!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Sunday, July 19, 2015

Makanlah makanan halal.

Perjalanan yang belum selesai (317)

(Bahagian ke tiga ratus tujuh belas), Depok, Jawa Barat, Indonesia, 20 juli 2015, 03.22.00 WIB)

Makanlah makanan halal.

Allah memerintahkan kepada manusia agar kita makan makanan yang halal, baik makanan yang kita beli seara halal, artinya dari wang yang kita peroleh dari cara yang halal dan bukan wang hasil riba (bunga bank).
Selain itu selain kita membeli makanan dari wang hasil kerja kita yang halal, bukan wang hasil korupsi, mencopet, merompak atau kita ambil hak orang lain atau hak anak yatim, Allah seperti di terangkan dalam Surah An-Nahl ayat 115 mengharamkan kita makan daging babi, darah , bangkai binatang (kecuali ikan), dan dalam surah lain dan dalil lain di Al Quran dan Hadis kita juga diharamkan minum arak (minuman yang memabukkan (mengandungi alkohol), merokok (smoking cigaret) berdasarkan Fatwa Muhammadiyah Indonesia dan Majelis Ulama Arab Saudi).

Allah berfirman dalam Al Quran surah An-Nahl, Ayat ke 115:

إنما حرم عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل لغير الله به فمن اضطر غير باغ ولا عاد فإن الله غفور رحيم (115)

Artinya:
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (16: 115)

Al-Quran dalam ayat ini mengajak manusia untuk menjaga keseimbangan dalam memakan makanan. Tidak ekstrim kiri dan kanan. Oleh karenanya Allah menyebut makanan apa saja yang boleh dimakan. Al-Quran berdasarkan keperluan manusia mengatakan, "Kalian dibenarkan memakan daging, namun tidak setiap daging. Jauhkan diri kalian dari memakan daging yang dicekik, mati (bangkai) dan daging haiwan yang tidak disembelih. Begitu juga kalian haram memakan daging haiwan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. "

Dalam surat lain ada ayat yang isinya sama dengan ayat yang baru saja kita baca ini dan menjelaskan secara terperinci haiwan yang halal dan haram dimakan.

Lanjutan ayat 115 surat an-Nahl ini berbunyi, "Apabila kalian berada dalam keadaan sukar dan untuk mempertahankan hidup yang membuat kalian terpaksa memakan daging haiwan yang diharamkan, Allah akan mengampuni kalian. Namun syaratnya kalian tidak memakannya melebihi batas darurat."

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Falsafah pengharaman sebahagian makanan tidak terbatas pada masalah kesihatan, tetapi menjauhkan diri dari kekotoran seperti syirik dan ini menjadi tolok ukur utama pengharaman ilahi. Artinya, seorang muslim dalam hal makan juga harus dalam jalur tauhid.
2. Islam tidak pernah menemui jalan buntu. Dalam keadaan darurat, perbuatan dosa mendapat pengampunan.

Pada tahun 1980an di negara-negara majoriti non-Muslim seperti di Amerika Syarikat, daging halal sukar ditemui. Saya yang tinggal di bandar Fresno, California, ketika itu harus membeli daging halal di bandar Sacramento, dari Sacramento saya biasanya membeli ayam halal yang cukup, dan saya edarkan pada Muslimin dan para mahasiswa muslim melalui Masjid Fresno.
Dewasa ini pasar raya atau mini market yang menjual makanan halal cukup banyak tersebar di bandar-bandar di Amerika, termasuk di San Diego, di mana saya kerap berkunjung ke adik perempuan saya yang bersuamikan warga Amerika Syarikat yang tinggal di bandar ini.
Hal ini disebabkan jumlah dan pertumbuhan ummat Islam cukup pesat dan tersebar di bandar kecil dan bandar besar di AS.
Begitu juga di negara yang majoriti non-Muslim seperti di Jerman, Inggeris dan Perancis, dulu tahun 1980'an ketika saya berkunjung ke Jerman, Austria, Hungary, Belanda dan Sepanyol saya selalu makan dan mencari restauran milik Muslim asal Turki yang bertebaran di negara- negara di Eropah.
Restauran milik pendatang asal Turki ini kalau kita sebut di Indonesia sebagai Warteg (warung tegal / rumah makan kecil), namun halal dan menunya tidak jauh dengan menu yang ada di negara-negara Arab Timur Tengah.
Kalau saya ke Singapura, saya selalu menyempatkan diri makan di luar hotel untuk mencari restauran Muslim milik Etnik Melayu dan Muslim India dan Pakistan. Kerana saya ragu apakah ayam dan daging di hotel di Singapura itu halal.
Dulu ketika saya jalan-jalan ke beberapa negara bahagian di Amerika Syarikat, saya selalu kalau mampir ke restaurant McDonald, saya selalu memesan Mc Fish (roti isi ikan).
Di Beograd, Ibukota Serbia, ada restauran milik pemuda Muslim asal Jawa yang berkahwin dengan gadis serbia yang kemudian isterinya itu menjadi Muallaf (masuk Islam) dan mempunyai satu putri. Walaupun restaurannya tidak ditulis label Halal di depan restaurannya, namun pemiliknya mengaku semua daging dan semua menu Restaurannya halal yang seluruh bahan-bahannya dia beli di Mini Market makanan Halal yang dijual oleh Muslim Serbia.


