Perjalanan yang belum selesai (173)
Setiap hari (pagi/subuh) turun ke bumi dua golongan
malaikat
(Bagian ke seratus tujuh puluh tiga, Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 1 Januari 2915, 16.15 WIB)
Ustad Badrussalam dalam ceramah di Masjid Al Barkah,
Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, yang dipancarkan oleh Radio Rodja, bercerita
dalam daurahnya (nasehat):
Nabi Muhammad SAW ketika Isra Mirad (perjalanan dari
Masjid Haram (Mekah) ke Masjid Aqsho (Jeusalem) lalu ke langit ketujuh selain
bertemu dengan para nabi seperti nabi Musa dan Nabi Isa, juga diperlihatkan
Allah dengan keadaan sorga dan neraka.
Nabi Muhammad melihat sebagian besar neraka di huni kaum
perempuan, sedangkan penghuni sorga kebanyakan dihuni orang miskin.
Kenapa sebagian besar kaum perempuan masuk neraka
diantaranya karena mereka tidak patuh pada suami, lalai dalam sholatnya, lalai
dalam puasa bulan Ramadhan, tidak bisa menjaga kemaluannya dan tidah patuh sama
suami.
Tidak bisa menjaga kemaluannya, antara lain selingkuh
(berzinah ) dengan lelaki lain (bukan suami) karena alasan apapun juga. Seperti
tidak sabar menhadapi suami yang sedang sakit sehingga tidak sabar karena suami
terlalu lama tidak member nafkah batin (sex), karena suami sedang sakit.
Padahal sabar itu tidak ada batasnya, hanya kematian lah batas kesabaran itu. Padahal
Allah bersama orang-orang yang bersabar, baik dia sabar karena menderita
musibah berupa sakit, kemiskinan atau musibah (ujian) lainnya.
Nabi melihat Sorga, sebagian dihuni kaum miskin, karena
nanti di akherat tidak banyak harta benda yang mereka miliki yang perlu
dipertanggungjawabkan kepada Allah.
Sedangkan orang kayak arena kaya, maka setap sen yang
dimilikinya ditanya Allah dari mana uang itu berasal, apakah diperoleh secara
halal atau haram, apakah diperoleh dengan gaji buta (biasanya pegawai negeri)
yang jarang masuk kantor (bolos/absen) , tetapi tetap dapat gaji bulanan, atau
korupsi, atau makan uang riba (bunga).
Biar kita naik haji ONH-Plus ke Mekah tiap tahun, bila
uang hasil korupsi, maka haram hukumnya.
Kita juga pelit (sulit) mengeluarkan ifaq (sedekah) pada
orang fakir miskin, atau pada saudara yang menderita kesulitan (kesusahan),
padahal setap pagi turun dua golongan malaikat, satu Malaikat selalu mendoakan
agar Allah mengganti orang yang berinfaq (sedekah/give charity to the needy),
dan satu golongan lagi meminta pada Allah agar membinasakan (mengambil kembali)
harta orang yang pelit.
Kadang orang kaya, kata banyak orang semakin pelit
mengeluarkan hartanya, sedangkan orang miskin (pas-pasan) semakin dermawan.
Itu tidak lain dari keinginan syaitan agar orang kaya itu
nantinya masuk neraka menemani syaitan.
Lihat saja, banyak orang kaya yang dengan mudah boros,
mengeluarkan banyak uang hanya untuk pesta perkawinan, mobil mewah, liburan dan
tinggal di hotel mewah dan makanan mewah di restaurant, setiap hari beli baju
baru, sepatu baru, setap tahun ganti kompor baru, padahal sudah ada barang
serupa yang mereka miliki.
Coba seandainya sebagian uang itu ditabung untuk akherat,
melalui Infaq (charity).
Tapi, kalau uang (harta) sudah di tangan berkat tipu daya
syaitan, kita akan lupa akan kehidupan yang lebih hakiki yaitu akherat. Begitu
kita ditimpa musibah, berupa sakit, kemiskinan, dan musibah lainnya baru kita
ingat Pada Allah maha kuasa. Tapi tidak mengapa semua musibah yang menimpa kita
itu karena Allah sayang sama kita, agar di akhir hayat kita bisa bertaubat
Nasuha (agar semua dosa diampuni Allah.)
Perempuan mudah masuk syurga tapi ramai di neraka
Bagi isteri hanya 4 syarat untuk mereka ke syurga
“Apabila seorang isteri mengerjakan solat 5 waktu, mengerjakan puasa sebulan,
memelihara kehormatannya (aurat) serta mentaati suaminya, nescaya dia akan
masuk syurga”. (Riwayat Imam Bazzar melalui Anas r.a)
Daripada Anas, Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda
yang bermaksud: “Apabila seorang perempuan mendirikan sembahyang lima waktu,
berpuasa sebulan (Ramadhan), menjaga kehormatan dan taat kepada suami, dia akan
disuruh memasuki syurga melalui mana-mana pintu yang dia sukai.” (Hadis Riwayat
Ahmad)
Perempuan tidak perlu keluar berjihad atau berperang,
cukup sekadar mengerjakan haji atau umrah bagi yang cukup syaratnya.
Daripada Aishah r.a. katanya, aku berkata, “Ya
Rasulullah, kita mengetahui bahawa jihad adalah sebaik-baik amalan. Oleh itu
apakah kami kaum wanita tidak boleh ikut berjihad?” Baginda terus menjawab:
“Bagi kamu semua (kaum wanita) jihad yang paling baik ialah mengerjakan haji
dan mendapatkan haji mabrur.
