pembantunya mulai menyerbu
keimanan Ayyub. Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak pemeliharaan Ayyub,
disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertaniannya yang terbakar dan musnah.
Iblis mengira Ayyub akan berkeluh kesah setelah
kehilangan ternak dan pertaniannya, namun ternyata Ayyub tetap berhusnuzhon
(berbaik sangka) kepada Allah. Segalanya ia pasrahkan kepada Allah. Harta
adalah titipan Allah yang sewaktu-waktu dapat saja diambil kembali.
Berikutnya iblis mendatangi putra-putra Nabi Ayyub AS
yang sedang berada di sebuah gedung yang besar dan megah. Mereka
menggoyang-goyangkan tiang-tiang gedung sehingga gedung itu roboh dan anak-anak
Ayyub yang berada di dalamnya mati semuanya.
Iblis mengira usahanya kali ini akan berhasil
menggoyahkan iman Nabi Ayyub yang sangat menyayangi putra-putranya itu, namun
sekali lagi mereka harus kecewa. Nabi Ayyub tetap berserah diri kepada Allah.
Ia memang bersedih hati dan menangis, tapi jiwa dan hatinya tetap kokoh dalam
keyakinan bahwa jika Allah yang Maha Pemberi menghendaki sesuatu, tak ada
seorang pun yang mampu menghalangi-Nya.
Iblis yang masih belum puas, lalu menaruh baksil di
sekujur tubuh Ayyub sehingga beliau menderita penyakit kulit yang sangat
menjijikkan, hingga ia dijauhi sanak famili dan tetangganya. Istri-istrinya
banyak yang lari meninggalkannya, hanya seorang saja yang tetap setia
mendampinginya, yaitu Rahmah. Lebih parah lagi, para tetangga Nabi Ayyub AS
yang tidak mau ketularan penyakit yang diderita Nabi Ayyub, mengusirnya dari
kampung mereka. Maka pergilah Nabi Ayyub dan istrinya Rahmah ke sebuah tempat
yang sepi dari manusia.
Waktu 7 tahun dalam penderitaan terus-menerus memang
merupakan ujian terberat bagi Ayyub dan Rahmah, namun Nabi Ayyub tetap bersabar
dan berzikir menyebut Asma Allah. Diriwayatkan bahwa istrinya berkata,
"Hai Ayyub, seandainya engkau berdoa kepada Tuhanmu, niscaya dia akan
membebaskanmu."
Namun Nabi Ayyub AS malah menjawab, "Aku telah hidup
selama 70 tahun dalam keadaan sehat, dan Allah baru mengujiku dalam keadaan
sakit selama 7 tahun. Ketahuilah, itu amat sedikit dibandingkan masa 70
tahun."
Begitulah, Nabi Ayyub menerima ujian dari Allah SWT
dengan sabar dan ikhlas. Ia telah hidup dalam kenikmatan selama puluhan tahun,
maka ia merasa malu untuk berkeluh kesah kepada Allah SWT atas kesengsaraan
yang hanya beberapa tahun. Sakit Nabi Ayyub membuat tidak ada lagi anggota
badannya yang utuh kecuali jantung/hati dan lidahnya. Dengan hati dan lidahnya
ini, Nabi Ayyub AS tak pernah berhenti berzikir kepada Allah, baik di waktu
pagi, siang, sore dan malam hari.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, Rahmah
terpaksa bekerja pada suatu pabrik roti. Pagi ia berangkat, sorenya ia kembali
ke rumah pengasingan. Namun lama-kelamaan majikannya mengetahui bahwa Rahmah
adalah istri Nabi Ayyub yang memiliki penyakit berbahaya. Mereka khawatir
Rahmah akan membawa baksil yang dapat menular melalui roti, oleh sebab itu
mereka kemudian memecatnya.
Rahmah yang setia ini masih memikirkan suaminya. Ia
meminta agar majikannya berkenan memberinya hutang roti, tetapi permintaannya
ini ditolak. Majikannya hanya mau memberinya roti jika ia memotong gelung
rambutnya yang panjang, padahal gelung rambut itu sangat disukai suaminya.
Namun demi untuk mendapatkan roti, Rahmah akhirnya setuju dengan usul majikannya
itu.
Ternyata, perbuatannya itu membuat Ayyub menduga bahwa ia
telah menyeleweng. Akhirnya pada suatu hari, mungkin karena sudah tidak tahan
dengan penderitaan yang terus-menerus dihadapi, Rahmah pamit untuk meninggalkan
suaminya. Ia beralasan ingin bekerja agar dapat menghidupi suaminya. Nabi Ayyub
melarangnya, tapi Rahmah tetap bersikeras sembari berkeluh kesah. Sesungguhnya
tindakan Rahmah ini pun tak lepas dari peranan iblis yang menghasutnya untuk
meninggalkan suaminya Ayyub.
Mendengar keluh kesah istrinya, berkatalah Ayyub,
"Kiranya kau telah terkena bujuk rayu iblis, sehingga berkeluh kesah atas
takdir Allah. Awas, kelak jika aku telah sembuh kau akan kupukul seratus kali.