KITAB MAKANAN


Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi



Al-Ath'imah (الأطعمة) adalah bentuk jamak dari tha'aam (طعام) (makanan), yaitu segala sesuatu yang dimakan dan dimakan oleh manusia baik berupa makanan pokok atau selainnya.

Hukum asal makanan adalah halal, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

يا أيها الناس كلوا مما في الأرض حلالا طيبا

"Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi ..." [Al-Baqarah: 168]

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

وكلوا واشربوا ولا تسرفوا إنه لا يحب المسرفين قل من حرم زينة الله التي أخرج لعباده والطيبات من الرزق

"... Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah, 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik ...' "[Al-A'raaf: 31-32]

Tidak boleh mengharamkan sesuatu dari makanan kecuali makanan yang telah Allah haramkan dalam Kitab-Nya atau yang diharamkan melalui lisan Rasul-Nya. Mengharamkan apa yang tidak diharamkan Allah termasuk mengada-ada kedustaan ​​terhadap Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قل أرأيتم ما أنزل الله لكم من رزق فجعلتم منه حراما وحلالا قل آلله أذن لكم أم على الله تفترون وما ظن الذين يفترون على الله الكذب يوم القيامة

"Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebahagiannya haram dan (sebagiannya) halal.' Katakanlah, 'Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-ada saja terhadap Allah? Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat ... "[Yunus: 59-60]

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

ولا تقولوا لما تصف ألسنتكم الكذب هذا حلال وهذا حرام لتفتروا على الله الكذب إن الذين يفترون على الله الكذب لا يفلحون متاع قليل ولهم عذاب أليم

"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, 'Ini halal dan ini haram,' untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih. "[An-Nahl: 116-117]

Macam-Macam Makanan Yang Diharamkan
Allah berfirman:

وما لكم ألا تأكلوا مما ذكر اسم الله عليه وقد فصل لكم ما حرم عليكم إلا ما اضطررتم إليه

"Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang di-haramkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu mema-kannya ..." [Al- An'aam: 119]

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyebutkan secara terperinci apa-apa yang diharamkan bagi kita, dengan perincian yang jelas serta menjelaskannya secara gamblang.

Allah Ta'ala berfirman:

حرمت عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل لغير الله به والمنخنقة والموقوذة والمتردية والنطيحة وما أكل السبع إلا ما ذكيتم وما ذبح على النصب وأن تستقسموا بالأزلام ذلكم فسق

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging haiwan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. "[Al-Maa-idah: 3]

Allah Ta'ala berfirman:

ولا تأكلوا مما لم يذكر اسم الله عليه وإنه لفسق

"Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut Nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan ... "[Al-An'aam: 121]

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قل لا أجد في ما أوحي إلي محرما على طاعم يطعمه إلا أن يكون ميتة أو دما مسفوحا أو لحم خنزير فإنه رجس أو فسقا أهل لغير الله به

"Katakanlah, 'Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -karena sesungguhnya semua itu kotor- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah ... "[Al-An'aam: 145]

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وحرم عليكم صيد البر ما دمتم حرما

"... Dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram ..." [Al-Maa-idah: 96]

Hal-Hal Yang Hukumnya Disamakan Dengan Bangkai
Sesuatu dari anggota tubuh yang dipotong dari haiwan dalam keadaan hidup, hukumnya disamakan dengan bangkai. Berdasarkan hadits Abu Waqid al-Laitsi, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ما قطع من البهيمة وهي حية فهو ميتة.

'Apa yang dipotong dari haiwan yang masih hidup adalah bangkai.' "[1]

Bangkai Dan Darah Yang Dikecualikan
Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu' anhuma, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أحلت لنا ميتتان ودمان, فأما الميتتان فالحوت والجراد, وأما الدمان فالكبد والطحال.

