Perjalanan yang belum selesai (167)
(Bagian ke seratus enam puluh tujuh, Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 25 Desember 2014, 07.22 WIB)
Joko Widodo, apa mampu membubarkan mafia minyak ?
Pada zaman Orde Baru (Zaman rezim Soeharto) sebagian
saham Petral dimiliki Tommy Soeharto dan Bob Hasan.
Petral adalah anak perusahaan pertamina yang ditugaskan
mengimpor minyak mentah ke Indonesia, sehingga di seputar Petral inilah konon
isu adanya mafia minyak di Indonesia bergulir, sampai-sampai Menteri BUMN
Dahlan Iskan pun tidak kuasa membubarkannya yang kata Faisal Basri ada kekuatan
di atas Dahlan Iskan yang masih bercokol berkuasa melindungi ,’Mafia Minyak’’,
Siapa kekuatan di atas Dahlan Islan itu, bukankah kekuatan yang paling berkuasa
di Indonesia adalah Presidennya, kalau dulu Susilo Bambang Yudhoyono, kini Joko
Widodo. Kalau SBY dan Jokowi tidak mampu membubarkan dan membasmi Mafia Minyak,
lalu siapa yang mampu.
Dulu, sekitar tahun 1980,an Salah satu Produsen minyak
Rusia cukup besar mempercayakan kepada Ketua Masyarakat Perminyakan Indonesia
yang ketika itu bekerja juga di Total Indonesia (perusahaan minyak Perancis).
Kakak kandung mantan wartawan Bisnis Indonesia Firman
Sastrawinata ini memperlihatkan surat kuasa dari produsen minyak asal Rusia
ini.
Saya mencoba menggunakan jasa Chris Kelana, mantan
wartawan Kompas, dan Pemimpin Redaksi Seputar Indonesia (Sindo) RCTI, yang
ketika itu kenal dan dekat dengan Direktur Utama Pertamina, Chris Kelana
mengaku dia tidak sanggup menembus mafia Pertamina yang mengusai dan di
belakang wewenang impor minyak mentah tu.
Saya juga mencoba jasa teman saya semasa jadi wartawan di
Harian Media Indonesia (MI) Usamah Hisyam, yang katanya sangat dekat dengan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ini pun gagal Usamah Hisyamdan Chris
Kelana tidak sanggup mendobrak mafia Pertamina.
Kini orang kuat Surya Paloh, pemilik sejumlah perusahaan
ini, mencoba mendobrak dominasi mafia minyak itu berhasilkah Surya Paloh.
Namun, kata Faisal Basri ada kekuatan di langit ke-7 bahkan di langit ke-10
yang
menghalangi Dahlan Iskan membubarkan Petral. Kalau begitu sulit dong Mafia
Minyak dibasmi dari bumi Indonesia, kecuali anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Indonesia (DPR) mengesahkan kan undang-undang yang menghukum mati anggota mafia
minyak yang terbukti korupsi seperti halnya di Cina.
SURYA PALOH DAN IMPOR MINYAK ANGOLA
Friday, November 7, 2014
JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Sonangol mungkin tak akrab di
sebagian besar telinga kita. Tapi, nama perusahaan minyak milik Angola itu
adalah senjata Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membabat peran trader dalam
impor minyak.
Sebab, Jokowi telah menunjuk Sonangol EP sebagai pemasok
sebagian kebutuhan minyak Indonesia, mengurangi peran Petral. Akhir Oktober
lalu, kesepakatan itu sudah diteken antara Pertamina dan Sonangol.
Nah, cerita yang bakal seru, Surya Paloh adalah pembisik
utama nama Sonangol EP ke telinga Jokowi. Benarkah?
Pendiri Partai Nasdem ini tak menampik. Ia mengakui
menyarankan Presiden Jokowi agar Pertamina bekerjasama dengan Sonangol.
"Tapi saran kecil saja," ujar Surya kepada Kontan di Kantor Partai
Nasdem, Jakarta, Kamis (6/11/2014), dengan nada merendah.
Surya menyatakan saran itu bertujuan membantu pemerintah
baru agar bisa menghemat dari impor minyak dan bahan bakar minyak (BBM).
Maklum, selama ini Pertamina mengimpor minyak melalui pihak ketiga atau trader
alias tidak membeli minyak langsung ke produsennya.
Akibatnya, kata pemilik Media Group ini, impor minyak
jadi mahal dan memberatkan negara. Nah, dia yakin, jika Indonesia membeli
langsung ke produsen, biaya impor bisa ditekan. "Seperti yang dilaksanakan
dengan Sonangol, itu baik," kata Surya.
Namun, kendati melibatkan PT Surya Energi Raya,
perusahaan minyak miliknya, dalam mempertemukan Pertamina dan Sonangol, Surya
Paloh membantah dirinya memiliki kepentingan bisnis dalam impor minyak Angola.
"Saya hanya memperkenalkan mereka. Setelah itu tak ada hubungan
lagi," tandasnya.
Sebagai catatan, Grup Sonangol adalah kongsi lama Surya
Paloh. Tahun 2009, Surya Energi mendapat pinjaman modal dari China Sonangol
International Holding Ltd. Anak usaha Sonangol EP tersebut menyuntikkan dana
200 juta dollar AS ke Surya Energi untuk menggarap Blok Cepu.
Asal tahu saja, Surya Energi adalah pemilik 75 persen
saham PT Asri Darma Sejahtera. Sementara 25 persen saham perusahaan ini
dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Asri Darma inilah
yang mendekap 4,5 persen saham blok minyak jumbo di Cepu.
Direktur Utama Surya Energi, Reri Murdijat menyatakan,
Surya Energi memang terlibat memfasilitasi kerjasama Pertamina dengan Sonangol.
Namun, "Kami tidak memiliki hubungan apapun dalam kerjasama antara
Pertamina dengan Sonangol," tandas dia.
Dia menyatakan, kerjasama Surya Energi dengan Grup
Sonangol sebatas pada pendanaan proyek Blok Cepu tahun 2009 yang senilai 200
juta persen itu. "Saya enggak bisa ngomong lebih detail," jelas dia
Sumber:http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/07/082157126/Surya.Paloh.dan.Impor.Minyak.Angola
Menteri ESDM Pastikan Indonesia Akan Impor Minyak Dari
Angola
SENIN, 3 NOVEMBER 2014 - 13:02
Menteri ESDM, Sudirman Said
TERKAIT
Impor Minyak 2015 Capai 36 Miliar Dolar Amerika Serikat
Jakarta, Seruu.com -
Indonesia melalui Presiden Joko Widodo bertemu dengan Wakil Presiden
Republik Angola Manuel Domingos Vicente. Melalui pertemuan tersebut, dihasilkan
sebuah kesepakatan bahwa Indonesia melalui PT Pertamina (Persero) akan
mengimpor minyak asal Republik Angola lewat perusahaan migas Sonangol EP. Dari
kerjasama tersebut, pemerintah mengklaim akan menghemat anggaran negara sebesar
Rp15 triliun per tahun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman
Said mengungkapkan. bahwa pembelian minyak ke Angola bisa menghemat sebanyak
US$2,5 juta perhari atau setara Rp15 triliun dalam satu tahun. Ia mengandaikan,
jika Angola memasok 100 ribu barel per hari, maka seperempat impor minyak
Indonesia telah terpenuhi. "Pertamina membeli langsung pada Sonangol,
kemudian Sonangol bersama Pertamina akan membangun kilang. Kita akan membuat
perusahaan joint venture," jelasnya di Jakarta, akhir pekan kemarin.
Penandanganan kesepakatan kerjasama tersebut dituangkan
dalam Framework Agreement yang dilakukan oleh Plt. Direktur Utama Pertamina
Muhamad Husen dan Chairman of Board of Director Sonangol EP Francisco de Lemos
Jose Maria. Kerja sama kedua perusahaan itu diharapkan menjadi salah satu
milestone Pertamina untuk terus mendukung ketahanan energi nasional.
Penandanganan kesepakatan kerja sama tersebut dituangkan
dalam framework agreement (FA) yang dilakukan oleh Plt Direktur Utama Pertamina
Muhamad Husen dan Chairman of Board of Director Sonangol EP Francisco de Lemos
Jose Maria yang disaksikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla
dan Wakil Presiden Republik Angola Manuel Domingos Vicente.
"Kerja sama ini dapat terjalin sebagai wujud dari
hubungan baik yang telah terjalin erat antara pemerintah Republik Indonesia dan
pemerintah Angola. Pertamina siap merealisasikan kerja sama ini. Kami bersama
mitra akan bersama-sama menggali berbagai potensi proyek, baik proyek hulu
minyak dan gas bumi di Angola, Indonesia maupun di negara lain, maupun proyek
pembangunan kilang yang sangat diperlukan Indonesia untuk menjamin ketahanan
energi nasionalnya,” kata Muhamad Husen.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Sudirman Said FA menyatakan, "Mereka akan berinvestasi untuk
membangun kilang di Indonesia. Kita (pemerintah Indonesia) enggak hanya share
risiko, tapi juga share benefit. Crude oil mereka jika cocok dengan spec
Pertamina, akan dioleh di kilang yang sudah ada," jelasnya.
