Soviet Troops in Afghanistan |
Michael Gorbachev dan Ronald Reagan |
JimmyCarter dan Leonid Bresgnev |
Perjalanan yang belum selesai (6)
(Bagian ke enam, Depok , Jawa Barat, Indonesia, 8 Agustus 2014, 15.31 WIB)
Pada waktu saya kuliah Di California State University
(CSU) Fresno, California, Amerika Serikat (1982-1983) saya punya teman namnya
Omar Endin , anaknya Kusmadi Amin Endin mantan Kepala Divisi Humas Pertamina
yang kini pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang sertifikasi Halal.
Omar selain satu kampus juga tinggal bersama saya satu
apartemen, letaknya bersebelahan dengan Masjid Fresno seberang kampus CSU.
Tidak heran kalau kami berdua rajin berjamaah di Masjid
yang kerap didatangi para penceramah termasuk bang Imadudin dari Masjid Salman
ITB, dan tokoh Malaysia Anwar Ibrahim, mengingat banyak para pelajar terutama
yang dapat beasiswa Mara Malaysia kuliah di AS.
Termasuk dakwah Jamaah Tabligh yang mengajak kaum
Muslimin ikut berdakwah baik di Amerika Serikat , maupun berjihad membantu
Mujahidin melawan tentara Komunis Uni Soviet di Afghanistan. Pada era ini
ketika AS dipimpin Presiden Jimmy Carter dan Ronald Reagan sedang membantu
Mujahidin dan kelompok Usamah bin Laden memerang pendudukan Uni Soviet selama
Sembilan tahun di bawah rezim komunis Presiden Leonid Breshnev dan Mikhail
Gotabachev.
Berpose di pintu gerbang CSU |
Kusmadi Amin Endin pernah menelpon saya untuk membujuk
anaknya Omar Endin untuk jangan ikut berjihad ke Afghanistan, karena ia nanti
akan mati konyol melawan tentara Uni Soviet yang jumlahnya ribuan dengan
senjata canggih, mulai dari pesawat tempur sampai tank.
Pantas saja di kamar kami Omar Endin sudah memiliki
senjata pistol yang dia beli di sebuah toko senjata di negeri yang bebas
memperjual belikan berbagai jenis senjata. Tidak heran kalau di kota Los
Angeles angka kematian akibat letusan senjata paling tinggi di dunia, baik
akibat tmbakan perampok , orang yang lagi stress (bunuh diri) sampai
pertengkaran antar suami istri maupun tetangga.
Konon kabarnya Omar Endin beringinan mau membeli senjata
stringer sebelum berangkat ke Afghanistan. Omar batal ke Afghanistan dan selama
di Indonesia berkarir di bagian Human Resources Devekopment, karena di CSU dia
mengambil jurusan ini, sedangkan saya mengambil jurusan Ekonomi. (detail kenapa
Omar tertarik Jihad ke Afghanistan lihat tulisan saya berikutnya)
Menurut tulisan di Wikipedia, Perang Soviet-Afganistan
merupakan masa sembilan tahun di mana Uni Soviet berusaha mempertahankan
pemerintahan Marxis-Lenin di Afganistan, yaitu Partai Demokrasi Rakyat
Afganistan, menghadapi mujahidinAfganistan yang ingin menggulingkan
pemerintahan. Uni Soviet mendukung pemerintahan Afganistan, sementara para
mujahidin mendapat dukungan dari banyak negara, antara lain Amerika Serikat dan
Pakistan.
Pasukan Soviet pertama kali sampai di Afganistan pada
tanggal 25 Desember 1979, dan penarikan pasukan terakhir terjadi pada tanggal 2
Februari 1989. Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa semua pasukan mereka sudah
ditarik dari Afganistan pada tanggal 15 Februari 1989. Karena banyaknya biaya
dan kesia-siaan konflik ini, Perang Soviet-Afganistan sering disamakan sebagai
Perang Vietnam-nya Uni Soviet.[1]
Perang ini memiliki dampak yang sangat besar, dan
merupakan salah satu faktor leburnya Uni Soviet pada tahun1991.[2]
Pasukan Mujahidin tengah Sholat |
Latar belakang
Daerah yang kini bernama Afganistan sebagian besar
merupakan wilayah Muslim sejak tahun 882 M. Negara dengan keadaan geografisnya
berupa pegunungan dan gurun pasir mencerminkan pada komposisi etnis, budaya dan
bahasanya. Populasinya pun terbagi menjadi beberapa kelompok etnis, Pashtun
adalah etnis terbesar, bersama dengan Tajik, Hazara, Aimak, Uzbek, Turkmen dan
kelompok kecil lainnya.
Keikutsertaan militer Rusia di Afganistan memiliki
sejarah yang panjang, berawal pada ekspansi Tsar yang disebut "Permainan
Besar" antara Rusia dengan Britania Raya, dimulai pada abad ke-19 dengan
kejadian yang disebut insiden Panjdeh. Ketertarikan akan daerah ini berlanjut
saat era Soviet di Rusia, dengan adanya miliaran uang bantuan ekonomi dan militer
untuk Afganistan pda tahun 1955 sampai 1978.[3]
Pada Februari 1979, revolusi Islam Iran telah mengusir
shah yang didukung oleh Amerika Serikat di Iran. Di Uni Soviet, tetangga
Afganistan yang terletak di sebelah utara Afganistan, lebih dari 20% populasinya
adalah Muslim. Banyak Muslim Soviet di Asia Tengah mempunyai hubungan yang baik
terhadap Iran maupun Afganistan. Uni Soviet juga telah terpojok oleh fakta
bahwa sejak Februari, Amerika Serikat telah menurunkan 20 kapal, termasuk 2
pesawat pengangkut dan ancaman konstan peperangan dari Amerika Serikat dan
Iran.[4] Maret 1979 juga ditandai Amerika Serikat yang mencanangkan perjanjian
perdamaian antara Israel dan Mesir. Pemimpin Uni Soviet melihat perjanjian
damai antara Israel dan Mesir sebagai langkah peningkatan kekuatan Amerika
Serikat di daerah tersebut. Faktanya, sebuah koran Soviet menyatakan bahwa
Mesir dan Israel sekarang adalah sekutu dari Pentagon. Uni Soviet melihat
perjanjian tidak hanya perjanjian tertulis di antara dua negara tapi juga persetujuan
militer.[5]
Selain itu, Uni Soviet menemukan bahwa Amerika Serikat
menjual lebih dari 5.000 peluru kendali ke Arab Saudi dan juga membantu atas
kesuksesan pertahanan Yemen melawan Faksi Komunis. Republik Rakyat Tiongkok
juga menjual RPG Tipe 69 kepada Mujahidin dalam kooperasi dengan CIA. Kemudian,
hubungan erat Uni Soviet dengan Irak mengasam, karena Irak, pada Juni 1978,
mulai membeli senjata yang dibuat Perancis dan Italia, dan bukan senjata buatan
Uni Soviet. Namun, bantuan barat membantu pemberontakan melawan Soviet
dilakukan. Beberapa partai memberikan bantuan mereka untuk membantu Mujahidin
dalam alasan untuk menghancurkan pengaruh Uni Soviet.[6]
Republik Demokratis Afganistan
adalah: Republik
Demokratis Afghanistan
Revolusi Sau
Mohammad Zahir Shah naik tahta dan berkuasa dari tahun
1933 sampai 1973. Keponakan Zahir, Mohammad Daoud Khan, menjadi Perdana Menteri
Afganistan dari tahun1953 sampai 1963. Partai Demokrasi Rakyat Afganistan yang
merupakan partai Marxis terus berkembang pada tahun itu. Tahun 1967, Partai
Demokrasi Rakyat Afganistan terbagi menjadi dua faksi yang saling bersaing,
faksi Khalq dikepalai oleh Nur Muhammad Taraki dan Hafizullah Amin dan faksi
Parcham dipimpin oleh Babrak Karmal.
Perdana Menteri Daoud merebut kekuasaan pada kudeta
hampir tak berdarah pada tanggal 17 Juli 1973, karena korupsi dan kondisi
ekonomi yang miskin. Daoud mengakhiri monarki, namun ambisinya dalam reformasi
ekonomi dan sosial tidak berhasil. Hal ini membuat Partai Demokrasi Rakyat
Afganistan memanas karena represi yang dilakukan terhadap mereka oleh rezim
Daoud, selain itu, kematian atas anggota Partai Demokrasi Rakyat Afganistan,
Mir Akbar Khyber juga membuat partai itu memanas.[7] Kematian misterius Khyber
membuat munculnya banyak demonstrasi anti Daoud di Kabul dan mengakibatkan
penangkapan atas beberapa pemimpin penting Partai Demokrasi Rakyat
Afganistan.[8]
Akibat dari hal tersebut, pada tanggal 27 April 1978,
Partai Demokrasi Rakyat Afganistan menggulingkan dan mengeksekusi Daoud dan anggota
keluarganya.[9]
Nur Muhammad
Taraki, Sekjen Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menjadi Presiden Dewan
Revolusi, dan Perdana Menteri negara yang baru, Republik Demokratis Afganistan.
Faksi di dalam Partai Demokrasi Rakyat Afganistan
Setelah revolusi, Taraki menjadi presiden, Perdana
Menteri, dan Sekretaris Jendral Partai Demokrasi Rakyat Afganistan. Namun
sejatinya, pemerintah terbagi berdasarkan faksi, dengan Presiden Taraki dan
Wakil Perdana Menteri Hafizullah Amin dari faksi Khalq melawan pemimpin Parcham
seperti Babrak Karmal dan Mohammad Najibullah, sehingga hal ini menghasilkan
konflik yang menyebabkan pengasingan, eksekusi, dan pembersihan anggota-anggota
Parcham.
Selama awal 18 bulan memimpin, Partai Demokrasi Rakyat
Afganistan menerapkan program reformasi bergaya Soviet. Perubahan hukum tentang
perkawinan dan tanah tidak diterima secara baik oleh masyarakat setempat yang
mengikuti tradisi Islam. Akibat dari itu, ribuan anggota dari elit tradisional,
pemuka-pemuka agama, dan paranormal diadili.
Pertengahan tahun 1978, pemberontakan rakyat yang
didukung oleh anggota garnisun setempat dimulai di Nuristan, daerah timur
Afganistan dan perang saudara menyebar di seluruh negara. September 1979, Wakil
Perdana Menteri Afghanistan Hafizullah Amin merebut kekuasaan dan menyebabkan
kematian Presiden Taraki. Lebih dari dua bulan ketidakstabilan menyebabkan
pemerintahan Amin kewalahan, sementara ia harus menghadapi lawannya di Partai
Demokrasi Rakyat Afganistan, serta pemberontakan yang semakin menyebar.
Hubungan Afganistan-Soviet
Setelah Revolusi Rusia pada awal tahun 1919, pemerintah
Uni Soviet memberi bantuan terhadap Afganistan dalam bentuk jutaan Rubel emas,
senjata ringan, amunisi, dan sedikit pesawat untuk membantu orang Afganistan
melawan Inggris.
Pada tahun 1924, Uni Soviet kembali memberikan bantuan
militer kepada Afganistan. Mereka memberi orang Afganistan bantuan
persenjataan, pesawat tempur dan juga pelatihan di Tashkent untuk pelatihan
petugas. Kerjasama militer antara Soviet-Afganistan dimulai pada tahun 1956, di
mana kedua negara menandatangani perjanjian. Menteri Pertahanan Soviet kini
bertanggung jawab untuk melatih semua opsir militer Afganistan.
Pada tahun 1972, lebih 100 konsultan dan spesialis teknik
Soviet dikirim ke Afganistan untuk melatih pasukan Afganistan. Pada Mei 1978,
pemerintah Soviet menandatangani perjanjian internasional lainnya, mengirim 400
penasihat militer Soviet ke Afganistan.
Pada bulan Desember tahun 1978, Moskwa dan Kabul
mendistribusikan pasukan untuk membantu Afganistan atas permintaan Afganistan.
Bantuan Militer Soviet meningkat dan rezim Partai Demokrasi Rakyat Afganistan
tergantung pada peralatan militer dan penasihat militer Soviet.
Dengan Afganistan dalam kondisi yang mengerikan selama
negara diserang oleh berbagai pemberontakan, Uni Soviet mendistribusikan
pasukan dengan mengirim pasukan ke-40 atas permintaan pasukan Afganistan.
Pasukan ke-40, di mana di bawah komando Marshal Sergei Sokolov, terdiri dari 3
divisi angkatan bersenjata, satu divisi pasukan payung, satu brigade penyerang.
Jika dijumlahkan, pasukan Soviet meliputi sekitar 1.800 T-62, 80.000 pasukan
dan 2.000 kendaraan tempur lapis baja.[10]
Pemerintah Afganistan meminta agar pemerintah Soviet
memasukan pasukan Soviet di Afganistan saat musim semi dan musim panas tahun
1979. Mereka meminta pasukan Soviet untuk menyediakan keamanan dan meningkatkan
efektivitas pertarungan melawan Mujahidin.
14 April, Pemerintah Afganistan meminta Uni Soviet
mengirim 15 sampai 20 helikopter dengan awaknya ke Afganistan, dan pada 16
Juni, pemerintah Soviet merespon dan mengirim tank, BMP, dan awak untuk menjaga
pemerintah Afganistan di Kabul dan untuk mengamankan lapangan udara Bagram dan
Shindand.
Dalam merespon permintaan ini, 1 batalion pasukan payung,
dikomando oleh Kolonel A. Lomakin, tiba di lapangan udara Bagram pada tanggal 7
Juli 1979. Mereka tiba tanpa alat pertempuran mereka, menyamar sebagai
spesialis tekhnik. Mereka adalah penjaga pribadi Taraki. Prajurit payung telah
diarahkan menuju penasihat militer senior Soviet dan tidak ikut campur dalam
politik Afganistan.
Setelah 1 bulan, permintaan DRA tidak lagi untuk kru
individual dan subunit, tapi adalah regimen dan pasukan yang lebih besar.
Pada tanggal 19
Juli 1979, pemerintah Afganistan meminta agar 2 divisi pasukan penembak dikirim
ke Afganistan. Sehari setelah itu, mereka meminta 1 divisi pasukan payung untuk
penjumlahan permintaan awal. Mereka mengulangi permintaan dan berbeda dengan permintaan
itu atas bulan selanjutnya Desember 1979. Walapun begitu, pemerintah Soviet
tidak terburu-buru untuk menyelesaikan permintaan ini.
