!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, August 8, 2014

Perjalanan yang belum selesai (6)

Perjalanan yang belum selesai (6)

(Bagian ke enam, Depok , Jawa Barat, Indonesia,  8 Agustus 2014, 15.31 WIB)

Pada waktu saya kuliah Di California State University (CSU) Fresno, California, Amerika Serikat (1982-1983) saya punya teman namnya Omar Endin , anaknya Kusmadi Amin Endin mantan Kepala Divisi Humas Pertamina yang kini pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang sertifikasi Halal.

Omar selain satu kampus juga tinggal bersama saya satu apartemen, letaknya bersebelahan dengan Masjid Fresno seberang kampus CSU.

Tidak heran kalau kami berdua rajin berjamaah di Masjid yang kerap didatangi para penceramah termasuk bang Imadudin dari Masjid Salman ITB, dan tokoh Malaysia Anwar Ibrahim, mengingat banyak para pelajar terutama yang dapat beasiswa Mara Malaysia kuliah di AS.

Termasuk dakwah Jamaah Tabligh yang mengajak kaum Muslimin ikut berdakwah baik di Amerika Serikat , maupun berjihad membantu Mujahidin melawan tentara Komunis Uni Soviet di Afghanistan. Pada era ini ketika AS dipimpin Presiden Jimmy Carter dan Ronald Reagan sedang membantu Mujahidin dan kelompok Usamah bin Laden memerang pendudukan Uni Soviet selama Sembilan tahun di bawah rezim komunis Presiden Leonid Breshnev dan Mikhail Gotabachev.

Kusmadi Amin Endin pernah menelpon saya untuk membujuk anaknya Omar Endin untuk jangan ikut berjihad ke Afghanistan, karena ia nanti akan mati konyol melawan tentara Uni Soviet yang jumlahnya ribuan dengan senjata canggih, mulai dari pesawat tempur sampai tank.

Pantas saja di kamar kami Omar Endin sudah memiliki senjata pistol yang dia beli di sebuah toko senjata di negeri yang bebas memperjual belikan berbagai jenis senjata. Tidak heran kalau di kota Los Angeles angka kematian akibat letusan senjata paling tinggi di dunia, baik akibat tmbakan perampok , orang yang lagi stress (bunuh diri) sampai pertengkaran antar suami istri maupun tetangga.

Konon kabarnya Omar Endin beringinan mau membeli senjata stringer sebelum berangkat ke Afghanistan. Omar batal ke Afghanistan dan selama di Indonesia berkarir di bagian Human Resources Devekopment, karena di CSU dia mengambil jurusan ini, sedangkan saya mengambil jurusan Ekonomi. (detail kenapa Omar tertarik Jihad ke Afghanistan lihat tulisan saya berikutnya)

Menurut tulisan di Wikipedia, Perang Soviet-Afganistan merupakan masa sembilan tahun di mana Uni Soviet berusaha mempertahankan pemerintahan Marxis-Lenin di Afganistan, yaitu Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menghadapi mujahidinAfganistan yang ingin menggulingkan pemerintahan. Uni Soviet mendukung pemerintahan Afganistan, sementara para mujahidin mendapat dukungan dari banyak negara, antara lain Amerika Serikat dan Pakistan.
Pasukan Soviet pertama kali sampai di Afganistan pada tanggal 25 Desember 1979, dan penarikan pasukan terakhir terjadi pada tanggal 2 Februari 1989. Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa semua pasukan mereka sudah ditarik dari Afganistan pada tanggal 15 Februari 1989. Karena banyaknya biaya dan kesia-siaan konflik ini, Perang Soviet-Afganistan sering disamakan sebagai Perang Vietnam-nya Uni Soviet.[1]
Perang ini memiliki dampak yang sangat besar, dan merupakan salah satu faktor leburnya Uni Soviet pada tahun1991.[2]

Latar belakang
Daerah yang kini bernama Afganistan sebagian besar merupakan wilayah Muslim sejak tahun 882 M. Negara dengan keadaan geografisnya berupa pegunungan dan gurun pasir mencerminkan pada komposisi etnis, budaya dan bahasanya. Populasinya pun terbagi menjadi beberapa kelompok etnis, Pashtun adalah etnis terbesar, bersama dengan Tajik, Hazara, Aimak, Uzbek, Turkmen dan kelompok kecil lainnya.
Keikutsertaan militer Rusia di Afganistan memiliki sejarah yang panjang, berawal pada ekspansi Tsar yang disebut "Permainan Besar" antara Rusia dengan Britania Raya, dimulai pada abad ke-19 dengan kejadian yang disebut insiden Panjdeh. Ketertarikan akan daerah ini berlanjut saat era Soviet di Rusia, dengan adanya miliaran uang bantuan ekonomi dan militer untuk Afganistan pda tahun 1955 sampai 1978.[3]
Pada Februari 1979, revolusi Islam Iran telah mengusir shah yang didukung oleh Amerika Serikat di Iran. Di Uni Soviet, tetangga Afganistan yang terletak di sebelah utara Afganistan, lebih dari 20% populasinya adalah Muslim. Banyak Muslim Soviet di Asia Tengah mempunyai hubungan yang baik terhadap Iran maupun Afganistan. Uni Soviet juga telah terpojok oleh fakta bahwa sejak Februari, Amerika Serikat telah menurunkan 20 kapal, termasuk 2 pesawat pengangkut dan ancaman konstan peperangan dari Amerika Serikat dan Iran.[4] Maret 1979 juga ditandai Amerika Serikat yang mencanangkan perjanjian perdamaian antara Israel dan Mesir. Pemimpin Uni Soviet melihat perjanjian damai antara Israel dan Mesir sebagai langkah peningkatan kekuatan Amerika Serikat di daerah tersebut. Faktanya, sebuah koran Soviet menyatakan bahwa Mesir dan Israel sekarang adalah sekutu dari Pentagon. Uni Soviet melihat perjanjian tidak hanya perjanjian tertulis di antara dua negara tapi juga persetujuan militer.[5]

Selain itu, Uni Soviet menemukan bahwa Amerika Serikat menjual lebih dari 5.000 peluru kendali ke Arab Saudi dan juga membantu atas kesuksesan pertahanan Yemen melawan Faksi Komunis. Republik Rakyat Tiongkok juga menjual RPG Tipe 69 kepada Mujahidin dalam kooperasi dengan CIA. Kemudian, hubungan erat Uni Soviet dengan Irak mengasam, karena Irak, pada Juni 1978, mulai membeli senjata yang dibuat Perancis dan Italia, dan bukan senjata buatan Uni Soviet. Namun, bantuan barat membantu pemberontakan melawan Soviet dilakukan. Beberapa partai memberikan bantuan mereka untuk membantu Mujahidin dalam alasan untuk menghancurkan pengaruh Uni Soviet.[6]
Republik Demokratis Afganistan
 adalah: Republik Demokratis Afghanistan
Revolusi Sau

Mohammad Zahir Shah naik tahta dan berkuasa dari tahun 1933 sampai 1973. Keponakan Zahir, Mohammad Daoud Khan, menjadi Perdana Menteri Afganistan dari tahun1953 sampai 1963. Partai Demokrasi Rakyat Afganistan yang merupakan partai Marxis terus berkembang pada tahun itu. Tahun 1967, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan terbagi menjadi dua faksi yang saling bersaing, faksi Khalq dikepalai oleh Nur Muhammad Taraki dan Hafizullah Amin dan faksi Parcham dipimpin oleh Babrak Karmal.
Perdana Menteri Daoud merebut kekuasaan pada kudeta hampir tak berdarah pada tanggal 17 Juli 1973, karena korupsi dan kondisi ekonomi yang miskin. Daoud mengakhiri monarki, namun ambisinya dalam reformasi ekonomi dan sosial tidak berhasil. Hal ini membuat Partai Demokrasi Rakyat Afganistan memanas karena represi yang dilakukan terhadap mereka oleh rezim Daoud, selain itu, kematian atas anggota Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, Mir Akbar Khyber juga membuat partai itu memanas.[7] Kematian misterius Khyber membuat munculnya banyak demonstrasi anti Daoud di Kabul dan mengakibatkan penangkapan atas beberapa pemimpin penting Partai Demokrasi Rakyat Afganistan.[8]
Akibat dari hal tersebut, pada tanggal 27 April 1978, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan menggulingkan dan mengeksekusi Daoud dan anggota keluarganya.[9]

 Nur Muhammad Taraki, Sekjen Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menjadi Presiden Dewan Revolusi, dan Perdana Menteri negara yang baru, Republik Demokratis Afganistan.

Faksi di dalam Partai Demokrasi Rakyat Afganistan

Setelah revolusi, Taraki menjadi presiden, Perdana Menteri, dan Sekretaris Jendral Partai Demokrasi Rakyat Afganistan. Namun sejatinya, pemerintah terbagi berdasarkan faksi, dengan Presiden Taraki dan Wakil Perdana Menteri Hafizullah Amin dari faksi Khalq melawan pemimpin Parcham seperti Babrak Karmal dan Mohammad Najibullah, sehingga hal ini menghasilkan konflik yang menyebabkan pengasingan, eksekusi, dan pembersihan anggota-anggota Parcham.
Selama awal 18 bulan memimpin, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan menerapkan program reformasi bergaya Soviet. Perubahan hukum tentang perkawinan dan tanah tidak diterima secara baik oleh masyarakat setempat yang mengikuti tradisi Islam. Akibat dari itu, ribuan anggota dari elit tradisional, pemuka-pemuka agama, dan paranormal diadili.

Pertengahan tahun 1978, pemberontakan rakyat yang didukung oleh anggota garnisun setempat dimulai di Nuristan, daerah timur Afganistan dan perang saudara menyebar di seluruh negara. September 1979, Wakil Perdana Menteri Afghanistan Hafizullah Amin merebut kekuasaan dan menyebabkan kematian Presiden Taraki. Lebih dari dua bulan ketidakstabilan menyebabkan pemerintahan Amin kewalahan, sementara ia harus menghadapi lawannya di Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, serta pemberontakan yang semakin menyebar.

Hubungan Afganistan-Soviet

Setelah Revolusi Rusia pada awal tahun 1919, pemerintah Uni Soviet memberi bantuan terhadap Afganistan dalam bentuk jutaan Rubel emas, senjata ringan, amunisi, dan sedikit pesawat untuk membantu orang Afganistan melawan Inggris.

Pada tahun 1924, Uni Soviet kembali memberikan bantuan militer kepada Afganistan. Mereka memberi orang Afganistan bantuan persenjataan, pesawat tempur dan juga pelatihan di Tashkent untuk pelatihan petugas. Kerjasama militer antara Soviet-Afganistan dimulai pada tahun 1956, di mana kedua negara menandatangani perjanjian. Menteri Pertahanan Soviet kini bertanggung jawab untuk melatih semua opsir militer Afganistan.
Pada tahun 1972, lebih 100 konsultan dan spesialis teknik Soviet dikirim ke Afganistan untuk melatih pasukan Afganistan. Pada Mei 1978, pemerintah Soviet menandatangani perjanjian internasional lainnya, mengirim 400 penasihat militer Soviet ke Afganistan.
Pada bulan Desember tahun 1978, Moskwa dan Kabul mendistribusikan pasukan untuk membantu Afganistan atas permintaan Afganistan. Bantuan Militer Soviet meningkat dan rezim Partai Demokrasi Rakyat Afganistan tergantung pada peralatan militer dan penasihat militer Soviet.

Dengan Afganistan dalam kondisi yang mengerikan selama negara diserang oleh berbagai pemberontakan, Uni Soviet mendistribusikan pasukan dengan mengirim pasukan ke-40 atas permintaan pasukan Afganistan. Pasukan ke-40, di mana di bawah komando Marshal Sergei Sokolov, terdiri dari 3 divisi angkatan bersenjata, satu divisi pasukan payung, satu brigade penyerang. Jika dijumlahkan, pasukan Soviet meliputi sekitar 1.800 T-62, 80.000 pasukan dan 2.000 kendaraan tempur lapis baja.[10]
Pemerintah Afganistan meminta agar pemerintah Soviet memasukan pasukan Soviet di Afganistan saat musim semi dan musim panas tahun 1979. Mereka meminta pasukan Soviet untuk menyediakan keamanan dan meningkatkan efektivitas pertarungan melawan Mujahidin.

14 April, Pemerintah Afganistan meminta Uni Soviet mengirim 15 sampai 20 helikopter dengan awaknya ke Afganistan, dan pada 16 Juni, pemerintah Soviet merespon dan mengirim tank, BMP, dan awak untuk menjaga pemerintah Afganistan di Kabul dan untuk mengamankan lapangan udara Bagram dan Shindand.

Dalam merespon permintaan ini, 1 batalion pasukan payung, dikomando oleh Kolonel A. Lomakin, tiba di lapangan udara Bagram pada tanggal 7 Juli 1979. Mereka tiba tanpa alat pertempuran mereka, menyamar sebagai spesialis tekhnik. Mereka adalah penjaga pribadi Taraki. Prajurit payung telah diarahkan menuju penasihat militer senior Soviet dan tidak ikut campur dalam politik Afganistan.
Setelah 1 bulan, permintaan DRA tidak lagi untuk kru individual dan subunit, tapi adalah regimen dan pasukan yang lebih besar.

 Pada tanggal 19 Juli 1979, pemerintah Afganistan meminta agar 2 divisi pasukan penembak dikirim ke Afganistan. Sehari setelah itu, mereka meminta 1 divisi pasukan payung untuk penjumlahan permintaan awal. Mereka mengulangi permintaan dan berbeda dengan permintaan itu atas bulan selanjutnya Desember 1979. Walapun begitu, pemerintah Soviet tidak terburu-buru untuk menyelesaikan permintaan ini.

Permulaan dari kekacauan

Pada bulan Juni tahun 1975, kelompok militan dari Partai Jamiat Islami berusaha menjatuhkan Pemerintahan Daoud. Mereka memulai pergerakan mereka di Lembah Panjshir, 100 kilometer di utara Kabul, dan di beberapa provinsi lainnya. Meskipun begitu, pemerintah dapat meredakan kekacauan dan perubahan porsi besar dari kekacauan meminta pengungsi di Pakistan saat mereka menikmati bantuan Pemerintah Zulfikar Ali Bhutto, yang diketahui oleh kebangkitan Daoud atas isu Pashtun.[11]
Pemberontakan yang sesungguhnya dimulai tahun 1978, setelah Pemerintahan Taraki memulai serangkaian reformasi ditujukan pada "penumbangan feodalisme" di komunitas Afganistan.[12] Reformasi ini memperkenalkan beberapa perubahan, tapi mereka dipaksakan dengan cara kebrutalan. Komunitas pedesaan Afganistan masih sangat tradisional, dan perubahan lokal telah merusak komunitas; selain itu reformasi pendidikan dan kebebasan wanita pun dianggap sebagai serangan melawan Islam.