Kesepakatan yang merupakan hasil kerja sama government to
government (G to G) ini selanjutnya akan menjadi landasan bagi kedua perusahaan
untuk membentuk perusahaan patungan berskema business to business (B to B) yang
akan mengelola proyek-proyek hasil kerja sama tersebut.
Dalam waktu tujuh hari ke depan, Pertamina dan Sonangol
EP akan membentuk gugus tugas sehingga perusahaan patungan bisa dibentuk untuk
merealisasikan berbagai kerja sama yang akan diinisiasi. Perusahaan patungan
tersebut selanjutnya akan melakukan berbagai persiapan detail proyek-proyek
serta pelaksanaannya yang disepakati oleh Pertamina dan Sonangol.
Angola merupakan negara anggota OPEC (Organization of the
Petroleum Exporting Countries) yang pada 2013 memproduksi minyak dan kondensat
sejumlah 1,8 juta barel per hari. Sejak 2002, pertumbuhan produksi minyak
Angola mencapai rata-rata 15% per tahun yang disokong oleh lapangan-lapangan
deepwater. [ms]
PETRAL ISTANA MAFIA MINYAK (Anak Perusahaan Pertamina
yang Bermarkas disingapura)
Posted: Mei 23, 2012 in Fakta dan Realita Penjajah Modrn
2
ALUNAN tembang yang dilantunkan Krisdayanti menyemarakkan
perhelatan Pertamina Press Awards di Assembly Hall Jakarta Hilton Convention
Center, Sabtu pekan lalu. Direktur Utama Pertamina, Ariffi Nawawi, bersama
jajaran direksi BUMN kuda laut itu, duduk di barisan paling depan. Mereka
tampak sumringah menonton suguhan hiburan yang juga dimeriahkan humor segar P
Project.
Sejumlah pejabat Kementerian BUMN, anggota DPR, wartawan,
dan ratusan tamu undangan menghadiri acara Pertamina yang memberi penghargaan
kepada insan pers itu. Ariffi hanyut dalam acara tersebut. Ketika GATRA mencoba
mengonfirmasikan kasus Petral, ia berulang kali menolak. “Jangan-jangan,”
katanya. Direktur Hilir Pertamina, Harry Purnomo, ikut menyela. “Ini lagi
launching, kita bicara launching saja,” katanya.
Petral, kependekan dari Pertamina Energy Trading Limited,
memang lagi jadi tema. Anak perusahaan Pertamina di Singapura itu, sejak pekan
lalu, ramai diberitakan media massa karena kebobolan duit US$ 8,25 juta.
Kasus ini menambah panjang daftar penjarahan terhadap
BUMN perminyakan beraset lebih dari Rp 100 trilyun itu. Banyak tangan kotor
yang ditengarai ikut mengeruk duit Pertamina. Caranya macam-macam. Yang paling
sering adalah menggembungkan nilai proyek, seperti kasus Kilang Balongan, yang
hingga kini perkaranya masih berkubang di Gedung Kejaksaan.
Pembobolan Petral mencuat ke permukaan, setelah Ariffi
Nawawi membeberkan pekara itu dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Rabu
pekan lalu. Raibnya fulus Petral, menurut Ariffi, berawal dari adanya transaksi
derivatif, berupa jual-beli minyak mentah dengan perusahaan di Singapura.
Jangka waktunya enam bulan. Petral menjaminkan US$ 9 juta di sebuah bank di
Singapura. Selama transaksi, kurs rupiah menguat terhadap dolar.
Selisih duit yang seharusnya disetor ke kocek Petral
justru diberikan ke perusahaan di Singapura tadi. Hingga kini, kata Ariffi,
Pertamina tak mengetahui ke mana duit itu mengalir. “Ada oknum yang memalsukan
tanda tangan direksi sehingga dana bisa cair,” ujar Ariffi. Perkaranya,
katanya, sudah dilaporkan ke polisi Singapura.
Namun, penelusuran GATRA menemukan versi lain pembobolan
Petral. Laporan Audit Internal Pertamina bertanggal 23 Oktober 2003 memaparkan
kronologi dan kesimpulan kasus Petral. Dokumen yang dibuat pada masa Pertamina
dipimpin Baihaqi Hakim ini juga dilengkapi hasil pemeriksaan terhadap petinggi
perusahaan yang dianggap tahu perkara tersebut.
Tercatat empat eksekutif Petral diperiksa Tim Pemeriksa
Pertamina. Mereka adalah Soekono Wahjoe (Direktur Utama Petral hingga September
2003), Zainul Ariefin (Direktur Keuangan Petral hingga September 2003), Muchsin
Bahar (Komisaris Utama Petral), dan Burhanuddin Hasan (Komisaris Petral).
Beberapa pegawai Petral, dari manajer hingga sekretaris, juga diperiksa. Tim audit
itu beranggotakan lima orang, diketuai Hari Subagya dengan pengawas Sumi
Harjono.
Pencurian deposito Petral sebenarnya sudah terendus pada
akhir Juni 2002. “Waktu itu, saya minta dilakukan investigasi,” kata Ainun
Naim, mantan Direktur Keuangan Pertamina, kepada GATRA. Doktor ekonomi lulusan
Temple University, Amerika Serikat, ini curiga, karena perintah pemindahan US$
9 juta duit Petral dari Credit Suisse Singapore Branch ke rekening Pertamina di
BNI Gambir, Jakarta, ditolak bank.
Ainun minta duit itu ditransfer karena sudah ngendon di
Credit Suisse selama lima bulan. Sedangkan fasilitas kredit yang dijanjikan tak
kunjung cair. Demikian juga ketika perintah yang sama diulang pada Agustus
2002. Hasilnya tetap nihil. Kemudian investigasi dilanjutkan secara resmi
dengan membentukan Tim Pemeriksa Petral, berdasar surat keputusan Direktur
Utama Pertamina Baihaqi Hakim pada Juli 2003.
Deposito Petral sebesar US$ 9 juta di Credit Suisse itu
awalnya disetor pada 15 Februari 2002, sebagai jaminan pemberian fasilitas
kredit dari bank. Perusahaan minyak ini juga mendepositokan uangnya, antara
lain, di Sumitomo Bank, BNP Paribas Hong Kong, dan Bank Mandiri, dengan tujuan
sama. Dari bank-bank lain, pendanaan mengalir lancar. Tapi, tak sepeser pun
dana mengucur dari Credit Suisse.
Perkongsian Petral dengan Credit Suisse bermula dari
perkenalan Zainul Ariefin, Direktur Keuangan Petral ketika itu, dengan Lim Chee
Chien, Asisten Direktur Kredit Credit Suisse yang kini tak lagi menjabat.
Keduanya dipertemukan Dedy H. Garna, pemilik Aceasia Commercial Enterprises Ltd
–perusahaan yang terdaftar di British Virgin Islands pada 18 Juni 2001.
Zainul bahkan pernah bertandang ke rumah Dedy di Bandung,
ketika pengusaha “kota kembang” itu menikahkan anaknya pada 2002. Zainul juga mengenalkan
Dedy pada Soekono Wahjoe, ketika itu Direktur Utama Petral.
Dalam dokumen pemeriksaan Tim Audit Internal Pertamina
disebutkan, Soekono menyatakan pernah mengunjungi rumah Dedy. Ia menyebut nama
Boediono, yang menemaninya selama di Bandung. Boediono adalah pengusaha yang
dikenal punya hubungan akrab dengan sejumlah direksi Pertamina. Tapi, ketika
dihubungi GATRA, Boediono mengaku tak tahu-menahu soal pertemuan Dedy dengan
Soekono itu. “Nggak, nggak ada itu,” katanya, singkat.
Aceasia sempat menawarkan dana US$ 40 juta untuk Petral.
Namun, Soekono Wahjoe tak berminat. Kemudian Dedy menggandeng Lim Chee Chien
menawarkan dana dari Credit Suisse, dengan syarat ada jaminan US$ 9 juta tadi.
Petral kepincut. Menurut penelusuran auditor, Aceasia sangat berperan dalam
perkongsian antara Petral dan Credit Suisse.
Zainul lalu mentransfer US$ 9 juta dari rekening Petral
di BNP Paribas Hong Kong ke Credit Suisse Singapore. Tiga hari kemudian,
perjanjian pemberian fasilitas kredit untuk Petral diteken. Petral diwakili
Soekono Wahjoe dan Zainul Ariefin. Credit Suisse diwakili Phillipe Mettraux dan
Joseph Sim.
Pada kesempatan itu, ikut ditandatangani pula dokumen
board of resolution, yang memperluas kerja sama kredit hingga mencakup
pertukaran devisa dan penarikan tunai. Bila penarikan duit dilakukan, Petral
akan berutang sejumlah duit yang ditarik, sementara duit jaminan masih sebagai
deposito. Sesuai dengan perjanjian itu, baik Zainul maupun Soekono berwenang
melakukan transaksi tanpa persetujuan dewan komisaris.