Permulaan dari kekacauan
Pada bulan Juni tahun 1975, kelompok militan dari Partai
Jamiat Islami berusaha menjatuhkan Pemerintahan Daoud. Mereka memulai
pergerakan mereka di Lembah Panjshir, 100 kilometer di utara Kabul, dan di
beberapa provinsi lainnya. Meskipun begitu, pemerintah dapat meredakan
kekacauan dan perubahan porsi besar dari kekacauan meminta pengungsi di
Pakistan saat mereka menikmati bantuan Pemerintah Zulfikar Ali Bhutto, yang
diketahui oleh kebangkitan Daoud atas isu Pashtun.[11]
Pemberontakan yang sesungguhnya dimulai tahun 1978,
setelah Pemerintahan Taraki memulai serangkaian reformasi ditujukan pada
"penumbangan feodalisme" di komunitas Afganistan.[12] Reformasi ini
memperkenalkan beberapa perubahan, tapi mereka dipaksakan dengan cara
kebrutalan. Komunitas pedesaan Afganistan masih sangat tradisional, dan
perubahan lokal telah merusak komunitas; selain itu reformasi pendidikan dan
kebebasan wanita pun dianggap sebagai serangan melawan Islam.
Maka dari itu, reaksi melawan reformasi tersebut adalah
kekacauan, sebagian besar mengadakan pemberontakan. Revolusi dimulai bulan
Oktober bersama dengan orang Nuristan dari Lembah Kunar, dan dengan cepat
menyebar di antara etnis lainnya, termasuk suku Pashtun. Pasukan Afghanistan
terserang wabah dengan pembelotan dan moral yang kecil dan terbukti sepenuhnya
tidak mampu mengatasi kekacauan. Saat musim semi tahun 1979, 24 dari 28
provinsi telah menderita akibat kekacauan dan pemberontakan. Pemberontakan
mulai mengambil bagian di kota, bulan Maret tahun 1979 di Herat. Pasukan
Afganistan yang dipimpin oleh Ismail Khan memberontak dan dibunuh besar-besaran
kira-kira 100 penasihat Soviet. Partai Demokrasi Rakyat Afganistan membalas
dengan melancarkan kampanye bombardmen yang membunuh 24.000 penduduk dalam satu
kota.
Pada bulan Mei tahun 1978, pemberontak membangun benteng
pertama mereka di Pakistan untuk melatih pasukan untuk pertempuran di
Afganistan.
Seperti pergerakan anti-komunis lainnya pada waktu itu,
pemberontakan dengan cepat mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Seperti yang
dinyatakan oleh pemimpinCIA yang sebelumnya dan Sekretaris Pertahanan
sebelumnya, Robert Gates, di riwayat hidupnya "From the Shadows",
Badan Intelegen Amerika Serikat mulai membantu faksi yang melawan pemerintah 6
bulan sebelum pasukan Soviet datang. Pada tanggal 3 Juli 1979, Presiden Amerika
Jimmy Carter menandatangani bahwa CIA diberi kekuasaan untuk menyebar operasi
propaganda melawan rezim revolusi.
Penasihat Zbigniew Brzezinski menyatakan "Menurut
sejarah, bantuan CIA kepada Mujahidin dimulai pada tahun 1980, dijaga sampai
sekarang, setelah pasukan Soviet menyerbu Afganistan, 24 Desember 1979. Tapi
kenyataan dirahasiakan sampai sekarang." Brzezinski sendiri memainkan
peran fundamental dalam merakit kebijakan Amerika Serkat, di mana tidak
diketahui oleh Mujahidin, adalah bagian dari strategi yang lebih besar
"untuk membujuk inteversi militer Uni Soviet." Tahun 1998 saat
wawancara dengan Le Nouvel Observateur, Brzezinski menyatakan lagi[13]
“ Operasi
rahasia itu adalah ide yang sangat bagus. Ide itu memiliki pengaruh atas
penarikan pasukan Uni Soviet menuju perangkap Afganistan... Hari di mana Soviet
menyebrang perbatasan, saya menulis kepada Presiden Carter. Kita sekarang punya
kesempatan memberikan Uni Soviet Perang Vietnamnya.
”
Distribusi Pasukan Soviet
Pilihan untuk campur tangan
Benteng pasukan ke-40 Uni Soviet di Kabul, 1987. Sebelum
distribusi pasukan, bangunan ini adalah Istana Tajbeg di mana Amin dibunuh.
Uni Soviet memutuskan untuk memberi bantuan kepada
Afganistan untuk menjalankan revolusi. Pemimpin Soviet, berdasarkan informasi
dari KGB, merasa bahwa Amin menstabilisasikan situasi di Afghanistan. KGB di
Kabul telah memperingatkan orang yang hendak mengkudeta Amin dan pembunuh
Taraki bahwa kepemimpinan Amin akan menuju ke "represi kasar", dan
hasilnya aktivasi dan konsolidasi oposisi.
Soviet mendirikan komisi khusus di Afganistan, atas
pemimpin KGB Yuri Andropov, Ponomaryev dari Komite Pusat dan Dmitry Ustinov,
Menteri Pertahanan Uni Soviet. Pada akhir Oktober mereka melaporkan bahwa Amin
membersihkan musuhnya, termasuk simpatisan Soviet; kesetiannya terhadap Moskwa
hanyalah bohongan; dan dia sedang mecari jalur diplomatik dengan Pakistan dan
jika mungkin, Republik Rakyat Tiongkok.
Argumentasi terakhir untuk mengeliminasi Amin adalah
informasi yang didapat oleh KGB dari agennya di Kabul, menurut dugaan, dua dari
penjaga Amin membunuh presiden sebelumnya, Nur Muhammad Taraki dengan
menggunakan bantal, dan Amin diduga adalah agen CIA. Nantinya, hal ini masih
dibantah karena Amin selalu menunjukan keramahan kepada Uni Soviet. Jendral
Soviet Vasily Zaplatin, yang merupakan penasihat politik saat itu, menyatakan
bahwa empat menteri muda Taraki bertanggung jawab atas destabilisasi namun Zaplatin
gagal untuk menekankan ini.
Invasi Afganistan oleh Uni Soviet
Rute Invasi Soviet pada akhir Desember1979.
Pada tanggal 22 Desember, penasihat Soviet menasihati
kepada Pasukan Bersenjata Afganistan, agar mereka untuk menjalani pemeliharaan
untuk tank dan untuk peralatan perang lainnya yang penting sekali. Sementara
itu, hubungan telekomunikasi keluar area Kabul diputus, mengisolasi ibukota.
Dengan memburuknya situasi keamanan, sebagian besar anggota Pasukan Pasung
Soviet bergabung dengan pasukan darat di Kabul dan mereka mulai mendarat di
Kabul. Serempak, Amin memindahkan kantor presiden ke Istana Tajbeg, dipercaya
bahwa tempat ini lebih aman dari risiko-risiko lainnya yang mungkin
terjadi.[14][15] Kakaknya dan Jendral Babadzhan bertemu dengan panglima besar
pasukan ke-40 sebelum Soviet memasuki Afganistan, untuk bekerja atas rute dan
lokasi pasukan Soviet.[16]
Pada tanggal 27 Desember 1979, 700 pasukan Soviet memakai
seragam Afganistan, termasuk OSNAZ dan pasukan khusus GRU Spetsnaz dari Grup
Alpha dan Grup Zenith, mengambil alih pemerintah, militer dan bangunan-bangunan
di Kabul, termasuk target utama mereka - Istana Tajbeg.
Operasi dimulai pada pukul 7 malam, ketika Grup Zenith
meledakan pusat komunikasi Kabul, melumpukan komandi militer Afganistan. Pada
pukul 7:15, Operasi Badai-333 dimulai. dengan tujuan yang jelas, untuk
memberhentikan dan membunuh
Presiden Hafizullah Amin. Operasi selesai seluruhnya pada
pagi hari tanggal 28 Desember 1979.
Komando militer Soviet di Termez, di Uzbekistan, mengumumkan
di Radio Kabul bahwa Afganistan telah dibebaskan dari kepemimpinan Amin.
Menurut Politbiro Soviet, mereka menurut dengan Perjanjian persahabatan,
Kooperasi, dan ketetanggaan yang baik dan itu adalah kejahatan yang Amin
lakukan sehingga dieksekusi oleh hakim karena kejahatannya.
Siaran Radio yang menurut orang dari Stasiun Radio Kabul,
tapi diidentifikasikan bahwa sebenarnya berasal dari sebuah fasilitas di
Uzbekistan, mengumumkan bahwa eksekusi Hafizullah Amin terselenggara oleh
Komite Pusat Revolusi Afganistan (Afghan Revolutionary Central Committee).
Komite itu kemudian memilih mantan Perdana Menteri Babrak Karmal sebagai kepala
pemerintahan, yang telah diturunkan dari kedudukan Duta Besar ke Ceko karena
pengambilalihan Khalq, dan telah diminta oleh Militer Soviet.[17]
Pasukan darat Soviet, di bawah komando marsekal Sergei
Sokolov, memasuki Afganistan dari utara pada tanggal 27 Desember. Pada pagi
hari, divisi pasukan payungVitebsk mendarat di lapangan udara Bagram dan
distribusi pasukan Soviet di Afganistan sedang berlangsung. Dalam waktu 2
minggu, 5 divisi Soviet telah tiba di Afganistan, yaitu Divisi Pasukan Payung
ke-105 di Kabul, Brigadir ke-66 di Herat, Divisi Pasukan Tembak ke-357 di
Kandahar, Divisi Pasukan Tembak ke-16 yang bermarkas di Badakshan utara dan
Divisi ke-306 di Ibukota Afganistan, Kabul. Dalam minggu kedua, pesawat tempur
Soviet telah melakukan 4.000 penerbangan menuju Kabul.[18]
Operasi-operasi Soviet
Grup Spetsnaz bersiap untuk sebuah misi di Afganistan,
tahun 1988.
Pasukan Soviet telah memasuki Afganistan dengan membawa 3
divisi pasukan tembak (termasuk Divisi Pasukan Tembak ke-201), 1 Regimen
Pasukan Penembak tersendiri, 1 Divisi Pasukan Payung, Brigadir Angkatan Udara
ke-56, dan 1 Regimen Pasukan Payung tersendiri.[19]
Selama distribusi pasukan, Pasukan Uni Soviet tidak dapat
membuat kekuasaan di luar Kabul, karena sebanyak 80% pedesaan masih lolos dari
kontrol pemerintah. Karena itu terdapat misi yang bertujuan untuk
mempertahankan Kota dan instalasi-instalasinya, dan melakukan ekspansi untuk
menghancurkan mujahidin yang anti-komunis, terutama menggunakan pasukan
cadangan Uni Soviet.
Militer melaporkan kesulitan pasukan Uni Soviet untuk
bertempur di daerah pegunungan. Pasukan Soviet tidak terbiasa dengan
pertempuran yang tidak ada pelatihan melawan pemberontakan, dan senjata, juga
peralatan militer mereka, terutama tank dan mobil-mobil perang. Artileri berat
banyak dipakai dalam melawan pasukan pemberontak.
Uni Soviet menggunakan helikopter (termasuk Mil Mi-24)
sebagai serangan udara utama mereka, di mana dihargai sebagai helikopter
terhebat di dunia, didukung oleh pesawat serang darat, pesawat pengebom,
pasukan angkatan darat dan pasukan khusus.
Ketidaksanggupan Uni Soviet untuk memecahkan jalan buntu
dalam militer, memperoleh beberapa pendukung Afganistan, dengan membangun
kembali Pasukan Afganistan, membutuhkan ditingkatkannya penggunaan langsung
dari pasukan itu sendiri untuk melawan pemberontak. Pasukan Soviet lebih sering
menemukan diri mereka bertarung melawan rakyat sipil karena taktik dari para
pemberontak. Mereka melakukan kesalahan yang sama dengan Amerika Serikat pada
saat terjadinyaPerang Vietnam dengan memenangi hampir semua pertempuran, namun
gagal untuk menguasai pedesaan.
Reaksi dunia
Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter menyatakan bahwa
serbuan Uni Soviet adalah "ancaman paling serius sejak Perang Dunia
II." Carter nantinya mengembargo pengiriman bahan keperluan seperti butir
padi dan teknologi tinggi untuk Uni Soviet dari Amerika Serikat. Meningkatnya
ketegangan, seperti kegelisahan di barat tentang pasukan Uni Soviet yang banyak
sekali jumlahnya yang dekat dengan daerah yang kaya minyak di teluk, dan
berhasil mengakhiri détente.
Respon diplomatik internasional sangat hebat, dengan
adanya Boikot Olimpiade Musim Panas tahun 1980 di Moskwa. Invasi, dengan
kejadian yang lain, seperti revolusi di Iran dan sandera Amerika Serikat yang
mengikutinya, Perang Iran-Irak, Israel menyerang Lebanon, meningkatnya
ketegangan antara Pakistan dan India, dan berkembangnya teroris anti Barat di
Timur Tengah, turut menyebabkan Timur Tengah menjadi daerah yang paling kacau
dan bergolak selama tahun 1980.
Pemerintahan Babrak Karmal kurang mendapat dukungan
internasional pada awalnya. Aksi oleh PBB sangat tidak mungkin karena Soviet
memiliki hak veto, namun Majelis Umum PBB tetap melewati resolusi melawan
pendudukan Uni Soviet. Menteri Luar Negeri Organisasi Konferensi Islam
menyesalkan masuknya Uni Soviet ke Afganistan dan menuntut mundurnya pasukan
Soviet dari Afganistan pada pertemuan darurat di Islamabad yang digelar pada
tanggal 10 Januari–14 Januari 1980. 18 dari 18 orang di Majelis Umum PBB pun
memilih untuk sebuah resolusi (A/ES-6/2, GA/6172) di mana meminta agar Uni
Soviet menarik semua pasukannya dari Afganistan untuk membiarkan orang-orangnya
memilih takdir mereka sendiri dan tanpa ikut campur negara lain."[20]
Namun, resolusi
ini ditolak oleh Leonid Brezhnev dan pemimpin Soviet lainnya karena mereka
melakukan pertemuan internal yang sah di Afganistan di mana pertemuan seperti
itu dipersilahkan dalam Pasal 51 Piagam PBB. Mereka mengklaim hanya pemerintah
Afganistan yang mempunyai hak untuk mengatur status Pasukan Soviet. Posisi ini
dilihat sebagai posisi bermuka dua oleh orang yang tidak suka dengan invasi ini
bahwa tidak mungkin Amin mengatur agar dirinya dieksekusi, dan beberapa juga
mengklaim kalau Afganistan merupakan Negara Boneka dari Uni Soviet.[21]
Gerakan Non-Blok
dengan tajam terpecah di antara negara yang percaya bahwa pengiriman pasukan
Soviet legal dan lainnya menyatakan bahwa pengiriman itu adalah invasi yang
ilegal.
Pemberontakan Afganistan
Seorang Mujahidin Afganistan sedang berlatih menggunakan
sistem rudal anti-pesawat portabel Strela-2 Soviet.
Petengahan tahun 1980, Pergerakan Perlawanan Afganistan
mau menerima bantuan dari Amerika Serikat, Inggris, Republik Rakyat Tiongkok,
Arab Saudi, Pakistan, dan lain-lain. Jadi, gerilyawan Afganistan telah
dilengkapi dengan senjata dan dana, kebanyakan gerilyawan itu telah dilatih
oleh Amerika Serikat dan Pakistan. Amerika Serikat melihat konflik di
Afganistan adalah bagian dari perjuangan Perang Dingin, dan CIA menyediakan
bantuan untuk pasukan Anti-Soviet melalui ISI Pakistan, dalam program yang
disebut Operasi Taufan.