Maka dari itu, reaksi melawan reformasi tersebut adalah kekacauan, sebagian besar mengadakan pemberontakan. Revolusi dimulai bulan Oktober bersama dengan orang Nuristan dari Lembah Kunar, dan dengan cepat menyebar di antara etnis lainnya, termasuk suku Pashtun. Pasukan Afghanistan terserang wabah dengan pembelotan dan moral yang kecil dan terbukti sepenuhnya tidak mampu mengatasi kekacauan. Saat musim semi tahun 1979, 24 dari 28 provinsi telah menderita akibat kekacauan dan pemberontakan. Pemberontakan mulai mengambil bagian di kota, bulan Maret tahun 1979 di Herat. Pasukan Afganistan yang dipimpin oleh Ismail Khan memberontak dan dibunuh besar-besaran kira-kira 100 penasihat Soviet. Partai Demokrasi Rakyat Afganistan membalas dengan melancarkan kampanye bombardmen yang membunuh 24.000 penduduk dalam satu kota.

Pada bulan Mei tahun 1978, pemberontak membangun benteng pertama mereka di Pakistan untuk melatih pasukan untuk pertempuran di Afganistan.

Seperti pergerakan anti-komunis lainnya pada waktu itu, pemberontakan dengan cepat mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Seperti yang dinyatakan oleh pemimpinCIA yang sebelumnya dan Sekretaris Pertahanan sebelumnya, Robert Gates, di riwayat hidupnya "From the Shadows", Badan Intelegen Amerika Serikat mulai membantu faksi yang melawan pemerintah 6 bulan sebelum pasukan Soviet datang. Pada tanggal 3 Juli 1979, Presiden Amerika Jimmy Carter menandatangani bahwa CIA diberi kekuasaan untuk menyebar operasi propaganda melawan rezim revolusi.

Penasihat Zbigniew Brzezinski menyatakan "Menurut sejarah, bantuan CIA kepada Mujahidin dimulai pada tahun 1980, dijaga sampai sekarang, setelah pasukan Soviet menyerbu Afganistan, 24 Desember 1979. Tapi kenyataan dirahasiakan sampai sekarang." Brzezinski sendiri memainkan peran fundamental dalam merakit kebijakan Amerika Serkat, di mana tidak diketahui oleh Mujahidin, adalah bagian dari strategi yang lebih besar "untuk membujuk inteversi militer Uni Soviet." Tahun 1998 saat wawancara dengan Le Nouvel Observateur, Brzezinski menyatakan lagi[13]
“        Operasi rahasia itu adalah ide yang sangat bagus. Ide itu memiliki pengaruh atas penarikan pasukan Uni Soviet menuju perangkap Afganistan... Hari di mana Soviet menyebrang perbatasan, saya menulis kepada Presiden Carter. Kita sekarang punya kesempatan memberikan Uni Soviet Perang Vietnamnya.
Distribusi Pasukan Soviet
Pilihan untuk campur tangan


Benteng pasukan ke-40 Uni Soviet di Kabul, 1987. Sebelum distribusi pasukan, bangunan ini adalah Istana Tajbeg di mana Amin dibunuh.
Uni Soviet memutuskan untuk memberi bantuan kepada Afganistan untuk menjalankan revolusi. Pemimpin Soviet, berdasarkan informasi dari KGB, merasa bahwa Amin menstabilisasikan situasi di Afghanistan. KGB di Kabul telah memperingatkan orang yang hendak mengkudeta Amin dan pembunuh Taraki bahwa kepemimpinan Amin akan menuju ke "represi kasar", dan hasilnya aktivasi dan konsolidasi oposisi.

Soviet mendirikan komisi khusus di Afganistan, atas pemimpin KGB Yuri Andropov, Ponomaryev dari Komite Pusat dan Dmitry Ustinov, Menteri Pertahanan Uni Soviet. Pada akhir Oktober mereka melaporkan bahwa Amin membersihkan musuhnya, termasuk simpatisan Soviet; kesetiannya terhadap Moskwa hanyalah bohongan; dan dia sedang mecari jalur diplomatik dengan Pakistan dan jika mungkin, Republik Rakyat Tiongkok.

Argumentasi terakhir untuk mengeliminasi Amin adalah informasi yang didapat oleh KGB dari agennya di Kabul, menurut dugaan, dua dari penjaga Amin membunuh presiden sebelumnya, Nur Muhammad Taraki dengan menggunakan bantal, dan Amin diduga adalah agen CIA. Nantinya, hal ini masih dibantah karena Amin selalu menunjukan keramahan kepada Uni Soviet. Jendral Soviet Vasily Zaplatin, yang merupakan penasihat politik saat itu, menyatakan bahwa empat menteri muda Taraki bertanggung jawab atas destabilisasi namun Zaplatin gagal untuk menekankan ini.

Invasi Afganistan oleh Uni Soviet


Rute Invasi Soviet pada akhir Desember1979.

Pada tanggal 22 Desember, penasihat Soviet menasihati kepada Pasukan Bersenjata Afganistan, agar mereka untuk menjalani pemeliharaan untuk tank dan untuk peralatan perang lainnya yang penting sekali. Sementara itu, hubungan telekomunikasi keluar area Kabul diputus, mengisolasi ibukota. Dengan memburuknya situasi keamanan, sebagian besar anggota Pasukan Pasung Soviet bergabung dengan pasukan darat di Kabul dan mereka mulai mendarat di Kabul. Serempak, Amin memindahkan kantor presiden ke Istana Tajbeg, dipercaya bahwa tempat ini lebih aman dari risiko-risiko lainnya yang mungkin terjadi.[14][15] Kakaknya dan Jendral Babadzhan bertemu dengan panglima besar pasukan ke-40 sebelum Soviet memasuki Afganistan, untuk bekerja atas rute dan lokasi pasukan Soviet.[16]

Pada tanggal 27 Desember 1979, 700 pasukan Soviet memakai seragam Afganistan, termasuk OSNAZ dan pasukan khusus GRU Spetsnaz dari Grup Alpha dan Grup Zenith, mengambil alih pemerintah, militer dan bangunan-bangunan di Kabul, termasuk target utama mereka - Istana Tajbeg.
Operasi dimulai pada pukul 7 malam, ketika Grup Zenith meledakan pusat komunikasi Kabul, melumpukan komandi militer Afganistan. Pada pukul 7:15, Operasi Badai-333 dimulai. dengan tujuan yang jelas, untuk memberhentikan dan membunuh
Presiden Hafizullah Amin. Operasi selesai seluruhnya pada pagi hari tanggal 28 Desember 1979.
Komando militer Soviet di Termez, di Uzbekistan, mengumumkan di Radio Kabul bahwa Afganistan telah dibebaskan dari kepemimpinan Amin. Menurut Politbiro Soviet, mereka menurut dengan Perjanjian persahabatan, Kooperasi, dan ketetanggaan yang baik dan itu adalah kejahatan yang Amin lakukan sehingga dieksekusi oleh hakim karena kejahatannya.

Siaran Radio yang menurut orang dari Stasiun Radio Kabul, tapi diidentifikasikan bahwa sebenarnya berasal dari sebuah fasilitas di Uzbekistan, mengumumkan bahwa eksekusi Hafizullah Amin terselenggara oleh Komite Pusat Revolusi Afganistan (Afghan Revolutionary Central Committee). Komite itu kemudian memilih mantan Perdana Menteri Babrak Karmal sebagai kepala pemerintahan, yang telah diturunkan dari kedudukan Duta Besar ke Ceko karena pengambilalihan Khalq, dan telah diminta oleh Militer Soviet.[17]

Pasukan darat Soviet, di bawah komando marsekal Sergei Sokolov, memasuki Afganistan dari utara pada tanggal 27 Desember. Pada pagi hari, divisi pasukan payungVitebsk mendarat di lapangan udara Bagram dan distribusi pasukan Soviet di Afganistan sedang berlangsung. Dalam waktu 2 minggu, 5 divisi Soviet telah tiba di Afganistan, yaitu Divisi Pasukan Payung ke-105 di Kabul, Brigadir ke-66 di Herat, Divisi Pasukan Tembak ke-357 di Kandahar, Divisi Pasukan Tembak ke-16 yang bermarkas di Badakshan utara dan Divisi ke-306 di Ibukota Afganistan, Kabul. Dalam minggu kedua, pesawat tempur Soviet telah melakukan 4.000 penerbangan menuju Kabul.[18]


Operasi-operasi Soviet


Grup Spetsnaz bersiap untuk sebuah misi di Afganistan, tahun 1988.
Pasukan Soviet telah memasuki Afganistan dengan membawa 3 divisi pasukan tembak (termasuk Divisi Pasukan Tembak ke-201), 1 Regimen Pasukan Penembak tersendiri, 1 Divisi Pasukan Payung, Brigadir Angkatan Udara ke-56, dan 1 Regimen Pasukan Payung tersendiri.[19]

Selama distribusi pasukan, Pasukan Uni Soviet tidak dapat membuat kekuasaan di luar Kabul, karena sebanyak 80% pedesaan masih lolos dari kontrol pemerintah. Karena itu terdapat misi yang bertujuan untuk mempertahankan Kota dan instalasi-instalasinya, dan melakukan ekspansi untuk menghancurkan mujahidin yang anti-komunis, terutama menggunakan pasukan cadangan Uni Soviet.
Militer melaporkan kesulitan pasukan Uni Soviet untuk bertempur di daerah pegunungan. Pasukan Soviet tidak terbiasa dengan pertempuran yang tidak ada pelatihan melawan pemberontakan, dan senjata, juga peralatan militer mereka, terutama tank dan mobil-mobil perang. Artileri berat banyak dipakai dalam melawan pasukan pemberontak.
Uni Soviet menggunakan helikopter (termasuk Mil Mi-24) sebagai serangan udara utama mereka, di mana dihargai sebagai helikopter terhebat di dunia, didukung oleh pesawat serang darat, pesawat pengebom, pasukan angkatan darat dan pasukan khusus.

Ketidaksanggupan Uni Soviet untuk memecahkan jalan buntu dalam militer, memperoleh beberapa pendukung Afganistan, dengan membangun kembali Pasukan Afganistan, membutuhkan ditingkatkannya penggunaan langsung dari pasukan itu sendiri untuk melawan pemberontak. Pasukan Soviet lebih sering menemukan diri mereka bertarung melawan rakyat sipil karena taktik dari para pemberontak. Mereka melakukan kesalahan yang sama dengan Amerika Serikat pada saat terjadinyaPerang Vietnam dengan memenangi hampir semua pertempuran, namun gagal untuk menguasai pedesaan.

Reaksi dunia
Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter menyatakan bahwa serbuan Uni Soviet adalah "ancaman paling serius sejak Perang Dunia II." Carter nantinya mengembargo pengiriman bahan keperluan seperti butir padi dan teknologi tinggi untuk Uni Soviet dari Amerika Serikat. Meningkatnya ketegangan, seperti kegelisahan di barat tentang pasukan Uni Soviet yang banyak sekali jumlahnya yang dekat dengan daerah yang kaya minyak di teluk, dan berhasil mengakhiri détente.
Respon diplomatik internasional sangat hebat, dengan adanya Boikot Olimpiade Musim Panas tahun 1980 di Moskwa. Invasi, dengan kejadian yang lain, seperti revolusi di Iran dan sandera Amerika Serikat yang mengikutinya, Perang Iran-Irak, Israel menyerang Lebanon, meningkatnya ketegangan antara Pakistan dan India, dan berkembangnya teroris anti Barat di Timur Tengah, turut menyebabkan Timur Tengah menjadi daerah yang paling kacau dan bergolak selama tahun 1980.

Pemerintahan Babrak Karmal kurang mendapat dukungan internasional pada awalnya. Aksi oleh PBB sangat tidak mungkin karena Soviet memiliki hak veto, namun Majelis Umum PBB tetap melewati resolusi melawan pendudukan Uni Soviet. Menteri Luar Negeri Organisasi Konferensi Islam menyesalkan masuknya Uni Soviet ke Afganistan dan menuntut mundurnya pasukan Soviet dari Afganistan pada pertemuan darurat di Islamabad yang digelar pada tanggal 10 Januari–14 Januari 1980. 18 dari 18 orang di Majelis Umum PBB pun memilih untuk sebuah resolusi (A/ES-6/2, GA/6172) di mana meminta agar Uni Soviet menarik semua pasukannya dari Afganistan untuk membiarkan orang-orangnya memilih takdir mereka sendiri dan tanpa ikut campur negara lain."[20]

 Namun, resolusi ini ditolak oleh Leonid Brezhnev dan pemimpin Soviet lainnya karena mereka melakukan pertemuan internal yang sah di Afganistan di mana pertemuan seperti itu dipersilahkan dalam Pasal 51 Piagam PBB. Mereka mengklaim hanya pemerintah Afganistan yang mempunyai hak untuk mengatur status Pasukan Soviet. Posisi ini dilihat sebagai posisi bermuka dua oleh orang yang tidak suka dengan invasi ini bahwa tidak mungkin Amin mengatur agar dirinya dieksekusi, dan beberapa juga mengklaim kalau Afganistan merupakan Negara Boneka dari Uni Soviet.[21]

 Gerakan Non-Blok dengan tajam terpecah di antara negara yang percaya bahwa pengiriman pasukan Soviet legal dan lainnya menyatakan bahwa pengiriman itu adalah invasi yang ilegal.

Pemberontakan Afganistan


Seorang Mujahidin Afganistan sedang berlatih menggunakan sistem rudal anti-pesawat portabel Strela-2 Soviet.
Petengahan tahun 1980, Pergerakan Perlawanan Afganistan mau menerima bantuan dari Amerika Serikat, Inggris, Republik Rakyat Tiongkok, Arab Saudi, Pakistan, dan lain-lain. Jadi, gerilyawan Afganistan telah dilengkapi dengan senjata dan dana, kebanyakan gerilyawan itu telah dilatih oleh Amerika Serikat dan Pakistan. Amerika Serikat melihat konflik di Afganistan adalah bagian dari perjuangan Perang Dingin, dan CIA menyediakan bantuan untuk pasukan Anti-Soviet melalui ISI Pakistan, dalam program yang disebut Operasi Taufan.