Inilah yang jadi pangkal persoalan. Menurut Muchsin
Bahar, sebagaimana tertuang dari pemeriksaan terhadapnya, board of resolution
yang menyetujui perluasan kerja sama kredit di luar bisnis inti Petral itu
harusnya ditandatangani lebih dulu oleh dewan komisaris. Karena belum ada,
seharusnya direksi Petral menarik board of resolution itu. Tapi tak dilakukan.
Burhanuddin Hasan, komisaris sewaktu kasus itu terjadi,
mengaku hanya tahu sedikit ihwal kasus Petral ini. Tapi, ia tak mau bicara
kepada GATRA. Di manajemen Petral yang baru, Burhanuddin masih menjadi
komisaris.
Dedy dan Lim Chee Chien yang paham dengan kebijakan
pencairan dana itu kemudian memanfaatkan situasi. Mereka, berdasar versi audit,
memalsu tanda tangan komisaris Petral pada dokumen board of resolution.
Perintah pencairan duit US$ 8 juta dari rekening Petral untuk dipindahkan ke
Aceasia di Credit Suisse, dengan memalsu tanda tangan Zainul, lalu dibuat.
Perintah itu tak menggunakan kop surat resmi.
Selanjutnya, laporan rekening bulanan Petral di Credit
Suisse yang seharusnya dikirim ke kantor dilayangkan ke rumah Zainul Ariefin di
Peck Hay Road, Singapura. Zainul mempertanyakan hal itu kepada Dedy H. Garna.
Pengusaha ini memberi alasan Petral akan pindah kantor, sehingga korespondensi
dialamatkan ke rumah Zainul. Direktur Keuangan Petral itu tak keberatan.
Karena duit sudah dipindah ke Aceasia, posisi keuangan
Petral berubah. Petral kini punya deposito US$ 9 juta, sekaligus utang ke
Credit Suisse US$ 8 juta. “Pada laporan bulan Maret, utang itu muncul,” kata
Zainul, sebagaimana disebut dalam dokumen audit Pertamina. Sebenarnya kondisi
itu terjadi sejak Februari.
Kepada tim audit, Zainul menyatakan tak tahu alasan
munculnya utang di laporan rekening Petral dari bank. Sehingga ia tak
melaporkan posisi utang itu dalam laporan bulanan. Zainul mengaku pernah
menanyakan hal itu kepada Credit Suisse. Dijawab Lim Chee Chien, bank tak bisa
mengungkapkan soal itu.
Dalam laporan kas bulanan pada Juni 2002, posisi utang
itu juga tak dicantumkan. Untuk menunjukkan seolah-olah ada transfer –setelah
ada perintah dari Ainun– dalam laporan posisi kas Petral 24-28 Juni 2002,
ditulis uang di Credit Suisse sudah dipindahkan ke BNI Gambir. Jumlahnya US$
8,9 juta. Sehingga saldo Petral di BNI menjadi US$ 19,7 juta. Padahal, rekening
korannya di BNI Gambir hanya US$ 10,86 juta ketika itu. Artinya, pemindahan
dana itu fiktif belaka.
Zainul Ariefin mengaku menerima pesan “khusus” dari
Pertamina Jakarta. Isinya, kalau ada kontrak kerja sama dengan Aceasia, duit
Petral boleh dipertahankan di Singapura. Jika tak ada kontrak, rekening di
Credit Suisse harus ditutup. Tapi, Zainul tak ingat nama sang pemberi pesan.
Berbekal “masukan” tadi, Zainul mengontak Dedy dan
mendesaknya agar membuat kontrak kerja sama. “Kami ingin uang tetap di
Singapura,” katanya. Sebab, menurut dia, menggunakan fulus di Singapura untuk
bisnis Petral lebih mudah dibandingkan dengan memakai dana dari Jakarta.
Kontrak kerja sama pengelolaan duit Petral oleh Aceasia
kemudian diteken Zainul dan Dedy Garna pada 12 Agustus 2002. Surat berlaku
surut sejak 27 Februari 2002 atau sehari setelah pemindahan rekening Petral ke
Aceasia. Pemberlakukan perjanjian secara surut ini, menurut Zainul, untuk
memberikan keuntungan kepada Petral, karena deposito sudah ada sejak Februari.
Penandatanganan perjanjian tersebut, masih kata Zainul,
tak diberitahukan kepada Soekono Wahjoe. “Kata dia, tanda tangan saya sudah
cukup karena nanti juga bisa diubah,” katanya. Dalam kontrak itu disebutkan,
Aceasia menjadi pengelola US$ 8 juta duit Petral di Credit Suisse. Sebagai
imbalannya, Petral mendapat bunga investasi US$ 900.000 sampai saat jatuh
tempo.
Pada perjanjian itu juga disebutkan, jatuh tempo
pembayaran pokok investasi dan bunga kepada Petral pada 14 Maret 2003. Aceasia
ternyata wanprestasi. Tim audit berkesimpulan, tindakan Zainul telah melampaui
wewenang jabatannya. Ia meneken kontrak perjanjian dengan pihak di luar Petral,
tanpa persetujuan tertulis Direktur Utama Petral. Belakangan, Zainul memang memberitahu
Soekono, tapi sudah terlambat.
Petral juga menghadapi masalah lain, yakni membayar utang
US$ 8 juta yang tercatat di buku Credit Suisse yang jatuh tempo pada 10 April
2003. Sehari sebelumnya, manajemen Petral berunding di kantor Petral untuk
menyelesaikan kasus ini. Masukannya ada dua. Pertama, menutup rekening Petral
di Credit Suisse. Kedua, utang ditutup dengan deposito Petral yang ada di bank
tersebut.
Mereka memilih opsi kedua. Pilihan inilah yang
menyebabkan Petral menanggung rugi US$ 8 juta, ditambah bunga investasi yang
seharusnya diterima Petral sebesar US$ 250.000. Langkah ini dinilai tim audit
bisa melemahkan posisi Petral. Sebab, dengan cara itu, berarti Petral mengakui
utang.
Zainul lalu menghubungi Joseph Sim dari Credit Suisse. Ia
ingin tahu penyebab munculnya utang US$ 8 juta. Ia juga menanyakan adakah duit
yang ditransfer dari rekening Petral. Joseph mengiyakan. Ia menyebutkan,
transfer terjadi pada 26 Februari 2002. “Saya shock dan tak percaya ada yang
berbuat aniaya seperti itu,” kata Zainul kepada tim audit. Joseph juga
memberitahu, perintah transfer itu atas nama Zainul.
Direktur Keuangan Petral itu lantas minta Joseph
mengirimkan dokumen perintah transfer tersebut. Meski tanda tangan di dokumen
mirip dengan tekenannya, ia merasa tak pernah menorehkannya. Akhirnya, pada 17
April 2003, Zainul melaporkan kasus ini ke polisi.
Dokumen transfer yang berisi tanda tangan Zainul
diserahkan ke Health Security Authority Singapura untuk diteliti keasliannya.
Hasilnya dinyatakan palsu. Karena “bodong”, Petral beranggapan pemindahan duit
ke rekening Aceasia tak sah. Namun, bank hingga kini belum mau mengembalikan
duit Petral itu.
Dedy Garna, yang diduga punya andil penting dalam
pembobolan duit Petral, belum jelas keberadaannya. Penelusuran GATRA untuk
mencarinya belum membuahkan hasil. Walau begitu, Zainul, seperti dinyatakan
kepada tim audit, optimistis Petral bakal bisa menarik duitnya. Begitu juga
Soekono Wahjoe. “Kami hanya minta tanggung jawab bank yang telah mengeluarkan
uang dengan tak hati-hati,” katanya.
Ia menyerahkan penyelesaian perkara dengan pihak Aceasia
kepada kepolisian Singapura. Pada 16 Desember 2003, Petral menuntut Credit
Suisse ke pengadilan Singapura. Harapannya, duit segera kembali ke kocek
Petral. Sehingga wajah Petral yang kini murung segera berubah sumringah,
seperti pejabat Pertamina ketika mendengarkan suara Krisdayanti.
Irwan Andri Atmanto, Astari Yanuarti, dan Rachmat Hidayat
[Laporan Utama, GATRA, Edisi 7 Beredar Jumat 27 Desember
2003]
Isu korupsi seputar penjualan Minyak anak usaha PT
Pertamina, Pertamina Energy Trading Ltd ( PT Petral )kembali menjadi bola
panas. Isu ini memang sudah lama digemboskan ke publik, tetapi tak jelas
eksekusinya. Desakan pengusutan korupsi Petral ini pertama kali keluar dari
mulut Ketua DPR RI Marzuki Alie tanggal 22/2/2012 lalu. Marzuki meminta
pemerintah mengevaluasi PT Petral yang diduga melakukan penyelewengan tender
minyak. PT Petral diduga telah merugikan negara dengan membeli minyak tanpa
tender dari Pertamina sebanyak 800 ribu perbarel setiap hari. Diduga total minyak
yang dibeli Petral mencapai USD 18 miliar per tahun.