Pergerakan yang sama terjadi di dunia Muslim, membawa
kesatuan yang dipanggil Arab Afganistan (dikatakan oleh Presiden Amerika
Serikat, Ronald Reagan sebagai "pejuang kebebasan"), pejuang luar
negeri direkruit dari Dunia Muslim untuk melaksanakan jihad melawan komunis.
Dicatat kalau di antara mereka, ada seorang anak muda Arab Saudi bernama Osama
bin Laden, di mana grup Arab yang ikut dalam Al-Qaeda. Pemerintah Amerika
Serikat mempertahankan bantuannya kepada Mujahidin, dan parsitipasi Osama Bin
Laden dalam konflik ini tidak ikut dalam program CIA.
Program Amerika Serikat membuat sistem keuangan yang
mirip muncul di Dunia Muslim Arab.[22]Donasi Amerika Serikat adalah FIM-92
Stinger, misil anti serangan udara systems, yang meningkatkan jumlah kehilangan
pesawat Uni Soviet. Namun, banyak komandan lapangan, termasuk Ahmad Shah
Massoud, menyatakan kalau dampaknya lebih besar. Juga, saat para pemberontak
dapat menembak pendaratan pesawat dan lepas landasnya pesawat dari lapangan
udara, anti misil Flare, keefesiennya terbatas.
Pemimpin Mujahidin memperhatikan operasi sabotase. Banyak
sekali aksi-aksi sabotase seperti merusak jalur pipa, merusak stasiun radio,
mengebom kantor pemerintah, hotel, bioskop, dan lain-lain. Dari tahun 1985
sampai 1987, lebih dari 1800 aksi terorisme terjadi. Di daerah perbatasan
dengan Pakistan, Mujahidin menembakan 800 roket setiap hari. Di antara April
1985 dan Januari 1987, mereka membawa lebih dari 23.500 serangan amunisi dan
dengan target pemerintah. Mujahidin menyelidiki posisi penembakan di mana
mereka normalnya berlokasi di dekat desa sampai jarak dari pos artileri Soviet.
Mereka menaruh orang-orang pedesaan dalam bahaya kematian
karena pembalasan dendam Soviet. Mujahidin menggunakan ranjau darat secara
besar-besaran, mereka akan memperoleh layanan dari penduduk lokal dan termasuk
anak-anak.
Tentara mujahidin di sebuah desa yang hancur.
Mereka juga berkonsentrasi dalam menghancurkan jembatan,
menutup jalan, menghancurkan konvoy, mengganggu jaringan listrik dan industri,
dan menyerang pos polisi dan instalasi militer Soviet dan lapangan udara.
Mereka membunuh pejabat negeri dan anggota Partai Demokrasi Rakyat Afganistan.
Mereka menyerang pos kecil. Pada Maret 1982, sebuah bom meledak di departemen
pendidikan, menghancurkan beberapa bangunan. Di bulan yang sama, sebuah
kekuatan besar gagal menggelapkan Kabul saat menara tinggi di pusat listrik
Naghlu meledak.
Pada Juni 1982,
sekitar 1.000 anggota partai muda dikirim untuk bekerja di lembah Panjshir di
mana mereka disergap sekitar 20 mil dari Kabul, dengan besarnya jiwa yang
hilang. Pada tanggal 4 September 1985, pemberontak menembak sebuah pesawat
domestik Bakhtar Airlanes saat pesawat itu lepas landas dari Bandara Kandahar,
membunuh 52 orang yang naik di pesawat tersebut.
Grup Mujahidin mempunyai sekitar 3 sampai 5 anggota per
grup. Setelah mereka menerima misi untuk membunuh seorang anggota pemerintah,
mereka mempersibuk diri mereka dengan mempelajari latar belakang kehidupannya
dan memilih hal untuk menyelesaikan misi mereka. Mereka mencoba menembak mobil,
menaruh ranjau di rumah-rumah atau beberapa tempat, menggunakan racun, atau
menggunakan bahan peledak di sarana transportasi.
ISI Pakistan dan SSG ikut aktif dalam keikutsertaannya
dalam konflik ini dalam kooperasi dengan CIA yang mendukung perlawanan
mujahidin terhadap Uni Soviet.
Daerah tempat tiap kelompok mujahidin yang berbeda
beroperasi tahun 1985.
Pada bulan Mei tahun 1985, 7 pemimpin organisasi
pemberontakan membentuk Persekutuan 7 Mujahidin untuk mengkoordinasi operasi
militer mereka terhadap pasukan Uni Soviet. Pada tahun 1985, grup ini aktif di
dan di sekitar Kabul, menembakan serangan roket dan membuat operasi melawan
pemerintahan komunis.
Pada pertengahan tahun 1987, Uni Soviet mengumumkan bahwa
mereka akan menarik mundur pasukannya.
Sibghatullah Mojaddedi dipilih sebagai kepala
pemerintahan sementara Afganistan, dengan tujuan untuk menegaskan kembali
legistimasinya melawan rezim Kabul yang disponsori Moskwa. Mojaddedi, sebagai
kepala pemerintah sementara Afganistan, bertemu dengan Presiden Amerika Serikat
George H.W. Bush, memperoleh kemenangan diplomatik untuk perlawanan Afganistan.
Ditaklukannya pemerintah Kabul adalah solusi mereka untuk
perdamaian. Kepercayaan ini, ditajamkan oleh rasa tidak percaya PBB, pada
hakekatnya dijamin penolakan mereka untuk menerima kompromi politik.
Keterlibatan dunia internasional dan bantuan terhadap
pemberontakan Afganistan
Distribusi pasukan Soviet di Afganistan menghalangi
keinginan Pakistan untuk mendominasi Afganistan. Presiden Amerika Serikat,
Jimmy Carter telah menerima bahwa agresi Soviet tidak bisa dilihat sebagai
kejadian yang terisolasi, tapi harus ditangani seperti peringatan di daerah
Teluk Persia.
Setelah distribusi pasukan Soviet, Jendral diktator
militer Pakistan, Muhammad Zia-ul-Haq memulai menerima bantuan finansial dari
kekuatan barat untuk membantu Mujahidin. Amerika Serikat, Inggris, dan Arab
Saudi menjadi kontributor finansial kepada Jendral Zia, di mana sebagai
pemimpin dari Negara yang bertetangga dengan Afganistan, membantu dengan
membuat pemberontak Afganistan dilatih dengan baik dan memiliki dana yang
cukup.
ISI Pakistan dan SSG menjadi lebih aktif ikut serta dalam
konflik dengan Uni Soviet. Setelah Ronald Reagan menjadi Presiden Amerika
Serikat tahun 1981, bantuan terhadap Mujahidin melalui Jenderal Zia meningkat.
Untuk pembalasan dendam, KHAD, di bawah pemimpin Afganistan Mohammad
Najibullah, mengirim (menurutMitrokhin dan sumber lainnya) operasi yang besar
melawan Pakistan, di mana juga menderita karena pemasukan senjata dan obat dari
Afganistan.
Pada tahun 1980,
sebagai negara garis depan dalam perlawanan anti-Soviet, Pakistan menerima
bantuan dari Amerika Serikat dan mengambil jutaan pengungsi Afganistan (paling
banyak orang Pashtun) melarikan dari dari pendudukan Soviet. Meskipun pengungsi
itu mengontrol provinsi terbesar Pakistan, Balochistan, pengungsian dari banyak
sekali pengungsi - dipercaya sebagai populasi pengungsi terbesar di Dunia.[23]
Mundurnya Uni Soviet dari Afganistan
Pasukan Soviet mundur dari Afganistan
Korban jiwa, sumber ekonomi, dan kehilangan rumah
dirasakan di Uni Soviet dan langsung menimbulkan kritik dari kebijakan
pendudukan. Leonid Brezhnev meninggal pada tahun 1982, dan setelah 2 pengganti
yang hidup sebentar,Mikhail Gorbachev mengambil alih pemerintahan pada Maret
1985. Saat Gorbachev membuka sisten negara, ini menjadi jelas bahwa Uni Soviet
berharap untuk menemukan jalan yang aman untuk mundur dari Afganistan.
Pemerintahan Presiden Karmal, yang didirikan tahun 1980
dan diidentifikasikan sebagai rezim boneka sama sekali tidak mempunyai
pengaruh. Hal ini melemahkan dengan divisi di dalam Partai Demokrasi Rakyat
Afganistan dan faksi Parcham dalam usaha rezim untuk memperluas dukungan untuk
mereka terbukti sia-sia.
Moskwa datang untuk memberitahu kepada Karmal atas
kegagalan dan menyalahkan dia untuk masalahnya. 1 tahun kemudian, saat Karmal
tidak memiliki kemampuan untuk mengkonsolidasi pemerintahannya telah menjadi
nyata, Mikhail Gorbachev, lalu Sekjen Partai Komunis Soviet menyatakan:
“ Alasan utama
bahwa tidak ada konsolidasi nasional karena Karmal berharap untuk melanjutkan
kekuasaannya di Kabul dengan bantuan kami. ”
Pada bulan November tahun 1986, Mohammad Najibullah,
kepala polisi rahasia Afganistan (KHAD), dipilih sebagai presiden dan konstitutional
baru digunakan. Dia juga memperkenalkan kebijakan 1987 tentang
"rekonsiliasi nasional," dirancang oleh ahli Partai Komunis Uni
Soviet, dan nantinya digunakan di daerah lain di dunia. Walaupun pengharapan
tinggi, kebijakan baru membuat rezim Kabul lebih populer, maupun meyakinkan
pemberontak untuk bernegosiasi dengan pemerintah yang berkuasa.
Negosiasi informal untuk mundurnya Soviet dari Afganistan
telah berlangsung sejak tahun 1982. Tahun 1988, pemerintah Pakistan dan
Afganistan, dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet melayani sebagai penjamin,
ditandatangani kesetujuan penyelesaian perbedaan yang mereka ketahui sebagai
persetujuan Jenewa. PBB mempersiapkan misi spesial untuk mengawasi proses.
Dalam jalan ini, Najibullah telah mestabilkan posisi politiknya cukup untuk
tandingan pergerakan Moskwa menuju penarikan diri. Pada tanggal 20 Juli 1987,
penarikan diri pasukan Soviet dari Afganistan diumumkan. Pengunduran diri
pasukan Soviet direncanakan oleh Boris Gromov, yang, pada waktu itu, adalah
komandan pasukan ke-40 Uni Soviet.
Di antara hal lain, Persetujuan Jenewa
mengidentifikasikan ketidakikutcampuran Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam
peristiwa di Pakistan dan Afganistan dan daftar pengunduran pasukan Soviet.
Persetujuan tentang penarikan diri disetujui, dan pada tanggal 15 Februari,
1989, pasukan Soviet yang terakhir meninggalkan Afganistan.
Kekuatan Uni Soviet
Di antara 25 Desember 1979 dan 15 Februari 1989, terdapat
620.000 tentara yang merupakan tentara Afganistan (walaupun hanya ada 80.000-104.000
pasukan pada suatu waktu di Afganistan). 525.000 orang adalah pasukan angkatan
darat, 90.000 orang adalah pasukan penjaga perbatasan dan pasukan KGB lainnya,
5.000 dalam formasi bebas atas Pasukan Internal, MVD dan polisi. 21.000
personel adalah dengan persatuan pasukan Soviet dalam periode yang sama
melakukan pekerjaan manual.
Dampak
Korban jiwa
Monumen untuk pasukan Uni Soviet di Afganistan. Kiev,
Ukraina.
Jumlah personel yang tidak dapat disembuhkan dari Pasukan
Soviet, pasukan perbatasan, dan pasukan penjaga internal mencapai 14.453.
Formasi pasukan Soviet, satuan dan elemen bentang kehilangan 13.833, pasukan
KGB kehilangan 572, formasi MVD kehilangan 28 dan departemen dan kementrian
lainnya kehilangan 20. Selama periode ini 417 tukang reparasi hilang saat
beraksi atau ditangkap dan dipenjara; 119 dari mereka nantinya dilepasikan, 97
kembali ke Uni Soviet dan 22 kembali ke Negara lainnya.
Terdapat 469.685 orang yang sakit dan terluka, 53.753
orang atau 11,44%, terluka, atau menderita gegar otak dan 415.932 orang
(88,56%) sakit. Sebagian besar dari korban adalah orang yang sakit. Ini
disebabkan karena iklim lokal dan kondisi sanitasi, di mana infeksi akut
menyebar dengan cepat di antara pasukan. Ada sekitar 115.308 kasus hepatitis,
31.080 kasus thipoid dan 140.665 untuk penyakit lainnya. 11.654 pasukan
berhenti sebagai tentara setelah terluka, terkena penyakit serius, 92%, atau
10.751 orang menjadi cacat.[24]
Kerugian material sebagai berikut:
• 118 pesawat
tempur
• 333
helikopter
• 147 tank
• 1.314
IFV/APC
• 433
artileri dan mortir
• 1.138 radio
dan mobil komando
• 510 mobil
engineering
• 11.369 truk
dan tanker minyak
•
Kerusakan terhadap Afganistan
Truk Uni Soviet yang masih tersisa diKandahar,
Afganistan, 2002.
Kerusakan yang terjadi di Afganistan sangat menghebohkan.
Lebih dari 1 juta orang Afganistan terbunuh.[25]. 5 juta orang Afganistan
mengungsi ke Pakistan dan Iran, dan itu adalah 1/3 dari populasi Afganistan
sebelum perang. 2 juta orang Afganistan lainnya dipaksa oleh perang untuk
bermigrasi dari Afganistan. Pada tahun 1980, 1 dari 2 pengungsi di dunia adalah
orang Afganistan.[26]
Sistem irigasi, yang kritis terhadap negara gersang
seperti Afganistan telah dihancurkan oleh pengeboman dan penembakan. Pada tahun
terburuk perang, 1985, menurut survey, lebih dari 1/2 dari semua petani yang
masih di Afganistan mendapati sawah mereka dibom, dan lebih dari 1/4 sistem
irigasi mereka dihancurkan dan peternakan mereka ditembak oleh Soviet atau
pasukan komunis Afganistan.[26]
Kota yang paling padat penduduknya kedua di Afganistan,
Kandahar, telah menurun populasinya, dari 200.000 jiwa sebelum perang menjadi
25.000 orang, hal ini disebabkan oleh kampanye pemboman oleh Soviet tahun
1987.[27]Ranjau darat telah membunuh 25.000 orang Afganistan selama perang dan
10-15 juta ranjau darat lainnya menyebar di pedesaan.[28]
Dampak ideologi
Islamis yang bertempur juga dipercaya bahwa mereka
bertanggung jawab untuk jatuhnya Uni Soviet. Contohnya Osama bin Laden yang
dihargai untuk "jatuhnya Uni Soviet ... pergi pada Tuhan dan mujahidin di
Afganistan ... Amerika Serikat tidak memilik peran yang dapat disebutkan,"
tetapi "jatuhnya Uni Soviet menyebabkan Amerika Serikat lebih angkuh dan
sombong." [29]
Perang saudara Afganistan (1989-1992)
Dua tank yang ditinggalkan Uni Soviet ketika mundur
meninggalkan Afganistan.
