Perseteruan antara dua tokoh politik tanah air mewarnai perebutan tampuk kepemimpinan di Indonesia tahun ini.
Mantan Presiden Megawati Sukarnoputri, ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), pada akhir pekan lalu menolak kedatangan tim utusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang mewakili Partai Demokrat, demikian keterangan sumber. Megawati “tidak bersedia menerima” utusan SBY, ujar sumber tersebut kepada Wall Street Journal. Tim tersebut dipimpin Tiopan Bernhard Silalahi, seorang jenderal purnawirawan dan penasihat SBY, kata sumber.
Penolakan tersebut mengisyaratkan keenganan PDI-P, yang pada pemilihan umum (Pemilu) legislatif meraih 19% suara, untuk berkoalisi dengan partai Demokrat menuju tangga kepresidenan. Popularitas calon presiden PDI-P, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, sepanjang setahun belakangan telah melampaui para pesaingnya. Namun, rendahnya perolehan suara partai menimbulkan keraguan publik mengenai kemampuan Jokowi, demikian ia biasa disebut, dalam menahan gempuran lawan.
Kedua partai menolak memberikan komentar.
Dunia politik Indonesia kembali memasuki periode sarat aksi lobi karena 10 partai yang mendapat kursi parlemen setelah Pemilu legislatif berupaya mencari mitra koalisi. PDI-P telah mengikat diri dengan partai lebih kecil. Langkah itu telah cukup untuk memenuhi syarat untuk mencalonkan Jokowi sebagai presiden.
Menurut para analis, Jokowi masih tetap memiliki kans besar untuk memenangi pemilihan umum presiden.
Namun, calon dari partai Golongan Karya dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) merasa mendapat angin setelah partai yang mengusungnya menangguk suara lebih besar dari yang diharapkan. Kini, keduanya mencoba membangun koalisi demi mengganjal Jokowi.
Penolakan Megawati adalah satu dari sekian banyak dendam lama dalam politik dalam negeri.
SBY pada masa pemerintahan Megawati adalah seorang menteri senior hingga 2003. Ia memutusukan mundur dan mendirikan Partai Demokrat guna menyaingi Megawati dalam pemilihan umum presiden pertama di Indonesia pada 2004. Kubu SBY menang tipis. Namun, pada pemilu berikutnya di 2009, Demokrat mereguk suara mayoritas.
Presiden SBY masih menjadi ketua partai. Namun, sejumlah skandal korupsi dan lemahnya pemerintahan telah menekan popularitas partai hingga ke titik terendah. Walau demikian, Partai Demokrat masih menjala 10% suara dalam Pemilu legislatif lalu. Artinya, partai itu masih memiliki peran penting untuk menyokong satu dari tiga calon presiden.
“[SBY] sepertinya tahu bahwa 10% suara masih berarti,” ujar Bawono Kumoro, analis dari Habibie Center. “Ia kelihatannya seorang kingmaker.” Kumoro mengatakan Partai Demokrat masih dapat mengajukan calonnya melalui koalisi dengan dua partai Islam yang meraih hasil memuaskan dalam pileg kemarin. Gabungan ketiga partai itu memiliki 26% suara.
Maftuh Basyuni, diplomat karier dari kubu Demokrat, mengatakan pada Selasa bahwa partainya akan terus melanjutkan konvensi.
Megawati “mengulangi kesalahan [yang ia lakukan] pada 1999″ ujar Yohanes Sulaiman, dosen Universitas Pertahanan Indonesia.
Pada 1999, PDI-P memenangi pemilu legislatif. Namun, ia gagal menjadi presiden akibat dihadang koalisi sejumlah partai di Dewan Perwakilan Rakyat.|WSJ
No comments:
Post a Comment