Menurut Marzuki, praktik-praktik yang dilakukan oleh PT
Petral terkait ekspor-impor minyak mentah atas kerjasama dengan PT Pertamina
itu melanggar ketentuan hukum soal pengadaan tender proyeknya. Marzuki meminta
agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membongkar kasus ini. Pasalnya,
berdasarkan keterangan yang dia peroleh, ada indikasi dugaan korupsi yang
didasarkan pada tindakan pratik yang dianggap mencurigakan serta soal laporan
transparansi transaksi keuangan dari PT Pertamina terkait yang dilakukan oleh
PT Petral. Pernyataan Marzuki itu seolah
ingin membuka kota pandora dari Petral.
Betapa tidak, pada hari yang sama (22/2/2012; Baca,
Vivanews) Menteri BUMN, Dahlan Iskan, selaku pemegang saham Pertamina langsung
mengeluarkan pernyataan. Dahlan
memandang Petral mengganggu citra dan kinerja PT Pertamina. Dahlan
mengusulakan agar membubarkan Petral.
Dahlan menjelaskan, citra Pertamina sering terganggu oleh
isu mengenai Petral sebagai tempat korupsi. Petral yang berkantor di Singapura
dituduh orang-orang sulit mengontrol dan direksi Pertamina mendapatkan komisi
dari transaksi Petral.Untuk itu, Dahlan telah berbicara dengan
Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, beberapa
waktu lalu untuk membubarkan Petral, dan ternyata dirut Pertamina pun
menyetujui usulannya. Dengan pembubaran Petral, maka citra Pertamina yang saat
ini sedang membangun GCG tidak akan terganggu. Dirut Pertamina sendiri
mempunyai opsi lain, yaitu memindahkan Petral ke Indonesia dan tidak lagi
menjadi anak perusahaan Pertamina.
Pernyataan Dahlan inipun ditanggapi positif oleh Rhanald
Kasali (Guru besar Manajemen UI, Bubarkan Petral? Baca; Kompas, 1/3/2012).
Menurut Kasali gagasan membubarkan Petral yang diajukan Dahlan adalah sebuah
gagasan tulus agar Pertamina bersih dari urusan politik. Tetapi ini harus
dijawab apakah benar Petral dibubarkan? Apakah benar jika ditaruh di Jakarta
terjamin bersih? Kasali mengatakan, Petral harus dijauhkan dari politisi.
Apalagi Kasali mengaku pernah melakukan riset soal Petral
sampai ke Singapura seputar perusahaan dagang termasuk Petral. Setelah proses
transformasi tahun 1999, Petral sudah menjadi milik Pertamina dan berevolusi
dari broker menjadi anak usaha yang fokus pada trading. Kasali mengatakan
perdagangan minyak di Singapura berlomba-lomba mempengaruhi harga dan tendernya
diselenggarakan oleh Platts (Mid Oil of Plats).
Pertannyannya yang perlu diajukan adalah mengapa Petral
harus dijauhkan dari Politisi? Bukankah Marzuki adalah politisi?
Dinamika politik kita terlihat bahwa sesama politisi
saling membuka kotak hitam sesama lawan politiknya. Lebih khusus ketika Parpol
yang dikendarainya sedang oleng. Marzuki adalah politisi Partai Demokrat (PD )
yang sedang ini dalam sakratul maut akibat kasus suap yang menyeret mantan
Bendahara Partainya, M. Nazarudin. Lantas apakah pernyataan Marzuki perlu
ditelusuri lebih lanjut?
KPK seharusnya menangkap peluang dari konspirasi jahat
para politisi ini, karena dalam keadaan gawat darurat, mereka saling membongkar
aib para lawan politiknya. Apalagi Marzuki sendiri memiliki banyak bisnis di
dunia Migas dan sekarang sedang gencar membangun smelter di Papua. Politisi
yang sudah malang-melintang di bisnis pertambangan dan migas tentu mengenal
kawan-lawannya.
Politisi Partai Demokrat kelahiran Palembang, 6 November
1955 ini, kini menjabat sebagai Ketua DPR dan salah satu figur penting di
Partai Demokrat karena ia menjabat sebagai wakil ketua dewan pertimbangan
partai.
Marzuki tercatat sebagai Presiden Komisaris PT GLOBAL
PERKASA INVESTINDO sejak 2006. Perusahaan ini berencana membangun copper
smelter di Timika, Papua dengan estimasi produksi 400,000 tons copper cathode
per tahun. Itu berarti lebih besar dari PT Smelting Co (270,000 tons per tahun)
di Gresik, Jawa Timur, dimana PT Freeport Indonesia memiliki 25% sahamnya.Salah
satu sumber informasi menjelaskan bahwa PT Global Perkasa Investindo is an
exclusive Natural Resources company.
Sumber informasi lainnya: http://www.sisminbakum.go.id,
menyatakan bahwa perusahaan ini adalah perusahaan global yang bergerak dalam
bidang besi baja.
Sumber informasi lainnya:
http://www.bumn.go.id/pln/galeri/foto/plta-terbesar-di-papua-direktur-utama-p-2542/,
mengungkapkan bahwa PT Global Perkasa Investindo pada 11 Juni 2011 lalu, di
Jakarta, telah menandatangani MoU dengan PT PLN dan China Huadian Engineering
Co. Ltd Internasional Company untuk melaksanakan studi pengembangan potensi
tenaga air sungai Yawei di Papua yang nantinya akan menjadi Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) terbesar di provinsi tersebut. Sungai Yawei ini terletak
lebih kurang 70 km sebelah barat Timika, ibu kota kabupaten Mimika, propinsi
Papua.
Wajar jika Dahlan mengusulkan tugas yang selama ini
diemban Petral untuk jual-beli minyak mentah dan BBM akan ditangani oleh PT
Perusahaan Perdagangan Indonesia. “Karena ini kan masalah trading, tapi ini
baru gagasan,” katanya.
Dahlan melanjutkan, tugas-tugas Petral membeli minyak
mentah dan dikelola di kilang minyak Pertamina
jangan ditangani oleh dua direktur Pertamina seperti dahulu.
Namun, beberapa pihak menolak Petral dibubarkan. Pusat
Studi Kebijakan Publik (Puskepi) menilai anak usaha PT Pertamina (Persero),
Pertamina Trading Energy Ltd (Petral) tidak perlu untuk dibubarkan.
Ketua Puskepi Sofyan Zakaria menuturkan yang perlu
dilakukan yaitu lebih meningkatkan sistem dan pengawasannya guna meminimalisir
penjualan minyak ilegal. Menurutnya, jika Petral dibubarkan dan dibuat lagi
Petral lain sepanjang masih ada orang-orang kuat tersebut tetap saja perusahaan
dan orang-orangnya itu tidak akan berani menentang dan melawan perintah
orang-orang kuat tersebut apalagi jika dalam permainan itu juga memberi
keuntungan pribadi buat mereka.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menegaskan,
Petral secara normal sebagai sole trading arm melaksanakan kegiatan trading
Pertamina. Pertamina sebagai induk perusahaan memberikan
dukungan penuh terhadap operasional Petral.Petral tetap
menjalankan fungsinya dalam pengadaan minyak mentah maupun produk BBM untuk
kebutuhan dalam negeri. “Semua transaksi bisnis tetap berjalan normal
seperti biasa dan Petral yang 100% sahamnya dikuasai oleh
Pertamina mendapatkan dukungan penuh dari Perseroan dalam menjalankan bisnis
tersebut,” tutur Karen Agustiawan.
Keberadaan Petral sebagai sole trading arm yang sekaligus
menjalankan fungsi market intelligent bagi Pertamina, merupakan best practices
dalam bisnis trading minyak mentah dan produk BBM yang terjadi di pasar global.
Bahkan, dengan dukungan kompetensi yang dimiliki Petral, Pertamina berhasil
melakukan efisiensi pengadaan minyak mentah dan produk BBM senilai US$283 juta
selama 2011 lalu.
Petral saat ini tercatat sebagai perusahaan peringkat 8
besar dari 1.000 perusahaan terbesar yang menjalankan bisnisnya di Singapura,
di atas GS Caltex Singapore Pte Ltd (ke-9), Sinochem International Oil
(Singapore) Pte Ltd (ke-12), Petrobras Singapore Private Limited (ke-16), Shell
Eastern Petroleum (Pte) Ltd (ke-17), CNOOC Trading (Singapore) Pte Ltd (ke-25),
ConocoPhillips International Trading Pte Ltd (ke-37), dan Singapore Petroleum
Company Limited (ke-42) berdasarkan 25th Annual Ranking Edition yang
dikeluarkan oleh Singapore 1000 & SME 1000 tahun 2012. Petral juga
merupakan salah satu dari sedikit perusahaan yang mendapatkan corporate tax
incentive
dengan tarif 5% dari besaran normal 17,5%.