Perang saudara terus berlanjut di Afganistan setelah
Soviet mundur dari Afganistan. Uni Soviet meninggalkan Afganistan di musim
dingin dengan kepanikan di antara orang-orang di Kabul. Mujahidin Afganistan
dengan sikap tenang menyerang kota-kota provinsi dan bahkan Kabul jika perlu.
Rezim Najibullah, meski gagal memperoleh bantuan,
wilayah, atau pengakuan internasional, tetap berkuasa hingga tahun 1992. Kabul
telah mencapai gencatan senjata yang membuka kelemahan Mujahidin, politik dan
militer. Setelah hampir 3 tahun, Pemerintah Najibullah sukses mempertahankan
dirinya dari serangan Mujahidin; faksi dalam pemerintahan telah mengembangkan
koneksi dengan musuhnya. Menurut wartawan Rusia Andrey Karaulov[30], alasan
utama kenapa Najibullah kehilangan kekuasaan adalah penolakan Rusia untuk
menjual produk minyak kepada Afganistan karena alasan politik. (Pemerintah
Rusia yang baru tidak membantu komunis) dan berhasil menggerakan blokade.
Pengkhianatan Jendral Abdul Rashid Dostam dan milisi
Uzbek pada Maret 1992, dengan serius merusak kontrol Najibullah terhadap negara
tersebut. Pada bulan April, Kabul pada akhirnya jatuh ke tangan Mujahidin
karena faksi di dalam pemerintahan akhirnya berpisahan.
Najibullah kehilangan kontrol internal dengan segera dia
mengumumkan kemauannya, pada tanggal 18 Maret, untuk berhenti agar membuat
jalan untuk pemerintahan yang netral untuk sementara. Ironisnya, sampai
mengacaukan oleh peninggalan pemimpin seniornya, pasukan Afganistan telah
mencapai level tertinggi prestasinya yang tidak pernah dicapai saat diarahkan
oleh pengawasan Soviet.
Selama mundurnya pasukan Soviet dari Afganistan, tempat
penambangan gas alam Afganistan disumbat untuk menghindari sabotase. Restorasi
produksi gas telah terhambat oleh percekcokan internal dan kekacauan hubungan
perdagangan tradisional.
Referensi
1. ^ "The
Cold War Part 2". Diakses 2007-07-08.
2. ^ Reuveny,
Rafael and Prakash, Aseem. "The Afghanistan war and the collapse of the
Soviet Union". University of Washington Faculty Web Server. Diakses
2007-07-08.
3. ^ Rubin,
Barnett R. The Fragmentation of Afghanistan. New Haven: Yale University Press,
1995. hal. 20.
4. ^ Valenta,
Jiri (1980). “From Prague to Kabul: The Soviet Style of Invasion”.
5. ^ Goldman,
Minton (1984). Soviet Military Intervention in Afghanistan: Roots & Causes.
6. ^ Gibbs,
David (1987). Does the USSR Have a 'Grand Strategy'? Reinterpreting the
Invasion of Afghanistan.
7. ^ Bradsher,
Henry S. Afghanistan and the Soviet Union. Durham: Duke Press Policy Studies,
1983. hal. 72-73
8. ^ Hilali, A.
Z. “The Soviet Penetration into Afghanistan and the Marxist Coup.” The Journal
of Slavic Military Studies 18, no. 4 (2005): 673-716, hal. 709.
9. ^ Garthoff,
Raymond L. Détente and Confrontation. Washington D.C.: The Brookings Insitute,
1994. hal. 986.
10. ^
"Afghanistan: Soviet Union". Diakses 27 November. Unknown
parameter|accessyear= ignored (help)
11. ^ Pakistan's
Support of Afghan Islamists, 1975-79 - Library of congress country studies, URL
diakses pada 4 Februari 2007
12. ^ Bennett
Andrew(1999); A bitter harvest: Soviet intervention in Afghanistan and its
effects on Afghan political movements, URL diakses pada 4 Februari 2007
13. ^
"Interview with Zbigniew Brzezinski, U.S. President Carter's National
Security Adviser". Le Nouvel Observateur. 1998. Diakses 27 November.
Unknown parameter |accessyear= ignored (help)
14. ^ Garthoff,
Raymond L. Détente and Confrontation. Washington D.C.: The Brookings Insitute,
1994. hal. 1017-1018
15. ^ Arnold,
Anthony. Afghanistan’s Two-Party Communism: Parcham and Khalq.Stanford: Hoover
Institution Press, 1983. jal. 96.
16. ^ Garthoff,
Raymond L. Détente and Confrontation. Washington D.C.: The Brookings Insitute,
1994. hal. 1017.
17. ^ The Soviet
Invasion of Afghanistan in 1979: Failure of Intelligence or of the Policy
Process? - Page 7
18. ^ Fisk,
Robert. The Great War for Civilisation: the Conquest of the Middle East.
London: Alfred Knopf, 2005. hal. 40-41 ISBN 1-84115-007-X
19. ^ Carey
Schofield, The Russian Elite, Greenhill/Stackpole, 1993, hal. 60-61
20. ^
"A/ES-6/2 The situation in Afghanistan and its implications for
international peace and security". PBB. 1980-01-14. Diakses 4-2-2007.
21. ^
"Russian Political Maneuvers & Hypocrisies in Afghanistan".
Jamiat-e-Islami Afghanistan. September 1981. Diakses 4-2-2007.
22. ^ "Did
the U.S. "Create" Osama bin Laden?([[14 Januari]] [[2005]])". US
Department of State'. Diakses 28-3-2007. Wikilink embedded in URL title (help)
Kebohongan Media Barat dan Amerika atas klaim mereka
terhadap keberhasilan Jihad Afghan melawan Uni Soviet
Tulisan ini adalah bagian dari buku yang ditulis oleh Abu
Mushab As-suri dari buku yang berjudul Da’wah Al-Muqawwamah Al-islamiyyah, Bab
: Hashad Ash-Shahwah Al-Islamiyyah wa At-Tayar Al-jihadi (1930-2002) mengenai
kebohongan media barat dalam jihad Afghanistan, berikut fakta yang dibeberkan
Syaikh Abu Mus’ab As Suri, semoga bermanfaat buat kaum muslimin: Perlu saya
(Abu Mushab As-suri) sampaikan 2 kebohongan besar yang dilakukan media barat
dan Amerika khususnya media Arab dan Islam yang mengekor barat. Kebohongan ini
harus diklarifikasikan kepada publik secara umum dan kepada aktivis Islam dan
aktivis Jihad secara khusus. Dua kebohongan itu adalah sebagai berikut. a)
Peran Amerika dalam kemenangan jihad dan Afghan. Media Amerika dengan berbagai
sarananya –yang dikendalikan oleh zionis dan salibis yang berpikiran zionis—
berusaha membuat opini bahwa kemenangan jihad Afghan merupakan kesuksesan
kebijakan Amerika dan program-program CIA di Afghanistan. Menyebarnya
propaganda palsu ini cukup menguntungkan Amerika. Mereka bekerja untuk itu
melalui berbagai sarana propaganda. Salah satunya dengan film Rambo dengan
kisah pertempurannya di Afghanistan. Di film tersebut, Rambo digambarkan dapat
menembak jatuh banyak pesawat, menghancurkan benteng-benteng membebaskan para
sandera pejuang, baik dari pihak Afghan maupun Amerika. Si Rambo kemudian naik kuda,
mengemudikan kendaraan lapis baja, meliuk-liuk terbang dengan helikopter Rusia.
Rambo terluka berulang-ulang, namun tidak mati ia terjebak dalam kendaraan
lapis baja namun otot-ototnya itu tidak ikut melepuh!!. Film itu mampu
menghujani para penonton yang kagum dengan otot-otot Amerika yang kagum dengan
guyuran kata-kata bijak dan propaganda picisan melalui bibir meble Rambo
setengah gagu.
Kebohongan Media Barat dan Amerika atas klaim mereka
terhadap keberhasilan Jihad Afghan melawan Uni Soviet
Saif Al BattarAhad, 4 Jumadil Akhir 1432 H / 8 Mei 2011
02:39
Syaikh Usamah bin Laden sewaktu Jihad di Afghanistan
melawan Uni Soviet
Tulisan ini adalah bagian dari buku yang ditulis oleh Abu
Mushab As-suri dari buku yang berjudul Da’wah Al-Muqawwamah Al-islamiyyah, Bab
: Hashad Ash-Shahwah Al-Islamiyyah wa At-Tayar Al-jihadi (1930-2002) mengenai
kebohongan media barat dalam jihad Afghanistan, berikut fakta yang dibeberkan
Syaikh Abu Mus’ab As Suri, semoga bermanfaat buat kaum muslimin: Perlu saya
(Abu Mushab As-suri) sampaikan 2 kebohongan besar yang dilakukan media barat
dan Amerika khususnya media Arab dan Islam yang mengekor barat. Kebohongan ini
harus diklarifikasikan kepada publik secara umum dan kepada aktivis Islam dan
aktivis Jihad secara khusus. Dua kebohongan itu adalah sebagai berikut. a)
Peran Amerika dalam kemenangan jihad dan Afghan. Media Amerika dengan berbagai
sarananya –yang dikendalikan oleh zionis dan salibis yang berpikiran zionis—
berusaha membuat opini bahwa kemenangan jihad Afghan merupakan kesuksesan
kebijakan Amerika dan program-program CIA di Afghanistan. Menyebarnya
propaganda palsu ini cukup menguntungkan Amerika. Mereka bekerja untuk itu
melalui berbagai sarana propaganda. Salah satunya dengan film Rambo dengan
kisah pertempurannya di Afghanistan. Di film tersebut, Rambo digambarkan dapat
menembak jatuh banyak pesawat, menghancurkan benteng-benteng membebaskan para
sandera pejuang, baik dari pihak Afghan maupun Amerika. Si Rambo kemudian naik
kuda, mengemudikan kendaraan lapis baja, meliuk-liuk terbang dengan helikopter
Rusia. Rambo terluka berulang-ulang, namun tidak mati ia terjebak dalam
kendaraan lapis baja namun otot-ototnya itu tidak ikut melepuh!!. Film itu
mampu menghujani para penonton yang kagum dengan otot-otot Amerika yang kagum
dengan guyuran kata-kata bijak dan propaganda picisan melalui bibir meble Rambo
setengah gagu.
Salah satu adegan dalam film propaganda Rambo 3
Di akhir film tersebut, Rambo menyampaikan pesan kasih
sayang Amerika terhadap orang-orang lemah, kepeduliannya kepada orang-orang
tertindas, kegigihannya untuk membantu kaum muslimin, dan peran kuncinya dalam
membantu orang-orang Afghan yang oleh film fiksi itu digambarkan begitu kagum
dan cinta kepada Amerika. Akhirnya, otot-otot Rambo pun kembali ke Hollywood
untuk berpesta dan berdansa gila bersama para penyanyi yang cantik-cantik.
Sebuah simbol yang memang menggambarkan secara riil tentang Amerika dengan
otot-ototnya yang kekar, otaknya yang kerdil, dan bibirnya yang setengah gagu
namun suka mengarang-ngarang kata-kata bijak. Media Amerika dengan sikap
meremehkan akal orang yang mempercayainya juga melebih-lebihkan peran
roket-roket (stinger) dalam kemenangan jihad Afghan dan bagaimana roket-roket
tersebut mampu membalikkan keseimbangan pertempuran. Yaitu, ketika
pesawat-pesawat Rusia mulai berjatuhan akibat roket itu. Satu hal yang mengubah
jalannya pertempuran dari kalah menjadi menang!. Kebohongan ini disebarkan
media Amerika melalui berbagai media massa dan alat propaganda, mulai dari film
dokumenter, buku-buku, surat kabar, hingga buku-buku memoar para perwira
intelijen dan lain-lain.
Senjata Stinger dalam Jihad Afghan
Perlu diketahui, sejumlah kecil roket-roket (stinger)
Amerika masuk ke Afghanistan setelah 10 tahun penjajaha Rusia dan beberapa saat
saja sebelum penarikan Rusia. Alat perang ini jarang sekali digunakan dalam
pertempuran-pertempuran yang penting dan hanya sedikit pesawat Rusia yang jatuh
olehnya. Dari ratusan ribu mujahid disana, jarang sekali ada yang melihat alat
tersebut. Sebagian senjata tersebut malah dicuri oleh intelijen Pakistan.
Mereka memang biasa mencuri sebagian bantuan dana dan barang-barang untuk para
mujahidin Afghan, seperti mobil, berbagai peralatan SAR, logistik, amunisi, dan
senjata yang masuk melalui Pakistan untuk
sampai kepada mujahidin Afghan. Saya (Abu Mushab As-suri) sendiri tidak bisa
mengerti bagaimana akal ini bisa menerima kepalsuan besar tentang roket-roket
tersebut dalam kemenangan jihad Afghan. Perang tersebut diikuti berjuta-juta
orang Afghan dan selama itu lebih dari sejuta mujahid bersenjata bergabung
dalam barisan sebagai kelompok mujahidin. Pada periode itu pula, rakyat
Afghanistan mempersembahkan lebih dari 2 juta syuhada dan 5 juta pengungsi,
dari negara yang jumlah penduduknya tidak lebih dari 16 juta orang. Saya (Abu
Mushab As-suri) juga tidak bisa mengerti apa peran roket tersebut dalam
menghancurkan lebih dari 50 ribu peralatan militer Rusia, membunuh lebih dari
30 ribu prajurit Rusia ditempat itu, dan membunuh lebih dari 150 ribu milisi komunis
Afghan pro-Soviet. Belum lagi ratusan ribu operasi serangan selama jihad yang
berlangsung lebih dari 15 tahun, dimulai 5 tahun sebelum invasi Rusia dan
berlangsung selama 3 tahun sesudah itu hingga ibukota Kabul jatuh ketangan
mujahidin, yaitu dari tahun 1973 sampai 1992. Meskipun kebohongan roket itu
begitu picisan dan bertolak belakang dengan informasi paling sederhana yang
benar tentang jalannya jihad di Afghanistan, namun kebohongan tersebut tetap
dipercaya oleh jutaan penonton televsi dan film layar lebar. Sejatinya, itu
adalah sihir media Amerika dan disitulah letak kemenangan Amerika si pengecut
dan penipu tersebut. Amerika telah meremehkan mayoritas akal publik, namun
sayangnya, mereka percaya begitu saja kepada Amerika !. b) Tuduhan keterlibatan
Mujahidin Arab sebagai agen Amerika dan hubungan mereka dengan CIA selama jihad
Afghan. Program diberbagai media internasional dan Arab saat ini, mulai dari
film, wawancara, analisa, surat kabar, buku, dan lainnya memuat kebohongan ini
dengan enaknya dan berganti tema seolah itu merupakan sebuah aksioma!
(pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian). Mereka
sajikan kebohongan besar kepada publik sebagai suatu hakikat. Isu kebohongan
itu adalah badan intelijen Amerika (CIA) lah yang menciptakan sosok-sosok
pejuang Arab Afghan dan para pemimpinnya seperti syaikh Abdullah Azzam dan
Syaikh Usamah bin Ladin. Tujuannya adalah utnuk menghancurkan Uni Soviet. Sosok
ciptaan Amerika ini kemudian malah balik menyerang Amerika. Di antaranya ada yang
menghancurkan gedung tower di New York dan Washington. Sementara mayoritas
mereka kembali ke negeranya masing-masing untuk menyerang
kepentingan-kepentingan Amerika, membunuh rakyat Amerika disana, dan memerangi
para penguasa Arab dan Muslim yang pro Amerika…
As Syahid DR. Abdullah Azzam -rahimahullah-
Mereka juga mengklaim, sesungguhnya fenomena jihad
bersenjata di negara-negara Arab merupakan titisan dari jihad Afghan.
Karenanya, jihad bersenjata itu juga ciptaan intelijen Amerika yang sudah lepas
kendali. Mereka juga mengatakan, Amerika telah terjebak dalam keadaan seperti
kata pepatah ” siapa yang mencipatakan hantu jejadian dia akan terusir
olehnya.” Lantas, bagaimana sejatinya kepalsuan yang sangat berbahaya ini bagi
reputasi jihad saat ini? Biidznillah, saya (Abu Mushab As-suri) akan
menjelaskan hal ini melalui poin-poin singkat berikut: 1. Pernyataan bahwa
fenomena jihad bersenjata dinegara-negara Arab dari perkumpulan warga Arab
Afghan yang berjihad di afghanistan, hakikatnya malah sebaliknya. Sebenarnya,
jihad warga Arab di afghanistan adalah dampak dari adanya jihad warga arab
sebelumnya. Inilah salah satu prestasi yang diukir oleh aliran jihadi Arab di
negara-negara Arab sendiri dan menjadi salah satu titisan dan bagian dari
tahapan perkembangan aliran ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Seperti diketahui, aliran Jihadi kontemporer adalah hasil dari ash-shahwah
al-islamiyyah (gerakan kebangkitan islam) yang tumbuh pada awal tahun 30-an.
Aliran jihadi ini kemudian memisahkan diri dari ash-shahwah al-islamiyyah pada
awal tahun 60-an dan awal tahun 80-an. Artinya fenomena itu telah ada 20 tahun
sebelum jihad afghanistan. Para pemimpin, kader, tokoh, dan pilar jihad Arab di
Afghanistan sebagian mereka adalah mantan para kader, tokoh, dan syaikh-syaikh
aliran jihadi Arab. Sebagai contohnya adalah Syaikh Abdullah Azzam dan Syaikh
Usamah bin Ladin. Syaikh Abdullah Azzam merupakan salah satu simbol dan mujahid
senior di Palestina. Rezim Yordania telah mengasingkannya dari Amman karena
tulisannya tentang jihad dan sikapnya menentang rezim tersebut. Kemudian Syaikh
Usamah bin Ladin, ia terdidik dikalangan ash-shahwah al-islamiyyah. Ia
mendukung jihad disuria awal tahun 80-an, sebelum pindah ke Afghanistan. Masih
banyak lagi kader yang sulit untuk disebutkan satu persatu dalam buku ini.
Mereka adalah para instruktur dan komandan lapangan generasi pertama yang
ditugasi untuk mendirikan kamp-kamp dan infrastruktur jihad Arab di
Afghanistan. Mereka dulunya adalah kader-kader dari oragnisasi jihad Arab,
terutama dari Mesir, Palestina, Suria, Lebanon, Yaman, dan lainnya. Mereka
cikal bakal komunitas Arab yang mengemban tugas di bidang pelatihan, informasi,
aksi militer, pertolongan lapangan, dan aktivitas-aktivitas lain. Kemudian,
barulah para mujahid generasi baru dari negeri-negeri Arab dan Islam datang
secara berangsur angsur. Komunitas yang awalnya hanyalah kelompok kecil pada
tahun 1984 lalu bertambah terus sejak tahun 1987 sampai 1991 hingga jumlahnya
mencapai 40 ribu mujahidin Arab pada awal tahun 1990-an. 2. Perihal tuduhan
tentang hubungan jihad Arab di Afghanistan dengan Amerika dan agen
intelijennya. Kalaupun ada, peran para penjahat tersebut (Amerika) adalah
sekedar: 1. Memberi izin dan lampu hijau kepada antek-antek mereka pada
penguasa Arab dan Muslim untuk mengizinkan para pemuda mujahid untuk menikmati
hal yang menjadi haknya dan mengikuti agama untuk pergi berjihad ke
Afghanistan. 2. Menghimbau lembaga intelijen di negara-negara tersebut agar
membiarkan para pemuda itu pergi menunaikan kewajiban syar’i. 3. Peran media
massa pemerintah negara-negara Arab dan Islam juga terbatas hanya mempromosikan
Jihad Afghan. 4. Berperan dalam menginstruksikan pemerintah Saudi arabia agar
lembaga fatwa bayarannya berfatwa bahwa jihad di Afghanistan hukumnya fardhu
ain—memang demikian hukumnya menurut Islam–. Dan, membiarkan para imam dakwah
dan ishlah di saudi Arabia untuk angkat bicara mengenai fakta syar’i tersebut.
5. Membuka peluang kepada masyarakat Haramain untuk menunaikan kewajiban jihad
harta untuk mendukung sodara-sodaranya seakidah dan seagama. 6. Mendorong para
pemuda yang ingin pergi ke Afghanistan, sampai-sampai perusahaan penerbangan
Saudi Airlines memberi diskon 75% tiket pesawat dari Saudi Arabia ke Pakistan
bagi siapa saja yang ingin pergi berjihad di Afghanistan. Harga yang jauh lebih
murah dari penerbangan domestik. Nyatalah bahwa keluarga Su’ud yang berkuasa
memiliki berbagai kepentingan yang bersifat propaganda dan hal lain dari
pemberian fasilitas-fasilitas tersebut. 1. Amerika juga berperan dalam
menginstruksikan Pakistan agar kedutaannya mempermudah pemberian visa bagi para
pemuda-pemuda negara-negara Arab dan Muslim untuk pergi ke Afghanistan via
Pakistan. 2. Membiarkan orang-orang Arab bebas bergerak, sekalipun mereka
mendirikan kamp-kamp diwilayah Pakistan dekat perbatasan Afghanistan untuk
latihan dan penyediaan jasa logistik bagi jihad Afghan. Pakistan dalam hal ini
tentu saja memiliki berbagai kepentingan regional dan nasional. Namun bukan
tempatnya di buku ini untuk merinci hal tersebut. Lebih dari itu ada juga
berbagai kepentingan pribadi dari perwira di tubuh militer, badan intelijen,
dan badan kepolisian Pakistanyang mengeruk keuntungan dari adanya arus keluar
masuk manusia dan dana yang sangat besar melalui wilayah-wilayah mereka. Jika
izin Amerika kepada para sahabat kecilnya itu dianggap sebagai peran Amerika
dalam menciptakan jihad Arab di Afghanistan maka peran nya tidak lebih dari
itu. Sementara, sahabat kecil Amerika yaitu para penguasa di Saudi Arabia,
Pakistan, Mesir dan negara-negara lainnya juga memiliki berbagai kepentingan
tersendiri dalam hal ini. 1. Klaim adanya bantuan Amerika kepada warga Arab,
baik berupa program maupun aksi militer dilapangan merupakan kebohongan
besar!!. Saya (Abu Mushab As-suri) bertugas sebagai instruktur dibidang
pelatihan militer juga sebagai penceramah bidang pemikiran dan manhaj. Saya
juga bersentuhan langsung dengan para pemimpin jihad Arab di afghanistan. Dari
balik aktivitas itu, saya bisa menyaksikan dan menegaskan bahwa pernyataan Amerika
tersebut sangat tidak berdasar. Disini saya (Abu Mushab As-suri) tidak akan
menjelaskan kronologi jihad Arab di Afghanistan sehingga harus menyebutkan satu
persatu fakta-fakta dari pelatihan dan mekanisme operasionalnya. Secara
ringkas, pelatihan jihad Arab tersebut merupakan kumpulan upaya
individu-individu yang dilakukan dengan tulus. Pelatihan jihad itu mulanya
dilakukan oleh kader-kader jihad senior, lalu para kader militer profesional
yang telah pensiun atau dipecar dari keanggotaan militer berbagai negara Arab
dan Islam. Peran merekalah yang begitu penting dalam pelatihan ini. Setelah
itu, pengalaman kader-kader baru dilapangan mulai terus bertambah. Bagi
pemerhati kondisi pemikiran, kejiwaan, manhaj, dan sentimen anti – Amerika,
barat dan kuffar secara umum, bahkan anti-penguasa dan anti-cecunguk teri
Amerika yang tertanam dihati para pemimpin jihad Arab basis massanya dari kaum
muda Afghanistan dan negara lain, akan tahu bahwa klaim-klaim semacam itu tidak
ada faktanya dan tidak mungkin terjadi. Adapun fakta bahwa kepentingan dan
tujuan semua pihak yang bersekutu tak langsung adalah demi memerangi Uni
Soviet, masing-masing pihak sebenarnya berbeda-beda kepentingan, namun sama
dalam satu tujuan. Kenyataan semacam ini memang terjadi dan sering terulang
dalam dunia politik sepanjang sejarah. Kepentingan Amerika adalah ini ingin
mengalahkan Uni Soviet dan memenangkan perang dingin. Keinginan ini muncul
menyusul pukulan telak yang dilakukan Uni Soviet dan Pakta Warsawa nya kepada
Amerika Serikat dalam banyak front. Kasus Afghanistan, bagi Amerika, merupakan
kesempatan emas. Dan benarlah, Amerika memanfaatkan kasus ini dengan sangat
baik sekali dan mereka mendapatkan apa yang oleh Nixon dalam bukunya yang
populer disebut “Kemenangan tanpa peperangan.” Amerika betul-betul meraihnya.
Kepentingan Eropa barat dan negara-negara NATO adalah meraih keuntungan dan
membuat dasar pijakan di Afghanistan. Mereka pun ikut serta dalam “pesta”
tersebut demi kepentingan negara-negara Eropa secara kolektif dan kadang secara
pribadi. Secara nisbi, masing-masing negara Eropa secara kolektif dan kadang
secara pribadi. Secara nisbi, masing-masing negara mendapatkan apa yang
diinginkan. Saat ini di Afghanistan tersebar berbagai lembaga milik Eropa di
bawah kedok lembaga sosial kemanusiaan, namun bertujuan untuk mengambil
keuntungan dari tanah Afghanistan. Masing-masing negara mendapatkan hasilnya
sesuai dengan lama tidak nya dengan kehadiran mereka di Afghanistan.
Kepentingan Pakistan sendiri adalah ingin mewujudkan kepentingan nasional dan
regional, tidak ada tempat rasanya untuk menyebutkan semua kepentingan itu
dalam buku ini, bahkan perl buku tersendiri untuk mengungkap hal tersebut.
Pakistan mempersembahkan berbagai jasa yang diinginkan Amerika di arena
Afghanistan antara lain untuk :
• Mendukung
jihad Afghan
• Mencabik-cabik
hasil jihad itu
• Menghancurkan
Afghanistan dengan perang saudara
• Menghadapi
Taliban dan meruntuhkan negara Taliban
• Pakistan
kini berancang-ancang untuk menjual isu Kashmir
• Menghancurkan
infrastruktur kaum Islamis di negara Pakistan sendiri
Demikianlah, pemerintah Pakistan selalu melaksanakan apa
yang diinginkan oleh Amerika. Semoga Alloh melaknat orang-orang Zalim dan
munafik. Kepentingan-kepentingan yang serupa dimiliki oleh negara- negara lain
di Afghanistan, Saudi Arabia dengan kepentingannya, Mesir dan negara lainnya.
India, negara-negara asia tengah, Iran, Cina dan negara tetangga lainnya yang
memainkan perannya. Hingga pun gerakan-gerakan ash-shahwah al-islamiyyah,
jihadi, dan setiap orang yang masuk ke dalam kancah Afghanistan. Ada yang
beruntung atau rugi. Hal yang sama juga dimiliki oleh berbagai organisasi Arab
dan Islam yang hadir di Afghanistan.
Jaji, Paktia Province, Afghanistan, August 1984:
Mujahideen with the Quran, candles, rocket launchers and guns
Singkatnya, kasus jihad Afghan menjadi daerah
persimpangan berbagai kepentingan internasional dan regional. Jarang sekali
fenomena seperti ini akan terulang. Semua kelompok memusuhi Uni Soviet dan
masing-masing memiliki niat dan tujuan yang berbeda-beda. Sedangkan
kepentingan-kepentingan berbagai gerakan Islam non-jihadi juga sangat banyak
berkisar mulai dari niat baik membantu saudara-saudara seakidah dan agama
hingga adanya kepentingan-kepentingan kelompok masing-masing gerakan, seperti
keuntungan dakwah, organisasi, material, hingga ada kepentingan-kepentingan
pribadi dari berapa gelintir orang. Lantas apa tujuan aliran jihadi datang ke
afghanistan? Tujuan mayoritas pemimpin dan personelnya, selain jihad,
menunaikan kewajiban agama, dan mencari kesyahidan di jalan Alloh, adalah,
mewujudkan 2 hal strategis. Saya akan sebutkan keduanya sesuai urgensinya dan
menurut pengalaman pribadi karena saya terlibat langsung di dalamnya. Saya
adalah anggota dalam aliran jihadi, terutama kelompok yang disebut istilah
secara dramatis nan indah. Nama itu adalah Arab Afghan. Dua persoalan strategis
tersebut adalah :
1. Tujuan awal
mayoritas satuan, organisasi dan kader jihadi adalah persiapan, latihan perang,
mengatur barisan, menghimpunpara kader, perekrutan personel baru, menarik dana
sumbangan, dan melatih para anggota organisasi demi menyelesaikan kasus mereka
sendiri dinegara masing-masing. Tujuan mereka adalah merobohkan rezim-rezim
murtad yang berkuasa di negaranya masing-masing dan menegakkan pemerintahan
Islam yang berhukum dengan syariah Alloh. Itulah tujuan yang mendominasi
pemikiran mayoritas atau mungkin keseluruhan organisasi jihad Arab dan
non-Arab.
2. Berupaya
membebaskan Afghanistan dan mendirikan pemerintahan Islam yang syar’i di bumi
Afghanistan. Tempat itu kelak menjadi titik awal penegakan hukum Alloh di bumi,
menjadi tempat berlindung yang aman dan
menjadi pangkalan jihad berbagai musuh Alloh dalam semua persoalan muslimin,
mulai kasus Palestina hingga setiap kasus yang berindentitas Islam.
