!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, August 2, 2013

Kekeliruan Militer Mesir melakukan kudeta mengorbankan rakyat Mesir dan menghancurkan demokrasi



Kekeliruan Militer Mesir melakukan kudeta mengorbankan rakyat Mesir dan menghancurkan demokrasi

Unjuk rasa menuntut dikembalikannya posisi Muhammad Mursi, Presiden Mesir yang digulingkan militer pada 3 Juli 2013, terus berlangsung kendati pemerintah mengancam akan menindak tegas jika pengunjuk rasa tetap bandel.

Sejumlah saksi mata, Kamis, 1 Agustus 2013, mengatakan kepada Al Jazeera, helikopter militer meraung-raung di atas pengunjuk rasa di Lapangan Rabaa al-Adawiya, Kairo. Kawasan ini merupakan tempat para demonstran mengajukan tuntutannya agar Mursi dikembalikan ke posisi sedia kala sebelum kudeta militer 3 Juli 2013.

Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, seorang anggota senior Partai Keadilan dan Kebebasan, Waleed al-Haddad, bersumpah bahwa mereka akan tetap berada di jalanan hingga kekuasaan Mursi dikembalikan.

"Rakyat tidak akan meninggalkan lapangan di seluruh Mesir. Kami berada di sini untuk kepentingan pemulihan legitimasi. Kami siap mengorbankan darah, uang, atau apa pun demi tegaknya demokrasi."

Dia melanjutkan, "Rakyat tidak akan meninggalkan tempat-tempat ini. Mereka hanya memiliki satu peluang untuk membuat rakyat meninggalkan lapangan, guna membunuh jutaan orang di sini. Kami menuntut keinginan kami, yakni pemulihan legitimasi, mengembalikan demokrasi kepada negara kami. Selanjutnya, banyak hal bisa didiskusikan."

Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Kamis, 1 Agustus 2013, Kementerian Dalam Negeri Mesir menyerukan kepada pengunjuk rasa meninggalkan perkemahan dan menyediakan "jalur aman" bagi yang mengindahkan peringatan. Sehari sebelumnya, pemerintah sementara memerintahkan Angkatan Bersenjata mengambil aksi guna menghadapi demonstran.

Kelompok demonstran pro-Mursi menyerukan jutaan orang untuk melakukan long march secara serentak pada Jumat siang ini. Menurut sebuah pernyataan dari Anti-Coup Prodemocracy Alliance pada Kamis kemarin, kelompk pro-Mursi akan mengajak jutaan orang untuk berbaris membentuk pawai long march dari 33 masjid berbeda setelah salat Jumat siang ini.

“Dengan membawa bendera bertuliskan ‘Mesir Melawan Kudeta’, mereka akan melakukan long march,” tulis CNN, hari ini. Tidak hanya menyerukan warga Mesir, mereka juga menyerukan seluruh warga dunia untuk menentang kudeta. “Semua orang di seluruh negara di dunia harus menyerukan perdamaian.”

Aksi long march ini merupakan reaksi yang muncul akibat tindakan Kementerian Dalam Negeri yang mendesak demonstran untuk mundur. Pasalnya, demonstan dianggap telah menyebabkan kemacetan lalu lintas dan mengancam keamanan nasional.

“Kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menghadapi bahaya dan mengakhiri aksi ini,” ujar Menteri Informasi, Durriya Sharaf el-Din, Rabu lalu. Secara luas, pernyataan ini ditafsirkan sebagai lampu hijau bagi pasukan keamanan untuk membubarkan ribuan demonstran dengan cara apapun.

Pemerintah Mesir yang didukung militer memberi perintah kepada polisi untuk menghentikan aksi duduk pendukung presiden terguling, Muhammad Mursi di ibukota, Kairo.

"Kabinet memutuskan untuk mengambil semua langkah penting untuk melawan risiko dan mengakhiri mereka," ujar seorang pejabat dalam pernyataan di televisi dikutip BBC.

Pernyataan itu menunjuk protes yang berlangsung telah mengancam keamanan nasional. Tiga pemimpin Ikhwanul juga menghadapi pengadilan atas tuduhan kekerasan. Pendukung Mursi melakukan aksi duduk selama beberapa pekan sejak Mursi digulingkan pada 3 Juli, satu tahun setelah dia menjabat presiden.

Protes utama berlokasi di dekat masjid Rabaa al-Adawiya di ibukota, dimana bentrokan pada Sabtu pekan lalu memakan korban tewas 70 orang lebih. Protes juga berlangsung di Nahda Square dekat kampus Universitas Kairo.

"Berlangsungnya situasi berbahaya di Rabaa al-Adawiya dan Nahda Square, dan teorisme serta pemblokade jalan tidak lagi diterima, memberi ancaman terhadap keamanan nasional," ujar Menteri Informasi, Dorreya Sharaf el-Din.

Dia mengatakan polisi ditugaskan untuk mengakhiri demonstrasi di bawah undang-undang dan konstitusi. Pemerintah sementara memperingatkan bahwa pelanggaran undang-undang akan ditangani dengan tegas.

Protes terus berlangsung meski pemerintah sementara mengancam membubarkan kamp-kamp protes pendukung Mohamed Mursi. Puluhan ribu pendukung Presiden terguling Mesir Mohamed Mursi melancarkan aksi protes Jumat (2/8) di Kairo, menuntut pemulihan jabatan Mursi, meskipun pemerintah sementara mengancam membubarkan kamp protes mereka.

Stasiun televisi pemerintah pada Jumat melaporkan, polisi Mesir berencana memblokir akses ke salah satu kamp itu di Kairo utara. Saksi mata mengatakan pendukung Ikhwanul menumpuk karung pasir dan batu bata sebagai tembok perlindungan guna menghentikan polisi. Seorang pemimpin Islamis kepada massa mengatakan pendukung Mursi siap "menumpahkan darah mereka demi membawa kembali Presiden Mursi" dan melindungi keamanan nasional Mesir seperti dilansir VOA.

Wakil Presiden sementara Mohamed ElBaradei kepada koran Washington Post mengatakan para pemimpin Mesir ingin mencegah pertumpahan darah, dan mengatakan bersikap keras bukanlah solusi. Ia mengatakan pemerintah ingin berbicara dengan Ikhwanul Muslimin. Tetapi ElBaradei mengatakan Mesir adalah negara dengan banyak kemarahan dan perasaan tidak rasional dan hal-hal itu harus mendingin dulu sebelum bisa ada dialog apapun.

Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry telah mengirim Wakil Menteri William Burns ke Kairo. Kerry mengatakan Mesir harus kembali ke apa yang disebutnya "normal yang baru." Ia mengatakan pemerintah harus mengizinkan protes damai, tetapi demonstran bertanggungjawab untuk mengendalikan diri.

Sudah hampir 200 orang, sebagian besar pendukung Mursi, tewas sejak militer Mesir menggulingkannya pada 3 Juli. Pemerintah sementara negara itu berencana mengadakan referendum dalam waktu lima bulan untuk meratifikasi amandemen konstitusi. Pemilihan parlemen akan berlangsung awal tahun depan, diikuti pemilihan presiden baru.

No comments:

Post a Comment