Saat ini Petral juga telah mengembangkan bisnis, di
samping sebagai pemasok utama bagi Pertamina untuk mendukung ketahanan energi
nasional, yang diharapkan akan menjadi salah satu pemain utama bisnis trading
minyak mentah dan BBM di pasar regional. Untuk mendukung pengembangan bisnis
tersebut, Petral bersama Pertamina telah memulai pengembangan Hyperterminal BBM
Pulau Sambu berkapasitas 3 juta barel dan Terminal BBM Tanjung Uban 2,5 juta
barel yang akan mendukung bisnis Petral dan ketahanan energi dalam negeri.
Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad
Harun menambahkan kepercayaan pasar dan mitra merupakan modal kunci dalam
bisnis trading minyak mentah dan BBM di pasar global. Petral telah
memperoleh kepercayaan dan dukungan finansial dari
bank-bank internasional dengan mendapatkan credit facility sebesar US$3,5
miliar.Ketidakpastian informasi tentang Petral di dalam negeri akhir-akhir ini
telah mengganggu kepercayaan pasar kepada Petral yang pada akhirnya bisa
berpengaruh terhadap pasokan energi nasional.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Pertamina Energy
Trading Ltd Nawazir mengatakan pada prinsipnya pengadaan minyak mentah dan
produk BBM telah dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55
perusahaan terdaftar. Perusahaan-perusahaan yang mengikuti tender merupakan
perusahaan yang telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi
(DMUT) Petral untuk mendapatkan rekanan yang eliable untuk mencegah terjadinya
gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.
Untuk mengikuti tender, Petral membuka kesempatan
sebesar-besarnya untuk setiap perusahaan yang berminat, asalkan dapat memenuhi
persyaratan minimal yang ditetapkan. Persyaratan ini diperlukan untuk mencegah
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga tidak terjadi gagal suplai
yang menyebabkan krisis BBM di Indonesia.
Tunjuk Langsung
Pengadaan beberapa minyak mentah yang tidak dijual bebas
atau terbatas, yang dilakukan secara langsung kepada perusahaan nasional
produsen maupun pihak yang ditunjuk oleh produsen untuk memasarkan minyak
mentah tersebut. Contoh penunjukan langsung adalah pengadaan Arab Light dari
Aramco yang tidak diperjualbelikan secara bebas, dan Azeri dari PTT Thailand,
yang mempunyai penyimpanan minyak mentah Azeri yang terbesar di luar
Azerbaijan.
Selain dengan dua perusahaan itu, pengadaan langsung juga
dilakukan dengan Kuwait Petroleum Company dan Petronas (Malaysia). Khusus untuk
PTT Thailand dan Petronas Malaysia, Pertamina bekerja sama dengan kedua
perusahaan minyak nasional tersebut dalam kerangka kerjasama ASCOPE (ASEAN
Council on Petroleum), yaitu wadah kerja sama antar perusahaan minyak nasional
di ASEAN.
Dalam pengadaan minyak mentah dan BBM, diperlukan
pengetahuan pasar dan keahlian trading yang tinggi. Strategi untuk pembelian
harus ditentukan untuk mencegah harga melambung tinggi dan menghindari mark-up.
Untuk penunjukan langsung harus dilakukan kepada Perusahaan Minyak Nasional
(National Oil Company seperti Aramco, KPC, Petronas dan PTT). Hal ini sesuai
dengan aturan dan dilakukan untuk menghindari praktek broker dan mark-up harga.
Perusahaan Minyak Nasional dikenal melarang praktek broker dan uang komisi dan
selalu mempunyai pengawas internal dalam mencegah praktek korupsi.
Adapun, pembelian bensin Premium selalu diadakan melalui
tender tender terbuka yang diikuti oleh 28 perusahaan trader maupun Major Oil
Company (MOC). Petral membeli bensin Premium setiap bulan lebih dari 8 juta
barrel. Supplier yang sering memenangkan tender bensin Premium adalah Arcadia,
Total, Glencore, Vitol, Concord, Verita, Gunvor, PPT, Kernel, Bp, Unipec,
Petrocina, Petronas, Shell, Trafigura, SK, Conoco. Pembelian bensin Premium
dilakukan secara tender karena produsennya kebanyakan adalah para Trader di
Singapura yang melakukan proses blending di Singapura.
Untuk pengadaan Solar secara spot dilakukan tender
terbuka yang diikuti oleh 30 perusahaan yang terdaftar. Sedangkan pengadaan
jangka panjang, ditunjuk empat Perusahaan Minyak Nasional yaitu Kuwait
Petroleum Company, Petronas Malaysia, PTT Thailand dan S-Oil yang dimiliki oleh
Saudi Aramco.
Keempat perusahaan minyak tersebut mempunyai kilang
minyak yang memproduksi Solar. Penunjukan keempat Perusahaan Nasional tersebut
untuk mencegah para trader Singapura melakukan penimbunan dan spekulasi harga
yang merugikan Pertamina serta praktik penyelundupan solar bersubsidi ke
Singapura.
Pemegang Saham Petral dan Kinerja Petral merupakan
perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Companies Ordinance Hong Kong,
berkedudukan di Hong Kong. Saat ini, sebanyak 99,83% saham Petral dikuasai oleh
PT Pertamina (Persero) dan sisanya dimiliki oleh Presiden Direktur Petral
sebagaimana diatur dalam Companies Ordinance Hong Kong.
Petral membukukan trading 2011 sebanyak 266,42 juta barel
yang terdiri dari 65,74 juta barel minyak mentah dan 200,68 juta barel berupa
produk. Dari aktivitas perdagangannya, Petral membukukan pendapatan sebesar
US$31,4 miliar dengan profit margin sebesar US$47,5 juta. Petral berhasil
membukukan efisiensi harga yang didapat terhadap market price pada tahun 2011
adalah Rp2,6 T untuk pengadaan Produk BBM (Mogas 88 RON & HSD 0.35% S)
serta Rp0,4 T untuk pengadaan Crude impor.
Petral diperlukan berdasarkan kajian yang telah dilakukan
oleh konsultan McKinsey dengan pertimbangan:
• Penunjukkan
kepada Petral dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran harga pasar
yang sebenarnya, dikarenakan Anak Perusahaan bertindak sebagai Trading Arm yang
menjalankan fungsi Market
Inteligence Pertamina di tengah-tengah pasar regional
Singapore.
• Berada di tengah
pusat financial dan institusi Keuangan yang diperlukan dalam pendanaan
pengadaan.
• Untuk
mendapatkan fleksibilitas operasional yang lebih cepat dibandingkan Pertamina
secara korporasi.
Persyaratan Menjadi Rekanan Petral
Saat ini sesuai dengan Surat Komisaris No. 072/K/DK/2009
tanggal 26 Februari 2009, dan RRD No. RRD-42/C00000/2009/S0 tanggal 22 April
2009, Petral ditunjuk sebagai single trading arm untuk kegiatan impor yang
berkedudukan di Singapura. Yang bisa menjadi pemasok MM dan BBM untuk Pertamina
adalah badan usaha yang telah memenuhi persyaratan sebagai Daftar Mitra Usaha
Terseleksi (DMUT) Petral. Kriteria ini diperlukan untuk mendapatkan rekanan yang
reliable untuk mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan krisis
BBM di Indonesia.
Kriteria peserta tender :
1. Listed company pada major global stock exchange dan
atau perusahaan yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh negara (state owned company)
yang bergerak di bidang produksi, pengolahan, atau trading crude oil, refined
produk, LNG, atau petrochemical.
2. Perusahaan yang memiliki total equity minimum US$50
juta yang terlihat dari Laporan Keuangan audited terakhir yang diaudit oleh
salah satu 4 besar kantor audit (EY, KPMG, PWC, dan Deloitte)
3. Perusahaan yang memiliki asset yang mendukung pola
usaha, misalnya kilang, fasilitas storage, fasilitas blending, shipping
facilities atau mitra potensial tersebut mempunyai minimum 1 tahun long term
contract fasilitas. Besar fasilitas ini minimal sama dengan besar fasilitas
trading yang ada.
Best Practices kegiatan trading MM/BBM di global market
yang dilakukan oleh perusahaan minyak lain, juga menggunakan Trading Arm
(sebagian besar di Singapore) seperti halnya Pertamina. Sebagai contoh:
• Relliance – Relliance Global Energy Services pte Ltd.
(Singapore)
• PTT – PTT Trading di Singapore
• SK – SK Energy International (Singapore)• PetroChina –
PetroChina International (Singapore) Pte. Ltd.
• Total – Total Oil Trading SA (TOTSA) di Singapore
• Shell – Shell International Eastern Trading Co (SIETCO)
di Singapore
• BP – BP Singapore Pte. Limited• Petronas – Petronas Trading Corporation
(PETCO) di Kuala Lumpur
• CNOOC – China Offshore Oil (Singapore) International
Pte. Ltd
• S-Oil – S-Oil Corporation Singapore Branch
Prosedur Tender Minyak Mentah di Petral Singapore
1. Petral secara resmi menerima permintaan kebutuhan
minyak mentah dari Pertamina.