'Telah dihalalkan bagi kita dua jenis bangkai dan dua jenis darah, adapun kedua jenis bangkai itu adalah bangkai ikan dan belalang, sedangkan kedua-dua jenis darah itu adalah hati dan limpa.' "[2]

Pengharaman Keledai Peliharaan
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu ia menerangkan bahawasanya Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam pernah didatangi oleh seseorang seraya berkata, "Keledai peliharaan telah dimakan." Kemudian beliau didatangi lagi oleh seseorang dan berkata, "Keledai peliharaan telah dimakan." Kemudian beliau didatangi lagi oleh seseorang dan berkata, "Keledai peliharaan telah punah." Akhirnya beliau memerintahkan seseorang untuk mengumumkan pada manusia (orang itu berkata), 'Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian memakan daging keldai peliharaan, sesungguhnya daging keldai peliharaan itu najis.' Aku pun menumpahkan periuk yang berisi daging keldai yang sedang mendidih. "[3]

Haramnya Memakan Setiap Binatang Yang Mempunyai Taring Dari Binatang Buas Dan Setiap Binatang Yang Mempunyai Cakar Dari Jenis Burung
Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu a'nhuma, ia berkata:

نهى رسول الله عن كل ذي ناب من السباع, وعن كل ذي مخلب من الطير.

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kita memakan setiap binatang yang mempunyai taring dari binatang buas dan setiap binatang yang mempunyai kuku dari jenis burung." [4]

Pengharaman Jallalah (Haiwan Yang Memakan Kotoran)
Jallalah adalah haiwan yang sebahagian besar dari makanannya adalah hal-hal yang najis (kotoran-pent).

Diharamkan memakannya, meminum susunya, dan menungganginya.
Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu a'nhuma, ia berkata:

نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن أكل الجلالة وألبانها.

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kita memakan jallalah dan meminum susunya." [5]

Dan darinya juga Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:

نهى رسول الله صلى الله عليه وسل عن الجلالة في الإبل أن يركب عليها, أو يشرب من ألبانها.

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kita menunggangi unta jallalah atau meminum susunya." [6]

Kapan Jallalah Bisa Menjadi Halal?
Apabila haiwan tersebut dikurung selama tiga hari dan diberi makan dengan makanan yang suci, maka boleh menyembelih dan memakannya.

Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu' anhuma, ia menerangkan bahwasanya ia mengurung ayam jallalah selama tiga hari. [7]

Dibolehkannya Sesuatu Yang Haram ketika Darurat
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فمن اضطر غير باغ ولا عاد فلا إثم عليه إن الله غفور رحيم

"... Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "[Al-Baqarah: 173]

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

فمن اضطر في مخمصة غير متجانف لإثم فإن الله غفور رحيم

".... Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "[Al-Maa-idah: 3]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata (II / 14), "Sesiapa yang memerlukan untuk memakan makanan haram yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ini karena keadaan darurat, maka ia boleh memakannya dan Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadapnya. Sebab Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui keperluan hamba-Nya yang berada dalam kesulitan dan sangat memerlukan makanan tersebut, maka Allah pun membolehkan (memakan) nya dan mengampuninya. Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dan Shahiih Ibni Hibban dari Ibnu 'Umar secara marfu', ia berkata, 'Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam bersabda.

... إن الله يحب أن تؤتي رخصته كما يكره أن تؤتي معصيته.

'Sesungguhnya Allah menyenangi apabila keringanan-Nya diambil sebagaimana Dia membenci dilakukannya kemaksiatan terhadap-Nya.' '"[8]

Oleh kerana itu, para ulama ahli fiqih mengatakan bahawa memakan bangkai dalam keadaan tertentu (boleh menjadi) wajib, apabila ia takut akan (kebinasaan) dirinya dan tidak menjumpai sesuatu pun (yang halal untuk dimakan). Terkadang hukumnya menjadi sunnah dan terkadang hukumnya boleh sesuai dengan keadaan.

Sedangkan mereka berselisih pendapat apakah memakan bangkai itu hanya sekedarnya saja untuk menopang sisa hidupnya atau ia boleh memakannya sampai kenyang atau bahkan boleh menyimpannya untuk bekal? Perselisihan mereka menjadi beberapa pendapat sebagaimana yang tertera dalam kitab-kitab Fiqih.

Mereka juga berpendapat bahawa tidak mendapatkan makanan selama tiga hari, tidak menjadi syarat untuk dibolehkannya memakan bangkai. Sebagaimana yang disangka oleh kebanyakan orang awam dan selain mereka, namun yang benar kapan saja ia terpaksa memakannya, ia boleh memakannya.

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, penterjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]

No comments:

Post a Comment