Pergerakan yang sama terjadi di dunia Muslim, membawa kesatuan yang dipanggil Arab Afganistan (dikatakan oleh Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan sebagai "pejuang kebebasan"), pejuang luar negeri direkruit dari Dunia Muslim untuk melaksanakan jihad melawan komunis. Dicatat kalau di antara mereka, ada seorang anak muda Arab Saudi bernama Osama bin Laden, di mana grup Arab yang ikut dalam Al-Qaeda. Pemerintah Amerika Serikat mempertahankan bantuannya kepada Mujahidin, dan parsitipasi Osama Bin Laden dalam konflik ini tidak ikut dalam program CIA.

Program Amerika Serikat membuat sistem keuangan yang mirip muncul di Dunia Muslim Arab.[22]Donasi Amerika Serikat adalah FIM-92 Stinger, misil anti serangan udara systems, yang meningkatkan jumlah kehilangan pesawat Uni Soviet. Namun, banyak komandan lapangan, termasuk Ahmad Shah Massoud, menyatakan kalau dampaknya lebih besar. Juga, saat para pemberontak dapat menembak pendaratan pesawat dan lepas landasnya pesawat dari lapangan udara, anti misil Flare, keefesiennya terbatas.

Pemimpin Mujahidin memperhatikan operasi sabotase. Banyak sekali aksi-aksi sabotase seperti merusak jalur pipa, merusak stasiun radio, mengebom kantor pemerintah, hotel, bioskop, dan lain-lain. Dari tahun 1985 sampai 1987, lebih dari 1800 aksi terorisme terjadi. Di daerah perbatasan dengan Pakistan, Mujahidin menembakan 800 roket setiap hari. Di antara April 1985 dan Januari 1987, mereka membawa lebih dari 23.500 serangan amunisi dan dengan target pemerintah. Mujahidin menyelidiki posisi penembakan di mana mereka normalnya berlokasi di dekat desa sampai jarak dari pos artileri Soviet.

Mereka menaruh orang-orang pedesaan dalam bahaya kematian karena pembalasan dendam Soviet. Mujahidin menggunakan ranjau darat secara besar-besaran, mereka akan memperoleh layanan dari penduduk lokal dan termasuk anak-anak.


Tentara mujahidin di sebuah desa yang hancur.
Mereka juga berkonsentrasi dalam menghancurkan jembatan, menutup jalan, menghancurkan konvoy, mengganggu jaringan listrik dan industri, dan menyerang pos polisi dan instalasi militer Soviet dan lapangan udara. Mereka membunuh pejabat negeri dan anggota Partai Demokrasi Rakyat Afganistan. Mereka menyerang pos kecil. Pada Maret 1982, sebuah bom meledak di departemen pendidikan, menghancurkan beberapa bangunan. Di bulan yang sama, sebuah kekuatan besar gagal menggelapkan Kabul saat menara tinggi di pusat listrik Naghlu meledak.

 Pada Juni 1982, sekitar 1.000 anggota partai muda dikirim untuk bekerja di lembah Panjshir di mana mereka disergap sekitar 20 mil dari Kabul, dengan besarnya jiwa yang hilang. Pada tanggal 4 September 1985, pemberontak menembak sebuah pesawat domestik Bakhtar Airlanes saat pesawat itu lepas landas dari Bandara Kandahar, membunuh 52 orang yang naik di pesawat tersebut.

Grup Mujahidin mempunyai sekitar 3 sampai 5 anggota per grup. Setelah mereka menerima misi untuk membunuh seorang anggota pemerintah, mereka mempersibuk diri mereka dengan mempelajari latar belakang kehidupannya dan memilih hal untuk menyelesaikan misi mereka. Mereka mencoba menembak mobil, menaruh ranjau di rumah-rumah atau beberapa tempat, menggunakan racun, atau menggunakan bahan peledak di sarana transportasi.

ISI Pakistan dan SSG ikut aktif dalam keikutsertaannya dalam konflik ini dalam kooperasi dengan CIA yang mendukung perlawanan mujahidin terhadap Uni Soviet.


Daerah tempat tiap kelompok mujahidin yang berbeda beroperasi tahun 1985.
Pada bulan Mei tahun 1985, 7 pemimpin organisasi pemberontakan membentuk Persekutuan 7 Mujahidin untuk mengkoordinasi operasi militer mereka terhadap pasukan Uni Soviet. Pada tahun 1985, grup ini aktif di dan di sekitar Kabul, menembakan serangan roket dan membuat operasi melawan pemerintahan komunis.
Pada pertengahan tahun 1987, Uni Soviet mengumumkan bahwa mereka akan menarik mundur pasukannya.

Sibghatullah Mojaddedi dipilih sebagai kepala pemerintahan sementara Afganistan, dengan tujuan untuk menegaskan kembali legistimasinya melawan rezim Kabul yang disponsori Moskwa. Mojaddedi, sebagai kepala pemerintah sementara Afganistan, bertemu dengan Presiden Amerika Serikat George H.W. Bush, memperoleh kemenangan diplomatik untuk perlawanan Afganistan.

Ditaklukannya pemerintah Kabul adalah solusi mereka untuk perdamaian. Kepercayaan ini, ditajamkan oleh rasa tidak percaya PBB, pada hakekatnya dijamin penolakan mereka untuk menerima kompromi politik.

Keterlibatan dunia internasional dan bantuan terhadap pemberontakan Afganistan


Distribusi pasukan Soviet di Afganistan menghalangi keinginan Pakistan untuk mendominasi Afganistan. Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter telah menerima bahwa agresi Soviet tidak bisa dilihat sebagai kejadian yang terisolasi, tapi harus ditangani seperti peringatan di daerah Teluk Persia.

Setelah distribusi pasukan Soviet, Jendral diktator militer Pakistan, Muhammad Zia-ul-Haq memulai menerima bantuan finansial dari kekuatan barat untuk membantu Mujahidin. Amerika Serikat, Inggris, dan Arab Saudi menjadi kontributor finansial kepada Jendral Zia, di mana sebagai pemimpin dari Negara yang bertetangga dengan Afganistan, membantu dengan membuat pemberontak Afganistan dilatih dengan baik dan memiliki dana yang cukup.

ISI Pakistan dan SSG menjadi lebih aktif ikut serta dalam konflik dengan Uni Soviet. Setelah Ronald Reagan menjadi Presiden Amerika Serikat tahun 1981, bantuan terhadap Mujahidin melalui Jenderal Zia meningkat. Untuk pembalasan dendam, KHAD, di bawah pemimpin Afganistan Mohammad Najibullah, mengirim (menurutMitrokhin dan sumber lainnya) operasi yang besar melawan Pakistan, di mana juga menderita karena pemasukan senjata dan obat dari Afganistan.

 Pada tahun 1980, sebagai negara garis depan dalam perlawanan anti-Soviet, Pakistan menerima bantuan dari Amerika Serikat dan mengambil jutaan pengungsi Afganistan (paling banyak orang Pashtun) melarikan dari dari pendudukan Soviet. Meskipun pengungsi itu mengontrol provinsi terbesar Pakistan, Balochistan, pengungsian dari banyak sekali pengungsi - dipercaya sebagai populasi pengungsi terbesar di Dunia.[23]

Mundurnya Uni Soviet dari Afganistan


Pasukan Soviet mundur dari Afganistan
Korban jiwa, sumber ekonomi, dan kehilangan rumah dirasakan di Uni Soviet dan langsung menimbulkan kritik dari kebijakan pendudukan. Leonid Brezhnev meninggal pada tahun 1982, dan setelah 2 pengganti yang hidup sebentar,Mikhail Gorbachev mengambil alih pemerintahan pada Maret 1985. Saat Gorbachev membuka sisten negara, ini menjadi jelas bahwa Uni Soviet berharap untuk menemukan jalan yang aman untuk mundur dari Afganistan.

Pemerintahan Presiden Karmal, yang didirikan tahun 1980 dan diidentifikasikan sebagai rezim boneka sama sekali tidak mempunyai pengaruh. Hal ini melemahkan dengan divisi di dalam Partai Demokrasi Rakyat Afganistan dan faksi Parcham dalam usaha rezim untuk memperluas dukungan untuk mereka terbukti sia-sia.
Moskwa datang untuk memberitahu kepada Karmal atas kegagalan dan menyalahkan dia untuk masalahnya. 1 tahun kemudian, saat Karmal tidak memiliki kemampuan untuk mengkonsolidasi pemerintahannya telah menjadi nyata, Mikhail Gorbachev, lalu Sekjen Partai Komunis Soviet menyatakan:
“        Alasan utama bahwa tidak ada konsolidasi nasional karena Karmal berharap untuk melanjutkan kekuasaannya di Kabul dengan bantuan kami.   ”
Pada bulan November tahun 1986, Mohammad Najibullah, kepala polisi rahasia Afganistan (KHAD), dipilih sebagai presiden dan konstitutional baru digunakan. Dia juga memperkenalkan kebijakan 1987 tentang "rekonsiliasi nasional," dirancang oleh ahli Partai Komunis Uni Soviet, dan nantinya digunakan di daerah lain di dunia. Walaupun pengharapan tinggi, kebijakan baru membuat rezim Kabul lebih populer, maupun meyakinkan pemberontak untuk bernegosiasi dengan pemerintah yang berkuasa.

Negosiasi informal untuk mundurnya Soviet dari Afganistan telah berlangsung sejak tahun 1982. Tahun 1988, pemerintah Pakistan dan Afganistan, dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet melayani sebagai penjamin, ditandatangani kesetujuan penyelesaian perbedaan yang mereka ketahui sebagai persetujuan Jenewa. PBB mempersiapkan misi spesial untuk mengawasi proses. Dalam jalan ini, Najibullah telah mestabilkan posisi politiknya cukup untuk tandingan pergerakan Moskwa menuju penarikan diri. Pada tanggal 20 Juli 1987, penarikan diri pasukan Soviet dari Afganistan diumumkan. Pengunduran diri pasukan Soviet direncanakan oleh Boris Gromov, yang, pada waktu itu, adalah komandan pasukan ke-40 Uni Soviet.

Di antara hal lain, Persetujuan Jenewa mengidentifikasikan ketidakikutcampuran Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam peristiwa di Pakistan dan Afganistan dan daftar pengunduran pasukan Soviet. Persetujuan tentang penarikan diri disetujui, dan pada tanggal 15 Februari, 1989, pasukan Soviet yang terakhir meninggalkan Afganistan.
Kekuatan Uni Soviet
Di antara 25 Desember 1979 dan 15 Februari 1989, terdapat 620.000 tentara yang merupakan tentara Afganistan (walaupun hanya ada 80.000-104.000 pasukan pada suatu waktu di Afganistan). 525.000 orang adalah pasukan angkatan darat, 90.000 orang adalah pasukan penjaga perbatasan dan pasukan KGB lainnya, 5.000 dalam formasi bebas atas Pasukan Internal, MVD dan polisi. 21.000 personel adalah dengan persatuan pasukan Soviet dalam periode yang sama melakukan pekerjaan manual.

Dampak
Korban jiwa


Monumen untuk pasukan Uni Soviet di Afganistan. Kiev, Ukraina.
Jumlah personel yang tidak dapat disembuhkan dari Pasukan Soviet, pasukan perbatasan, dan pasukan penjaga internal mencapai 14.453. Formasi pasukan Soviet, satuan dan elemen bentang kehilangan 13.833, pasukan KGB kehilangan 572, formasi MVD kehilangan 28 dan departemen dan kementrian lainnya kehilangan 20. Selama periode ini 417 tukang reparasi hilang saat beraksi atau ditangkap dan dipenjara; 119 dari mereka nantinya dilepasikan, 97 kembali ke Uni Soviet dan 22 kembali ke Negara lainnya.
Terdapat 469.685 orang yang sakit dan terluka, 53.753 orang atau 11,44%, terluka, atau menderita gegar otak dan 415.932 orang (88,56%) sakit. Sebagian besar dari korban adalah orang yang sakit. Ini disebabkan karena iklim lokal dan kondisi sanitasi, di mana infeksi akut menyebar dengan cepat di antara pasukan. Ada sekitar 115.308 kasus hepatitis, 31.080 kasus thipoid dan 140.665 untuk penyakit lainnya. 11.654 pasukan berhenti sebagai tentara setelah terluka, terkena penyakit serius, 92%, atau 10.751 orang menjadi cacat.[24]
Kerugian material sebagai berikut:
•        118 pesawat tempur
•        333 helikopter
•        147 tank
•        1.314 IFV/APC
•        433 artileri dan mortir
•        1.138 radio dan mobil komando
•        510 mobil engineering
•        11.369 truk dan tanker minyak
•       
Kerusakan terhadap Afganistan


Truk Uni Soviet yang masih tersisa diKandahar, Afganistan, 2002.

Kerusakan yang terjadi di Afganistan sangat menghebohkan. Lebih dari 1 juta orang Afganistan terbunuh.[25]. 5 juta orang Afganistan mengungsi ke Pakistan dan Iran, dan itu adalah 1/3 dari populasi Afganistan sebelum perang. 2 juta orang Afganistan lainnya dipaksa oleh perang untuk bermigrasi dari Afganistan. Pada tahun 1980, 1 dari 2 pengungsi di dunia adalah orang Afganistan.[26]

Sistem irigasi, yang kritis terhadap negara gersang seperti Afganistan telah dihancurkan oleh pengeboman dan penembakan. Pada tahun terburuk perang, 1985, menurut survey, lebih dari 1/2 dari semua petani yang masih di Afganistan mendapati sawah mereka dibom, dan lebih dari 1/4 sistem irigasi mereka dihancurkan dan peternakan mereka ditembak oleh Soviet atau pasukan komunis Afganistan.[26]

Kota yang paling padat penduduknya kedua di Afganistan, Kandahar, telah menurun populasinya, dari 200.000 jiwa sebelum perang menjadi 25.000 orang, hal ini disebabkan oleh kampanye pemboman oleh Soviet tahun 1987.[27]Ranjau darat telah membunuh 25.000 orang Afganistan selama perang dan 10-15 juta ranjau darat lainnya menyebar di pedesaan.[28]

Dampak ideologi
Islamis yang bertempur juga dipercaya bahwa mereka bertanggung jawab untuk jatuhnya Uni Soviet. Contohnya Osama bin Laden yang dihargai untuk "jatuhnya Uni Soviet ... pergi pada Tuhan dan mujahidin di Afganistan ... Amerika Serikat tidak memilik peran yang dapat disebutkan," tetapi "jatuhnya Uni Soviet menyebabkan Amerika Serikat lebih angkuh dan sombong." [29]

Perang saudara Afganistan (1989-1992)


Dua tank yang ditinggalkan Uni Soviet ketika mundur meninggalkan Afganistan.
Perang saudara terus berlanjut di Afganistan setelah Soviet mundur dari Afganistan. Uni Soviet meninggalkan Afganistan di musim dingin dengan kepanikan di antara orang-orang di Kabul. Mujahidin Afganistan dengan sikap tenang menyerang kota-kota provinsi dan bahkan Kabul jika perlu.
Rezim Najibullah, meski gagal memperoleh bantuan, wilayah, atau pengakuan internasional, tetap berkuasa hingga tahun 1992. Kabul telah mencapai gencatan senjata yang membuka kelemahan Mujahidin, politik dan militer. Setelah hampir 3 tahun, Pemerintah Najibullah sukses mempertahankan dirinya dari serangan Mujahidin; faksi dalam pemerintahan telah mengembangkan koneksi dengan musuhnya. Menurut wartawan Rusia Andrey Karaulov[30], alasan utama kenapa Najibullah kehilangan kekuasaan adalah penolakan Rusia untuk menjual produk minyak kepada Afganistan karena alasan politik. (Pemerintah Rusia yang baru tidak membantu komunis) dan berhasil menggerakan blokade.