Rasulullah SAW bersabda: ” Jihad orang yang tua, lemah
dan wanita ialah menunaikan haji” (an-Nasa’i)”
Pernah Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud : “Jikalau
sekiranya ada perintah dari Allah SWT untuk menyuruh manusia sujud kepada
manusia nescaya aku suruh isteri sujud kepada suaminya.”
Namun perempuan lebih ramai di neraka
Dari Abdullah bin Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w
telah bersabda: “Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyakkanlah
istighfar iaitu memohon ampun. Kerana aku melihat kaum wanitalah yang lebih
ramai menjadi penghuni Neraka.” Seorang wanita yang cukup pintar di antara
mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, kenapa kami kaum wanita yang lebih ramai
menjadi penghuni Neraka?” Rasulullah S.A.W bersabda: “Kamu banyak mengutuk dan
mengingkari suami. Aku tidak melihat mereka yang kekurangan akal dan agama yang
lebih menguasai pemilik akal, daripada golongan kamu. Wanita itu bertanya lagi:
“Wahai Rasulullah! Apakah maksud kekurangan akal dan agama itu? “Rasulullah
s.a.w bersabda: “Maksud kekurangan akal ialah penyaksian dua orang wanita sama
dengan penyaksian seorang lelaki. Inilah yang dikatakan kekurangan akal. Begitu
juga wanita tidak mendirikan sembahyang pada malam-malam yang dilaluinya
kemudian berbuka pada bulan Ramadhan kerana haid. Maka inilah yang dikatakan kekurangan
agama”
Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berinfaq.
Anjuran yang bahkan pada bagian awal surah Al-Baqarah telah disebutkan oleh
Allah subhaanahu wa ta’aala menggambarkan salah satu karakter utama orang
bertaqwa.
“Alif Laam Miim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib, yang mendirikan shalat dan meng-infaq-kan sebahagian rezki yang
Kami anugerahkan kepada mereka.”
(QS Al-Baqarah ayat 1-3)
Dalam ayat di atas Allah ta’aala menyebutkan karakter
muttaqin yang biasa berinfaq bersama karakternya yang rajin menegakkan sholat.
Di dalam Al-Qur’an hampir selalu karakter menegakkan sholat dan mengeluarkan
infaq disebutkan dalam suatu rangkaian berpasangan. Hal ini mudah dimengerti
sebab ajaran Islam selalu menekankan keseimbangan dalam segala sesuatu. Islam
bukan semata ajaran yang mewujudkan hubungan antara hamba dengan rabbnya atau
hablum minAllah, tetapi juga hubungan antara hamba dengan sesama hamba atau
hablum minan-naas.
Uniknya lagi, di dalam ajaran Islam bila suatu perintah
Allah ta’aala dilaksanakan, maka bukan saja hal itu menunjukkan kepatuhan
seorang hamba akan rabbnya, melainkan dijamin bakal mendatangkan manfaat bagi
si hamba. Ini yang disebut dengan fadhilah atau keutamaan suatu
’amal-perbuatan. Misalnya sholat malam atau tahajjud. Allah ta’aala menjanjikan
bagi pelakunya bakal memperoleh kekuatan daya pengaruh ketika berbicara.
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk
sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya
atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan
bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan
kepadamu perkataan yang berat.” (QS AlMuzzammil ayat 1-5)
Contoh lainnya bila seseorang meningkatkan ketaqwaan
kepada Allah ta’aala maka di antara fadhilah yang akan ia peroleh adalah
penambahan ilmu dari Allah ta’aala, jalan keluar kesulitan hidupnya serta rizqi
dari arah yang tidak disangka-sangka.
”Dan bertakwalah kepada Allah; Allah (akan) mengajarmu.”
(QS AlBaqarah ayat 282)
”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
(QS Ath-Thalaq ayat 2-3)
Demikian pula dengan berinfaq. Allah ta’aala menjanjikan
fadhilah di balik kedermawanan seseorang yang rajin berinfaq.
“Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki
bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi
(siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan,
maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.”
(QS Saba’ ayat 39)
Bahkan dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa
sallam menggambarkan keuntungan yang bakal diraih seseorang yang rajin berinfaq
di pagi hari sekaligus kerugian yang bakal dideritanya bilamana ia tidak peduli
berinfaq di pagi hari
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi
Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidak ada satu subuh-pun yang
dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu
di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,
sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang
menahan (hartanya)” (HR Bukhary 5/270)
Pembaca yang budiman, marilah kita galakkan berinfaq di
pagi hari agar malaikat mendoakan kelapangan rizqi yang memang sangat kita
perlukan untuk memperlancar ibadah, amal sholeh, da’wah dan jihad kita di
dunia. Dan jangan biarkan ada satu pagipun yang berlalu tanpa berinfaq sebab
itu sama saja kita mengundang kerusakan dalam hidup sebagaimana doa malaikat
yang satunya di setiap pagi hari.
Ketahuilah, bukan banyaknya jumlah infaq yang penting
melainkan kontinuitas-nya. Lebih baik berinfaq sedikit namun konstan
terus-menerus daripada berinfaq dalam jumlah besar namun hanya sekali setahun
atau seumur hidup. Orang yang konstan berinfaq tidak bakal dipengaruhi oleh
musim. Dalam masa paceklik tetap berinfaq, dalam masa panen tentu lebih pasti.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit.”
(QS Ali Imran ayat 133-134)
No comments:
Post a Comment