Pilot FI Air Asia Masih Konsumsi Obat dari Rumah Sakit
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Presiden Direktur Air Asia
Indonesia, Sunu Widyatmoko menanggapi terkait dugaan positif pemakaian
narkotikan jenis morfin oleh pilot Air Asia, FI. Menurutnya tes tersebut memerlukan
tes lanjutan yang lebih mendalam.
"Berdasarkan hasil wawancara manajeman AirAsia
Indonesia dengan pilot yang bersangkutan, diketahui bahwa pilot tersebut baru
saja diperbolehkan keluar dari rumah sakit setelah dirawat pada 26-29 Desember
2014 karena terkena typhus, dan masih harus mengonsumsi antibiotik, obat batuk,
serta vitamin," kata Sunu dalam rilis yang diterima Republika, Kamis
(1/1).
Terakhir kali pilot tersebut mengonsumsi antibiotik,
lanjutnya, yaitu obat batuk serta vitamin yang dirujuk oleh dokter adalah pada
31 Desember 2014, pukul 02.00 waktu setempat. Adapun informasi tersebut telah
disampaikan kepada petugas sebelum tes dilakukan, disertai dengan bukti
obat-obatan yang dikonsumsi.
Melalui kesempatan ini, AirAsia Indonesia menyampaikan
bahwa siap mendukung penuh pihak regulator untuk menggelar tes lanjutan untuk
mengonfirmasi temuan awal tersebut. Adapun pilot tersebut telah bersama Air
Asia sejak 2005, dan selama itu memiliki rekam jejak yang sangat baik.
Sesuai dengan standar yang berlaku di dalam industri
penerbangan, ia menambahkan, seluruh pilot Air Asia diwajibkan melakukan tes
kesehatan setiap 6 bulan sekali, dimana di dalamnya termasuk tes penyalahgunaan
zat tertentu.
"Sebagai tambahan, Air Asia Indonesia telah menjalin
kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional untuk secara random menggelar
pemeriksaan penyalahgunaan zat tertentu terhadap para penerbang, awak kabin dan
karyawan setidaknya 2 kali dalam setahun," tegasnya.
Kemiripan AirAsia QZ8501 dan Air France AF447
Kotak hitam menyimpan berbagai data, termasuk kecepatan
pesawat.
Lima tahun lalu, pesawat Air France AF 447 jatuh di
Samudera Atlantik dalam perjalanan dari Rio de Janeiro ke Paris.
Seperti pesawat AirAsia QZ 8501, pesawat yang mengangkut
216 penumpang dan 12 awak itu nahas tanpa sempat memberi sinyal mayday.
Tim pencari dan penyelamat juga menemukan beberapa bagian
pesawat beberapa hari setelah hilang kontak. Dan serupa dengan pesawat AirAsia
QZ 8501, pesawat Air France tersebut menghadapi cuaca buruk sebelum jatuh.
Sejumlah kemiripan kondisi memang dialami kedua pesawat.
Namun, seberapa jauh kesamaan-kesamaan itu harus ditelisik melalui perangkat
black box alias kotak hitam.
Ada dua kotak hitam pada sebuah pesawat. Biasanya
perangkat itu berada di dekat ekor sehingga peluang untuk selamat dari benturan
cukup tinggi.
Salah satu kotak hitam memiliki mikrofon yang berfungsi
merekam berbagai suara dari kokpit. Tidak hanya suara percakapan pilot dan
kopilot yang direkam, namun juga beragam petunjuk penting, seperti suara mesin,
suara alarm, bahkan suara kursi yang digeser jika kru bergerak.
Black box lainnya berfungsi merekam ribuan data yang
memberi indikasi pergerakan pesawat, seperti kecepatan, tinggi dari permukaan
bumi, kekuatan, dan sebagainya.
Solusi misteri
Misteri mengapa pesawat Air France AF 447 jatuh dapat
dipecahkan setelah tim pencari menemukan kotak hitam di daerah pegunungan bawah
air di Samudera Atlantik, dua tahun setelah pesawat jatuh.
Pesawat itu jatuh karena dipicu lapisan es yang menutupi
silinder tipis pesawat. Silinder itu merupakan alat untuk memberitahu pilot dan
kopilot seberapa cepat pesawat itu melaju. Akibat tertutup lapisan es, mereka
tidak tahu kecepatan pesawat.
Penyebab berikutnya ialah cara mereka menangani masalah
itu. Pilot dan kopilot memutuskan untuk melambatkan laju pesawat sehingga
pesawat mogok di udara dan meluncur ke bawah.
Hal ini mencerminkan bagaimana pilot dan kopilot tidak
terlatih untuk menangani situasi seperti itu.
Intinya adalah, meskipun analisis dan spekulasi mengenai
penyebab jatuhnya pesawat Air France AF 447 dilontarkan sekian tahun, jawaban
dari misteri masih mencengangkan banyak orang, termasuk para pakar.
Bagian pesawat Air France AF 447 ditemukan beberapa hari
setelah pesawat hilang kontak pada 1 Juni 2009.
Misteri penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501 juga
seperti itu. Jawabannya baru akan ada setelah kotak hitam ditemukan dan
dianalisis.
Dengan perairan Selat Karimata yang ‘hanya’ mencapai 30
hingga 50 meter ketimbang Samudera Atlantik yang mencapai ribuan meter, kotak
hitam AirAsia QZ 8501 amat mungkin segera ditemukan. Jawaban pun bisa lebih
cepat didapatkan.
Meski demikian, pertanyaan yang sampai saat ini belum
dijawab ialah, mengapa informasi dari kotak hitam semua pesawat di dunia tidak
bisa dialirkan kepada para teknisi di darat secara langsung? Jika itu
dimungkinkan, kita bisa memiliki jawaban misteri jatuhnya pesawat saat ini. (BBC)
No comments:
Post a Comment