Pengkhianatan Jendral Abdul Rashid Dostam dan milisi Uzbek pada Maret 1992, dengan serius merusak kontrol Najibullah terhadap negara tersebut. Pada bulan April, Kabul pada akhirnya jatuh ke tangan Mujahidin karena faksi di dalam pemerintahan akhirnya berpisahan.
Najibullah kehilangan kontrol internal dengan segera dia mengumumkan kemauannya, pada tanggal 18 Maret, untuk berhenti agar membuat jalan untuk pemerintahan yang netral untuk sementara. Ironisnya, sampai mengacaukan oleh peninggalan pemimpin seniornya, pasukan Afganistan telah mencapai level tertinggi prestasinya yang tidak pernah dicapai saat diarahkan oleh pengawasan Soviet.
Selama mundurnya pasukan Soviet dari Afganistan, tempat penambangan gas alam Afganistan disumbat untuk menghindari sabotase. Restorasi produksi gas telah terhambat oleh percekcokan internal dan kekacauan hubungan perdagangan tradisional.
Referensi
1.      ^ "The Cold War Part 2". Diakses 2007-07-08.
2.      ^ Reuveny, Rafael and Prakash, Aseem. "The Afghanistan war and the collapse of the Soviet Union". University of Washington Faculty Web Server. Diakses 2007-07-08.
3.      ^ Rubin, Barnett R. The Fragmentation of Afghanistan. New Haven: Yale University Press, 1995. hal. 20.
4.      ^ Valenta, Jiri (1980). “From Prague to Kabul: The Soviet Style of Invasion”.
5.      ^ Goldman, Minton (1984). Soviet Military Intervention in Afghanistan: Roots & Causes.
6.      ^ Gibbs, David (1987). Does the USSR Have a 'Grand Strategy'? Reinterpreting the Invasion of Afghanistan.
7.      ^ Bradsher, Henry S. Afghanistan and the Soviet Union. Durham: Duke Press Policy Studies, 1983. hal. 72-73
8.      ^ Hilali, A. Z. “The Soviet Penetration into Afghanistan and the Marxist Coup.” The Journal of Slavic Military Studies 18, no. 4 (2005): 673-716, hal. 709.
9.      ^ Garthoff, Raymond L. Détente and Confrontation. Washington D.C.: The Brookings Insitute, 1994. hal. 986.
10.    ^ "Afghanistan: Soviet Union". Diakses 27 November. Unknown parameter|accessyear= ignored (help)
11.    ^ Pakistan's Support of Afghan Islamists, 1975-79 - Library of congress country studies, URL diakses pada 4 Februari 2007
12.    ^ Bennett Andrew(1999); A bitter harvest: Soviet intervention in Afghanistan and its effects on Afghan political movements, URL diakses pada 4 Februari 2007
13.    ^ "Interview with Zbigniew Brzezinski, U.S. President Carter's National Security Adviser". Le Nouvel Observateur. 1998. Diakses 27 November. Unknown parameter |accessyear= ignored (help)
14.    ^ Garthoff, Raymond L. Détente and Confrontation. Washington D.C.: The Brookings Insitute, 1994. hal. 1017-1018
15.    ^ Arnold, Anthony. Afghanistan’s Two-Party Communism: Parcham and Khalq.Stanford: Hoover Institution Press, 1983. jal. 96.
16.    ^ Garthoff, Raymond L. Détente and Confrontation. Washington D.C.: The Brookings Insitute, 1994. hal. 1017.
17.    ^ The Soviet Invasion of Afghanistan in 1979: Failure of Intelligence or of the Policy Process? - Page 7
18.    ^ Fisk, Robert. The Great War for Civilisation: the Conquest of the Middle East. London: Alfred Knopf, 2005. hal. 40-41 ISBN 1-84115-007-X
19.    ^ Carey Schofield, The Russian Elite, Greenhill/Stackpole, 1993, hal. 60-61
20.    ^ "A/ES-6/2 The situation in Afghanistan and its implications for international peace and security". PBB. 1980-01-14. Diakses 4-2-2007.
21.    ^ "Russian Political Maneuvers & Hypocrisies in Afghanistan". Jamiat-e-Islami Afghanistan. September 1981. Diakses 4-2-2007.
22.    ^ "Did the U.S. "Create" Osama bin Laden?([[14 Januari]] [[2005]])". US Department of State'. Diakses 28-3-2007. Wikilink embedded in URL title (help)



Kebohongan Media Barat dan Amerika atas klaim mereka terhadap keberhasilan Jihad Afghan melawan Uni Soviet

Tulisan ini adalah bagian dari buku yang ditulis oleh Abu Mushab As-suri dari buku yang berjudul Da’wah Al-Muqawwamah Al-islamiyyah, Bab : Hashad Ash-Shahwah Al-Islamiyyah wa At-Tayar Al-jihadi (1930-2002) mengenai kebohongan media barat dalam jihad Afghanistan, berikut fakta yang dibeberkan Syaikh Abu Mus’ab As Suri, semoga bermanfaat buat kaum muslimin: Perlu saya (Abu Mushab As-suri) sampaikan 2 kebohongan besar yang dilakukan media barat dan Amerika khususnya media Arab dan Islam yang mengekor barat. Kebohongan ini harus diklarifikasikan kepada publik secara umum dan kepada aktivis Islam dan aktivis Jihad secara khusus. Dua kebohongan itu adalah sebagai berikut. a) Peran Amerika dalam kemenangan jihad dan Afghan. Media Amerika dengan berbagai sarananya –yang dikendalikan oleh zionis dan salibis yang berpikiran zionis— berusaha membuat opini bahwa kemenangan jihad Afghan merupakan kesuksesan kebijakan Amerika dan program-program CIA di Afghanistan. Menyebarnya propaganda palsu ini cukup menguntungkan Amerika. Mereka bekerja untuk itu melalui berbagai sarana propaganda. Salah satunya dengan film Rambo dengan kisah pertempurannya di Afghanistan. Di film tersebut, Rambo digambarkan dapat menembak jatuh banyak pesawat, menghancurkan benteng-benteng membebaskan para sandera pejuang, baik dari pihak Afghan maupun Amerika. Si Rambo kemudian naik kuda, mengemudikan kendaraan lapis baja, meliuk-liuk terbang dengan helikopter Rusia. Rambo terluka berulang-ulang, namun tidak mati ia terjebak dalam kendaraan lapis baja namun otot-ototnya itu tidak ikut melepuh!!. Film itu mampu menghujani para penonton yang kagum dengan otot-otot Amerika yang kagum dengan guyuran kata-kata bijak dan propaganda picisan melalui bibir meble Rambo setengah gagu.


Kebohongan Media Barat dan Amerika atas klaim mereka terhadap keberhasilan Jihad Afghan melawan Uni Soviet
Saif Al BattarAhad, 4 Jumadil Akhir 1432 H / 8 Mei 2011 02:39

Syaikh Usamah bin Laden sewaktu Jihad di Afghanistan melawan Uni Soviet
Tulisan ini adalah bagian dari buku yang ditulis oleh Abu Mushab As-suri dari buku yang berjudul Da’wah Al-Muqawwamah Al-islamiyyah, Bab : Hashad Ash-Shahwah Al-Islamiyyah wa At-Tayar Al-jihadi (1930-2002) mengenai kebohongan media barat dalam jihad Afghanistan, berikut fakta yang dibeberkan Syaikh Abu Mus’ab As Suri, semoga bermanfaat buat kaum muslimin: Perlu saya (Abu Mushab As-suri) sampaikan 2 kebohongan besar yang dilakukan media barat dan Amerika khususnya media Arab dan Islam yang mengekor barat. Kebohongan ini harus diklarifikasikan kepada publik secara umum dan kepada aktivis Islam dan aktivis Jihad secara khusus. Dua kebohongan itu adalah sebagai berikut. a) Peran Amerika dalam kemenangan jihad dan Afghan. Media Amerika dengan berbagai sarananya –yang dikendalikan oleh zionis dan salibis yang berpikiran zionis— berusaha membuat opini bahwa kemenangan jihad Afghan merupakan kesuksesan kebijakan Amerika dan program-program CIA di Afghanistan. Menyebarnya propaganda palsu ini cukup menguntungkan Amerika. Mereka bekerja untuk itu melalui berbagai sarana propaganda. Salah satunya dengan film Rambo dengan kisah pertempurannya di Afghanistan. Di film tersebut, Rambo digambarkan dapat menembak jatuh banyak pesawat, menghancurkan benteng-benteng membebaskan para sandera pejuang, baik dari pihak Afghan maupun Amerika. Si Rambo kemudian naik kuda, mengemudikan kendaraan lapis baja, meliuk-liuk terbang dengan helikopter Rusia. Rambo terluka berulang-ulang, namun tidak mati ia terjebak dalam kendaraan lapis baja namun otot-ototnya itu tidak ikut melepuh!!. Film itu mampu menghujani para penonton yang kagum dengan otot-otot Amerika yang kagum dengan guyuran kata-kata bijak dan propaganda picisan melalui bibir meble Rambo setengah gagu.

Salah satu adegan dalam film propaganda Rambo 3
Di akhir film tersebut, Rambo menyampaikan pesan kasih sayang Amerika terhadap orang-orang lemah, kepeduliannya kepada orang-orang tertindas, kegigihannya untuk membantu kaum muslimin, dan peran kuncinya dalam membantu orang-orang Afghan yang oleh film fiksi itu digambarkan begitu kagum dan cinta kepada Amerika. Akhirnya, otot-otot Rambo pun kembali ke Hollywood untuk berpesta dan berdansa gila bersama para penyanyi yang cantik-cantik. Sebuah simbol yang memang menggambarkan secara riil tentang Amerika dengan otot-ototnya yang kekar, otaknya yang kerdil, dan bibirnya yang setengah gagu namun suka mengarang-ngarang kata-kata bijak. Media Amerika dengan sikap meremehkan akal orang yang mempercayainya juga melebih-lebihkan peran roket-roket (stinger) dalam kemenangan jihad Afghan dan bagaimana roket-roket tersebut mampu membalikkan keseimbangan pertempuran. Yaitu, ketika pesawat-pesawat Rusia mulai berjatuhan akibat roket itu. Satu hal yang mengubah jalannya pertempuran dari kalah menjadi menang!. Kebohongan ini disebarkan media Amerika melalui berbagai media massa dan alat propaganda, mulai dari film dokumenter, buku-buku, surat kabar, hingga buku-buku memoar para perwira intelijen dan lain-lain.

Senjata Stinger dalam Jihad Afghan
Perlu diketahui, sejumlah kecil roket-roket (stinger) Amerika masuk ke Afghanistan setelah 10 tahun penjajaha Rusia dan beberapa saat saja sebelum penarikan Rusia. Alat perang ini jarang sekali digunakan dalam pertempuran-pertempuran yang penting dan hanya sedikit pesawat Rusia yang jatuh olehnya. Dari ratusan ribu mujahid disana, jarang sekali ada yang melihat alat tersebut. Sebagian senjata tersebut malah dicuri oleh intelijen Pakistan. Mereka memang biasa mencuri sebagian bantuan dana dan barang-barang untuk para mujahidin Afghan, seperti mobil, berbagai peralatan SAR, logistik, amunisi, dan senjata yang masuk melalui Pakistan  untuk sampai kepada mujahidin Afghan. Saya (Abu Mushab As-suri) sendiri tidak bisa mengerti bagaimana akal ini bisa menerima kepalsuan besar tentang roket-roket tersebut dalam kemenangan jihad Afghan. Perang tersebut diikuti berjuta-juta orang Afghan dan selama itu lebih dari sejuta mujahid bersenjata bergabung dalam barisan sebagai kelompok mujahidin. Pada periode itu pula, rakyat Afghanistan mempersembahkan lebih dari 2 juta syuhada dan 5 juta pengungsi, dari negara yang jumlah penduduknya tidak lebih dari 16 juta orang. Saya (Abu Mushab As-suri) juga tidak bisa mengerti apa peran roket tersebut dalam menghancurkan lebih dari 50 ribu peralatan militer Rusia, membunuh lebih dari 30 ribu prajurit Rusia ditempat itu, dan membunuh lebih dari 150 ribu milisi komunis Afghan pro-Soviet. Belum lagi ratusan ribu operasi serangan selama jihad yang berlangsung lebih dari 15 tahun, dimulai 5 tahun sebelum invasi Rusia dan berlangsung selama 3 tahun sesudah itu hingga ibukota Kabul jatuh ketangan mujahidin, yaitu dari tahun 1973 sampai 1992. Meskipun kebohongan roket itu begitu picisan dan bertolak belakang dengan informasi paling sederhana yang benar tentang jalannya jihad di Afghanistan, namun kebohongan tersebut tetap dipercaya oleh jutaan penonton televsi dan film layar lebar. Sejatinya, itu adalah sihir media Amerika dan disitulah letak kemenangan Amerika si pengecut dan penipu tersebut. Amerika telah meremehkan mayoritas akal publik, namun sayangnya, mereka percaya begitu saja kepada Amerika !. b) Tuduhan keterlibatan Mujahidin Arab sebagai agen Amerika dan hubungan mereka dengan CIA selama jihad Afghan. Program diberbagai media internasional dan Arab saat ini, mulai dari film, wawancara, analisa, surat kabar, buku, dan lainnya memuat kebohongan ini dengan enaknya dan berganti tema seolah itu merupakan sebuah aksioma! (pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian). Mereka sajikan kebohongan besar kepada publik sebagai suatu hakikat. Isu kebohongan itu adalah badan intelijen Amerika (CIA) lah yang menciptakan sosok-sosok pejuang Arab Afghan dan para pemimpinnya seperti syaikh Abdullah Azzam dan Syaikh Usamah bin Ladin. Tujuannya adalah utnuk menghancurkan Uni Soviet. Sosok ciptaan Amerika ini kemudian malah balik menyerang Amerika. Di antaranya ada yang menghancurkan gedung tower di New York dan Washington. Sementara mayoritas mereka kembali ke negeranya masing-masing untuk menyerang kepentingan-kepentingan Amerika, membunuh rakyat Amerika disana, dan memerangi para penguasa Arab dan Muslim yang pro Amerika…

