Perjalanan yang belum selesai (168)
(Bagian ke seratus enam puluh delapan, Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 26 Desember 2014, 19.23 WIB)
Tsunami Aceh: Musibah memberi hikmah
26 Desember 2004 lalu , ketika sya tengah menonton acara televisi
Metro TV di sebuah rumah kontrakan di desa Amantelu, perbatasan desa Batu
Merah, kota Ambon, Maluku, saya dikejutkan berita yang dilanjutkan tayangan
langsung (live) peristiwa gempa bumi yang disusul Tsunami di kota Banda Aceh,
Daerah Istimewa Aceh.
Saya bersama tim Pemulihan Perdamaian konflik Ambon dari
Yayasan Bina Swadaya ketika itu hanya tertegun sambil berucap Innalilahi
Wainnaihirojiun. Segala mahluk hidup akan kembali pada maha pencipta).
Kini, tepat 26 Desember 2014, 10 tahun setelah peristiwa
itu diperingati di seluruh dunia, di Indonesia Wakil Presiden Muhammad Jusuf
Kalla bersama perwakilan Negara donor memperingatinya di Aceh.
Musibah ini, kata Ustad di radio/TV Rodja disebuat Iradah
Kauniah (taqdir) yang telah ditetapkan Allah yang maha kuasa, tertulis di kitab
Lauhul Mahfush, yang sudah ditulis Allah 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan
langit dan bumi.
Tsunami, walaupun disebut Musibah, namun di mata Allah
ini merupakan musibah untuk kebaikan manusia itu di Akherat. Bayangkan saja,
mereka yang tewas akibat tsunami ini kita sebut mati syahid (mereka yang meninggal
dijamin masuk surga)
Bagi mereka yang menderita karena cedera, luka-luka, maka
musibah kesakitan ini sebagai kasih Allah untuk merontokkan (menghapus)
dosa-dosa yang kita miliki selama kita hidup berbuat maksiat, artinya, lebih
baik azhab (kesakitan) itu terjadi ketika kita masih hidup di dunia, karena
siksa Allah di dunia sangat ringan dan sementara (tidak abadi), sedangkan kalau
kita di siksa di akherat jauh lebih lama dan lebih pedih (lebih sakit).
Jadi, kita sebagai orang beriman, harus yakin bahwa semua
musibah itu ada kebaikan dan hikmah bagi penderitanya (yang terkena musibah).
Dunia peringati 10 tahun tsunami
Peringatan tsunami digelar untuk mengenang korban dari
Jerman, Austria dan Swiss di Khao Lak, Thailand
Upacara peringatan 10 tahun tsunami diadakan di Indonesia
dan negara-negara lain untuk mengenang korban tsunami Samudera Hindia.
Di provinsi Aceh, Indonesia -kawasan yang terkena dampak
tsunami terparah- Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla memimpin upacara dan
berziarah di kuburan massal Siron.
Upacara peringatan juga digelar di Thailand dan Sri
Lanka.
Lebih dari 200.000 orang tewas ketika gempa bumi dan
tsunami menerjang pada 26 Desember 2004.
Di ibukota Aceh, Banda Aceh, Jusuf Kalla mengucapkan
terima kasih kepada para relawan lokal dan internasional atas bantuannya
membangun Aceh kembali.
Di Thailand, warga mengenang bencana tersebut dengan
serangkaian acara dan ritual keagamaan sepanjang hari Jumat (26/12).
Di desa nelayan Ban Nam Khem, provinsi Phang Nga,
masyarakat meletakkan bunga di tugu peringatan yang menampilkan nama-nama
korban.
Korban dari manca negara
Hampir 5.500 orang tewas di Thailand, termasuk wisatawan
dari negara-negara Eropa.
Di Sri Lanka, kereta Ocean Queen Express -yang menjadi
simbol dari tragedi tsunami- akan menjadi pusat diselenggarakannya upacara
peringatan.
Sepuluh tahun yang lalu, kereta yang saat itu penuh sesak
diterpa tsunami di selatan ibukota Srilanka, Kolombo.
Lebih dari 1.700 orang tewas dalam bencana kereta api
terbesar di dunia tersebut.
Tsunami juga melanda Bangladesh, Myanmar, Malaysia,
Maladewa dan negara-negara Afrika timur seperti Kenya, Somalia dan Tanzania.
Kekuatan gempa yang terjadi di lepas pantai Indonesia
-gempa terbesar di dunia sejak tahun 1964- melepaskan gelombang raksasa yang
melintasi Samudra Hindia dan disebut dengan istilah tsunami. (BBC)
JK: Solidaritas bangsa tampak saat tsunami
Jusuf Kalla mengatakan bantuan dalam negeri untuk Aceh
datang dari Sabang sampai Merauke.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengenang apa yang terjadi 10
tahun silam saat ia pertama kali mendengar tentang bencana tsunami di Aceh
dalam peringatan 10 tahun peristiwa tsunami di Banda Aceh, Jumat (26/12).
“Saat itu seluruh bangsa ini bingung apa yang terjadi di
Aceh. Jam 07.00- 08.00 pagi saya mendengar ada gempa di Aceh, gubernur sedang
ada di Jakarta, panglima tidak bisa dihubungi, semua tidak bisa dihubungi,”
kata Kalla.
Gempa dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004
menewaskan lebih dari 170.000 jiwa di Aceh. Tsunami di hari itu juga menghantam
sejumlah negara lain termasuk Thailand, India, Srilanka hingga Somalia.
Acara peringatan mengenang bencana itu diadakan di
Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Acara juga dihadiri oleh perwakilan 35
negara donor yang membantu rekonstruksi dan rehabilitasi. Para duta besar
negara-negara itu mendapat penghargaan dan gelar kehormatan dari Gubernur Aceh
Zaini Abdullah.
pinta dan lina
Cut Lina mengaku 10 tahun pasca tsunami ia berharap
ibunya masih hidup.
Kalla mengatakan saat itu solidaritas dan kesetiakawanan
untuk Aceh datang dari seluruh Indonesia.
“Benar-benar dari Sabang sampai Merauke, orang semua
datang untuk membantu. Aceh waktu itu tertutup dan sejak itu Aceh dibuka seluas
luasnya untuk orang yang ingin membantu, silakan datang tanpa visa,” kata
Kalla.
Baik Kalla mau pun Gubernur Aceh Zaini Abdullah
mengucapkan terima kasih kepada semua relawan dan negara-negara yang membantu pembangunan
kembali Aceh pasca tsunami.