Mulai saat ini tinggalkan aku seorang diri, aku tak membutuhkan pertolonganmu
sampai Allah menentukan takdir-Nya."
Dengan demikian tinggallah kini Nabi Ayyub seorang diri
setelah ia mengusir Rahmah istrinya. Di tengah kesendiriannya, Nabi Ayyub AS
bermunajat kepada Allah SWT dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih-Nya.
Allah SWT menerima doa Nabi Ayyub AS yang telah mencapai puncak kesabaran dan
keteguhan iman dalam menghadapi ujian dan cobaan. Berfirmanlah Ia kepada Nabi
Ayyub, "Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ akan memancar air yang
dengannya kau akan sembuh dari penyakitmu. Kesehatanmu akan pulih jika kau
mempergunakannya untuk minum dan mandi."
Setelah meminum dan mandi dengan air itu, Ayyub pun
sembuh seperti sedia kala. Sementara itu Rahmah istrinya yang telah pergi
meninggalkannya, rupanya lama-kelamaan merasa kasihan dan tak tega membiarkan
suaminya seorang diri. Ia datang untuk menjenguk, namun ia tak mengenali lagi
suaminya, karena kini Nabi Ayyub tampak lebih sehat, lebih segar, dan lebih
tampan. Nabi Ayyub sangat gembira melihat istrinya kembali, namun ia teringat
sumpahnya yaitu ingin memukul istrinya seratus kali. Ia harus melaksanakan
sumpah itu, tapi ia bimbang karena bagaimanapun istrinya telah turut menderita
sewaktu bersamanya 7 tahun ini. Tegakah ia memukulnya seratus kali?
Allah mengetahui kebimbangan yang dirasakan Nabi Ayyub
AS. Maka datanglah wahyu Allah kepada Nabi Ayyub, "Hai Ayyub, ambillah
lidi seratus batang dan pukullah istrimu sekali saja. Dengan demikian
tertebuslah sumpahmu."
Nabi Ayyub merasa lega dengan jalan keluar yang
diwahyukan Allah itu. Dengan lidi seratus, dipukulnya istrinya dengan satu kali
pukulan yang sangat pelan, maka sumpahnya telah terlaksana.
Berkat kesabaran dan keteguhan imannya, Nabi Ayyub AS
dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Dari Rahmah, ia kemudian
memperoleh anak bernama Basyar yang kemudian hari menjadi seorang nabi yang
dikenal dengan nama Zulkifli.
Kisah Nabi Ayyub AS ini merupakan teladan bagi
hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman. Riwayat Nabi Ayyub AS
terdapat dalam surat Al-Anbiyâ: 83-84 dan surat Sâd: 41-44.
Allah di dalam surah Al An’am ini memberitahukan pada
manusia bahwa ujian berupa musibah seperti sakit, kesengsaraan dan kemiskinan
yang menimpa manusia Agar manusia
mengingat kembali pada Allah dan selalu memohon segala permintaan hanya kepada
Allah.
Banyak sekali ayat Al Quran dan Hadist (Al Hikmah/sunnah)
bahwa manusia jangan merasa begitu saja dengan mudah masuk surga, tanpa
terlebih dahulu memperoleh ujian dari Allah.
Ujian dari Allah dalam bentuk musibah, seperti sakit,
kemiskinan juga dalam bentuk kelimpahan rezeki harta melimpah.
Nabi Muhammad bersabda kebanyakan manusia bila ditimpa
berupa musibah mereka berhasil mengatasinya dengan bersabar atas ujian yang
ditimpakannya, sehingga orang yang bersabar ketika ditimpa musibah akan
memperoleh pahala tanpa batas dan bila memperoleh rahmat dan hidayah dari Allah
dijanjikan masuk surga.
Sementara bila manusia diberikan ujian berupa kelimpahan
rezeki harta melimpah, akan gagal mengemban amanah rezeki itu dengan berlaku
sombong dan kufur terhadap nikmat Allah.
Karena banyak harta telah membuainya jadi malas ibadah,
yang tadinya rajin sholat, kini malas bersyukur pada Alllah melalui shalat,
malas berpuasa, semakin bakil alias pelit membelanjakan sebagian hartanya untuk
kedua orang tuanya, karib kerabat dan orang fakir miskin, serta enggan membantu
saudaranya yang tengah ditimpa berbagai musibah.
Sehingga hartanya itu akan menjadi ular berbisa yang dililitkan
di lehernya di neraka.
Oleh sebab itu Nabi Muhammad dalam doanya selalu meminta
agar posisinya tetap dalam kondisi fakir (miskin) agar ia selalu ingat pada
Allah.
Nabi Muhammad dalam hidupnya sederhana, ketika kaya
karena mempersunting janda kaya , Khadijah sebagian besar hartanya digunakan
untuk jihad fisabilillah
Sebagai Kepala Negara, (Khalifah)Nabi yang berhak
memperoleh sebagian pampasan perang, sebagian besar justru segera dibagikan
kepada fakir miskin.