As Syahid DR. Abdullah Azzam -rahimahullah-
Mereka juga mengklaim, sesungguhnya fenomena jihad bersenjata di negara-negara Arab merupakan titisan dari jihad Afghan. Karenanya, jihad bersenjata itu juga ciptaan intelijen Amerika yang sudah lepas kendali. Mereka juga mengatakan, Amerika telah terjebak dalam keadaan seperti kata pepatah ” siapa yang mencipatakan hantu jejadian dia akan terusir olehnya.” Lantas, bagaimana sejatinya kepalsuan yang sangat berbahaya ini bagi reputasi jihad saat ini? Biidznillah, saya (Abu Mushab As-suri) akan menjelaskan hal ini melalui poin-poin singkat berikut: 1. Pernyataan bahwa fenomena jihad bersenjata dinegara-negara Arab dari perkumpulan warga Arab Afghan yang berjihad di afghanistan, hakikatnya malah sebaliknya. Sebenarnya, jihad warga Arab di afghanistan adalah dampak dari adanya jihad warga arab sebelumnya. Inilah salah satu prestasi yang diukir oleh aliran jihadi Arab di negara-negara Arab sendiri dan menjadi salah satu titisan dan bagian dari tahapan perkembangan aliran ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Seperti diketahui, aliran Jihadi kontemporer adalah hasil dari ash-shahwah al-islamiyyah (gerakan kebangkitan islam) yang tumbuh pada awal tahun 30-an. Aliran jihadi ini kemudian memisahkan diri dari ash-shahwah al-islamiyyah pada awal tahun 60-an dan awal tahun 80-an. Artinya fenomena itu telah ada 20 tahun sebelum jihad afghanistan. Para pemimpin, kader, tokoh, dan pilar jihad Arab di Afghanistan sebagian mereka adalah mantan para kader, tokoh, dan syaikh-syaikh aliran jihadi Arab. Sebagai contohnya adalah Syaikh Abdullah Azzam dan Syaikh Usamah bin Ladin. Syaikh Abdullah Azzam merupakan salah satu simbol dan mujahid senior di Palestina. Rezim Yordania telah mengasingkannya dari Amman karena tulisannya tentang jihad dan sikapnya menentang rezim tersebut. Kemudian Syaikh Usamah bin Ladin, ia terdidik dikalangan ash-shahwah al-islamiyyah. Ia mendukung jihad disuria awal tahun 80-an, sebelum pindah ke Afghanistan. Masih banyak lagi kader yang sulit untuk disebutkan satu persatu dalam buku ini. Mereka adalah para instruktur dan komandan lapangan generasi pertama yang ditugasi untuk mendirikan kamp-kamp dan infrastruktur jihad Arab di Afghanistan. Mereka dulunya adalah kader-kader dari oragnisasi jihad Arab, terutama dari Mesir, Palestina, Suria, Lebanon, Yaman, dan lainnya. Mereka cikal bakal komunitas Arab yang mengemban tugas di bidang pelatihan, informasi, aksi militer, pertolongan lapangan, dan aktivitas-aktivitas lain. Kemudian, barulah para mujahid generasi baru dari negeri-negeri Arab dan Islam datang secara berangsur angsur. Komunitas yang awalnya hanyalah kelompok kecil pada tahun 1984 lalu bertambah terus sejak tahun 1987 sampai 1991 hingga jumlahnya mencapai 40 ribu mujahidin Arab pada awal tahun 1990-an. 2. Perihal tuduhan tentang hubungan jihad Arab di Afghanistan dengan Amerika dan agen intelijennya. Kalaupun ada, peran para penjahat tersebut (Amerika) adalah sekedar: 1. Memberi izin dan lampu hijau kepada antek-antek mereka pada penguasa Arab dan Muslim untuk mengizinkan para pemuda mujahid untuk menikmati hal yang menjadi haknya dan mengikuti agama untuk pergi berjihad ke Afghanistan. 2. Menghimbau lembaga intelijen di negara-negara tersebut agar membiarkan para pemuda itu pergi menunaikan kewajiban syar’i. 3. Peran media massa pemerintah negara-negara Arab dan Islam juga terbatas hanya mempromosikan Jihad Afghan. 4. Berperan dalam menginstruksikan pemerintah Saudi arabia agar lembaga fatwa bayarannya berfatwa bahwa jihad di Afghanistan hukumnya fardhu ain—memang demikian hukumnya menurut Islam–. Dan, membiarkan para imam dakwah dan ishlah di saudi Arabia untuk angkat bicara mengenai fakta syar’i tersebut. 5. Membuka peluang kepada masyarakat Haramain untuk menunaikan kewajiban jihad harta untuk mendukung sodara-sodaranya seakidah dan seagama. 6. Mendorong para pemuda yang ingin pergi ke Afghanistan, sampai-sampai perusahaan penerbangan Saudi Airlines memberi diskon 75% tiket pesawat dari Saudi Arabia ke Pakistan bagi siapa saja yang ingin pergi berjihad di Afghanistan. Harga yang jauh lebih murah dari penerbangan domestik. Nyatalah bahwa keluarga Su’ud yang berkuasa memiliki berbagai kepentingan yang bersifat propaganda dan hal lain dari pemberian fasilitas-fasilitas tersebut. 1. Amerika juga berperan dalam menginstruksikan Pakistan agar kedutaannya mempermudah pemberian visa bagi para pemuda-pemuda negara-negara Arab dan Muslim untuk pergi ke Afghanistan via Pakistan. 2. Membiarkan orang-orang Arab bebas bergerak, sekalipun mereka mendirikan kamp-kamp diwilayah Pakistan dekat perbatasan Afghanistan untuk latihan dan penyediaan jasa logistik bagi jihad Afghan. Pakistan dalam hal ini tentu saja memiliki berbagai kepentingan regional dan nasional. Namun bukan tempatnya di buku ini untuk merinci hal tersebut. Lebih dari itu ada juga berbagai kepentingan pribadi dari perwira di tubuh militer, badan intelijen, dan badan kepolisian Pakistanyang mengeruk keuntungan dari adanya arus keluar masuk manusia dan dana yang sangat besar melalui wilayah-wilayah mereka. Jika izin Amerika kepada para sahabat kecilnya itu dianggap sebagai peran Amerika dalam menciptakan jihad Arab di Afghanistan maka peran nya tidak lebih dari itu. Sementara, sahabat kecil Amerika yaitu para penguasa di Saudi Arabia, Pakistan, Mesir dan negara-negara lainnya juga memiliki berbagai kepentingan tersendiri dalam hal ini. 1. Klaim adanya bantuan Amerika kepada warga Arab, baik berupa program maupun aksi militer dilapangan merupakan kebohongan besar!!. Saya (Abu Mushab As-suri) bertugas sebagai instruktur dibidang pelatihan militer juga sebagai penceramah bidang pemikiran dan manhaj. Saya juga bersentuhan langsung dengan para pemimpin jihad Arab di afghanistan. Dari balik aktivitas itu, saya bisa menyaksikan dan menegaskan bahwa pernyataan Amerika tersebut sangat tidak berdasar. Disini saya (Abu Mushab As-suri) tidak akan menjelaskan kronologi jihad Arab di Afghanistan sehingga harus menyebutkan satu persatu fakta-fakta dari pelatihan dan mekanisme operasionalnya. Secara ringkas, pelatihan jihad Arab tersebut merupakan kumpulan upaya individu-individu yang dilakukan dengan tulus. Pelatihan jihad itu mulanya dilakukan oleh kader-kader jihad senior, lalu para kader militer profesional yang telah pensiun atau dipecar dari keanggotaan militer berbagai negara Arab dan Islam. Peran merekalah yang begitu penting dalam pelatihan ini. Setelah itu, pengalaman kader-kader baru dilapangan mulai terus bertambah. Bagi pemerhati kondisi pemikiran, kejiwaan, manhaj, dan sentimen anti – Amerika, barat dan kuffar secara umum, bahkan anti-penguasa dan anti-cecunguk teri Amerika yang tertanam dihati para pemimpin jihad Arab basis massanya dari kaum muda Afghanistan dan negara lain, akan tahu bahwa klaim-klaim semacam itu tidak ada faktanya dan tidak mungkin terjadi. Adapun fakta bahwa kepentingan dan tujuan semua pihak yang bersekutu tak langsung adalah demi memerangi Uni Soviet, masing-masing pihak sebenarnya berbeda-beda kepentingan, namun sama dalam satu tujuan. Kenyataan semacam ini memang terjadi dan sering terulang dalam dunia politik sepanjang sejarah. Kepentingan Amerika adalah ini ingin mengalahkan Uni Soviet dan memenangkan perang dingin. Keinginan ini muncul menyusul pukulan telak yang dilakukan Uni Soviet dan Pakta Warsawa nya kepada Amerika Serikat dalam banyak front. Kasus Afghanistan, bagi Amerika, merupakan kesempatan emas. Dan benarlah, Amerika memanfaatkan kasus ini dengan sangat baik sekali dan mereka mendapatkan apa yang oleh Nixon dalam bukunya yang populer disebut “Kemenangan tanpa peperangan.” Amerika betul-betul meraihnya. Kepentingan Eropa barat dan negara-negara NATO adalah meraih keuntungan dan membuat dasar pijakan di Afghanistan. Mereka pun ikut serta dalam “pesta” tersebut demi kepentingan negara-negara Eropa secara kolektif dan kadang secara pribadi. Secara nisbi, masing-masing negara Eropa secara kolektif dan kadang secara pribadi. Secara nisbi, masing-masing negara mendapatkan apa yang diinginkan. Saat ini di Afghanistan tersebar berbagai lembaga milik Eropa di bawah kedok lembaga sosial kemanusiaan, namun bertujuan untuk mengambil keuntungan dari tanah Afghanistan. Masing-masing negara mendapatkan hasilnya sesuai dengan lama tidak nya dengan kehadiran mereka di Afghanistan. Kepentingan Pakistan sendiri adalah ingin mewujudkan kepentingan nasional dan regional, tidak ada tempat rasanya untuk menyebutkan semua kepentingan itu dalam buku ini, bahkan perl buku tersendiri untuk mengungkap hal tersebut. Pakistan mempersembahkan berbagai jasa yang diinginkan Amerika di arena Afghanistan antara lain untuk :
•        Mendukung jihad Afghan
•        Mencabik-cabik hasil jihad itu
•        Menghancurkan Afghanistan dengan perang saudara
•        Menghadapi Taliban dan meruntuhkan negara Taliban
•        Pakistan kini berancang-ancang untuk menjual isu Kashmir
•        Menghancurkan infrastruktur kaum Islamis di negara Pakistan sendiri
Demikianlah, pemerintah Pakistan selalu melaksanakan apa yang diinginkan oleh Amerika. Semoga Alloh melaknat orang-orang Zalim dan munafik. Kepentingan-kepentingan yang serupa dimiliki oleh negara- negara lain di Afghanistan, Saudi Arabia dengan kepentingannya, Mesir dan negara lainnya. India, negara-negara asia tengah, Iran, Cina dan negara tetangga lainnya yang memainkan perannya. Hingga pun gerakan-gerakan ash-shahwah al-islamiyyah, jihadi, dan setiap orang yang masuk ke dalam kancah Afghanistan. Ada yang beruntung atau rugi. Hal yang sama juga dimiliki oleh berbagai organisasi Arab dan Islam yang hadir di Afghanistan.