Sementara itu di lapangan Blang Padang, masyarakat
berkumpul untuk mendengarkan jalannya acara melalui pengeras suara. Seorang
warga yang saya temui mengatakan ia kehilangan tujuh anggota keluarganya dalam
tsunami.
“Keluarga saya ada sembilan, tujuh hilang termasuk mamak
(ibu) saya. Saya berharap mamak masih hidup, saya masih belum bisa menerima
mamak saya hilang, saya merasa hidup saya pun tenggelam,” kata Cut Lina kepada
wartawan BBC Pinta Karana. (BBC)
Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Gempa bumi Samudra Hindia 2004)
Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 (Sumatra
Topography)
Tanggal 00:58:53,
26 Desember 2004 (UTC)[1]
Kekuatan 9,1–9,3
Mw[1]
Kedalaman 30
km (19 mil)[1]
Episentrum 3,316°LU
95,854°BTKoordinat: 3,316°LU 95,854°BT[1]
Jenis Bawah laut
(subduksi)
Wilayah bencana Indonesia
(lebih terasa di Aceh)
Sri Lanka
India (lebih terasa di Tamil Nadu)
Thailand
Maladewa
Somalia
Tsunami Ya
Korban 230.210
– 280.000 korban tewas[2][3][4]
Gempa bumi Samudra Hindia 2004 adalah gempa bumi
megathrust bawah laut yang terjadi pukul 00:58:53 UTC pada hari Minggu, 26
Desember 2004, dengan episentrum di lepas pesisir barat Sumatera, Indonesia.
Gempa ini dikenal di kalangan ilmuwan dengan nama Gempa bumi
Sumatera–Andaman.[5][6] Tsunami yang terjadi sesudahnya mendapat banyak nama,
termasuk tsunami Samudra Hindia 2004, tsunami Asia Selatan, tsunami Indonesia,
tsunami Natal, dan tsunami Hari Boxing.[7]
Gempa bumi ini terjadi ketika lempeng Hindia disubduksi
oleh lempeng Burma dan menghasilkan serangkaian tsunami mematikan di pesisir
sebagian besar daratan yang berbatasan dengan Samudra Hindia. Gelombang tsunami
yang puncak tertingginya mencapai 30 m (98 kaki) ini menewaskan lebih dari
230.000 orang di 14 negara dan menenggelamkan banyak permukiman tepi pantai.[8]
Ini merupakan salah satu bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah.
Indonesia adalah negara yang terkena dampak paling besar, diikuti Sri Lanka, India,
dan Thailand.
Dengan kekuatan Mw 9,1–9,3, gempa ini merupakan yang
terbesar ketiga yang pernah tercatat di seismograf dan memiliki durasi terlama
sepanjang sejarah, sekitar 8,3 sampai 10 menit. Gempa tersebut mengakibatkan
seluruh planet Bumi bergetar 1 sentimeter ()[9] dan menciptakan beberapa gempa
lainnya sampai wilayah Alaska.[10] Episentrumnya berada di antara Simeulue dan
daratan Sumatera.[11] Penderitaan yang dialami masyarakat dan pemerintah korban
bencana membuat seluruh dunia mengirimkan bantuan kemanusiaan. Secara
keseluruhan, masyarakat dunia menyumbangkan lebih dari US$14 miliar (nilai
tahun 2004) untuk bantuan kemanusiaan.[12]
Ciri-ciri gempa
Gempa ini awalnya tercatat berkekuatan Mw 8,8. Pada bulan
Februari 2205, para ilmuwan merevisi perkiraan kekuatannya menjadi 9,0.[13]
Meskipun Pacific Tsunami Warning Center menerima revisi tersebut, United States
Geological Survey masih bertahan dengan angka 9,1. Sebagian besar penelitian
tahun 2006 mencantumkan kekuatan Mw 9.1–9.3. Dr. Hiroo Kanamori dari California
Institute of Technology yakin bahwa Mw 9,2 adalah angka yang cocok untuk gempa
sebesar ini.[14]
Hiposentrum gempa utamanya kira-kira terletak di Samudra
Hindia, 160 km (100 mil) di sebelah utara pulau Simeulue, lepas pantai barat
Sumatera Utara, pada kedalaman 30 km (19 mil) di bawah permukaan laust (awalnya
dilaporkan 10 km (6.2 mil)). Bagian utara megathrust Sunda patah sepanjang 1.300
km (810 mil).[11] Gempanya (diikuti tsunami) secara bersamaan mengguncang
Bangladesh, India, Malaysia, Myanmar, Thailand, Singapura, dan Maladewa.[15]
Patahan splay atau "patahan muncul" sekunder menyebabkan sebagian
dasar laut yang panjang dan sempit naik dalam hitungan detik. Peristiwa
tersebut segera menambah ketinggian dan kecepatan gelombang, sehingga terjadi
kehancuran total di kota Lhoknga, Indonesia.[16]
Gempa bumi
Samudra Hindia 2004
Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004
Animasi tsunami akibat gempa memperlihatkan
penyebarannya dari retakan sepanjang 1.600 km (990 mi)
Episentrum gempa di sebelah utara Pulau Simeulue.
Indonesia terletak di antara Cincin Api Pasifik yang
membentang di sepanjang pulau-pulau timur laut yang dekat dengan New Guinea dan
sabuk Alpide yang membentang di sepanjang kawasan selatan dan barat dari
Sumatera, Jawa, Bali, Flores, hingga Timor.
Gempa-gempa besar seperti gempa Sumatera-Andaman, yang
selalu berkaitan dengan sejumlah gempa megathrust di zona subduksi, memiliki
momentum seismik yang mampu mewakili sekian persen momentum gempa global dalam
kurun satu abad. Dari seluruh momentum seismik yang dilepaskan semua gempa bumi
dalam kurun 100 tahun dari 1906 sampai 2005, seperdelapannya diakibatkan oleh
gempa Sumatera-Andaman. Gempa ini, bersama gempa bumi Jumat Baik (Alaska, 1964)
dan gempa bumi besar Chili (1960), mewakili hampir separuh total momentum
dunia. Gempa bumi San Francisco 1906 yang lebih kecil namun mematikan
disertakan dalam diagram di bawah. Mw menandakan kekuatan atau magnitudo gempa
dalam skala kekuatan Moment.