2. Berdasarkan permintaan resmi Pertamina, Petral
mengirim undangan tender ke para supplier yang telah terregister sesuai dalam
daftar DMUT (daftar mitra usaha terseleksi) yang telah disahkan oleh risk
management department Petral
3. Undangan yang didalamnya memuat nama-nama minyak
mentah yang akan dibeli, kuantitas, tanggal kedatangan di kilang Pertamina dan
tujuan kilang Pertamina, serta persyaratan lainnya, dikirim lewat email ke
masing masing Perusahaan dalam DMUT.
4. Para supplier kemudian mengirim penawarannya sebelum
tanggal penutupan tender melalui surat eletronik ke alamat khusus yang sudah
ditentukan oleh management Petral.
5. Kemudian dilakukan pembukaan penawaran disaksikan oleh
tim tender. Anggota tim tender diketuai oleh Head of Trading Petral dengan
anggota dari fungsi trader, keuangan dan risk management.
6. Harga terbaik kemudian disampaikan ke Pertamina tanpa
menyertakan nama perusahaan yang menawarkan minyak mentah tersebut. Kemudian
Pertamina dengan menggunakan software Linear Programming GRTMPTS menghitung
minyak mentah yang paling menguntungkan untuk dibeli, tanpa mengetahui siapa
penjual minyak mentah tersebut.
7. Pertamina kemudian memberitahu Petral secara resmi,
minyak mentah mana saja yang dibeli oleh Pertamina.
8. Petral kemudian menegosiasikan sekali lagi untuk
mendapatkan harga yang lebih baik dan kemudian secara final membeli minyak
mentah yang ditentukan tersebut.
Pemenang Tender 3 Bulan Terakhir
Dalam tender yang dilaksanakan oleh Petral dalam 4 bulan
terakhir, telah dibeli minyak mentah oleh Petral sbb. :
1. Bulan Januari 2012 : Akpo dibeli dari Verita Oil,
Azeri dibeli dari PTT Thailand, Nemba dibeli dari Verita Oil, Bonny Light
dibeli dari Vitol, Seria dibeli dari Verita Oil dan Girassol dibeli dari
Repsol.
2. Bulan February 2012 : Akpo dibeli dari Eni, Azeri
dibeli dari PTT Thailand, Champion dibeli dari Shell Brunei, Espo dibeli dari
Vitol, Qua Iboe dibeli dari BP, Vityaz dibeli dari Verita Oil dan Saharan
dibeli dari Eni.
3. Bulan Maret 2012 : Tidak ada spot tender karena jumlah
stok minyak mentah mencukupi.
4. Bulan April 2012 : Azeri dibeli dari PTT Thailand,
Akpo dibeli dari
Total, Sokol dibeli dari BP dan Vityaz dibeli dari Verita
Oil. Dari data di atas terlihat jelas
bahwa minyak mentah Azeri memang dikuasai oleh PTT Thailand sebagai pihak yang
ditunjuk oleh produsen Azeri di Azerbaijan untuk memasarkan Azeri di Asia
Pacific. PTT Thailand selalu menawarkan Crude Azeri dengan harga yang paling
murah.
Setelah tender dilaksanakan di Singapura oleh Petral,
terlihat pergeseran pihak pemenang tender. Kini tender hanya bisa dimenangkan
oleh perusahaan-perusahaan yang memang pemain minyak yang mempunyai nama besar
dan jaringan yang kuat. Tidak ada lagi perusahaan-perusahaan oportunis yang
dapat memenangi tender yang sudah sangat transparan ini.
Proporsi Pengadaan Minyak Mentah
Berdasarkan data pengadaan minyak mentah (MM) selama
tahun 2011, secara garis besar porsi pengadaan MM untuk suplai Kilang Pertamina
adalah sebagai berikut:
MM Domestik : 65 %
Arabian Light Crude : 13 % (term Saudi Aramco)
MM Impor via PES (Petral Energy Services Pte Ltd : 22%
(via spot dan term)
Pola pengadaan Minyak Mentah Impor menggunakan dua Pola,
yaitu Spot dan Term, dan biasanya dilakukan melalui tender oleh PES, kecuali
yang tidak diperdagangkan secara umum atau diperdagangkan secara terbatas
seperti ALC dan crude oil lainnya. Perbandingan antara total Spot Vs Term
adalah sekitar 30% Vs 70%.
Efisien Harga Pembelian Minyak Mentah dan Produk BBM
Dari hasil pemilihan strategi pembelian yang tepat,
Petral berhasil melakukan penghematan di tahun 2011 sebagai berikut :
1. Harga pembelian minyak mentah Petral rata-rata USD
113.95 per barrel dibandingkan harga rata-rata pasar USD 119.45 per barrel.
2. Harga pembelian Bensin Premium Petral rata-rata USD
118.50 per barrel dibandingkan harga rata-rata pasar USD 123.70 per barrel.
3. Harga pembelian Solar Petral rata-rata USD 126.70 per
barrel dibandingkan dengan harga rata-rata pasar USD 132.90 per barrel.
Alasan Memilih Singapura Sebagai Basis
• Singapura
merupakan pusat perdagangan MM dan produk BBM di kawasan Asia dan tempat
berkumpulnya trading arm/supplier MM dan produk BBM
. Singapura merupakan salah satu dari pusat perdagangan
MM dan BBM dunia, seperti Jenewa, London, Houston, Dubai, dan Singapura
sendiri.
• Hingga saat ini tidak ada satu pun perusahaan yang
berbadan hukum Indonesia mampu melakukan penawaran MM dan produk BBM kepada
Pertamina/PES.
• Menghindari/mengurangi tekanan politis yang biasa
terjadi dalam pengadaan MM dan produk BBM.
• Singapura
merupakan tempat publikasi yang biasa diacu oleh para pemain di pasar minyak
mentah dan produk BBM.
Beberapa anggota DPR periode 2009 lalu juga telah
mengungkap korupsi dibalik tender Petral ini. Ade Daud dan mantan anggota DPR
Boy Saul, beserta kuasa hukum Johnson Panjaitan menyambangi kantor Petral.
Mereka meminta klarifikasi perihal dugaan kolusi dalam praktik tender.Selain
dengan dua perusahaan itu, pengadaan langsung juga dilakukan dengan Kuwait
Petroleum Company dan Petronas (Malaysia).
Khusus untuk PTT Thailand dan Petronas Malaysia,
Pertamina bekerja sama dengan kedua perusahaan minyak tersebut dalam kerangka
kerjasama Ascope (Asean Council on Petroleum), yaitu wadah kerja sama
antaperusahaan minyak nasional di Asean. Hal ini sesuai
dengan aturan dan dilakukan untuk menghindari praktik percaloan dan mark-up
harga.
Adapun, pembelian bensin premium selalu diadakan melalui
tender terbuka yang diikuti oleh 28 perusahaan trader maupun Major Oil Company
(MOC). Petral membeli bensin premium setiap bulan lebih dari 8 juta barel.
Untuk pengadaan solar secara spot, Petral menggelar
tender terbuka yang diikuti 30 perusahaan. Sedangkan untuk pengadaan jangka
panjang ditunjuk empat perusahaan minyak yaitu Kuwait Petroleum Company,
Petronas Malaysia, PTT Thailand, dan S-Oil milik Saudi Aramco.
Penunjukan keempat perusahaan tersebut bertujuan untuk
mencegah trader Singapura menimbun dan spekulasi harga yang merugikan Pertamina
serta praktik penyelundupan solar bersubsidi ke Singapura.
Sejarah
Petral, yang tadinya bernama Perta Oil, mulai digemukkan.
Caranya dengan memberikan kontrak jangka panjang impor minyak Pertamina. Anak
perusahaan yang sahamnya pernah dipegang Bob Hasan dan Tommy Soeharto itu juga
dilibatkan dalam tender impor minyak. Sejak saat itulah, porsi impor dari
tender, yang sebelumnya 80 persen, diturunkan menjadi 20 persen. Sebaliknya,
porsi impor dari kontrak dinaikkan dari 20 persen menjadi 80 persen. Hanya
dalam waktu tiga tahun, kinerja Petral yang diberi modal awal US$ 30 juta itu
semakin mengkilap. Volume perdagangannya naik dari 155 ribu barel per hari pada
2001 menjadi 321 ribu barel per hari pada 2002, dan 365 ribu barel per hari
pada 2003. Petral menjadi terbesar kedua di Asia Tenggara, setelah Vittol.
(FHM)
kami ajak teman2 tuips menghitung secara kasar berapa
kerugian negara akibat korupsi Petral/Pertamina/MRC cs. Data harga rata2 minyak
mentah dunia 2011 sesuai dept ESDM AS tahun : US$ 87.3/ barrel. Kita bulatkan
saja jadi US$ 87. Harga rata2 minyak produk (Gasoline dan Diesel) = US$ 94 dan
US$ 102 / barrel. Ini utk kualitas tinggi. Kalau gasoline = pertamax super.