Jaji, Paktia Province, Afghanistan, August 1984: Mujahideen with the Quran, candles, rocket launchers and guns
Singkatnya, kasus jihad Afghan menjadi daerah persimpangan berbagai kepentingan internasional dan regional. Jarang sekali fenomena seperti ini akan terulang. Semua kelompok memusuhi Uni Soviet dan masing-masing memiliki niat dan tujuan yang berbeda-beda. Sedangkan kepentingan-kepentingan berbagai gerakan Islam non-jihadi juga sangat banyak berkisar mulai dari niat baik membantu saudara-saudara seakidah dan agama hingga adanya kepentingan-kepentingan kelompok masing-masing gerakan, seperti keuntungan dakwah, organisasi, material, hingga ada kepentingan-kepentingan pribadi dari berapa gelintir orang. Lantas apa tujuan aliran jihadi datang ke afghanistan? Tujuan mayoritas pemimpin dan personelnya, selain jihad, menunaikan kewajiban agama, dan mencari kesyahidan di jalan Alloh, adalah, mewujudkan 2 hal strategis. Saya akan sebutkan keduanya sesuai urgensinya dan menurut pengalaman pribadi karena saya terlibat langsung di dalamnya. Saya adalah anggota dalam aliran jihadi, terutama kelompok yang disebut istilah secara dramatis nan indah. Nama itu adalah Arab Afghan. Dua persoalan strategis tersebut adalah :
1.      Tujuan awal mayoritas satuan, organisasi dan kader jihadi adalah persiapan, latihan perang, mengatur barisan, menghimpunpara kader, perekrutan personel baru, menarik dana sumbangan, dan melatih para anggota organisasi demi menyelesaikan kasus mereka sendiri dinegara masing-masing. Tujuan mereka adalah merobohkan rezim-rezim murtad yang berkuasa di negaranya masing-masing dan menegakkan pemerintahan Islam yang berhukum dengan syariah Alloh. Itulah tujuan yang mendominasi pemikiran mayoritas atau mungkin keseluruhan organisasi jihad Arab dan non-Arab.
2.      Berupaya membebaskan Afghanistan dan mendirikan pemerintahan Islam yang syar’i di bumi Afghanistan. Tempat itu kelak menjadi titik awal penegakan hukum Alloh di bumi, menjadi tempat berlindung  yang aman dan menjadi pangkalan jihad berbagai musuh Alloh dalam semua persoalan muslimin, mulai kasus Palestina hingga setiap kasus yang berindentitas Islam.
Semua organisasi aliran jihadi bergerak dengan niat 2 hal tersebut, kental tidaknya niat tersebut itu tergantung perbedaan persepsi masing-masing. Bagi saya pribadi, tujuan yang membawa saya ke afghanistan adalah membangun kembali organisasi jihad dan berupaya meneruskan proyek jihad yang pernah berlangsung di Suriah pada tahun 1975-1982. Proyek itu hancur karena kendala yang telah saya sebutkan dalam buku saya yang berjudul “Ats-Tsaurah Al-Islamiyyah Al-jihadiyah fi Suriya: Alam wa Amal”. Selain itu, karena keyakinan saya terhadap tujuan kedua dan urgensi peran serta saya dalam jihad di Afghanistan. Semoga Alloh menerima amal saya itu, amin. Setelah itu, saya tinggalkan eksperimen jihad Afghanistan dan eksperimen jihad lainnya menuju kejihad global/internasional. Saya datang ke afghannistan pada walnya karena suatu sebabdan cobaan khusus yang terjadi di negara saya. Apakah komunitas jihad Arab di Afghanistan dengan segala hiruk-pikuk keberadaan mereka bisa mewujudkan tujuannya dengan mengalahkan Beruang Rusia yang keras kepala itu? Menurut saya, sebagaian besar tujuan tersebut telah tercapai. Tetapi, di sini tidak ada ruang untuk memerincinya satu persatu. Cukup saya katakan disini bahwa keuntungan terbesar yang diraih oleh aliran jihadi dari sebagian eksperimen tersebut adalah sebagai berikut :
•        Meng-globalnya masalah jihad baik secara pemikiran maupun gerakan
•        Terjadinya pertukaran pemikiran dan pengalaman, terjadi perkenalan antara berbagai jihad dari berbagai negara, serta menyebarnya aliran jihad ke berbagai negara di seluruh dunia.
•        Terwujudnya kemenangan militer terbesar kaum muslim dalam sejarah modern.
•        Pembuktian kemampuan Islam dan kaum Muslimin dengan mengalahkan negara adikuasa, meski potensi kedua belah pihak yang berbeda.
•        Mampu menanamkan keyakinan bisa menang di hati umat yang hampir pasrah dengan kekalahan.Masih banyak keuntungan yang lain. Di luar itu semua, ada keuntungan pribadi yang tercapai dengan diterimanya jihad disisi Alloh swt setelah Alloh memuliakan orang yang bisa hadir dan ikut serta dalam jihad itu, lalu berada diantara 2 kemungkinan : gugur atau hidup sambil menunggu janji Alloh.
Adapun kerugian mendasar dari jihad Afghan menurut saya adalah kondisi yang ada dan perhimpunan jihad yang tidak heterogen. Di samping itu, kepemimpinanyang mengatur perhimpunan jihad tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk membangkitkan komunitas atau aliran jihad global yang teroganisasi yang kehadiran dan peranannya akan bisa menyelesaikan berbagai persoalan umat dan  ash-shahwah al-islamiyyah. Padahal, menurut saya, sebenarnya kesempatan untuk membentuk aliansi jihadi internasional terbuka lebar karena situasi dunia yang memungkinkan, juga terkumpulnya sekian banyak pemuda, kader tokoh, dai, dan veteran mujahidin dari berbagai negara, selain tersedianya dana dana berbagai faktor pendukung lainnya. Peluang ini jarang terjadi, namun Alloh menentukan sesuai dengan kehendak-Nya. Tuduhan media yang menyatakan adanya hubungan antara mujahidin dan CIA  dalam mengahancurkan Uni Soviet merupakan perkataan yang sangat salah!. ______________________ *Dinukil dari Buku karya Abu Mushab As-suri dari buku yang berjudul Da’wah Al-Muqawwamah Al-Islamiyyah, Bab: Hashad Ash-Shahwah Al-Islamiyyah wa At-Tayar Al-Jihadi (1930-2002) atau dalam terjemahan dalam bahasa Indonesianya Perjalanan Pergerakan Jihad (1930-2002), terbitan Jazera
TOPIK: ABU MUSH’AB AS-SURI, CIA, HEADLINE, JIHAD AFGHANISTAN, MUJAHIDIN AFGHANISTAN, UNI SOVIET
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/05/08/12363-kebohongan-media-barat-dan-amerika-klaim-mereka-terhadap-keberhasilan-jihad-afghan-melawan-uni-soviet.html#sthash.AgRLxcoe.dpuf - See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/05/08/12363-kebohongan-media-barat-dan-amerika-klaim-mereka-terhadap-keberhasilan-jihad-afghan-melawan-uni-soviet.html#sthash.AgRLxcoe.dpuf


Bayang-Bayang Kegagalan Soviet Hantui AS Di Afghanistan

Saad Saefullah – Senin, 13 Rabiul Akhir 1431 H / 29 Maret 2010 13:49 WIB
BERITA TERKAIT
•        Siapa Menguasai Marjah Sekarang?
•        Obama, Lebih Yahudi Daripada Yahudi?
•        Mengapa Kaum Neocons AS Sangat Membenci Muslim?
•        Kembalinya Kaum Neocons (3) Generasi Muda Neocons
•        Kembalinya Kaum Neocons (2) Jejak Masa Lalu

Saga merah perang Afghanistan tampaknya terus berlangsung, bahkan juga jauh melebihi yang pernah diharapkan oleh AS dan sekutunya, terutama. Sementara biaya dan korban perang makin meningkat, dan suasana Afghanistan yang makin berubah menjadi neraka, kaum Mujahidin Taliban pun tidak bisa pula ditaklukan dalam waktu yang sudah demikian panjangnya itu. Berbagai kalangan di internal AS sendiri sudah menunjukkan pesimisme bahwa AS akan memenangkan perang di Afghanistan. Bayang-bayang kegagalan Uni Soviet dua dekade lalu tampaknya hanya tinggal beberapa langkah lagi di hadapan AS.
Yang lebih mengenaskan lagi tentunya data statistik. Misalnya saja, jumlah tentara AS yang tewas di Afghanistan kira-kira telah mencapai dua kali lipat dalam tiga bulan pertama tahun 2010 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, saat Washington menambah puluhan ribu tentara tambahan untuk membalikkan momentum Taliban.
Jumlah kematian tersebut disertai dengan lonjakan dramatis dalam jumlah yang luka, dengan lebih dari tiga kali lipat dalam dua bulan pertama tahun ini berdasarkan data terakhir untuk bulan Maret.
Para pejabat Amerika memperingatkan bahwa korban cenderung meningkat lebih banyak padahal Pentagon telah melengkapi pengerahan 30.000 pasukan tambahan ke Afghanistan dengan segala perangkat perangnya tentu saja. AS sudah menetapkan bahwa Kandahar, sebagai provinsi dimana dijadikan basis oleh Talibab, akan menjadi fokus penyerangan AS pada bulan-bulan mendatang.
"Kami akan berlaku lebih keras lagi, tidak peduli seberapa sukses kami pada hari tertentu," Laksamana Mike Mullen, ketua Kepala Staf Gabungan, mengatakan pada satu acara pengarahan bulan lalu.
Secara total, 57 tentara AS tewas di Afghanistan selama dua bulan pertama tahun 2010 dibandingkan dengan 28 orang pada bulan Januari dan Februari tahun lalu. Ini artinya peningkatan lebih dari 100 persen, menurut angka-angka Pentagon yang disusun oleh The Associated Press. Setidaknya 20 serdadu Amerika telah terbunuh di bulan Maret, rata-rata sekitar 0,8 orang per hari, dibandingkan dengan 13 korban, atau 0,4 per hari, setahun yang lalu.
Peningkatan yang tajam akan kematian serdadu AS ini telah menimbulkan reaksi publik di Amerika Serikat. Bahkan, mungkin inilah era dimana dukungan publik di AS terasa begitu merongrong selama 8 tahun misi Amerika di Afghanistan. Presiden AS, Barack Obama tampaknya tengah menghadapi oposisi domestik yang serius atas keputusannya pada bulan Desember tahun lalu dalam meningkatkan pasukan di Afghanistan, dan separuh rakyat Amerika mendukungnya, meskipun korban tentara AS makin meningkat.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan Associated Press pada awal Maret ini, 57 persen dari mereka yang disurvei menyetujui penanganan perang di Afghanistan, dibandingkan dengan 49 persen dua bulan sebelumnya. Jajak pendapat nasional yang melibatkan 1.002 orang dewasa dan memiliki margin kesalahan plus atau minus 4,2 poin persen.
Michael O’Hanlon, seorang ahli kebijakan luar negeri di Brookings Institution, mengatakan hasil jajak pendapat ini sebagian bisa menjadi reaksi terhadap serangan pada Taliban di provinsi Helmand Marjah. Sekitar 10.000 tentara gabungan AS, NATO dan juga pasukan Afghanistan mengambil alih kontrol Marjah dengan tiba-tiba dari masyarakat pertanian yang berjumlah sekitar 80.000 orang. Namun hasilnya sungguh jauh pula dari memuaskan. Taliban terus bertahan dan pada pada malam hari mereka melancarkan serangan balik, yang walaupun dalam kapasistas yang kecil, tapi tampaknya memukul AS begitu telak.
"Tesis utama saya adalah bahwa Amerika bisa menguatkan diri untuk korban dalam perang jika mereka mempertimbangkan taruhannya cukup tinggi dan strategi yang diikuti cukup menjanjikan," kata O’Hanlon. "Tapi kemajuan seperti ini hanya ada dalam opini publik yang fana, jika tidak segera mereka mempertahankan momentum baru."
Kenaikan jumlah tentara yang luka ini–sebuah angka yang kurang menarik perhatian dibandingkan dengan statistik kematian–menunjukkan bahwa Taliban adalah lawan yang tangguh bagi AS.
Jumlah tentara AS yang terluka di Afghanistan meningkat dari 85 pada dua bulan pertama sudah mencapai 2.009.381orang tahun ini, meningkat hampir 350 persen. Sebanyak 50 tentara AS terluka Maret lalu dengan jumlah cedera atau cacat sekitar rata-rata 1,6 per hari. Sebagai perbandingan, 44 orang luka-luka hanya selama enam hari pertama bulan Maret tahun ini, rata-rata 7,3 per hari.
Peningkatan korban sebagian didorong oleh meningkatnya jumlah tentara di Afghanistan pada tahun 2010. Tentara Amerika naik dari 32.000 pada awal tahun lalu untuk 68.000 pada akhir tahun, meningkat lebih dari 110 persen.
"Kami punya arus besar pasukan, pasukan kami telah pergi ke daerah-daerah dimana mereka belum pernah datangi sebelumnya," kata juru bicara NATO Letnan Kolonel Todd Breasseale.
Menteri Pertahanan AS Robert Gates mengatakan Kamis lalu bahwa sepertiga dari kekuatan tambahan, atau 10.000 tentara, sudah berada lagi di Afghanistan. Dan AS akan menggenapkan lagi 30.000 tentara tambahan di Afghanistan sebelum akhir tahun.
Banyak analis percaya bahwa operasi Kandahar operasi akan jauh lebih sulit daripada seranga terhadap Marjah karena dispersi yang lebih besar dari pasukan Taliban, lingkungan perkotaan di kota Kandahar dan kompleks politik dan kekuatan suku yang berada di provinsi ini.
Jika sampai akhir tahun ini AS masih juga berada di Afghanistan, itu artinya mereka sama sekali tak bisa menaklukan Taliban, bisa dipastikan, dengan kengerian dan gengsi luar biasa, AS hanya tinggal selangkah lagi menuju kegagalan yang telah dikecap Soviet dua dekade lalu.
(sa/qmh) http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/bayang-bayang-kegagalan-soviet-hantui-as-di-afghanistan.htm

Serangan 11 September 2001
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
"9/11" beralih ke halaman ini. Untuk tanggal, lihat 11 September atau 9 November. Untuk kegunaan lain, lihat 911 (disambiguasi).
Serangan 11 September 2001

Dari atas ke bawah: World Trade Centerterbakar; bagian The Pentagon runtuh;Penerbangan 175 menabrak 2 WTC; pemadam kebakaran meminta bantuan diGround Zero; mesin Penerbangan 93diangkat; Penerbangan 77 menabrak Pentagon.

Lokasi        New York City; Arlington County, Virginia; dan dekat Shanksville, Pennsylvania.