Sejak 1900, gempa yang tercatat berkekuatan lebih besar
dari gempa Samudra Hindia hanya gempa bumi besar Chili 1960 (9,5) dan gempa
bumi Jumat Baik 1964 di Prince William Sound (9,2). Dua gempa lain yang
tercatat berkekuatan 9,0 atau lebih terjadi di lepas pantai Kamchatka, Rusia,
tanggal 4 November 1952 (kekuatan 9.0)[17] dan Tōhoku, Jepang, bulan Maret 2011
(kekuatan 9,0). Masing-masing gempa bumi megathrust ini juga menghasilkan
tsunami di Samudra Hindia, namun jumlah korbannya lebih sedikit dikarenakan
kepadatan penduduk yang jarang di pesisir daerah bencana, jarak yang jauh
dengan pesisir padat penduduk, serta infrastruktur dan sistem peringatan
canggih di negara-negara MEDC (negara yang lebih maju ekonominya) seperti
Jepang.
Gempa bumi megathrust kuat lainnya terjadi tahun 1868
(Peru, Lempeng Nazca dan Lempeng Amerika Selatan); 1827 (Kolombia, Lempeng
Nazca dan Lempeng Amerika Selatan); 1812 (Venezuela, Lempeng Karibia dan
Lempeng Amerika Selatan); dan 1700 (Amerika Utara barat, Lempeng Juan de Fuca
dan Lempeng Amerika Utara). Semuanya diyakini berkekuatan lebih dari 9, namun
belum ada pengukuran akurat pada masa itu.
Lempeng tektonik[sunting | sunting sumber]
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tektonika lempeng
Diagram pai yang membandingkan momentum seismik gempa-gempa
besar sejak 1906 sampai 2005 dibandingkan dengan gempa lain pada periode yang
sama.
Gempa bumi megathrust tidak biasanya besar dari segi
geografi dan geologi. Permukaan patahan seluas 1.600 kilometer (1,000 mil)
bergeser (atau retak) sekitar 15 m (50 kaki) di sepanjang zona subduksi tempat
Lempeng India meluncur (atau bersubduksi) di bawah Lempeng Burma. Pergeseran
ini tidak terjadi secara instan, melainkan dalam dua tahap selama beberapa
menit:
Data seismograf dan akustik menunjukkan bahwa tahap
pertama melibatkan retakan sepanjang 400 kilometer (250 mil) dan selebar 100
kilometer (60 mil), terletak 30 kilometer (19 mil) di bawah dasar laut. Ini
merupakan retakan terbesar yang pernah terbentuk oleh gempa bumi. Retakan ini
bergerak dengan kecepatan 28 kilometer per detik () (10.000 km/j or 6,200 mpj)
dari pesisir Aceh menuju barat laut kira-kira selama 100 detik.
Jeda selama 100 detik terjadi sebelum retakan belanjut ke
utara sampai Kepulauan Andaman dan Nicobar. Retakan di sebelah utara bergerak
lebih lambat ketimbang yang di selatan, kira-kira 21 km/s (13 mi/s) (7.500 km/j
or 4,700 mph), dan berlanjut ke utara selama lima menit hingga batas lempeng.
Jenis patahan di sana berubah dari subduksi menjadi datar (strike-slip; dua
lempeng melewati satu sama lain dengan arah berlawanan).
Lempeng Hindia adalah bagian dari Lempeng Indo-Australia
yang lebih besar. Lempeng Indo-Australia berada di dasar Samudra Hindia dan
Teluk Bengal. Lempeng Hindia bergerak ke timur laut dengan kecepatan rata-rata
6 sentimeter per tahun (2.4 inci per tahun). Lempeng Hindia bertemu Lempeng
Burma (dianggap bagian dari Lempeng Eurasia) di Palung Sunda. Di sini Lempeng
Hindia bergerak ke bawah Lempeng Burma yang menopang Kepulauan Nicobar,
Kepulauan Andaman, dan Sumatera bagian utara. Lempeng Hindia bergerak jauh ke
dalam Lempeng Burma sampai peningkatan suhu dan tekanan di sana memaksa bahan
volatil keluar dari lempeng subduksi. Bahan volatil tersebut naik ke lempeng di
atasnya dan mengakibatkan pencairan parsial dan pembentukan magma. Magma yang
naik masuk ke kerak di atasnya dan keluar dari kerak Bumi melalui gunung api
dalam bentuk busur vulkanik. Aktivitas vulkanik yang terjadi ketika Lempeng
Indo-Australia bersubduksi ke Lempeng Eurasia menghasilkan Busur Sunda.
Selain pergerakan antarlempeng, dasar laut juga
diperkirakan naik beberapa meter. Kenaikan ini memindahkan air laut sebanyak 30
kubik kilometer (7.2 cu mi) dan menciptakan gelombang tsunami mematikan.
Gelombang tersebut bukan berasal dari titik sumber sebagaimana yang ditampilkan
di beberapa ilustrasi jalur tsunami. Gelombang tersebut menyebar ke luar mengikuti
retakan sepanjang 1.600-kilometer (1,000 mil) (garis sumber). Peristiwa ini
menambah luas wilayah geografis yang ditargetkan gelombang sampai Meksiko,
Chili, dan Arktik. Kenaikan dasar laut mengurangi kapasitas Samudra Hindia
dalam jumlah besar dan mengakibatkan kenaikan permukaan laut global secara
permanen setinggi 01 millimetre (0.04 in).[18]
Gempa susulan dan gempa lain[sunting | sunting sumber]
Lokasi gempa pertama dan semua gempa susulan berkekuatan
lebih dari 4,0 mulai 26 Desember 2004 sampai 10 Januari 2005. Situs gempa
pertama ditandai oleh bintang besar di kanan bawah.
Beberapa gempa susulan dilaporkan terjadi di lepas pantai
Kepulauan Andaman, Kepulauan Nicobar, dan kawasan episentrum aslinya beberapa
jam dan hari setelah bencana. Gempa bumi Sumatera 2005 berkekuatan 8,7 yang
terjadi di lepas pulau Nias tidak dianggap sebagai gempa susulan meski letaknya
dekat dengan episentrum. Gempa tersebut diperkirakan terjadi akibat perubahan
tekanan yang berhubungan dengan gempa 2004.[19] Gempa 2004 begitu besar
sampai-sampai bisa menghasilkan gempa susulannya sendiri (beberapa di antaranya
sampai berkekuatan 6,1) dan saat ini merupakan gempa bumi terbesar ke-7 sejak
1900. Gempa susulan lainnya sampai berkekuatan 6,6 terus mengguncang kawasan
ini setiap hari selama tiga atau empat bulan.[20] Selain gempa susulan, energi
yang dilepaskan oleh gempa pertama masih terasa setelah bencana. Seminggu
setelah gempa bumi, getarannya masih bisa diukur dan memberikan data ilmiah
yang berharga tentang lapisan dalam Bumi.