Tahun 2011 Petral beli minyak produk Gasoline rata2 US$
118/ barrel dan Solar/ Diesel US$ 123/ barel. Jumlah pembelian 200,6
juta/barrel, Artinya selisih harga beli impor Petral US$ 20/ barel dari harga
rata2 crude, Gasolide dan Diesel/Solar. Berapa kerugian negara / rakyat?,
Kerugian negara/uang rakyat yg dicuri Petral dan Mafia Minyak Thn 2011 = 200,6
juta barel x US$ 20= US$. 4.012 M atau Rp. 37 triliun !!.
Informan saya broker minyak Singapore bilang : “Kalian
orang Indonesia BODOH !! ditipu mafia minyak dan Petral puluhan tahun !!!!”,
Dia lanjutkan : harga minyak brent saja paling tinggi tercatat sepanjang thn
2011 hanya US$ 126. itu pun sebentar..rata2 dibawah US$ 100, Harga minyak
mentah/crude rata2 US$ 87 / barrel. Petral beli dengan harga rata2 thn 2011 US$
103 / barel ! Gilaaaaaaaaak !!, petral beli 66 juta barel Crude tahun 2011.
Selisih harga beli minyak impor Crude Petral = US$ 26 / barel x 66 juta = US$
1.716 Milyar !. petral beli 66 juta barel Crude tahun 2011. Selisih harga beli
minyak impor Crude Petral = US$ 26 / barel x 66 juta = US$ 1.716 Milyar !
Apakah itungan tersebut abal2? Silahkan ada google ttg
harga rata2 minyak dunia, harga beli petral, volumenya dan jenis2nya..silahkan
!
Lalu anehnya (seperti kebingungan alm. Wamen ESDM) : RI
impor gasoline kualitas tinggi, kok Pertamax volumenya sedikit yg beredar?,
Nah, minyak produk / Gasoline/ Pertamax plus yg diimpor Petral itu DIOPLOS oleh
mafia2 minyak. Dicampur dgn premium oktan rendah !!. Minyak mentah/Crude kita
pun dioplos oleh mafia minyak dan petral. 1/3 kualitas bagus yg harganya
80-100/barrel dioplos 2/3 minyak jelek.
Kasus minyak mentah oplosan inilah yg sempat tertangkap
dan dikenal dgn kasus kasus ZATAPI. Hanung cs/ pejabat2 Pertamina jd tersangka.
kilang minyak RI kapasitasnya terbatas. Banyak yg rusak tapj sengaja tdk
diperbaiki agar impor minyak produk semakin naik tiap tahun.
Bgmn cara Petral mengakali harga beli minyak mentah/
produk yg dimark up itu? Caranya : beli minyak mentah RI dgn harga tinggi juga,
Contoh : harga minya mentah dunia US$ 85 / barrel. Tapi Petral bilang ke
Pertamina, dia beli harga minyak RI seharga US$ 100/barrel. Sehingga jika
Petral beli harga minyak mentah middle east dan africa seharga US$ 103/barrel,
seolah2 harga itu sdh murah. Trus, tidak akan ada timbul pertanyaan ketika
Petral beli harga produk US$ 118 atau US$ 123 / barrel. Pdhl biaya pengolahan
hny US$ 2,52. Semua pemain minyak dunia tahu persis bhw selisih minyak mentah
dan produk tidak sampai US$ 10/ barrel. Sdh termasuk biaya distribusi.
Silahkan anda teman2 tuips google..berapa total biaya
pengolahan minyak mentah menjadi minyak produk, biaya distribusi : US$ 5
-9/barel, Kita rakyat Indonesia senasib sepenanggungan telah ditipu dan
dirampok oleh Mafia Minyak, Petral dan Pertamina dengan beking penguasa. 2
minggu yg lalu Ketua MK Mafhud MD teriak : PERTAMINA PALING KORUP !! Pertamina
gertak mau somasi, eeh..diam2 datang ke rumah Mahfud. Metro TV kelepasan bicara
mafia minyak di Saresahan Anak Negeri..Pertamina siram uang ke Metro
TV..amaan..gilaaaaaak !!.
Korupsi mafia minyak, pertamina dan petral ini harus
dihentikan !! Rakyat yg harus hentikan. Ada lagi skenario mereka utk bobol
Negara.
Saya sudah diinfokan oleh pemain2 minyak singapore,
sebentar lagi akan ada proyek X puluhan triliun. Bobol uang negara juga, Nanti
jika data2 sudah ditangan, saya akan bongkar rencana korupsi puluhan triliun
Proyek X yg penuh mark up itu. Anda ingat ketika ribuan mobil rusak karena pump
oil jebol? Itu akibat oplosan minyak impor dan premium otkan rendah yg
keterlaluan.
Intinya, mafia2 minyak ini terus merampok uang negara dan
rugikan rakyat. Apalagi 2014 semakin dekat. Mereka hrs siapkan 15-20 trliun.
Saya hanya beri pencerahan kepada rakyat & rakyat
harus sadar musuh utama kita adalah : Mafia minyak, mafia anggaran, mafia
tambang dst.
Sekian dulu..saya ada janji ketemu relasi pukul 2 siang
ini…terima kasih. Mari kita usir para mafia penghisap darah rakyat !
PT Petral, anak perusahaan Pertamina diminta untuk tidak
berkantor di Singapura. Seharusnya berkantor dan menggunakan bendera Indonesia.
Pasalnya, kalau di Singapura, tidak akan memberikan keuntungan bagi Indonesia.
Kita kehilangan potensi pajak. Kemudian Indonesia akan kesulitan melakukan
pengawasan terhadap kinerja Petral.
Pendapat tersebut disampaikan mantan Anggota DPR, Ade
Daud Nasution kepada Zulkarmedi Siregar. Berikut keterangan lengkapnya :
Sebagai mantan Anggota Komisi VII DPR yang membidangi
soal energi, bagaimana Anda melihat pengelolaan energi kita khususnya yang
dilakukan Pertamina selama ini?
Pengelolaan minyak kita memang sangat berbeda dengan
pihak asing. Kalau di luar, terpusat
pada satu titik, angkanya mencapai rata-rata 1 juta barel. Kalau kita
berserakan pada titik-titik, hanya pada angka 5000 barel. Minyak kita itu tidak
bisa dikelola lebih jauh, tidak bisa dibuat turunannya. Minyak yang didelola di
Duri, Riau itu misalnya, hanya bisa dipakai langsung dibakar.
Anda bersama beberapa aktivis pernah melaporkan Petral ke
KPK soal adanya tudingan korupsi. Apa sebenarnya yang Anda laporkan ke KPK?
Petral beli minyak dari Azerbaijan, seharusnya
dilaksanakan pembeliannya secara G to G. Ini malah menggunakan pihak ketiga,
yakni melalui perusahan perdagangan
minyak Thailand, PTT. PTT oleh Petral
disebut bisa menjual lebih murah. Tapi
berdasarkan data yang kita peroleh ternyata lebih mahal. Kenapa kita beli dari
Azerbaijan? Minyak Azerbaijan itu memang
cocok dengan kondisi kita.
Seperti apa datanya?
Data yang kita peroleh, Petral menyebut harga minyak yang
dibeli dari PTT Thailand US$ 2,75, tapi Azerbaijan menawarkan hanya US$2,70.
Itu artinya ada selisih 5 sen. Itu pun belum negosiasi, karena ini kan
perjanjian G to G. Dari harga pengangkutan kapal bisa turun, dari biaya
asurasni bisa turun, cara bayar, kalau pakai LC akan lebih mahal daripada
menggunakan telegrafic, barang jalan dan setelah sampai baru bayar.
Sejauh mana kebenaran pernyataan Ketua MK, Mahfud MD,
yang menuding Pertamina sarang korupsi?
Semua lembaga negara ini semua hampir korupsi, bukan
hanya Pertamina. DPR lebih gila lagi. Pertamina lebih banyak lagi proses
pengawasannya yang ketat. Prosesnya pengelolaan sudah memiliki manajemen yang
baik, pengawasan internal dan eksternalnya ada, jadi lebih sulit untuk
melakukan korupsi. Banggar DPR semua main. Wa Ode akan bongkar semua.
Artinya, dengan sistem dan pengelolaan manajemen yang
diterapkan Pertamina memang sulit untuk terjadinya korupsi?
Korupsi tetap ada saja. Ini kan persoalan mental. Apakah
seseorang yang bekerja di Pertamina, memang niatnya bekerja atau mencari duit
secara tidak benar.
Apakah benar Pertamina masih dijadikan bancakan oleh
berbagai pihak termasuk partai politik?
Pertamina, melalui Petral membeli minyak satu bulannya
US$ 32 miliar . Untuk itu harus ditata. Apakah pantas Pertamina menunjuk Petral
yang berdomisili di Singapura. Apakah memang di Indonesia tidak mampu, tidak
memiliki sarana komunikasi, sistem perbankan yang kondusif. Pertamina sekarang
sudah memiliki balance, neraca perhitungan rugi laba yang transparan, waktu
saya menjadi anggota DPR periode 2004-2009 belum ada.