Tanggal     Selasa, 11 September 2001
08:46 – 10:28 (UTC-4)

Jenis serangan  Pembajakan pesawat,pembunuhan massal, serangan bunuh diri, terorisme

Korban tewas     2.977 orang (+ 19 pembajak)
Cedera (non-fatal)       Lebih dari 6.000 orang
Pelaku       Al-Qaeda dipimpin oleh Osama bin Laden[1]
(lihat pula Pertanggungjawaban danPembajak)

Serangan 11 September (disebut September 11, September 11th atau 9/11),[nb 1] adalah serangkaian empatserangan bunuh diri yang telah diatur terhadap beberapa target di New York City dan Washington, D.C. pada 11 September 2001. Pada pagi itu, 19 pembajak dari kelompok militan Islam, al-Qaeda, membajak empat pesawat jet penumpang.[2][3] Para pembajak sengaja menabrakkan dua pesawat ke Menara Kembar World Trade Center di New York City; kedua menara runtuh dalam kurun waktu dua jam. Pembajak juga menabrakkan pesawat ketiga ke Pentagon diArlington, Virginia. Ketika penumpang berusaha mengambil alih pesawat keempat, United Airlines Penerbangan 93, pesawat ini jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania dan gagal mencapai target aslinya di Washington, D.C. Menurut laporan tim investigasi 911, sekitar 3.000 jiwa tewas dalam serangan ini.[4][5][6]
Dugaan langsung jatuh kepada al-Qaeda, dan pada 2004, pemimpin kelompok Osama bin Laden, yang awalnya menolak terlibat, mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini.[1] Al-Qaeda dan bin Laden juga mengatakan dukungan AS terhadap Israel, keberadaan tentara AS di Arab Saudi, dan sanksi terhadap Irak sebagai motif serangan ini. Amerika Serikat merespon serangan ini dengan meluncurkan Perang Melawan Teror dengan menyerang Afghanistan untuk menggulingkan Taliban yang melindungi anggota-anggota al-Qaeda. Banyak negara yang memperkuat undang-undang anti-terorisme mereka dan memperluas kekuatan penegak hukumnya. Pada Mei 2011, setelah diburu bertahun-tahun, Presiden Barack Obama mengumumkan bahwa bin Laden ditemukan dan ditembak mati oleh marinir AS, walaupun belum ada bukti yang dipublikasikan yang menyatakan kematian tersebut dengan gamblang.
Kehancuran ini mengakibatkan dampak serius terhadap ekonomi Lower Manhattan.[7] Pembersihan lahan World Trade Center selesai dilaksanakan pada Mei 2002. National September 11 Memorial & Museum dijadwalkan dibuka pada 11 September 2011. Di dekat tugu peringatan ini terdapat One World Trade Center setinggi 1.776 kaki (541 m) yang diperkirakan selesai tahun 2013.[8] Pentagon diperbaiki dalam kurun satu tahun, dan Pentagon Memorial dibuka di sebelah gedung ini pada tahun 2008. Pembebasan tanah untuk Flight 93 National Memorial dilakukan pada November 2009, dan tugu peringatan ini dibuka secara resmi pada 10 September 2011.[9][10]
Serangan
Lihat pula: Garis waktu serangan 11 September


United Airlines Flight 175 menabrak Menara Selatan


Rekaman kamera keamanan memperlihatkan Penerbangan 77 menabrak Pentagon.[11] Pesawat menabrak Pentagon 86 detik setelah rekaman dimulai.
Pada pagi 11 September 2001, 19 pembajak mengambil alih empat pesawat komersial yang sedang terbang menuju San Francisco dan Los Angeles setelah lepas landas dari Boston, Newark, dan Washington, D.C.[12] Pesawat dengan penerbangan jarak jauh sengaja dipilih untuk dibajak karena mengangkut bahan bakar yang banyak.[13] Pukul 8.46 pagi, lima pembajak menabrakkan American Airlines Penerbangan 11 ke Menara Utara World Trade Center (1 WTC) dan pada pukul 9.03 pagi, lima pembajak lainnya menabrakkan United Airlines Penerbangan 175 ke Menara Selatan (2 WTC).[14][15]
Lima pembajak menabrakkan American Airlines Penerbangan 77 ke Pentagon pada pukul 9.37 pagi.[16] Pesawat keempat, di bawah kendali pembajak, menjatuhkan United Airlines Penerbangan 93 dekat Shanksville, Pennsylvania pada pukul 10.03 pagi setelah penumpangnya melawan para pembajak. Target Penerbangan 93 diduga adalah U.S. Capitol atau Gedung Putih.[13] Rekaman suara kokpit Penerbangan 93 menemukan bahwa awak pesawat dan penumpang berusaha mengambil alih pesawat dari pembajak setelah mempelajari lewat telepon tentang pesawat-pesawat lain yang dibajak telah ditabrakkan ke beberapa bangunan pada pagi itu.[17] Setelah muncul bukti kuat bagi pembajak bahwa penumpang akan mengambil alih pesawat, seorang pembajak memerintahkan temannya untuk memutar pesawat dan sengaja menjatuhkannya.[18] Akhirnya, Penerbangan 93 jatuh di sebuah lapangan dekat Shanksville.
Beberapa penumpang mampu melakukan panggilan telepon menggunakan layanan telepon pesawat dan telepon genggam dan memberikan rincian bahwa ada beberapa pembajak di masing-masing pesawat; bahwa semprotan merica atau gas air mata digunakan dan beberapa orang di pesawat telah ditusuk.[19][20][21][22][23][24][25] Laporan menemukan bahwa para pembajak menusuk dan membunuh pilot, pramugari, dan satu atau beberapa penumpang.[12][26] Dalam laporan akhirnya, 9/11 Commission menemukan bahwa para pembajak belakangan ini membeli peralatan tangan multifungsi dan berbagai jenis pisau dan belati.[27][28] Seorang pramugari Penerbangan 11, seorang penumpang Penerbangan 175, dan beberapa penumpang Penerbangan 93 mengatakan bahwa para pembajak memiliki bom, tetapi salah satu penumpang juga mengatakan ia menduga bom tersebut palsu. FBI tidak menemukan jejak-jejak peledak di tempat kejadian, dan 9/11 Commission menyimpulkan bom tersebut palsu.[12]
Setelah dibenarkan bahwa Penerbangan 11 dibajak, dua F-15 diberangkatkan dari Otis Air National Guard Base diMassachusetts dan mengudara pada pukul 8.53 pagi.[29] North American Aerospace Defense Command (NORAD) memiliki pemberitahuan 9 menit bahwa Penerbangan 11 telah dibajak. Karena komunikasi buruk dengan Federal Aviation Administration (FAA), mereka tidak mendapat pemberitahuan mengenai pesawat-pesawat lain yang akhirnya menabrak targetnya.[29] Setelah kedua Menara Kembar ditabrak, beberapa pesawat tempur diterbangkan dari Langley Air Force Basedi Virginia pukul 9.30 pagi.[29] Pada pukul 10.20 pagi, beberapa perintah dikeluarkan untuk menembak jatuh setiap pesawat komersial yang berpotensi dibajak. Perintah ini tidak tersampaikan tepat waktu bagi pesawat tempur untuk mengambil tindakan.[29][30][31][32] Beberapa pesawat tempur terbang tanpa membawa amunisi hidup, mengetahui bahwa untuk mencegah para pembajak mencapai targetnya para pilot pesawat tempur harus menabrakkan pesawatnya ke pesawat yang dibajak, mungkin dengan meluncur keluar dari pesawat tempur pada saat-saat terakhir.[33] Dalam wawancara tahun 2005 bersama pilot pesawat tempur yang berangkat dari Otis Air National Guard Base, seorang pilot mengatakan, "Tidak ada yang akan menyebut kami pahlawan jika kami menembak jatuh empat pesawat pada tanggal 11 September."[34]


Seorang pria tertutup debu sedang membantu seorang wanita berjalan dan menutupkan masker di wajahnya, New York City
Tiga bangunan di Komplek World Trade Center runtuh akibat kegagalan struktur.[35] Menara Selatan runtuh pukul 9.59 pagi setelah terbakar selama 56 menit dalam kebakaran yang diakibatkan tabrakan United Airlines Penerbangan 175.[35]Menara Utara runtuh pukul 10.28 pagi setelah terbakar selama 102 menit.[35] Ketika Menara Utara runtuh, reruntuhannya jatuh ke gedung 7 World Trade Center (7 WTC) yang ada di sebelahnya, sehingga merusaknya dan menciptakan kebakaran. Kebakaran ini terjadi selama beberapa jam, merusak ketahanan struktur bangunan, dan 7 WTC runtuh pukul 5.21 sore.[36][37]
Semua pesawat di daratan Amerika Serikat dipaksa mendarat, dan pesawat yang sudah terbang diminta untuk mendarat sesegera mungkin. Semua pesawat sipil internasional diterbangkan pulang atau dialihkan ke bandara-bandara di Kanada atau Meksiko, dan semua penerbangan internasional dilarang mendarat di tanah Amerika Serikat selama tiga hari.[38]Serangan ini menciptakan kebingungan massal di antara organisasi berita dan pengawas lalu lintas udara. Di antara berita yang tidak terkonfirmasi dan sering berlawanan yang disiarkan sepanjang hari itu, salah satunya adalah sebuah bom mobil telah diledakkan di kantor pusat Departemen Luar Negeri AS di Washington, D.C.[39] Pesawat jet lain—Penerbangan 1989—diduga dibajak, tetapi diduga laporan palsu karena pesawat ini akhirnya merespon panggilan pengawas udara dan mendarat dengan aman di Cleveland, Ohio.[40]
Dalam wawancara bulan September 2002, Khalid Sheikh Mohammed dan Ramzi bin al-Shibh, yang diduga telah mengatur serangan tersebut, mengatakan bahwa target utama Penerbangan 93 adalah United States Capitol, bukan Gedung Putih.[41] Selama tahap perencanaan serangan,Mohamed Atta, pembajak yang akan memiloti Penerbangan 11, menduga Gedung Putih sulit dijadikan target dan meminta penilaian dari Hani Hanjour, yang kemudian membajak dan memiloti Penerbangan 77.[42] Mohammed juga mengatakan al-Qaeda awalnya berencana menargetkan instalasi nuklir, bukannya World Trade Center dan Pentagon, namun mereka memutuskan tidak jadi, khawatir semuanya menjadi "tidak terkendali".[43] Keputusan terakhir dalam menentukan target, menurut Mohammed, ada di tangan para pilot.[42]
Kerusakan


Pemandangan udara dari sebalah barat Ground Zero pada 17 September 2001


The Pentagon rusak akibat kebakaran dan setengah runtuh
Bersama Menara Kembar berlantai 110 itu, beberapa bangunan lain di lahan World Trade Center hancur atau rusak parah, termasuk gedung WTC3 sampai 7 dan St. Nicholas Greek Orthodox Church.[44] Menara Utara, Menara Selatan, Marriott Hotel (3 WTC) dan 7 WTC hancur sepenuhnya. U.S. Customs House (6 World Trade Center), 4 World Trade Center, 5 World Trade Center, dan dua jembatan pejalan kaki yang menghubungkan bangunan-bangunan tersebut rusak parah. Deutsche Bank Building di 130 Liberty Street rusak setengah dan akhirnya diruntuhkan.[7][45] Dua gedung World Financial Center juga mengalami kerusakan.[7]
Deutsche Bank Building di seberang Liberty Street dari komplek World Trade Center akhirnya dicap tak dapat dihuni kembali karena suasana beracun di dalam menara perkantoran itu dan akhirnya diruntuhkan.[46][47] Fiterman Hall milikBorough of Manhattan Community College di 30 West Broadway juga diruntuhkan karena kerusakan parah dalam serangan ini dan akhirnya dibangun kembali.[48] Gedung-gedung tetangga lainnya seperti 90 West Street dan Verizon Building mengalami kerusakan parah namun telah diperbaiki.[49] Gedung-gedung World Financial Center, One Liberty Plaza, Millenium Hilton, dan 90 Church Street mengalami kerusakan tingkat menengah dan telah diperbaiki.[50] Peralatan komunikasi di puncak Menara Utara juga hancur, namun stasiun media mampu mengalihkan sinyal dengan cepat dan melanjutkan siaran.[44][51]
The Pentagon, di Arlington County, Virginia, rusak parah akibat tabrakan American Airlines Penerbangan 77 dan kebakaran yang berlangsung setelahnya, mengakibaktan satu sisi bangunan runtuh.[52] Ketika mengarah ke Pentagon, sayap pesawat menabrak beberapa tiang lampu dan mesin kanannya menabrak pembangkit listrik sebelum menabrak sisi barat Pentagon dan menewaskan ke-53 penumpang, 5 pembajak, dan 6 awaknya.[53][54] Pesawat ini menabrak Pentagon di lantai pertama dan bagian depan badannya patah ketika tabrakan, sementara bagian tengah dan ekornya terus menabrak selama kurang dari satu detik.[55] Reruntuhan bagian ekor menembus jauh ke dalam bangunan, melewati tiga lingkaran luar gedung seluas 310 kaki (94 m).[55][56]


Penyelamatan dan perbaikan
Lihat pula: Upaya penyelamatan dan perbaikan setelah serangan 11 September


Korban luka serangan Pentagon dievakuasi
New York City Fire Department langsung memberangkatkan 200 unit (setengah departemen) ke tempat tersebut. Upaya mereka dibantu oleh berbagai pemadam kebakaran dan teknisi medis darurat yang tidak bertugas pada hari itu.[57][58][59]New York City Police Department mengirimkan Emergency Service Units dan personel polisi lainnya, serta memberangkatkan satuan helikopternya. Setelah tiba di tempat kejadian, FNY, NYPD, dan Port Authority tidak mengkoordinasi upaya penyelamatan dan akhirnya mengalami kesulitan dalam mencari warga sipil.[57][60] Ketika situasi semakin memburuk, satuan penerbangan NYPD menyampaikan informasi kepada komandan polisi, yang mengeluarkan perintah kepada personelnya untuk mengungsikan diri dari kedua menara; sebagian besar petugas NYPD berhasil keluar dengan aman sebelum kedua bangunan runtuh.[61][60] Karena pos komando didirikan terpisah dan komunikasi radio antar lembaga tidak mampu dilakukan, perintah tersebut tidak sampai kepada para komandan FDNY.
Setelah menara pertama runtuh, komandan FDNY mengeluarkan perintah evakuasi; tetapi karena kesulitan teknis dengan sistem pengulang radio yang gagal berfungsi, banyak pemadam yang tidak pernah mendengarkan perintah evakuasi. Petugas 9-1-1 juga menerima informasi dari penelepon yang tidak diteruskan kepada para komandan di tempat kejadian.[58] Dalam beberapa jam setelah serangan, operasi pencarian dan penyelamatan besar-besaran diluncurkan. Setelah beberapa bulan operasi 24 jam di tempat tersebut, lahan World Trade Center akhirnya dibersihkan pada akhir Mei 2002.[62]
Penyerang


Mohamed Atta, seorang warganegaraMesir, merupakan ketua 19 perampas 11 September.
Berjam-jam setelah serangan, FBI mengeluarkan nama-nama pembajak dan pilot yang dicurigai kepada umum, di samping informasi pribadi tertentu mereka.[63][64] Mohamed Atta dari Mesir merupakan ketua 19 perampas dan salah seorang pilot.[65] Atta tewas dalam serangan bersama semua pembajak yang lain, tetapi bagasinya (yang tidak terhubung dari penerbangannya dari Portland ke Penerbangan 11) mengandung kertas-kertas yang mengungkapkan identitas semua 19 pembajak dan petunjuk-petunjuk penting yang lain rencana, motif dan latar belakang mereka.[66] Pada tengah hari, Badan Keamanan Negara memintas komunikasi yang mengarah ke Osama bin Laden, begitu juga dengan lembaga intelijen Jerman.[67][68]
Pada 27 September 2001, FBI mengeluarkan gambar 19 perampas beserta informasi kewarganegaraan dan nama-nama lain yang mungkin digunakan oleh mereka.[69]15 dari mereka berasal dari Arab Saudi, dua dari Uni Emirat Arab, seorang dari Mesir (Atta), dan seorang dariLibanon.[70]
Investigasi FBI terhadap kejadian yang bernama kode Operasi PENTTBOM, merupakan upaya investigasi yang terbesar dan paling rumit dalam sejarah FBI, melibatkan lebih 7.000 agen khusus.[71] Kerajaan Amerika Serikat menemukan bahwa al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden bertanggung jawab atas serangan ini, sementara FBI mengatakan bahwa "bukti yang mengaitkan al-Qaeda dan bin Laden dengan serangan 11 September adalah jelas dan tidak dapat disangkal".[72] Kerajaan United Kingdom mendapat kesimpulan yang sama bahwa al-Qaeda dan Osama bin Laden bersalah atas serangan 11 September.[73]
Pengarang Laurie Mylroie yang menulis dalam majalah siasah konservatif The American Spectator pada tahun 2006, berhujah bahawa Khalid Sheikh Mohammedsekeluarga merupakan perancang utama 9/11 dan serangan-serangan seumpamanya, manakala kaitan Khalid Sheikh Mohammed dengan Osama bin Laden adalah sampingan dan pengakuan bertanggungjawab al-Qaeda atas serangan itu datang selepas hakikat itu dan bersifat oportunis.[74] Bekas pejabat CIA, Robert Baer, menuliskan pernyataan yang bertentangan dengan argumen Mylorie dalam majalah Timepada tahun 2007, dengan menegaskan bahwa pengungkapan pengakuan bertanggung jawab Khalid Sheikh Mohammed pada 9/11 dan tindakan-tindakan lain oleh pemerintah pimpinan George W. Bush merupakan cobaan yang berdusta untuk mengklaim bahwa semua pelaku utama 9/11 telah ditangkap.[75]