Gempa bumi Samudra Hindia 2004 terjadi tiga hari setelah
gempa berkekuatan 8,1 di wilayah tak berpenghuni subantarktik di sebelah barat
Kepulauan Auckland, Selandia Baru, dan di sebelah utara Pulau Macquarie,
Australia. Ini tidak lazim karena gempa berkekuatan 8 atau lebih rata-rata
terjadi sekali setahun.[21] Sejumlah seismolog memperkirakan adanya hubungan
antara dua gempa ini. Gempa pertama diduga merupakan katalis gempa Samudra
Hindia karena kedua gempa terjadi di sisi Lempeng Indo-Australia yang berseberangan.
Akan tetapi, U.S. Geological Survey tidak melihat bukti hubungan sebab akibat
dalam insiden ini. Kebetulan gempa ini terjadi pas satu tahun (pukul
kejadiannya juga sama) setelah gempa bumi berkekuatan 6,6 menewaskan sekitar
30.000 orang di kota Bam, Iran pada tanggal 26 Desember 2003.[7]
Beberapa ilmuwan membenarkan bahwa gempa bumi Desember
telah mengaktifkan Gunung Leuser di Aceh, gunung api yang terletak di rangkaian
pegunungan yang sama seperti Gunung Talang. Gempa bumi Sumatera 2005 membangkitkan
aktivitas di Danau Toba, kawah gunung api kuno di Sumatera Utara.[22] Para ahli
geologi mengatakan bahwa letusan Gunung Talang bulan April 2005 ada hubungannya
dengan gempa bumi Desember 2004.[23]
Energi yang dilepaskan[sunting | sunting sumber]
Energi yang dilepaskan di permukaan Bumi (ME, artinya
potensi kerusakan seismik) oleh gempa dan tsunami Samudra Hindia 2004
diperkirakan sebesar 1,1×1017 joule,[24] atau 26 megaton TNT. Energi ini setara
dengan 1.500 bom atom Hiroshima, tetapi sedikit lebih kecil daripada Tsar
Bomba, senjata nuklir terbesar yang pernah diledakkan. Meski begitu, total
tenaga yang dihasilkan (MW, artinya energi) oleh gempa ini adalah 4,0×1022
joule (4,0×1029 erg),[25] sebagian besar di bawah tanah. Jumlah ini 360.000
kali lebih besar daripada ME, setara dengan 9.600 gigaton ekuivalen TNT (550
juta lebih besar daripada Hiroshima) atau 370 tahun pemakaian energi di Amerika
Serikat tahun 2005 (sebesar 1.08×1020 J).
Satu-satunya gempa yang tercatat dengan MW lebih besar
adalah gempa bumi Chili 1960 dan Alaska 1964 yang masing-masing berkekuatan
2.5×1023 joule (250 ZJ) dan 7.5×1022 joule (75 ZJ).[26]
Gempa bumi ini menciptakan osilasi seismik permukaan Bumi
setinggi 20–30 cm (8–12 in), setara dengan dampak gaya tarik pasang oleh Matahari
dan Bulan. Gelombang kejutnya terasa di seluruh permukaan Bumi. Di negara
bagian Oklahoma, Amerika Serikat, tercatat gerakan vertikal setinggi 3 mm (0.12
in). Pada Februari 2005, pengaurh gempanya masih terasa dalam bentuk osilasi
harmonis kompleks permukaan Bumi dengan tinggi 20 µm (0.02 mm; 0.0.008 in).
Osilasi harmonis ini perlahan menghilang dan bergabung dengan osilasi bebas
Bumi selama lebih dari 4 bulan pasca gempa terjadi.[27]
Karena energi yang dilepaskan sangat besar dan kedalaman
retakan yang dangkal, gempa ini menghasilkan gerakan tanah seismik besar di
seluruh dunia. Salah satu akibat utamanya adalah gelombang elastis Rayleigh
(permukaan) raksasa yang melewati amplitudo vertikal 1 cm (0.4 in) di seluruh
permukaan Bumi. Grafik rekaman di bawah memperllihatkan perpindahan vertikal
permukaan Bumi yang direkam seismoeter dari IRIS/USGS Global Seismographic
Network sesuai waktu (sejak awal gempa) di poros horizontal, dan perpindahan
vertikal Bumi di poros vertikal (lihat patokan skala 1 cm di bawah untuk
memperbandingkan). Seismogram disusun secara vertikal berdsarkan jarak dari
episentrum dalam hitungan derajat. Sinyal pertama yang amplitudonya paling
rendah adalah sinyal gelombang kompresional (P) yang membutuhkan sekitar 22
menit untuk mencapai sisi planet yang lain (antipode) di dekat Ekuador. Sinyal
amplitudo terbesar adalah gelombang permukaan seismik yang mencapai antipode
setelah sekitar 100 menit. Gelombang permukaan tampak menguat di dekat antipode
(stasiun seismik terdekat berada di Ekuador) dan mengitari planet untuk kembali
ke episentrumnya setelah 200 menit. Gempa susulan besar (kekuatan 7,1) tercatat
di stasiun terdekat pas setelah markah 200 menit. Gempa susulan ini bisa
digolongkan sebagai gempa besar jika sebelumnya tidak ada gempa, namun untuk
kali ini sudah terlampaui oleh gempa pertama.
Gerakan tanah vertikal yang terekam oleh IRIS/USGS Global
Seismographic Network.
Perpindahan massa dan pelepasan energi yang masif sedikit
mengubah rotasi Bumi. Jumlah pastinya belum diketahui, namun model teoretis
menunjukkan bahwa gempa ini memeperpendek durasi satu hari selama 2,68
mikrodetik dikarenakan berkurangnya kepepatan Bumi.[28] Gempa ini juga
mengakibatkan Bumi "berguncang" sebentar di porosnya setinggi 25 cm
(10 in) ke arah bujur timur 145°[29] atau mungkin 5 atau 6 cm (2,0 atau 2,4
in).[30] Tetapi karena efek pasang Bulan, durasi satu hari bertambah rata-rata
15 µs per tahun, jadi perubahan rotasi apapun akibat gempa akan hilang dengan
cepat. Guncangan Chandler alamiah yang dialami Bumi yang biasanya mencapai 15 m
(50 kaki) pada akhirnya akan membatalkan guncangan minor yang diakibatkan
gempa.