Semua organisasi aliran jihadi bergerak dengan niat 2 hal
tersebut, kental tidaknya niat tersebut itu tergantung perbedaan persepsi
masing-masing. Bagi saya pribadi, tujuan yang membawa saya ke afghanistan
adalah membangun kembali organisasi jihad dan berupaya meneruskan proyek jihad
yang pernah berlangsung di Suriah pada tahun 1975-1982. Proyek itu hancur
karena kendala yang telah saya sebutkan dalam buku saya yang berjudul
“Ats-Tsaurah Al-Islamiyyah Al-jihadiyah fi Suriya: Alam wa Amal”. Selain itu,
karena keyakinan saya terhadap tujuan kedua dan urgensi peran serta saya dalam
jihad di Afghanistan. Semoga Alloh menerima amal saya itu, amin. Setelah itu,
saya tinggalkan eksperimen jihad Afghanistan dan eksperimen jihad lainnya
menuju kejihad global/internasional. Saya datang ke afghannistan pada walnya
karena suatu sebabdan cobaan khusus yang terjadi di negara saya. Apakah
komunitas jihad Arab di Afghanistan dengan segala hiruk-pikuk keberadaan mereka
bisa mewujudkan tujuannya dengan mengalahkan Beruang Rusia yang keras kepala
itu? Menurut saya, sebagaian besar tujuan tersebut telah tercapai. Tetapi, di
sini tidak ada ruang untuk memerincinya satu persatu. Cukup saya katakan disini
bahwa keuntungan terbesar yang diraih oleh aliran jihadi dari sebagian eksperimen
tersebut adalah sebagai berikut :
• Meng-globalnya
masalah jihad baik secara pemikiran maupun gerakan
• Terjadinya
pertukaran pemikiran dan pengalaman, terjadi perkenalan antara berbagai jihad
dari berbagai negara, serta menyebarnya aliran jihad ke berbagai negara di
seluruh dunia.
• Terwujudnya
kemenangan militer terbesar kaum muslim dalam sejarah modern.
• Pembuktian
kemampuan Islam dan kaum Muslimin dengan mengalahkan negara adikuasa, meski
potensi kedua belah pihak yang berbeda.
• Mampu
menanamkan keyakinan bisa menang di hati umat yang hampir pasrah dengan
kekalahan.Masih banyak keuntungan yang lain. Di luar itu semua, ada keuntungan
pribadi yang tercapai dengan diterimanya jihad disisi Alloh swt setelah Alloh
memuliakan orang yang bisa hadir dan ikut serta dalam jihad itu, lalu berada
diantara 2 kemungkinan : gugur atau hidup sambil menunggu janji Alloh.
Adapun kerugian mendasar dari jihad Afghan menurut saya
adalah kondisi yang ada dan perhimpunan jihad yang tidak heterogen. Di samping
itu, kepemimpinanyang mengatur perhimpunan jihad tersebut tidak mempunyai
kemampuan untuk membangkitkan komunitas atau aliran jihad global yang
teroganisasi yang kehadiran dan peranannya akan bisa menyelesaikan berbagai
persoalan umat dan ash-shahwah
al-islamiyyah. Padahal, menurut saya, sebenarnya kesempatan untuk membentuk
aliansi jihadi internasional terbuka lebar karena situasi dunia yang
memungkinkan, juga terkumpulnya sekian banyak pemuda, kader tokoh, dai, dan
veteran mujahidin dari berbagai negara, selain tersedianya dana dana berbagai
faktor pendukung lainnya. Peluang ini jarang terjadi, namun Alloh menentukan
sesuai dengan kehendak-Nya. Tuduhan media yang menyatakan adanya hubungan
antara mujahidin dan CIA dalam
mengahancurkan Uni Soviet merupakan perkataan yang sangat salah!.
______________________ *Dinukil dari Buku karya Abu Mushab As-suri dari buku
yang berjudul Da’wah Al-Muqawwamah Al-Islamiyyah, Bab: Hashad Ash-Shahwah
Al-Islamiyyah wa At-Tayar Al-Jihadi (1930-2002) atau dalam terjemahan dalam
bahasa Indonesianya Perjalanan Pergerakan Jihad (1930-2002), terbitan Jazera
TOPIK: ABU MUSH’AB AS-SURI, CIA, HEADLINE, JIHAD
AFGHANISTAN, MUJAHIDIN AFGHANISTAN, UNI SOVIET
- See more at:
http://www.arrahmah.com/read/2011/05/08/12363-kebohongan-media-barat-dan-amerika-klaim-mereka-terhadap-keberhasilan-jihad-afghan-melawan-uni-soviet.html#sthash.AgRLxcoe.dpuf
- See more at:
http://www.arrahmah.com/read/2011/05/08/12363-kebohongan-media-barat-dan-amerika-klaim-mereka-terhadap-keberhasilan-jihad-afghan-melawan-uni-soviet.html#sthash.AgRLxcoe.dpuf
Bayang-Bayang Kegagalan Soviet Hantui AS Di Afghanistan
Saad Saefullah – Senin, 13 Rabiul Akhir 1431 H / 29 Maret
2010 13:49 WIB
BERITA TERKAIT
• Siapa
Menguasai Marjah Sekarang?
• Obama,
Lebih Yahudi Daripada Yahudi?
• Mengapa
Kaum Neocons AS Sangat Membenci Muslim?
• Kembalinya
Kaum Neocons (3) Generasi Muda Neocons
• Kembalinya
Kaum Neocons (2) Jejak Masa Lalu
Mullah Omar, pemimpin Taliban |
Saga merah perang Afghanistan tampaknya terus
berlangsung, bahkan juga jauh melebihi yang pernah diharapkan oleh AS dan
sekutunya, terutama. Sementara biaya dan korban perang makin meningkat, dan
suasana Afghanistan yang makin berubah menjadi neraka, kaum Mujahidin Taliban
pun tidak bisa pula ditaklukan dalam waktu yang sudah demikian panjangnya itu.
Berbagai kalangan di internal AS sendiri sudah menunjukkan pesimisme bahwa AS
akan memenangkan perang di Afghanistan. Bayang-bayang kegagalan Uni Soviet dua
dekade lalu tampaknya hanya tinggal beberapa langkah lagi di hadapan AS.
Yang lebih mengenaskan lagi tentunya data statistik.
Misalnya saja, jumlah tentara AS yang tewas di Afghanistan kira-kira telah
mencapai dua kali lipat dalam tiga bulan pertama tahun 2010 dibandingkan dengan
periode yang sama tahun lalu, saat Washington menambah puluhan ribu tentara
tambahan untuk membalikkan momentum Taliban.
Jumlah kematian tersebut disertai dengan lonjakan
dramatis dalam jumlah yang luka, dengan lebih dari tiga kali lipat dalam dua
bulan pertama tahun ini berdasarkan data terakhir untuk bulan Maret.
Para pejabat Amerika memperingatkan bahwa korban
cenderung meningkat lebih banyak padahal Pentagon telah melengkapi pengerahan
30.000 pasukan tambahan ke Afghanistan dengan segala perangkat perangnya tentu
saja. AS sudah menetapkan bahwa Kandahar, sebagai provinsi dimana dijadikan
basis oleh Talibab, akan menjadi fokus penyerangan AS pada bulan-bulan
mendatang.
"Kami akan berlaku lebih keras lagi, tidak peduli
seberapa sukses kami pada hari tertentu," Laksamana Mike Mullen, ketua
Kepala Staf Gabungan, mengatakan pada satu acara pengarahan bulan lalu.
Secara total, 57 tentara AS tewas di Afghanistan selama
dua bulan pertama tahun 2010 dibandingkan dengan 28 orang pada bulan Januari
dan Februari tahun lalu. Ini artinya peningkatan lebih dari 100 persen, menurut
angka-angka Pentagon yang disusun oleh The Associated Press. Setidaknya 20
serdadu Amerika telah terbunuh di bulan Maret, rata-rata sekitar 0,8 orang per
hari, dibandingkan dengan 13 korban, atau 0,4 per hari, setahun yang lalu.
Peningkatan yang tajam akan kematian serdadu AS ini telah
menimbulkan reaksi publik di Amerika Serikat. Bahkan, mungkin inilah era dimana
dukungan publik di AS terasa begitu merongrong selama 8 tahun misi Amerika di
Afghanistan. Presiden AS, Barack Obama tampaknya tengah menghadapi oposisi
domestik yang serius atas keputusannya pada bulan Desember tahun lalu dalam
meningkatkan pasukan di Afghanistan, dan separuh rakyat Amerika mendukungnya,
meskipun korban tentara AS makin meningkat.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan Associated Press pada
awal Maret ini, 57 persen dari mereka yang disurvei menyetujui penanganan
perang di Afghanistan, dibandingkan dengan 49 persen dua bulan sebelumnya.
Jajak pendapat nasional yang melibatkan 1.002 orang dewasa dan memiliki margin
kesalahan plus atau minus 4,2 poin persen.
Michael O’Hanlon, seorang ahli kebijakan luar negeri di
Brookings Institution, mengatakan hasil jajak pendapat ini sebagian bisa
menjadi reaksi terhadap serangan pada Taliban di provinsi Helmand Marjah.
Sekitar 10.000 tentara gabungan AS, NATO dan juga pasukan Afghanistan mengambil
alih kontrol Marjah dengan tiba-tiba dari masyarakat pertanian yang berjumlah
sekitar 80.000 orang. Namun hasilnya sungguh jauh pula dari memuaskan. Taliban
terus bertahan dan pada pada malam hari mereka melancarkan serangan balik, yang
walaupun dalam kapasistas yang kecil, tapi tampaknya memukul AS begitu telak.
"Tesis utama saya adalah bahwa Amerika bisa
menguatkan diri untuk korban dalam perang jika mereka mempertimbangkan
taruhannya cukup tinggi dan strategi yang diikuti cukup menjanjikan," kata
O’Hanlon. "Tapi kemajuan seperti ini hanya ada dalam opini publik yang
fana, jika tidak segera mereka mempertahankan momentum baru."
Kenaikan jumlah tentara yang luka ini–sebuah angka yang
kurang menarik perhatian dibandingkan dengan statistik kematian–menunjukkan
bahwa Taliban adalah lawan yang tangguh bagi AS.
Jumlah tentara AS yang terluka di Afghanistan meningkat
dari 85 pada dua bulan pertama sudah mencapai 2.009.381orang tahun ini,
meningkat hampir 350 persen. Sebanyak 50 tentara AS terluka Maret lalu dengan
jumlah cedera atau cacat sekitar rata-rata 1,6 per hari. Sebagai perbandingan,
44 orang luka-luka hanya selama enam hari pertama bulan Maret tahun ini,
rata-rata 7,3 per hari.
Peningkatan korban sebagian didorong oleh meningkatnya
jumlah tentara di Afghanistan pada tahun 2010. Tentara Amerika naik dari 32.000
pada awal tahun lalu untuk 68.000 pada akhir tahun, meningkat lebih dari 110
persen.
"Kami punya arus besar pasukan, pasukan kami telah
pergi ke daerah-daerah dimana mereka belum pernah datangi sebelumnya,"
kata juru bicara NATO Letnan Kolonel Todd Breasseale.
Menteri Pertahanan AS Robert Gates mengatakan Kamis lalu
bahwa sepertiga dari kekuatan tambahan, atau 10.000 tentara, sudah berada lagi
di Afghanistan. Dan AS akan menggenapkan lagi 30.000 tentara tambahan di
Afghanistan sebelum akhir tahun.
Banyak analis percaya bahwa operasi Kandahar operasi akan
jauh lebih sulit daripada seranga terhadap Marjah karena dispersi yang lebih
besar dari pasukan Taliban, lingkungan perkotaan di kota Kandahar dan kompleks
politik dan kekuatan suku yang berada di provinsi ini.
Jika sampai akhir tahun ini AS masih juga berada di
Afghanistan, itu artinya mereka sama sekali tak bisa menaklukan Taliban, bisa
dipastikan, dengan kengerian dan gengsi luar biasa, AS hanya tinggal selangkah
lagi menuju kegagalan yang telah dikecap Soviet dua dekade lalu.
(sa/qmh)
http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/bayang-bayang-kegagalan-soviet-hantui-as-di-afghanistan.htm
Serangan 11 September 2001
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
"9/11" beralih ke halaman ini. Untuk tanggal,
lihat 11 September atau 9 November. Untuk kegunaan lain, lihat 911
(disambiguasi).
Serangan 11 September 2001
Dari atas ke bawah: World Trade Centerterbakar; bagian
The Pentagon runtuh;Penerbangan 175 menabrak 2 WTC; pemadam kebakaran meminta
bantuan diGround Zero; mesin Penerbangan 93diangkat; Penerbangan 77 menabrak
Pentagon.
Lokasi New
York City; Arlington County, Virginia; dan dekat Shanksville, Pennsylvania.
Tanggal Selasa,
11 September 2001
08:46 – 10:28 (UTC-4)
Jenis serangan Pembajakan
pesawat,pembunuhan massal, serangan bunuh diri, terorisme
Korban tewas 2.977
orang (+ 19 pembajak)
Cedera (non-fatal) Lebih
dari 6.000 orang
Pelaku Al-Qaeda
dipimpin oleh Osama bin Laden[1]
(lihat pula Pertanggungjawaban danPembajak)
Serangan 11 September (disebut September 11, September
11th atau 9/11),[nb 1] adalah serangkaian empatserangan bunuh diri yang telah
diatur terhadap beberapa target di New York City dan Washington, D.C. pada 11
September 2001. Pada pagi itu, 19 pembajak dari kelompok militan Islam,
al-Qaeda, membajak empat pesawat jet penumpang.[2][3] Para pembajak sengaja
menabrakkan dua pesawat ke Menara Kembar World Trade Center di New York City;
kedua menara runtuh dalam kurun waktu dua jam. Pembajak juga menabrakkan
pesawat ketiga ke Pentagon diArlington, Virginia. Ketika penumpang berusaha
mengambil alih pesawat keempat, United Airlines Penerbangan 93, pesawat ini
jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania dan gagal mencapai target
aslinya di Washington, D.C. Menurut laporan tim investigasi 911, sekitar 3.000
jiwa tewas dalam serangan ini.[4][5][6]
Dugaan langsung jatuh kepada al-Qaeda, dan pada 2004,
pemimpin kelompok Osama bin Laden, yang awalnya menolak terlibat, mengklaim
bertanggung jawab atas serangan ini.[1] Al-Qaeda dan bin Laden juga mengatakan
dukungan AS terhadap Israel, keberadaan tentara AS di Arab Saudi, dan sanksi
terhadap Irak sebagai motif serangan ini. Amerika Serikat merespon serangan ini
dengan meluncurkan Perang Melawan Teror dengan menyerang Afghanistan untuk
menggulingkan Taliban yang melindungi anggota-anggota al-Qaeda. Banyak negara
yang memperkuat undang-undang anti-terorisme mereka dan memperluas kekuatan
penegak hukumnya. Pada Mei 2011, setelah diburu bertahun-tahun, Presiden Barack
Obama mengumumkan bahwa bin Laden ditemukan dan ditembak mati oleh marinir AS,
walaupun belum ada bukti yang dipublikasikan yang menyatakan kematian tersebut
dengan gamblang.
