Suriah Siap Berunding dengan Oposisi di Rusia
Pemerintah Suriah mengatakan siap bertemu pihak oposisi
dalam perundingan di Moskow untuk mengakhiri perang saudara yang telah
berlangsung hampir empat tahun di sana.
Kementerian Luar Negeri Suriah hari Sabtu (27/12)
mengatakan siap turut serta dalam “pertemuan awal dan konsultatif” guna mencari
solusi terhadap konflik tersebut.
Namun masih ada banyak hambatan. Militan ISIS yang
menguasai sepertiga wilayah Suriah belum terlibat dalam proses apapun untuk
mengakhiri konflik. Banyak kelompok oposisi lainnya tidak memiliki respons yang
terpadu mengenai pertemuan dengan pemerintah itu.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pertemuan itu
diperkirakan berlangsung akhir Januari dan bersifat “informal.”
Berbagai upaya tahun ini untuk mencari solusi diplomatik,
termasuk dua babak perundingan yang ditengahi PBB, tidak mencapai kemajuan
berarti.
Konflik di Suriah berawal dari demonstrasi damai
menentang kekuasaan Presiden Bashar al-Assad bulan Maret 2011, tetapi dengan
cepat berubah menjadi perang saudara yang telah menewaskan sekitar 200.000
orang.
Bulan ini PBB mengatakan 12,2 juta orang Suriah kini
mengungsi baik di dalam maupun luar negeri dan membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Pemerintah Antisipasi Ancaman ISIS yang Dirilis di
Youtube
Sehubungan dengan ancaman ISIS kepada panglima TNI, Polri
dan Banser melalui video di Youtube, pemerintah waspada dan mengantisipasi
ancaman tersebut.
Seorang perempuan Muslim melepaskan merpati sebagai
simbul perdamaian dalam sebuah demonstrasi anti ISIS di Jakarta (5/9/2014).
JAKARTA —
Seorang anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah
(ISIS) bernama Abu Jandal Al Indonesi merilis video yang menantang panglima TNI
Jenderal Moeldoko. Dalam video yang berdurasi 4 menit itu, Abu Jandal menanti
kedatangan TNI yang akan bergabung dengan pasukan koalisi anti ISIS di Irak dan
Suriah.
Dalam tayangan tersebut, Abu Jandal juga mengancam akan
kembali ke Indonesia untuk melakukan sejumlah aksi perlawanan kepada TNI,
Polri, Densus dan Banser.
Sementara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan
pemerintah akan melakukan antisipasi terkait ancaman ISIS kepada panglima TNI,
Polri dan Banser melalui video di Youtube.
Ryamizard tidak mau menjelaskan langkah antisipasi
seperti apa yang telah disiapkan oleh pemerintah itu.
“Adalah jelas, pastilah kita juga antisipasi. Islam tidak
mengajarkan untuk bunuh-membunuh orang. Itu yang merusak agama Islam di mata
agama lain,” kata Menhan Ryamizard Ryacudu.
“Adalah jelas, pastilah kita juga antisipasi. Islam tidak
mengajarkan untuk bunuh-membunuh orang. Itu yang merusak agama Islam di mata
agama lain.”
- Menhan Ryamizard Ryacudu-
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Komisaris Besar
Agus Rianto mengatakan kepolisian sudah melakukan langkah internal dalam
meningkatkan kewaspaan tersebut. Langkah internal tersebut misalnya
menginstruksikan anggota Polri yang bertugas di lapangan untuk meningkatkan
kewaspadaan dan lebih aktif dalam mengawasi lingkungan.
Dia juga mengatakan, kepolisian akan menelusuri siapa
pembuat video tersebut. Dia meminta peran serta masyarakat untuk melaporkan
kepada Polri apabila menemukan hal-hal yang bisa mengganggu keamanan dan
ketertiban masyarakat.
Sementara itu, Tim
Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Wawan Purwanto Jumat
menilai ancaman anggota Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kepada
panglima TNI, Polri dan Banser NU di youtube merupakan reaksi emosi sesaat atas sikap tegas
pemerintah Indonesia memberantas ISIS.
Selain itu, kelompok ISIS, kata Wawan juga kesal terhadap
upaya-upaya penangkapan yang terus dilakukan aparat keamanan Indonesia terhadap
anggota kelompok radikal.
Meskipun adanya ancaman aksi perlawanan kepada TNI,
Polri, Densus dan Banser NU dari anggota ISIS, dia tidak yakin
penyerangan-penyerangan secara terbuka dan meluas oleh kelompok ISIS terjadi di
Indonesia .
Kemungkinan tambah Wawan anggota ISIS itu akan bergabung
dengan pelaku atau jaringan teror yang memang sudah ada di Indonesia seperti
jaringan Santoso, jaringan Sonny di Bima (Nusa Tenggara Barat) dan kelompok yang terlibat di Aceh, Palembang
dan Sumatera Utara.
“Itu berat karena berhadapan dengan aparat keamanan yang
jumlahnya besar. Untuk saat ini menurut
saya menyerang Indonesia rasa-rasanya tidak tetapi kalau sifatnya bergabung
dengan pelaku teror sudah ada mungkin tetapi kalau berdiri-sendiri masih
sulit,” kata Wawan.
Lebih lanjut Wawan Purwanto mengatakan aparat keamanan
akan mengembangkan data-data awal yang
dimilikinya terkait adanya warga negara Indonesia yang bergabung ke kelompok
ISIS dan menutup pergerakannya di Indonesia.
Aparat keamanan menurut Wawan juga akan melakukan
pendekatan-pendekatan kepada mereka yang pernah bergabung dengan kelompok
radikal.
“Ini bisa kita ajak bicara satu sama lain supaya
menjajaki apa-apa yang direncanakan atau informasi-informasi apa yang muncul,”
lanjut Wawan. (VOA)
No comments:
Post a Comment