Selain itu, ada perpindahan sejauh 10 m (33 kaki) secara
lateral dan 4–5 m (13–16 kaki) secara vertikal di sepanjang garis patahan.
Dugaan awal adalah sejumlah pulau kecil di sebelah barat daya Sumatera yang
berada di Lempeng Burma (wilayah selatan berada di Lempeng Sunda) bisa jadi
pindah ke barat daya sejauh 36 m (120 kaki), namun data lebih akurat yang
dirilis sebulan setelah gempa menunjukkan bahwa perpindahannya sejauh 20 cm (8
in).[31] Karena perpindahannya bersifat vertikal dan lateral, beberapa daerah
pantai sudah pindah ke bawah permukaan laut. Kepulauan Andaman dan Nicobar
tampaknya pindah ke barat daya sejauh 125 m (410 ft 1 in) dan tenggelam
setinggi 1 m (3 ft 3 in).[32]
Pada bulan Februari 2005, kapal Angkatan Laut Kerajaan
HMS Scott menyurvei dasar laut di sekitar zona gempa bumi yang kedalamannya
berkisar antara 1,000 hingga 5,000 m (550 hingga 2.700 fathom; 3.300 hingga
16.000 ft). Survei yang dilakukan menggunakan sistem sonar multipancar
beresolusi tinggi ini mengungkapkan bahwa gmepa ini memberi pengaruh besar
terhadap topografi dasar laut. Punggung thrust sepanjang 1.500-m-high (5,000
kaki) yang diciptakan oleh aktivitas geologi sebelumnya di sepanjang patahan
ini runtuh dan menciptakan longsor selebar beberapa kilometer. Longsor semacam
ini terdiri dari satu blok batuan setinggi 100 m dan sepanjang 2 km (300 ft
kali 1,25 mi). Momentum air yang dipindahkan oleh pengangkatan tektonik ke atas
juga menarik lapisan batu masif berbobot jutaan ton sejauh 10 km (6 mil) di
dasar laut. Palung samudra selebar beberapa kilometer terbentuk di zona
gempa.[33]
Satelit TOPEX/Poseidon dan Jason-1 kebetulan lewat ketika
tsunami sedang melintasi lautan.[34] Kedua satelit ini memiliki radar yang
dengan tepat mengukur ketinggian permukaan air dan berhasil mencatat anomali
sebesar 50 cm (20 in). Pengukuran dari satelit terbukti bisa jadi tidak
diperlukan untuk memahami gempa dan tsunami.[35] Tidak seperti data pencatat
pasang yang ditempatkan di pesisir, pengukuran yang dilakukan di tengah lautan
dapat dipakai untuk menghitung parameter gempa pertama tanpa perlu
mempertimbangkan cara-cara rumit karena gelombang berubah ukuran dan bentuknya
ketika mendekati pesisir.
Ciri-ciri tsunami[sunting | sunting sumber]
Peta Tsunami travel Time (TTT) NOAA untuk tsunami Samudra
Hindia 2004. Peta TTT menghitung waktu tiba pertama tsunami setelah terbentuk
di episentrum gempa. Perlu diingat bahwa peta tidak mencantumkan tinggi atau
kekuatan gelombang. Tanda nomor mewakili jam pasca peristiwa awal. Kontur peta
mewakili jeda 1 jam. Merah berarti waktu tiba 1-4 jam, kuning 5-6 jam, hijau
7-14 jam, dan biru 15-21 jam. Peta dihasilkan dari episentrum gempa di NGDC
Global Historical Tsunami Database menggunakan batimetri NGDC 2-Minute Gridded
Global Relief Data. Peta ini dibuat melalui model berdasarkan data sumber yang
kualitasnya terjaga, serta penggabungan banyak himpunan data.
Skala yang menunjukkan ukuran gelombang tsunami yang
menghantam Indonesia
Kenaikan vertikal dasar laut beberapa meter secara
mendadak saat gempa memindahkan air dalam volume yang sangat besar. Akibatnya
adalah tsunami yang menerjang wilayah pesisir Samudra Hindia.. Tsunami yang
mengakibatkan kerusakan di daerah yang jauh dari sumbernya kadang disebut
teletsunami dan kemungkinan besar tercipta oleh gerakan dasar laut secara
vertikal, bukan horizonal.[36]
Tsunami tersebut memiliki gerakan yang berbeda di
perairan dalam maupun dangkal. Di laut dalam, gelmbang tsunami seperti bukit
kecil, tidak terlalu jelas dan tidak berbahaya, yang biasanya berjalan dengan
kecepatan sangat tinggi, yaitu 500 hingga 1,000 km/j (310 hingga 620 mph). Di
laut dangkal dekat pantai, tsunami melambat hingga puluhan kilometer per jam
saja, tetapi ukuran gelombangnya besar dan bersifat menghancurkan. Para ilmuwan
yang menyelidiki kerusakan di Aceh membuktikan bahwa gelombang di Aceh mencapai
ketinggian 24 m (80 kaki) saat menghantam daratan, kemudian meninggi hingga 30
m (100 kaki) di sejumlah daerah ketika menyapu daratan.[8]
Satelit radar mencatat ketinggian gelombang tsunami di
perairan dalam. Dua jam setelah gempa, ketinggian maksimumnya adalah 60
sentimeter (2 kaki). Ini merupakan pengamatan ketinggian tsunami pertama di
dunia, namun pengamatan tersebut tidak bisa dijadikan bahan peringatan karena
satelit tidak dibuat untuk mengurus hal semacam itu dan datanya perlu
dianalisis selama beberapa jam.[37][38]
Menurut Tad Murty, wakil presiden Tsunami Society, total
energi gelombang tsunami ini setara dengan lima megaton TNT (20 petajoule).