Al-Qaeda
 Artikel utama untuk bagian ini adalah: Al-Qaeda
Asal-usul al-Qaeda boleh disusuri ke tahun 1979, ketika Uni Soviet menyerang Afghanistan. Segera setelah serangan itu, Osama bin Laden pergi ke Afghanistan untuk mengulurkan bantuan dalam mendirikan kelompok mujahidin Arab dan mendirikan organisasi Maktab al-Khidamat (MAK) untuk melawan Soviet. Ketika berperang dengan Uni Soviet, bin Laden dan para pejuangnya menerima pembiayaan Amerika dan Saudi yang kebanyakan disalurkan melalui ISI, layanan intelijen Pakistan.[76] Pada tahun 1989, ketika Soviet mundur, MAK diubah menjadi "angkatan respon cepat" yang ber jihad ke atas pemerintah-pemerintah di seluruh dunia Islam. Dengan bimbingan Ayman al-Zawahiri, Osama bin Laden menjadi lebih radikal.[77] Pada tahun 1996, bin Laden mengeluarkan fatwa pertamanya yang mendesak tentara Amerika agar meninggalkan Arab Saudi.[78]
Bin Laden mengeluarkan fatwa keduanya pada tahun 1998 untuk membantah dasar luar Amerika Serikat terhadap Israel, serta kehadiran prajurit Amerika yang berkelanjutan di Arab Saudi setelah Perang Teluk.[79] Bin Laden menggunakan kitab suci Islam untuk mendorong tindakan kekerasan terhadap tentara dan rakyat Amerika Serikat sehingga tuntutan-tuntutannya diakur, dengan argumen bahwa "para ulama sepanjang sejarah Islam setuju sebulat suara bahwa jihad merupakan tugas tunggal jika musuh menghancurkan negara-negara Islam."[79]
Pasca serangan
Dalam beberapa jam setelah serangan, FBI mendapatkan nama-nama dan data pribadi dari pilot dan pembajak yang dicurigai.[80][81] Koper Muhammad Atta, yang tidak diteruskan dari penerbangan Portlandnya ke penerbangan 11, berisi berkas-berkas yang membuka identitas semua 19 pembajak, dan petunjuk penting lainnya mengenai rencana mereka, motif, dan latar belakang.[82] Pada hari penyerangan, NSA menyadap komunikasi yang menunjuk pada Osama bin Laden. Badan intelijensi Jerman juga mendapatkan hasil yang sama.[83][84] Pada 27 September 2001, FBI mempublikasikan foto-foto dari 19 pembajak bersama informasi mengenai kemungkinan nasionalitasnya dan nama-nama aliasnya.[85] Lima belas dari penyerang berasal dari Arab Saudi, dua dari Uni Emirat Arab, satu dari Mesir, dan satu dari Lebanon.[86]Berlawanan dengan profil penyerang bunuh diri pada umumnya, pembajak-pembajak tersebut terdidik, dewasa, dimana sistem kepercayaannya sudah terbentuk sepenuhnya.[87]
Osama Bin Laden[sunting | sunting sumber]
Persis sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2004, di dalam sebuah pernyataan video terekam, Osama bin Laden mengakui keterlibatan al-Qaeda pada penyerangan Amerika Serikat dan mengakui hubungan dia secara langsung pada serangan tersebut. Dia berkata bahwa serangan tersebut dilakukan karena "Kami bebas, dan untuk mendapatkan kebebasan bagi negara kami. Seperti kalian meremehkan keamanan kita, kita meremehkan keamanan kalian."[88] Osama bin Laden berkata bahwa dia sendiri telah memimpin 19 pembajak pesawat[89] Di dalam video tersebut dia berkata, "Kami telah sepakat dengan Komandan Jendral Muhammad Atta, bahwa semua operasi akan dilaksanakan dalam 20 menit sebelum Bush dan pemerintahannya menyadari"[90] Video lain yang didapatkan oleh Al Jazeera pada September 2006 menunjukkan Osama bin Laden bersama dengan Ramzi Binalshibh, dan 2 pembajak Hamza al-Ghamdi and Wail al-Shehri, pada saat mereka bersiap2 untuk penyerangan.[91] Namun, 5 hari berselang dalam sebuah pernyataan di stasiun televisi Aljazeera, Osama menegaskan ia tidak terlibat dengan peristiwa 11 September dan menyatakan bahwa pemerintah Amerika berbohong dengan menjadikan ia kambing hitam untuk tujuan tertentu.[92]
Daftar Pelaku Pembajakan Pesawat Dalam Peristiwa 9/11[sunting | sunting sumber]
American Airlines Penerbangan 11:
•        Mohamed Atta, berkebangsaan Mesir
•        Abdulaziz Alomari, berkebangsaan Arab Saudi
•        Satam M.A. Al Suqami, berkebangsaan Arab Saudi
•        Wail M. Alshehri, berkebangsaan Arab Saudi
•        Waleed M. Alshehri, berkebangsaan Arab Saudi
United Arlines Penerbangan 175:
•        Marwan Al-Shehhi, berkebangsaan Uni Emirat Arab
•        Fayez Rashid Ahmed Hassan Al Qadi Banihammad, berkebangsaan Arab Saudi
•        Ahmed Alghamdi, berkebangsaan Arab Saudi
•        Hamza Alghamdi, berkebangsaan Arab Saudi
•        Mohand Alshehri, berkebangsaan Arab Saudi
American Airlines Penerbangan 77:
•        Hani Hanjour, berkebangsaan Arab Saudi
•        Nawaf Alhazmi, berkebangsaan Arab Saudi
•        Majed Moqed, berkebangsaan Arab Saudi
•        Khalid Almihdhar, berkebangsaan Arab Saudi
•        Salem Alhazmi, berkebangsaan Arab Saudi
United Airlines Penerbangan 93:
•        Ziad Samir Jarrah, berkebangsaan Lebanon
•        Saeed Alghamdi, berkebangsaan Arab Saudi
•        Ahmed Ibrahim A. Al-Haznawi, berkebangsaan Arab Saudi
•        Ahmed al-Nami, berkebangsaan Arab Saudi
Teori yang bertentangan

Arsitek dan Teknisi
Richard Gage, seorang arsitek yang telah berpengalaman selama 20 tahun dalam bidang konstruksi serta telah berkecimpung dalam banyak proyek perancangan bangunan anti-api dan anggota dari Institusi Arsitek Amerika,[93] mendirikan organisasi Architect and Engineer For 911 Truth (Arsitek dan Teknisi Untuk Kebenaran 911) yang berisikan ratusan artsitek dan teknisi berpengalaman di bidangnya. Mereka mengeluarkan pernyataan yang menyangkal pernyataan Komisi 9/11 yang menyatakan bahwa gedung WTC 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 hancur akibat ledakan yang disebabkan oleh tabrakan dan penyebaran avtur dari penerbangan 11 dan 175. Para arsitek yang tergabung dalam organisasi tersebut menyatakan bahwa mereka mencurigai adanya perubuhan terkontrol dengan bahan peledak yang menjadi penyebab runtuhnya menara 1, 2 dan terutama runtuhnya menara 7 setelah berbagai penyelidikan terhadap rekaman video dan analisis lapangan yang menurut mereka sangat tidak wajar dan tak dapat diterima secara ilmu pengetahuan apabila menara 7 yang terletak jauh dari menara Utara dan Selatan rata dengan tanah.

Pilot
Russ Wittenberg (Capt.)(Ret.), seorang pilot senior, mantan pilot USAF dengan 30.000+ jam terbang, yang juga pernah menerbangkan pesawat penerbangan 175 yang menabrak Menara Selatan dan penerbangan 93 yang gagal mencapai pentagon[94], menyatakan ketidakpercayaannya terhadap hasil investigasi resmi pemerintah. Ia mempertanyakan beberapa fakta janggal seperti mengapa rekaman pengatur penerbangan saat kejadian 9/11 dirusak oleh komisioner FAA[95], mengapa kotak hitam tidak ditemukan dari satupun pesawat, dan juga mempertanyakan tingkat kemahiran pembajak yang menurutnya untuk sekelas pilot berlisensi pesawat perintis sangat mencurigakan dapat mengendalikan pesawat sekelas 747 dengan kecepatan tinggi dan menabrakkannya dalam posisi target yang tidak lebar[96]. Ia bergabung dengan organisasi Pilot for 911 truth[97] yang didalamnya berisikan ratusan pilot dan profesional dalam bidang penerbangan dari berbagai belahan dunia yang juga menyangkal laporan resmi dari Komisi 9/11.

http://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_11_September_2001

Mengenang 11 Tahun Pembohongan Tragedi WTC
Tidak lepas dari perasaan duka mendalam bagi korban dan keluarga korban, bukan hanya Ahmadinejad yang berkoar-koar mengenai kebohongan tragedi WTC pada 11 September 2001. Seiring perjalanan waktu, dan melihat efek lanjutan paska tragedi yaitu banyaknya tentara Amerika yang dikorbankan pemerintahnya sendiri dalam perang di Irak dan Afghanistan, selimut yang menutupi kejadian sebenarnya keruntuhan WTC mulai diungkap.
Maka tanggal 11 September 2001, hari yang menjadi peristiwa “memilukan”, berubah menjadi hari yang “memalukan”. Peringatan tragedi 11 September 2001, menjadi Peringatan Pembohongan Tragedi 11 September. Kesan inilah yang muncul, setelah 11 tahun berlalu.
Dalam beberapa episode perilisan video runtuhnya Menara Kembar WTC, dan banyak bukti di lokasi kejadian, pengamat mulai menemukan kejanggalan yang mengarah munculnya penyimpulan adanya rekayasa sistematis yang dikemas dalam kode ilmiah di balik kejadian tersebut.
Ada kejangalan serius yang jelas nampak dan 100% direkayasa, adalah robohnya gedung WTC7, padahal gedung tersebut tidak tertabrak pesawat.
Media menyebutkan :
“Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad bersikeras soal klaimnya bahwa serangan teroris 11 September 2001 diatur oleh AS sebagai alasan untuk menyerang dunia muslim.
Menurut mantan penguasa negeri jiran itu, runtuhnya gedung World Trade Center (WTC) di New York, AS sebagai akibat penghancuran yang dikendalikan (controlled demolition)”.
Secara logika, gedung yang dihancurkan bagian atasnya, mustahil bagian bawah gedung ikut runtuh, tanpa ada ledakan pendukung bagian dasar gedung. Tapi ledakan bagian bawah gedung, pasti akan ikut meruntuhkan gedung bagian atasnya. Ini logika yang anak TK juga memahaminya.
Sementara itu media lain mengungkap :
“Profesor Steven E. Jones dari Universitas Brigham Young, Kota Utah, pertama kali mengeluarkan pernyataan dirinya tidak percaya runtuhnya WTC karena hantaman pesawat dikendarai Muhammad Atta, salah seorang anggota jaringan al-Qaeda…..Survei dilakukan situs world911truth.org membuktikan 74 persen warga Amerika percaya pemerintahan mereka masih menutupi kejadian paling mengerikan sepanjang sejarah teror di negara itu”.
Pendapat yang mendukung kejanggalan diungkap oleh hasil penelitian Agen Federal Keamanan Negara Amerika (FEMA) yang menyatakan penyebab utama keruntuhan ialah api terjangan pesawat dengan bahan bakar penuh.
Pertanyaannya, mengapa pemerintah Amerika “tega” mengorbankan rakyatnya sendiri demi sebuah kepentingan tertentu?
Jawabannya : bisa. Kita lihat, setiap akan diadakan pemilu di Amerika, semua calon presiden Amerika harus mendapatkan restu dari Zionis. Bahkan ada yang menyempatkan diri “datang jauh-jauh” hanya untuk memuji dan “menjilat” pemerintah Zionis Israil. Apa itu dilakukan hanya untuk meraih simpati beberapa ribu warga Yahudi di Amerika? Tentu sangat konyol jika itu dilakukan hanya untuk meraih pemilih Yahudi saja, mengingat jumlah warga Yahudi hanya sedikit di antara jutaan warga Amerika lainnya. Ada semacam mitos, bahwa Zionis merupakan “penguasa” di balik penguasa-penguasa Amerika sepanjang sejarah Amerika.
Jika demikian, maka sangat memungkinkan untuk mengorbankan rakyat Amerika sendiri demi kepentingan Zionis dan segenap “panitia”nya di Amerika dan seluruh dunia.
Indikator lainnya, banyak warga Amerika yang tidak setuju dengan kebijakan pengiriman tentara ke Irak dan Afghanistan. Tetapi pemerintah Amerika seakan tidak menghiraukan suara penolakan itu, dan terus saja “membiarkan” rakyatnya sendiri menjadi “bulan-bulanan” di Afghanistan.
Demi Zionis, pemerintah Amerika senang mengabaikan rakyatnya sendiri.
Beberapa Sumber :
http://news.detik.com/read/2010/01/23/163002/1284564/10/mahathir-wtc-runtuh-akibat-penghancuran-terkendali
http://www.merdeka.com/dunia/menara-wtc-runtuh-sebab-pesawat-atau-bom.html
http://www.merdeka.com/teknologi/video-konspirasi-teori-runtuhnya-wtc-dalam-kacamata-sains.html (Bersambung)




No comments:

Post a Comment