Bahkan pernah dalam beberapa bulan keluarganya tidak
berasap dapurnya , sehari-hari hanya makan beberapa butir kurma, sehingga harus
menggadaikan baju besinya kepada seorang yahudi, agar bisa membeli gandum yang
segera dibagikan ke seluruh keluarganya agar kembali bisa makan roti gandum.
Jadi sebagian besar harta milik Nabi Muhammad dikeluarkan
dijalan Allah kecuali sedikit untuk nafkah keluarganya.
Karena Nabi Muhammad mengetahui bahwa hidup di dunia
hanya sementara dan hanya senda gurau dan permainan belaka, dan hanya di
akherat lah kehidupan yang hakiki kekal selamanya.
Juga sebagai Rasul Nabi Muhammad ingin dijadikan contoh
bagi umat manusia, bahwa hidup harus istiqomah, bersabar dan semuanya berharap
keridhoan dari Allah, agar manusia mendapat Rahmat dan Hidayah dari Allah agar
bisa masuk surga.
Surah Al An'am Ayat 41 - 50
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
41. بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ
إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ
(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia
menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia
menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan
Allah).
42. وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ
بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada
umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan)
kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan
tunduk merendahkan diri.
43. فَلَوْلا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ
قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan
tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati
mereka telah menjadi keras dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan
apa yang selalu mereka kerjakan.
44. فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً
فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa.
45. فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Maka orang-orang yang lalim itu dimusnahkan sampai ke
akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
46. قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ
وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ انْظُرْ كَيْفَ
نُصَرِّفُ الآيَاتِ ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُونَ
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah
mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan
selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah,
bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami),
kemudian mereka tetap berpaling (juga).
47. قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً
أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika datang
siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong atau terang-terangan, maka
adakah yang dibinasakan (Allah) selain dari orang-orang yang lalim?
48. وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ
فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk
memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan
mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.
49. وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ
بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka
akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik.
50. قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا
أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى
إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلا تَتَفَكَّرُونَ
Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa
perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan
tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama
orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu tidak
memikirkannya?
Surah Al An'am Ayat 21 - 30
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ
كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (٢١
21. dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang
membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya?
Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.
وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا
أَيْنَ شُرَكَاؤُكُمُ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ (٢٢
22. dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami
menghimpun mereka semuanya[464] kemudian Kami berkata kepada orang-orang
musyrik: "Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dulu kamu katakan
(sekutu-sekutu) kami?".
[464] Semua makhluk Allah yang mukallaf.
ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ
رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ (٢٣
23. kemudian Tiadalah fitnah[465] mereka, kecuali
mengatakan: "Demi Allah, Tuhan Kami, Tiadalah Kami mempersekutukan
Allah".
[465] Yang dimaksud dengan fitnah di sini ialah jawaban
yang berupa kedustaan.
انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ
مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (٢٤
24. lihatlah bagaimana mereka telah berdusta kepada diri
mereka sendiri dan hilanglah daripada mereka sembahan-sembahan yang dahulu
mereka ada-adakan.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ
أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لا
يُؤْمِنُوا بِهَا حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا
إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ (٢٥
25. dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani
(bacaan)mu, Padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga
mereka tidak) memahaminya dan (kami letakkan) sumbatan di telinganya. dan
jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman
kepadanya. sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu,
orang-orang kafir itu berkata: "Al-Quran ini tidak lain hanyalah dongengan
orang-orang dahulu."
وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ وَإِنْ يُهْلِكُونَ
إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (٢٦
26. dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan
Al-Quran dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah
membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari.
وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا
نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (٢٧
27. dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka
dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya Kami dikembalikan (ke
dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan Kami, serta menjadi orang-orang
yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu Peristiwa yang mengharukan).
بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ
رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (٢٨
28. tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan
yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya[466]. Sekiranya mereka dikembalikan
ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang
mengerjakannya. dan Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka.
[466] Maksudnya: mereka sebenarnya tidak bercita-cita
ingin dikembalikan ke dunia untuk beriman kepada Allah, tetapi Perkataan itu
semata-mata diucapkan karena melihat kedahsyatan neraka.
وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ
بِمَبْعُوثِينَ (٢٩
29. dan tentu mereka akan mengatakan (pula): "Hidup
hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan
dibangkitkan"[467].
[467] Maksudnya: jika mereka dikembalikan ke dunia,
mereka akan mengatakan demikian.
وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى رَبِّهِمْ قَالَ أَلَيْسَ
هَذَا بِالْحَقِّ قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ
تَكْفُرُونَ (٣٠
30. dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan
kepada Tuhannya (tentulah kamu melihat Peristiwa yang mengharukan). berfirman
Allah: "Bukankah (kebangkitan ini benar?" mereka menjawab:
"Sungguh benar, demi Tuhan kami". berfirman Allah: "Karena itu
rasakanlah azab ini, disebabkan kamu mengingkari(nya)".
No comments:
Post a Comment