Jumlah ini dua kali lipat lebih besar daripada total energi semua bahan peledak
yang dipakai selama Perang Dunia II (termasuk dua bom atom), namun masih dua
level kekuatan lebih rendah daripada energi yang dilepasan saat gempa itu
sendiri. Di sejumlah tempat, gelombang menerjang 2 km (1.2 mil) ke daratan.[39]
Medan gelombang tsunami di Teluk Bengal satu jam setelah
gempa berkekuatan 9,2. Peta mengarah ke timur laut.
Karena patahan sepanjang 1.600 km (1,000 mil) yang
diakibatkan oleh gempa memiliki orientasi nyaris lurus utara-selatan, kekuatan
terbesar gelombang tsunami berada pada bentangan timur-barat. Bangladesh, yang
terletak di ujung utara Teluk Bengal, memiliki jumlah korban yang sangat
sedikit meski negaranya dataran rendah dan relatif dekat dengan episentrum.
Negara tersebut juga beruntung karena gempa berlangsung lebih lambat di zona
patahan utara, sehingga mengurangi energi perpindahan air di wilayah itu.
Kawasan pesisir yang terhalang oleh daratan dari titik
asal tsunami biasanya aman, tetapi gelombang tsunami kadang berdifraksi
mengitari daratan tersebut. Karena itu negara bagian Kerala, India, ikut
diterjang tsunami walaupun letaknya di pesisir barat India. Pesisir barat Sri
Lanka juga dihantam tsunami besar. Jarak pun bukan jaminan selamat karena
Somalia yang letaknya jauh dari episentrum mendapatkan tsunami yang lebih besar
ketimbang Bangladesh.
Dikarenakan jaraknya, tsunami membutuhkan 15 menit sampai
7 jam untuk mencapai sejumlah wilayah pesisir.[40][41] Wilayah utara Sumatera,
Indonesia, terkena tsunami dalam waktu cepat, sedangkan Sri Lanka dan pantai
timur India 90 menit sampai 2 jam kemudian. Thailand juga dihantam tsunami
sekitar dua jam kemudian meski letaknya lebih dekat dengan episentrum, karena
tsunami berjalan lebih lambat di Laut Andaman yang dangkal di lepas pantai
baratnya.
Terjangan tsunami ini mencapai Struisbaai di Afrika
Selatan, 8.500 km (5,300 mil) dari episentrum, 16 jam setelah gempa dengan
tinggi 15 m (49 kaki). Waktu tempuhnya ke ujung selatan Afrika lumayan lama
karena landas kontinen yang luas di dekat Afrika Selatan dan tsunami tersebut
menyusuri pesisir Afrika Selatan dari timur ke barat. Tsunami juga menerjang
Antarktika; pengukur gelombang di Pangkalan Showa milik Jepang mencatat osilasi
setinggi satu meter (3 ft 3 in) disertai disturbansi selama dua hari.[42]
Sebagian energi tsunami merembet ke Ssamudra Pasifik.
Sejumlah tsunami kecil menerjang pesisir barat Amerika Utara dan Selatan dengan
tinggi rata-rata 20 hingga 40 cm (7,9 hingga 16 in).[43] Tsunami setinggi 26 m
(85 kaki) tercatat di Manzanillo, Meksiko. Selain itu, tsunami ini cukup besar
sampai-sampai gelombangnya mencapai Vancouver, British Columbia, Kanada.
Fenomena ini membingungkan banyak ilmuwan, karena tsunami yang tercatat di
beberapa titik di Amerika Selatan ukurannya lebih besar daripada yang tercatat
di sebagian wilayah Samudra Hindia. Diperkirakan tsunami tersebut difokuskan
dan diarahkan untuk perjalanan jarak jauh oleh punggung tengah samudra yang
membentang di sepanjang celah lempeng benua.[44]
Tanda dan peringatan
Penyurutan maksimum air tsunami di Pantai Kata Noi,
Thailand, sebelum tsunami ketiga sekaligus yang terkuat menerjang (laut
terlihat di sudut kanan, pantai di ujung kiri), 10:25 waktu setempat.
Walaupun ada jeda sekian jam antara gempa dan tsunami,
nyaris semua korban berjatuhan secara mendadak. Tidak ada sistem peringatan
tsunami di Samudra Hindia yang dapat mendeteksi tsunami atau memperingatkan
penduduk pesisir. Deteksi tsunami tidak mudah karena ketika tsunami berada di
laut dalam, ketinggiannya pendek dan perlu jaringan sensor untuk mengetahuinya.
Pembangunan infrastruktur komunikasi untuk mengeluarkan peringatan tepat waktu
adalah masalah yang lebih besar lagi, terutama di daerah berpenduduk miskin.
Tsunami lebih sering terjadi di Samudra Pasifik karena
gempa di wilayah "Cincin Api" dan sistem peringatan tsunami sudah
lama dipasang di sana. Walaupun sisi paling barat Cincin Api menjorok ke
Samudra Hindia (tempat terjadinya gempa), belum ada sistem peringatan yang
dipasang di samudra tersebut. Tsunami relatif jarang di sana meski sering
terjadi gempa di Indonesia. Tsunami besar terakhir di daerah tersebut
diakibatkan oleh letusan Krakatau tahun 1883. Perlu diketahui bahwa tidak semua
gempa menghasilkan tsunami besar. Pada tanggal 28 Maret 2005, gempa berkekuatan
8,7 mengguncang daerah yang sama di Samudra Hindia tetapi tidak menghasilkan
tsunami.
Pasca bencana, banyak pihak merasa sistem peringatan
tsunami perlu dibangun di Samudra Hindia. Perserikatan Bangsa-Bangsa mulai
membangun Sistem Peringatan Tsunami Samudra Hindia dan tahap awalnya baru
dimulai tahun 2005. Sejumlah pihak bahkan mengusulkan pembangunan sistem
peringatan tsunami global terpadu yang meliputi Samudra Atlantik dan Karibia.
Tanda peringatan pertama tsunami adalah gempa itu
sendiri. Akan tetapi, tsunami dapat menerjang wilayah yang letaknya ribuan
kilometer dari episentrum walaupun gempanya terasa lemah atau tidak terasa sama
sekali. Beberapa menit sebelum tsunami, laut biasanya surut sementara dari
pesisir. Di sekitar Samudra Hindia, pemandangan langka ini kabarnya membuat
masyarakat, termasuk anak-anak, tertarik pergi ke pantai untuk melihat dan
mengumpulkan ikan di pantai terbuka sejauh 2,5 km (1.6 mi). Kunjungan ke pantai
ini berakibat fatal.[45] Meski begitu, tidak semua tsunami memunculkan efek
"laut menghilang". Kadang tidak ada tanda sama sekali, jadi laut
tiba-tiba naik dan mengejutkan orang-orang tanpa memberi kesempatan untuk
mengungsi.