Kehancuran ini mengakibatkan dampak serius terhadap
ekonomi Lower Manhattan.[7] Pembersihan lahan World Trade Center selesai
dilaksanakan pada Mei 2002. National September 11 Memorial & Museum
dijadwalkan dibuka pada 11 September 2011. Di dekat tugu peringatan ini
terdapat One World Trade Center setinggi 1.776 kaki (541 m) yang diperkirakan
selesai tahun 2013.[8] Pentagon diperbaiki dalam kurun satu tahun, dan Pentagon
Memorial dibuka di sebelah gedung ini pada tahun 2008. Pembebasan tanah untuk
Flight 93 National Memorial dilakukan pada November 2009, dan tugu peringatan
ini dibuka secara resmi pada 10 September 2011.[9][10]
Serangan
Lihat pula: Garis waktu serangan 11 September
United Airlines Flight 175 menabrak Menara Selatan
Rekaman kamera keamanan memperlihatkan Penerbangan 77
menabrak Pentagon.[11] Pesawat menabrak Pentagon 86 detik setelah rekaman
dimulai.
Pada pagi 11 September 2001, 19 pembajak mengambil alih
empat pesawat komersial yang sedang terbang menuju San Francisco dan Los
Angeles setelah lepas landas dari Boston, Newark, dan Washington, D.C.[12]
Pesawat dengan penerbangan jarak jauh sengaja dipilih untuk dibajak karena
mengangkut bahan bakar yang banyak.[13] Pukul 8.46 pagi, lima pembajak
menabrakkan American Airlines Penerbangan 11 ke Menara Utara World Trade Center
(1 WTC) dan pada pukul 9.03 pagi, lima pembajak lainnya menabrakkan United
Airlines Penerbangan 175 ke Menara Selatan (2 WTC).[14][15]
Lima pembajak menabrakkan American Airlines Penerbangan
77 ke Pentagon pada pukul 9.37 pagi.[16] Pesawat keempat, di bawah kendali
pembajak, menjatuhkan United Airlines Penerbangan 93 dekat Shanksville,
Pennsylvania pada pukul 10.03 pagi setelah penumpangnya melawan para pembajak.
Target Penerbangan 93 diduga adalah U.S. Capitol atau Gedung Putih.[13] Rekaman
suara kokpit Penerbangan 93 menemukan bahwa awak pesawat dan penumpang berusaha
mengambil alih pesawat dari pembajak setelah mempelajari lewat telepon tentang
pesawat-pesawat lain yang dibajak telah ditabrakkan ke beberapa bangunan pada
pagi itu.[17] Setelah muncul bukti kuat bagi pembajak bahwa penumpang akan
mengambil alih pesawat, seorang pembajak memerintahkan temannya untuk memutar
pesawat dan sengaja menjatuhkannya.[18] Akhirnya, Penerbangan 93 jatuh di
sebuah lapangan dekat Shanksville.
Beberapa penumpang mampu melakukan panggilan telepon
menggunakan layanan telepon pesawat dan telepon genggam dan memberikan rincian
bahwa ada beberapa pembajak di masing-masing pesawat; bahwa semprotan merica
atau gas air mata digunakan dan beberapa orang di pesawat telah
ditusuk.[19][20][21][22][23][24][25] Laporan menemukan bahwa para pembajak
menusuk dan membunuh pilot, pramugari, dan satu atau beberapa
penumpang.[12][26] Dalam laporan akhirnya, 9/11 Commission menemukan bahwa para
pembajak belakangan ini membeli peralatan tangan multifungsi dan berbagai jenis
pisau dan belati.[27][28] Seorang pramugari Penerbangan 11, seorang penumpang
Penerbangan 175, dan beberapa penumpang Penerbangan 93 mengatakan bahwa para
pembajak memiliki bom, tetapi salah satu penumpang juga mengatakan ia menduga
bom tersebut palsu. FBI tidak menemukan jejak-jejak peledak di tempat kejadian,
dan 9/11 Commission menyimpulkan bom tersebut palsu.[12]
Setelah dibenarkan bahwa Penerbangan 11 dibajak, dua F-15
diberangkatkan dari Otis Air National Guard Base diMassachusetts dan mengudara
pada pukul 8.53 pagi.[29] North American Aerospace Defense Command (NORAD)
memiliki pemberitahuan 9 menit bahwa Penerbangan 11 telah dibajak. Karena
komunikasi buruk dengan Federal Aviation Administration (FAA), mereka tidak
mendapat pemberitahuan mengenai pesawat-pesawat lain yang akhirnya menabrak
targetnya.[29] Setelah kedua Menara Kembar ditabrak, beberapa pesawat tempur
diterbangkan dari Langley Air Force Basedi Virginia pukul 9.30 pagi.[29] Pada
pukul 10.20 pagi, beberapa perintah dikeluarkan untuk menembak jatuh setiap
pesawat komersial yang berpotensi dibajak. Perintah ini tidak tersampaikan
tepat waktu bagi pesawat tempur untuk mengambil tindakan.[29][30][31][32]
Beberapa pesawat tempur terbang tanpa membawa amunisi hidup, mengetahui bahwa
untuk mencegah para pembajak mencapai targetnya para pilot pesawat tempur harus
menabrakkan pesawatnya ke pesawat yang dibajak, mungkin dengan meluncur keluar
dari pesawat tempur pada saat-saat terakhir.[33] Dalam wawancara tahun 2005
bersama pilot pesawat tempur yang berangkat dari Otis Air National Guard Base,
seorang pilot mengatakan, "Tidak ada yang akan menyebut kami pahlawan jika
kami menembak jatuh empat pesawat pada tanggal 11 September."[34]
Seorang pria tertutup debu sedang membantu seorang wanita
berjalan dan menutupkan masker di wajahnya, New York City
Tiga bangunan di Komplek World Trade Center runtuh akibat
kegagalan struktur.[35] Menara Selatan runtuh pukul 9.59 pagi setelah terbakar
selama 56 menit dalam kebakaran yang diakibatkan tabrakan United Airlines
Penerbangan 175.[35]Menara Utara runtuh pukul 10.28 pagi setelah terbakar
selama 102 menit.[35] Ketika Menara Utara runtuh, reruntuhannya jatuh ke gedung
7 World Trade Center (7 WTC) yang ada di sebelahnya, sehingga merusaknya dan
menciptakan kebakaran. Kebakaran ini terjadi selama beberapa jam, merusak
ketahanan struktur bangunan, dan 7 WTC runtuh pukul 5.21 sore.[36][37]
Semua pesawat di daratan Amerika Serikat dipaksa
mendarat, dan pesawat yang sudah terbang diminta untuk mendarat sesegera
mungkin. Semua pesawat sipil internasional diterbangkan pulang atau dialihkan
ke bandara-bandara di Kanada atau Meksiko, dan semua penerbangan internasional
dilarang mendarat di tanah Amerika Serikat selama tiga hari.[38]Serangan ini
menciptakan kebingungan massal di antara organisasi berita dan pengawas lalu
lintas udara. Di antara berita yang tidak terkonfirmasi dan sering berlawanan
yang disiarkan sepanjang hari itu, salah satunya adalah sebuah bom mobil telah
diledakkan di kantor pusat Departemen Luar Negeri AS di Washington, D.C.[39]
Pesawat jet lain—Penerbangan 1989—diduga dibajak, tetapi diduga laporan palsu
karena pesawat ini akhirnya merespon panggilan pengawas udara dan mendarat
dengan aman di Cleveland, Ohio.[40]
Dalam wawancara bulan September 2002, Khalid Sheikh
Mohammed dan Ramzi bin al-Shibh, yang diduga telah mengatur serangan tersebut,
mengatakan bahwa target utama Penerbangan 93 adalah United States Capitol,
bukan Gedung Putih.[41] Selama tahap perencanaan serangan,Mohamed Atta,
pembajak yang akan memiloti Penerbangan 11, menduga Gedung Putih sulit
dijadikan target dan meminta penilaian dari Hani Hanjour, yang kemudian
membajak dan memiloti Penerbangan 77.[42] Mohammed juga mengatakan al-Qaeda
awalnya berencana menargetkan instalasi nuklir, bukannya World Trade Center dan
Pentagon, namun mereka memutuskan tidak jadi, khawatir semuanya menjadi
"tidak terkendali".[43] Keputusan terakhir dalam menentukan target,
menurut Mohammed, ada di tangan para pilot.[42]
Kerusakan
Pemandangan udara dari sebalah barat Ground Zero pada 17
September 2001
The Pentagon rusak akibat kebakaran dan setengah runtuh
Bersama Menara Kembar berlantai 110 itu, beberapa
bangunan lain di lahan World Trade Center hancur atau rusak parah, termasuk
gedung WTC3 sampai 7 dan St. Nicholas Greek Orthodox Church.[44] Menara Utara,
Menara Selatan, Marriott Hotel (3 WTC) dan 7 WTC hancur sepenuhnya. U.S.
Customs House (6 World Trade Center), 4 World Trade Center, 5 World Trade
Center, dan dua jembatan pejalan kaki yang menghubungkan bangunan-bangunan
tersebut rusak parah. Deutsche Bank Building di 130 Liberty Street rusak
setengah dan akhirnya diruntuhkan.[7][45] Dua gedung World Financial Center
juga mengalami kerusakan.[7]
Deutsche Bank Building di seberang Liberty Street dari
komplek World Trade Center akhirnya dicap tak dapat dihuni kembali karena
suasana beracun di dalam menara perkantoran itu dan akhirnya
diruntuhkan.[46][47] Fiterman Hall milikBorough of Manhattan Community College
di 30 West Broadway juga diruntuhkan karena kerusakan parah dalam serangan ini
dan akhirnya dibangun kembali.[48] Gedung-gedung tetangga lainnya seperti 90
West Street dan Verizon Building mengalami kerusakan parah namun telah
diperbaiki.[49] Gedung-gedung World Financial Center, One Liberty Plaza,
Millenium Hilton, dan 90 Church Street mengalami kerusakan tingkat menengah dan
telah diperbaiki.[50] Peralatan komunikasi di puncak Menara Utara juga hancur,
namun stasiun media mampu mengalihkan sinyal dengan cepat dan melanjutkan
siaran.[44][51]
The Pentagon, di Arlington County, Virginia, rusak parah
akibat tabrakan American Airlines Penerbangan 77 dan kebakaran yang berlangsung
setelahnya, mengakibaktan satu sisi bangunan runtuh.[52] Ketika mengarah ke
Pentagon, sayap pesawat menabrak beberapa tiang lampu dan mesin kanannya
menabrak pembangkit listrik sebelum menabrak sisi barat Pentagon dan menewaskan
ke-53 penumpang, 5 pembajak, dan 6 awaknya.[53][54] Pesawat ini menabrak
Pentagon di lantai pertama dan bagian depan badannya patah ketika tabrakan,
sementara bagian tengah dan ekornya terus menabrak selama kurang dari satu
detik.[55] Reruntuhan bagian ekor menembus jauh ke dalam bangunan, melewati
tiga lingkaran luar gedung seluas 310 kaki (94 m).[55][56]
Penyelamatan dan perbaikan
Lihat pula: Upaya penyelamatan dan perbaikan setelah
serangan 11 September
Korban luka serangan Pentagon dievakuasi
New York City Fire Department langsung memberangkatkan
200 unit (setengah departemen) ke tempat tersebut. Upaya mereka dibantu oleh
berbagai pemadam kebakaran dan teknisi medis darurat yang tidak bertugas pada
hari itu.[57][58][59]New York City Police Department mengirimkan Emergency
Service Units dan personel polisi lainnya, serta memberangkatkan satuan
helikopternya. Setelah tiba di tempat kejadian, FNY, NYPD, dan Port Authority
tidak mengkoordinasi upaya penyelamatan dan akhirnya mengalami kesulitan dalam
mencari warga sipil.[57][60] Ketika situasi semakin memburuk, satuan
penerbangan NYPD menyampaikan informasi kepada komandan polisi, yang
mengeluarkan perintah kepada personelnya untuk mengungsikan diri dari kedua
menara; sebagian besar petugas NYPD berhasil keluar dengan aman sebelum kedua
bangunan runtuh.[61][60] Karena pos komando didirikan terpisah dan komunikasi
radio antar lembaga tidak mampu dilakukan, perintah tersebut tidak sampai
kepada para komandan FDNY.
Setelah menara pertama runtuh, komandan FDNY mengeluarkan
perintah evakuasi; tetapi karena kesulitan teknis dengan sistem pengulang radio
yang gagal berfungsi, banyak pemadam yang tidak pernah mendengarkan perintah
evakuasi. Petugas 9-1-1 juga menerima informasi dari penelepon yang tidak diteruskan
kepada para komandan di tempat kejadian.[58] Dalam beberapa jam setelah
serangan, operasi pencarian dan penyelamatan besar-besaran diluncurkan. Setelah
beberapa bulan operasi 24 jam di tempat tersebut, lahan World Trade Center
akhirnya dibersihkan pada akhir Mei 2002.[62]
Penyerang
Mohamed Atta, seorang warganegaraMesir, merupakan ketua
19 perampas 11 September.