Bisnis perdagangan minyak memang bukan remeh temeh. Coba
saja dihitung, setiap hari, Indonesia mengimpor minyak mentah 300.000 barel dan
bahan bakar minyak (BBM) 500.000 barel atau totalnya 800.000 barel.
Kalau harga impor minyak mentah dan BBM disamakan saja
sebesar 100 dolar AS per barel, maka setiap hari, uang yang ditransaksikan
mencapai 80 juta dolar atau Rp720 miliar.
Dalam setahun, jumlahnya berlipat menjadi Rp260 triliun.
Suatu angka yang menggiurkan siapa pun.
Meganya bisnis perminyakan juga sering kali menimbulkan
spekulasi adanya pihak-pihak tertentu yang memanfaatkannya.
Dalam konotasi negatif, mereka sering disebut mafia
minyak.
Mereka, di antaranya dituding membuat industri
perminyakan di Indonesia menjadi tidak efisien, mengendalikan bisnis minyak PT
Pertamina (Persero), yang dijalankan anak usahanya, Pertamina Pertamina Energy
Trading Limited (Petral), dan memperoleh “fee” hingga triliunan rupiah.
Namun, hingga kini, tudingan tersebut masih belum ada
kebenarannya.
Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Pri Agung
Rakhmanto berpendapat, besarnya bisnis minyak, membuat tidak semua pihak punya
kemampuan melakukannya.
Dengan demikian, secara alamiah, pasar minyak
memungkinkan terjadinya penguasaan beberapa pedagang (trader) saja.
“Hal inilah yang kemudian diasosiasikan sebagai kartel
atau dalam konotasi yang cenderung negatif adalah mafia minyak,” katanya.
Petral sendiri juga telah berulang kali membantah proses
tender baik minyak mentah maupun BBM diatur mafia.
Pada akhir Februari 2012, Petral menunjukkan proses
transparansi tender minyak kepada belasan wartawan asal Indonesia yang diundang
secara khusus ke kantornya di Kawasan Orchard, Singapura.
Para wartawan diperlihatkan proses tender minyak mentah
sebanyak 4-6 kargo atau sekitar 2,4-3,4 juta barel untuk memenuhi kebutuhan Mei
2012.
Untuk tender itu, Petral mengundang 52 perusahaan yang
memang sudah terdaftar sebagai rekanan minyak.
Undangan tender disampaikan melalui surat elektronik
beberapa hari sebelumnya.
Dari hasil tender yang dilakukan melalui elektronik itu,
sebanyak 13 rekanan memasukkan penawaran dengan total 33 kargo.
Presdir Petral Nawazir mengatakan, sistem tender yang
dipakai saat ini berbeda dengan dulu.
Petral kini memakai sistem tender yang menjamin proses
berlangsung adil dan transparan.
“Siapa pun yang mampu, boleh ikut tender, sehingga kami
bisa memilih penawar dengan harga terbaik,” ujarnya.
Pertamina setidaknya memiliki 53 rekanan impor minyak
mentah dan pemasok BBM sekitar 30 perusahaan.
Di antara rekanan terdaftar tersebut adalah BP, Shell,
Chevron, ENI, ExxonMobil, StatOil, Total Trading, PTT Thailand, dan Itochu.
“Bagaimana kami bisa atur tender yang diikuti perusahaan
kelas dunia itu,” kata Nawazir.
Pada 2011, dengan sistem tersebut, Petral mencatat
efisiensi impor BBM senilai 283 juta dolar AS atau Rp2,6 triliun, karena
realisasi harga di bawah pasar.
Pasokan minyak mentah Pertamina berasal dari domestik 67
persen, 13 persen diimpor langsung dari Saudi Aramco, dan 20 persen impor
melalui Petral.
Selama tahun lalu, Petral merealisasikan volume
perdagangan minyak mentah dan produk BBM sebanyak 266,42 juta barel. Terdiri
atas minyak mentah 65,74 juta barel atau rata-rata 180.000 barel per hari dan
produk jadi 200,68 juta barel atau 550.000 barel per hari.
Pada 2011, Petral membukukan laba bersih 47,5 juta dolar
AS atau naik 53 persen dibandingkan 2010.
Selain “trader”, Petral yang didirikan di Hongkong juga
berfungsi sebagai “market intelligent” bagi Pertamina.
Laporkan
Pri Agung menyarankan, kalau memang ada pihak tertentu
mempunyai bukti keterlibatan mafia minyak yang merugikan negara atau Pertamina,
maka sebaiknya melaporkannya ke pihak berwenang seperti KPK dan kepolisian.
Hal senada dikemukakan Anggota Komisi VIII DPR, Achmad
Rilyadi.
Menurut dia, pelaporan ke KPK akan memberikan kejelasan
peran mafia minyak sesungguhnya.
“Apakah memang benar ada mafia atau tidak? Dengan
demikian, tidak ada dusta di antara kita,” ucap politisi asal PKS tersebut.
Sementara, kolega Pri Agung di ReforMiner, Komaidi
Notonegoro mengatakan, terlepas dari ada atau tidaknya mafia minyak, pemerintah
perlu membenahi tata kelola industri migas.
Pada sektor hulu, pemerintah mesti meningkatkan kinerja
baik produksi maupun cadangannya yang kini terus menurun.
Demikian pula hilirnya, perlu dilakukan upaya menutup
defisit yang terus meningkat.
“Pemerintah perlu tegas memacu dan melindungi sektor
migas baik di hulu maupun hilir,” ujarnya.
Di samping itu, menurut dia, program pengalihan konsumsi BBM,
khususnya transportasi ke gas yang tersedia melimpah di dalam negeri juga akan
mengurangi peran mafia minyak.
“Kalau semua sudah pakai gas, maka tidak ada lagi mafia
minyak,” kata Komaidi.
Pengembangan gas dan energi alternatif lain seperti panas
bumi, angin, surya, air, dan nabati juga merupakan wujud diversifikasi pasokan
energi.
Sementara, produk BBM atau minyak mentah yang harganya
relatif mahal sebaiknya diekspor, sehingga diperoleh devisa.
“Ini juga dilakukan Iran. Mereka menggunakan gas dan nuklir
untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya, sedangkan minyak diekspor untuk
membangun bangsanya,” katanya.
Hata rajasa adalah salah satu tokoh mafia minyak yang
bergabung di PETRAL.
Upaya lainnya adalah menaikkan harga BBM sesuai
keekonomiannya, sehingga kalaupun ada mafia yang bermain, tertutup peluang dan
geraknya.
Kenaikan harga BBM juga membuat APBN tidak terbebani
beban subsidi sekaligus mengurangi penyalahgunaan distribusi.
“Untuk itu, sekali lagi diperlukan keseriusan semua
pihak, terutama pemerintah untuk mewujudkannya,” katanya.
Pada akhirnya, kalau itu semua dilakukan, diharapkan
ketahanan energi dapat tercapai dan dipertahankan secara berkelanjutan.
suber info :
http://www.theindonesianway.com/ada-apa-dengan-petral/
http://antipartai.net/2012/05/15/berbagi-rampokan-tapaksakti-blog-com20120509petral-culas-rakyat-terhempas/
Share this:
Cerita Faisal Basri Soal Kegagalan Dahlan Iskan Bubarkan
Petral
Rista Rama Dhany - detikfinance
Rabu, 24/12/2014 16:58 WIB
//images.detik.com/content/2014/12/24/1034/faisalbasri3.jpgFaisal
Basri, Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas
Jakarta -Ketika menjadi Menteri BUMN, Dahlan Iskan punya
rencana untuk membubarkan Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), yang merupakan
anak usaha PT Pertamina (Persero). Meski punya wewenang penuh atas seluruh BUMN
di Tanah Air, tetapi Dahlan tak kuasa membubarkan Petral.
"Saya ketemu dengan Pak Dahlan di Aceh. Waktu itu
dia punya niat untuk membubarkan Petral, tapi kok justru mengeluarkan instruksi
Petral wajib impor minyak atau BBM melalui NOC (National Oil Company),"
kata Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Faisal Basri saat
ditemui di kantornya, Jl Plaju, Jakarta Pusat, Rabu (24/12/2014).
Faisal mengungkapkan, padahal membeli minyak dan BBM
wajib dari NOC bukan jalan yang terbaik. Tidak ada jaminan bahwa membeli dari
produsen langsung harganya lebih murah.
"Pak Dahlan akui itu, kalau kebijakan tersebut bukan
yang terbaik. Niat awalnya ingin membubarkan Petral, tapi ternyata tidak mudah.
Makanya sebagai pelipur lara keluarlah kebijakan itu (wajib beli dari
NOC)," ungkapnya.
Lalu mengapa Dahlan Iskan gagal membubarkan Petral
sementara kala itu dia menjabat sebagai Menteri BUMN?
"Ada kekuatan di atasnya Pak Dahlan Iskan.
Kekuatannya di langit ke-7, bahkan ke-10. Makanya tidak bisa membubarkan
Petral," jelas Faisal.
No comments:
Post a Comment