Satu dari sedikit sekali kawasan pantai yang melakukan
pengungsian sebelum tsunami adalah Pulau Simeulue di Indonesia yang letaknya
sangat dekat dengan episentrum. Cerita rakyat di sana menyebutkan bahwa pada
gempa dan tsunami tahun 1907, warga pulau mengungsi ke perbukitan setelah gempa
pertama sebelum terjangan tsunami.[46] Di pantai Maikhao beach di Phuket utara,
Thailand, turis Britania Raya berusia 10 tahun bernama Tilly Smith belajar
tsunami saat pelajaran geografi di sekolahnya dan mengenali tanda-tandanya
berupa penyurutan laut dan gelembung berbusa. Ia dan orang tuanya mengingatkan
orang-orang di pantai, lalu dievakuasi ke tempat aman.[47] John Chroston, guru
biologi asal Skotlandia, juga melihat tanda tersebut di Teluk Kamala di sebelah
utara Phuket. Para wisatawan dan warga lokal diungsikan ke daerah tinggi
menggunakan bus.
Sejumlah antropolog awalnya memperkirakan penduduk
pribumi Kepulauan Andaman terkena dampak parah akibat tsunami dan khawatir suku
Onge yang sudah menyusut akan musnah.[48] Banyak suku pribumi yang mengungsi
sehingga korbannya tidak banyak.[49][50] Tradisi cerita lisan yang diturunkan
dari kejadian gempa sebelumnya membuat suku-suku pribumi luput dari tsunami.
Misalnya, cerita rakyat suku Onge berkisah tentang "guncangan tanah yang
besar diikuti dinding air yang tinggi". Hampir semua anggota suku Onge dikabarkan
selamat dari tsunami.[51]
Korban
Marina Beach, Chennai, setelah tsunami.
Menurut U.S. Geological Survey, sebanyak 227.898 orang
meninggal dunia akibat bencana ini (lihat tabel di bawah).[1] Dilihat dari
jumlah korban tewasnya, gempa ini adalah satu dari sepuluh gempa terburuk
sekaligus tsunami terburuk sepanjang sejarah. Indonesia merupakan negara yang
paling parah terkena dampaknya dengan perkiraan korban tewas mencapai 170.000
orang.[52] Laporan lainnya dari Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan
Indonesia, memperkirakan jumlah korban tewas sebanyak 220.000 jiwa di
Indonesia, sehingga totalnya di seluruh dunia mencapai 280.000 jiwa.[4]
Tsunami tersebut mengakibatkan kerusakan serius dan
kematian sampai ke pesisir timur Afrika. Kematian paling terpencil akibat
tsunami 2004 terjadi di Rooi Els, Afrika Selatan, 8.000 km (5,000 mil) dari
episentrum. Totalnya, delapan orang di Afrika Selatan meninggal dunia karena
tingginya permukaan laut dan gelombang.
Badan bantuan melaporkan bahwa tampaknya sepertiga korban
tewas adalah anak-anak. Jumlahnya besar karena persentase anak di dalam
masyarakat di daerah-daerah terjangan tsunami sangat tinggi dan anak-anak tidak
sanggup menghadapi naiknya permukaan air. Oxfam melaporkan bahwa korban tewas wanita
empat kali lebih banyak daripada pria di sejumlah daerah. Jumlahnya besar
karena para wanita sedang menunggu kepulangan suaminya yang berprofesi sebagai
nelayan dan sedang merawat anak di dalam rumah.[53]
Selain penduduk setempat, 9.000 turis asing (kebanyakan
orang Eropa) yang menikmati musim liburan puncak termasuk di antara korban
tewas atau hilang, terutama yang berasal dari negara-negara Nordik. Negara
Eropa yang paling banyak korban tewasnya adalah Swedia, yaitu 543 orang.[54]
Keadaan darurat diterapkan di Sri Lanka, Indonesia, dan
Maladewa. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan operasi pemulihannya akan
menjadi yang termahal sepanjang sejarah umat manusia. Sekretaris Jenderal PBB
Kofi Annan menyatakan bahwa rekonstruksi membutuhkan lima sampai sepuluh tahun.
Sejumlah pemerintahan dan organisasi non-pemerintah khawatir jumlah korban
tewas finalnya bisa dua kali lipatnya dikarenakan penyakit, sehingga bantuan
kemanusiaan datang secara massal. Kekhawatiran tersebut akhirnya tidak
terwujud.
Patong Beach, Thailand, setelah tsunami
Untuk menentukan garis waktu peristiwanya, zona waktu
wilayah bencana adalah: UTC+3: (Kenya, Madagaskar, Somalia, Tanzania); UTC+4:
(Mauritius, Réunion, Seychelles); UTC+5: (Maladewa); UTC+5:30: (India, Sri
Lanka); UTC+6: (Bangladesh); UTC+6:30: (Kepulauan Cocos, Myanmar); UTC+7:
(Indonesia barat, Thailand); UTC+8: (Malaysia, Singapura). Karena gempa terjadi
pukul 00:58:53 UTC, sesuaikan dengan perbedaan waktu di atas untuk mengetahui
waktu gempa di negara bersangkutan.
Negara
korban tewas Dipastikan Perkiraan1 Cedera Hilang Kehilangan
tempat tinggal
Indonesia 130.736 167.799 n/a 37.063 500.000+[55]
Sri Lanka2 35.322[56] 35.322 21.411[56] n/a 516.150[56]
India 12.405 18.045 n/a 5.640 647.599
Thailand 5.3953[57] 8.212 8.457[58] 2.817[57] 7.000
Somalia 78 289[59] n/a n/a 5.000[60]
Myanmar (Burma) 61 400–600[61] 45 200[62] 3.200
Maladewa 82[63] 108[64] n/a 26 15.000+
Malaysia 68[65] 75 299[66] 6 n/a
Tanzania 10[67] 13 n/a n/a n/a
Seychelles 3[68] 3 57[68] n/a 200[69]
Bangladesh 2 2 n/a n/a n/a
Afrika Selatan 24[70] 2 n/a n/a n/a
Yaman 2[71] 2 n/a n/a n/a
Kenya 1 1 2 n/a n/a
Madagascar n/a n/a n/a n/a 1.000+[72]
Total ~184,167 ~230,273 ~125,000 ~45,752 ~1.69
million
Catatan: Semua jumlah adalah perkiraan dan bisa berubah
kapan saja. Kolom pertama berisi tautan ke informasi lebih lanjut di negara
bersangkutan.