Berjam-jam setelah serangan, FBI mengeluarkan nama-nama
pembajak dan pilot yang dicurigai kepada umum, di samping informasi pribadi
tertentu mereka.[63][64] Mohamed Atta dari Mesir merupakan ketua 19 perampas
dan salah seorang pilot.[65] Atta tewas dalam serangan bersama semua pembajak
yang lain, tetapi bagasinya (yang tidak terhubung dari penerbangannya dari
Portland ke Penerbangan 11) mengandung kertas-kertas yang mengungkapkan
identitas semua 19 pembajak dan petunjuk-petunjuk penting yang lain rencana,
motif dan latar belakang mereka.[66] Pada tengah hari, Badan Keamanan Negara
memintas komunikasi yang mengarah ke Osama bin Laden, begitu juga dengan
lembaga intelijen Jerman.[67][68]
Pada 27 September 2001, FBI mengeluarkan gambar 19
perampas beserta informasi kewarganegaraan dan nama-nama lain yang mungkin
digunakan oleh mereka.[69]15 dari mereka berasal dari Arab Saudi, dua dari Uni
Emirat Arab, seorang dari Mesir (Atta), dan seorang dariLibanon.[70]
Investigasi FBI terhadap kejadian yang bernama kode
Operasi PENTTBOM, merupakan upaya investigasi yang terbesar dan paling rumit
dalam sejarah FBI, melibatkan lebih 7.000 agen khusus.[71] Kerajaan Amerika
Serikat menemukan bahwa al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden bertanggung jawab
atas serangan ini, sementara FBI mengatakan bahwa "bukti yang mengaitkan
al-Qaeda dan bin Laden dengan serangan 11 September adalah jelas dan tidak
dapat disangkal".[72] Kerajaan United Kingdom mendapat kesimpulan yang
sama bahwa al-Qaeda dan Osama bin Laden bersalah atas serangan 11
September.[73]
Pengarang Laurie Mylroie yang menulis dalam majalah
siasah konservatif The American Spectator pada tahun 2006, berhujah bahawa
Khalid Sheikh Mohammedsekeluarga merupakan perancang utama 9/11 dan
serangan-serangan seumpamanya, manakala kaitan Khalid Sheikh Mohammed dengan
Osama bin Laden adalah sampingan dan pengakuan bertanggungjawab al-Qaeda atas
serangan itu datang selepas hakikat itu dan bersifat oportunis.[74] Bekas
pejabat CIA, Robert Baer, menuliskan pernyataan yang bertentangan dengan
argumen Mylorie dalam majalah Timepada tahun 2007, dengan menegaskan bahwa
pengungkapan pengakuan bertanggung jawab Khalid Sheikh Mohammed pada 9/11 dan
tindakan-tindakan lain oleh pemerintah pimpinan George W. Bush merupakan cobaan
yang berdusta untuk mengklaim bahwa semua pelaku utama 9/11 telah
ditangkap.[75]
Al-Qaeda
Artikel utama
untuk bagian ini adalah: Al-Qaeda
Asal-usul al-Qaeda boleh disusuri ke tahun 1979, ketika
Uni Soviet menyerang Afghanistan. Segera setelah serangan itu, Osama bin Laden
pergi ke Afghanistan untuk mengulurkan bantuan dalam mendirikan kelompok
mujahidin Arab dan mendirikan organisasi Maktab al-Khidamat (MAK) untuk melawan
Soviet. Ketika berperang dengan Uni Soviet, bin Laden dan para pejuangnya
menerima pembiayaan Amerika dan Saudi yang kebanyakan disalurkan melalui ISI,
layanan intelijen Pakistan.[76] Pada tahun 1989, ketika Soviet mundur, MAK
diubah menjadi "angkatan respon cepat" yang ber jihad ke atas
pemerintah-pemerintah di seluruh dunia Islam. Dengan bimbingan Ayman
al-Zawahiri, Osama bin Laden menjadi lebih radikal.[77] Pada tahun 1996, bin
Laden mengeluarkan fatwa pertamanya yang mendesak tentara Amerika agar
meninggalkan Arab Saudi.[78]
Bin Laden mengeluarkan fatwa keduanya pada tahun 1998
untuk membantah dasar luar Amerika Serikat terhadap Israel, serta kehadiran
prajurit Amerika yang berkelanjutan di Arab Saudi setelah Perang Teluk.[79] Bin
Laden menggunakan kitab suci Islam untuk mendorong tindakan kekerasan terhadap
tentara dan rakyat Amerika Serikat sehingga tuntutan-tuntutannya diakur, dengan
argumen bahwa "para ulama sepanjang sejarah Islam setuju sebulat suara
bahwa jihad merupakan tugas tunggal jika musuh menghancurkan negara-negara
Islam."[79]
Pasca serangan
Dalam beberapa jam setelah serangan, FBI mendapatkan
nama-nama dan data pribadi dari pilot dan pembajak yang dicurigai.[80][81]
Koper Muhammad Atta, yang tidak diteruskan dari penerbangan Portlandnya ke
penerbangan 11, berisi berkas-berkas yang membuka identitas semua 19 pembajak,
dan petunjuk penting lainnya mengenai rencana mereka, motif, dan latar
belakang.[82] Pada hari penyerangan, NSA menyadap komunikasi yang menunjuk pada
Osama bin Laden. Badan intelijensi Jerman juga mendapatkan hasil yang
sama.[83][84] Pada 27 September 2001, FBI mempublikasikan foto-foto dari 19
pembajak bersama informasi mengenai kemungkinan nasionalitasnya dan nama-nama
aliasnya.[85] Lima belas dari penyerang berasal dari Arab Saudi, dua dari Uni
Emirat Arab, satu dari Mesir, dan satu dari Lebanon.[86]Berlawanan dengan
profil penyerang bunuh diri pada umumnya, pembajak-pembajak tersebut terdidik,
dewasa, dimana sistem kepercayaannya sudah terbentuk sepenuhnya.[87]
Osama Bin Laden[sunting | sunting sumber]
Persis sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat pada
tahun 2004, di dalam sebuah pernyataan video terekam, Osama bin Laden mengakui
keterlibatan al-Qaeda pada penyerangan Amerika Serikat dan mengakui hubungan
dia secara langsung pada serangan tersebut. Dia berkata bahwa serangan tersebut
dilakukan karena "Kami bebas, dan untuk mendapatkan kebebasan bagi negara
kami. Seperti kalian meremehkan keamanan kita, kita meremehkan keamanan
kalian."[88] Osama bin Laden berkata bahwa dia sendiri telah memimpin 19
pembajak pesawat[89] Di dalam video tersebut dia berkata, "Kami telah
sepakat dengan Komandan Jendral Muhammad Atta, bahwa semua operasi akan
dilaksanakan dalam 20 menit sebelum Bush dan pemerintahannya menyadari"[90]
Video lain yang didapatkan oleh Al Jazeera pada September 2006 menunjukkan
Osama bin Laden bersama dengan Ramzi Binalshibh, dan 2 pembajak Hamza al-Ghamdi
and Wail al-Shehri, pada saat mereka bersiap2 untuk penyerangan.[91] Namun, 5
hari berselang dalam sebuah pernyataan di stasiun televisi Aljazeera, Osama
menegaskan ia tidak terlibat dengan peristiwa 11 September dan menyatakan bahwa
pemerintah Amerika berbohong dengan menjadikan ia kambing hitam untuk tujuan
tertentu.[92]
Daftar Pelaku Pembajakan Pesawat Dalam Peristiwa
9/11[sunting | sunting sumber]
American Airlines Penerbangan 11:
• Mohamed
Atta, berkebangsaan Mesir
• Abdulaziz
Alomari, berkebangsaan Arab Saudi
• Satam M.A.
Al Suqami, berkebangsaan Arab Saudi
• Wail M.
Alshehri, berkebangsaan Arab Saudi
• Waleed M.
Alshehri, berkebangsaan Arab Saudi
United Arlines Penerbangan 175:
• Marwan
Al-Shehhi, berkebangsaan Uni Emirat Arab
• Fayez
Rashid Ahmed Hassan Al Qadi Banihammad, berkebangsaan Arab Saudi
• Ahmed
Alghamdi, berkebangsaan Arab Saudi
• Hamza Alghamdi,
berkebangsaan Arab Saudi
• Mohand
Alshehri, berkebangsaan Arab Saudi
American Airlines Penerbangan 77:
• Hani
Hanjour, berkebangsaan Arab Saudi
• Nawaf
Alhazmi, berkebangsaan Arab Saudi
• Majed
Moqed, berkebangsaan Arab Saudi
• Khalid
Almihdhar, berkebangsaan Arab Saudi
• Salem
Alhazmi, berkebangsaan Arab Saudi
United Airlines Penerbangan 93:
• Ziad Samir
Jarrah, berkebangsaan Lebanon
• Saeed
Alghamdi, berkebangsaan Arab Saudi
• Ahmed
Ibrahim A. Al-Haznawi, berkebangsaan Arab Saudi
• Ahmed
al-Nami, berkebangsaan Arab Saudi
Teori yang bertentangan
Arsitek dan Teknisi
Richard Gage, seorang arsitek yang telah berpengalaman
selama 20 tahun dalam bidang konstruksi serta telah berkecimpung dalam banyak
proyek perancangan bangunan anti-api dan anggota dari Institusi Arsitek
Amerika,[93] mendirikan organisasi Architect and Engineer For 911 Truth
(Arsitek dan Teknisi Untuk Kebenaran 911) yang berisikan ratusan artsitek dan
teknisi berpengalaman di bidangnya. Mereka mengeluarkan pernyataan yang
menyangkal pernyataan Komisi 9/11 yang menyatakan bahwa gedung WTC 1, 2, 3, 4,
5, 6, dan 7 hancur akibat ledakan yang disebabkan oleh tabrakan dan penyebaran
avtur dari penerbangan 11 dan 175. Para arsitek yang tergabung dalam organisasi
tersebut menyatakan bahwa mereka mencurigai adanya perubuhan terkontrol dengan
bahan peledak yang menjadi penyebab runtuhnya menara 1, 2 dan terutama
runtuhnya menara 7 setelah berbagai penyelidikan terhadap rekaman video dan
analisis lapangan yang menurut mereka sangat tidak wajar dan tak dapat diterima
secara ilmu pengetahuan apabila menara 7 yang terletak jauh dari menara Utara
dan Selatan rata dengan tanah.
Pilot
Russ Wittenberg (Capt.)(Ret.), seorang pilot senior,
mantan pilot USAF dengan 30.000+ jam terbang, yang juga pernah menerbangkan
pesawat penerbangan 175 yang menabrak Menara Selatan dan penerbangan 93 yang
gagal mencapai pentagon[94], menyatakan ketidakpercayaannya terhadap hasil
investigasi resmi pemerintah. Ia mempertanyakan beberapa fakta janggal seperti
mengapa rekaman pengatur penerbangan saat kejadian 9/11 dirusak oleh komisioner
FAA[95], mengapa kotak hitam tidak ditemukan dari satupun pesawat, dan juga
mempertanyakan tingkat kemahiran pembajak yang menurutnya untuk sekelas pilot
berlisensi pesawat perintis sangat mencurigakan dapat mengendalikan pesawat
sekelas 747 dengan kecepatan tinggi dan menabrakkannya dalam posisi target yang
tidak lebar[96]. Ia bergabung dengan organisasi Pilot for 911 truth[97] yang
didalamnya berisikan ratusan pilot dan profesional dalam bidang penerbangan
dari berbagai belahan dunia yang juga menyangkal laporan resmi dari Komisi
9/11.
http://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_11_September_2001
Mengenang 11 Tahun Pembohongan Tragedi WTC
Tidak lepas dari perasaan duka mendalam bagi korban dan
keluarga korban, bukan hanya Ahmadinejad yang berkoar-koar mengenai kebohongan
tragedi WTC pada 11 September 2001. Seiring perjalanan waktu, dan melihat efek
lanjutan paska tragedi yaitu banyaknya tentara Amerika yang dikorbankan
pemerintahnya sendiri dalam perang di Irak dan Afghanistan, selimut yang
menutupi kejadian sebenarnya keruntuhan WTC mulai diungkap.
Maka tanggal 11 September 2001, hari yang menjadi
peristiwa “memilukan”, berubah menjadi hari yang “memalukan”. Peringatan
tragedi 11 September 2001, menjadi Peringatan Pembohongan Tragedi 11 September.
Kesan inilah yang muncul, setelah 11 tahun berlalu.
Dalam beberapa episode perilisan video runtuhnya Menara
Kembar WTC, dan banyak bukti di lokasi kejadian, pengamat mulai menemukan
kejanggalan yang mengarah munculnya penyimpulan adanya rekayasa sistematis yang
dikemas dalam kode ilmiah di balik kejadian tersebut.
Ada kejangalan serius yang jelas nampak dan 100%
direkayasa, adalah robohnya gedung WTC7, padahal gedung tersebut tidak
tertabrak pesawat.
Media menyebutkan :
“Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad
bersikeras soal klaimnya bahwa serangan teroris 11 September 2001 diatur oleh
AS sebagai alasan untuk menyerang dunia muslim.
Menurut mantan penguasa negeri jiran itu, runtuhnya
gedung World Trade Center (WTC) di New York, AS sebagai akibat penghancuran
yang dikendalikan (controlled demolition)”.
Secara logika, gedung yang dihancurkan bagian atasnya,
mustahil bagian bawah gedung ikut runtuh, tanpa ada ledakan pendukung bagian
dasar gedung. Tapi ledakan bagian bawah gedung, pasti akan ikut meruntuhkan
gedung bagian atasnya. Ini logika yang anak TK juga memahaminya.
Sementara itu media lain mengungkap :
“Profesor Steven E. Jones dari Universitas Brigham Young,
Kota Utah, pertama kali mengeluarkan pernyataan dirinya tidak percaya runtuhnya
WTC karena hantaman pesawat dikendarai Muhammad Atta, salah seorang anggota
jaringan al-Qaeda…..Survei dilakukan situs world911truth.org membuktikan 74
persen warga Amerika percaya pemerintahan mereka masih menutupi kejadian paling
mengerikan sepanjang sejarah teror di negara itu”.
Pendapat yang mendukung kejanggalan diungkap oleh hasil
penelitian Agen Federal Keamanan Negara Amerika (FEMA) yang menyatakan penyebab
utama keruntuhan ialah api terjangan pesawat dengan bahan bakar penuh.
Pertanyaannya, mengapa pemerintah Amerika “tega”
mengorbankan rakyatnya sendiri demi sebuah kepentingan tertentu?
Jawabannya : bisa. Kita lihat, setiap akan diadakan pemilu
di Amerika, semua calon presiden Amerika harus mendapatkan restu dari Zionis.
Bahkan ada yang menyempatkan diri “datang jauh-jauh” hanya untuk memuji dan
“menjilat” pemerintah Zionis Israil. Apa itu dilakukan hanya untuk meraih
simpati beberapa ribu warga Yahudi di Amerika? Tentu sangat konyol jika itu
dilakukan hanya untuk meraih pemilih Yahudi saja, mengingat jumlah warga Yahudi
hanya sedikit di antara jutaan warga Amerika lainnya. Ada semacam mitos, bahwa
Zionis merupakan “penguasa” di balik penguasa-penguasa Amerika sepanjang
sejarah Amerika.
Jika demikian, maka sangat memungkinkan untuk
mengorbankan rakyat Amerika sendiri demi kepentingan Zionis dan segenap
“panitia”nya di Amerika dan seluruh dunia.
Indikator lainnya, banyak warga Amerika yang tidak setuju
dengan kebijakan pengiriman tentara ke Irak dan Afghanistan. Tetapi pemerintah
Amerika seakan tidak menghiraukan suara penolakan itu, dan terus saja
“membiarkan” rakyatnya sendiri menjadi “bulan-bulanan” di Afghanistan.
Demi Zionis, pemerintah Amerika senang mengabaikan
rakyatnya sendiri.
Beberapa Sumber :
http://news.detik.com/read/2010/01/23/163002/1284564/10/mahathir-wtc-runtuh-akibat-penghancuran-terkendali
http://www.merdeka.com/dunia/menara-wtc-runtuh-sebab-pesawat-atau-bom.html
http://www.merdeka.com/teknologi/video-konspirasi-teori-runtuhnya-wtc-dalam-kacamata-sains.html
(Bersambung)
No comments:
Post a Comment