1 Mencakup jumlah yang dilaporkan di kolom 'Dipastikan'.
Jika tidak ada perkiraan terpisah, jumlah di kolom ini sama dengan jumlah yang
dilaporkan di kolom 'Dipastikan'.
2 Tidak mencakup pernyataan 19.000 orang hilang yang
awalnya dikeluarkan otoritas Macan Tamil di daerah kekuasaannya.
3 Data mencakup sedikitnya 2.464 warga asing.
4 Tidak mencakup warga negara Afrika Selatan yang
meninggal di luar Afrika Selatan (e.g., turis di Thailand). Untuk info lebih
lanjut soal korban tewas, klik tautan ini
Negara[sunting | sunting sumber]
Negara yang terkena dampak tsunami. Episentrum juga ditampilkan.
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Negara korban
gempa bumi Samudra Hindia 2004
Gempa bumi dan tsunami ini menerjang banyak negara di
Asia Tenggara dan sekitarnya, termasuk Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand,
Maladewa, Somalia, Myanmar, Malaysia, Seychelles, dan lain-lain. Negara
lainnya, terutama Australia dan Eropa, juga menderita korban tewas yang waktu
itu sedang liburan di Asia Tenggara. Swedia kehilangan 543 warganya dalam
bencana ini, sedangkan Jerman telah mengidentifikasi 539 korban dari negaranya.
Konteks sejarah[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Kerusakan perpustakaan akibat gempa bumi
Samudra Hindia 2004
Tsunami besar terakhir di Samudra Hindia terjadi
kira-kira tahun 1400 M.[73][74] Pada tahun 2008, tim ilmuwan di Phra Thong,
pulau penghalang di sepanjang pesisir barat Thailand, melaporkan adanya bukti
tiga tsunami besar dalam kurun 2.800 tahun sebelumnya. Tsunami terbesar terjadi
sekitar 700 tahun yang lalu. Tim kedua menemukan bukti serupa tentang
keberadaan tsunami di Aceh, provinsi di ujung utara Sumatera. terakhir.
Penanggalan karbon serpihan kulit pohon di tanah di bawah lapisan pasir kedua
membuktikan bahwa tsunami terkini sebelum tahun 2004 terjadi antara tahun 1300
dan 1450 M.[75]
Gempa bumi dan tsunami 2004 adalah bencana alam paling
mematikan di dunia sejak gempa bumi Tangshan 1976. Gempa ini merupakan yang
terkuat ketiga yang pernah tercatat sejak 1900. Gempa bumi paling mematikan
sepanjang sejarah terjadi pada tahun 1556 di Shaanxi, Cina, dan menewaskan 830.000
orang, namun jumlahnya dianggap tidak dapat diandalkan dikarenakan periode
waktunya.[76]
Tsunami 2004 adalah yang paling mematikan sepanjang
catatan sejarah. Sebelum 2004, tsunami di Samudra Hindia dan Pasifik yang
disebabkan oleh letusan Krakatau 1883 diperkirakan menewaskan antara 36.000
sampai 120.000 orang. Tahun 1782, sekira 40.000 orang tewas akibat terjangan
tsunami (atau siklon) di Laut Cina Selatan.[77] Tsunami paling mematikan
sebelum 2004 adalah gempa bumi dan tsunami Messina 1908 di Laut Mediterania,
Italia, yang menewaskan sekitar 123.000 orang.[78]
Campur tangan manusia[sunting | sunting sumber]
Sisa-sisa sebuah desa pesisir di Sumatera pada 2 Januari
2005. Foto ini diambil oleh awak helikopter militer Amerika Serikat dari USS
Abraham Lincoln yang sedang mengirim bantuan.
Warga Indonesia berkumpul di bawah helikopter yang sedang
mendarat untuk mendapatkan bantuan pangan dan persediaan.
Di rubrik opini The Wall Street Journal lima hari setelah
tsunami, seorang jurnalis bernama Andrew Brown berpendapat bahwa perusakan
terumbu karang oleh manusia sangat mungkin memainkan peran dalam memperparah
efek tsunami. Banyak negara di Asia, termasuk Indonesia, Sri Lanka, dan
Bangladesh, berusaha menghancurkan terumbu yang mengelilingi pantainya untuk membangun
tambak udang dan lahan ekonomi lainnya. Di Pulau Surin, Thailand, Browne
menyatakan penduduk di sana mungkin saja selamat karena tsunami menghantam
terumbu karang terlebih dahulu, namun kenyataannya penduduk pulau tersebut
tidak banyak, sehingga korban tewasnya sedikit. Berbagai terumbu karang di
seluruh Samudra Hindia dihancurkan menggunakan dinamit karena dianggap
mengganggu pelayaran kapal, bagian vital ekonomi Asia Selatan.[79] Browne juga
berpendapat bahwa pemusnahan kawasan mangrove di pantai bisa memperburuk dampak
tsunami di sejumlah tempat. Ia mengatakan bahwa pohon mangrove mampu mengurangi
kecepatan tsunami. Faktor lainnya adalah pengerukan bukit pasir pantai.[79]
Dampak
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bantuan
kemanusiaan untuk gempa bumi Samudra Hindia 2004
Bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar diperlukan karena
kerusakan infrastruktur, kelangkaan makanan dan air, dan kerusakan ekonomi
sangat luas. Wabah penyakit adalah masalah khusus dikarenakan kepadatan
penduduk yang tinggi dan iklim tropis di daerah bencana. Fokus utama badan
kemanusiaan dan pemerintah adalah menyediakan fasilitas sanitasi dan air bersih
untuk menghentikan penyebaran penyakit seperti kolera, dipteria, disenteri,
tipoid, dan hepatitis A dan B.
Muncul kekhawatiran besar bahwa jenazah korban dapat
meningkatkan penyebaran penyakit dan kelaparan. Setelah ditanggapi secara
cepat, dampaknya berhasil diminimalkan.[80]
Pada hari-hari pasca tsunami, upaya besar-besaran
dikerahkan untuk mengubur cepat-cepat jasad korban demi mencegah penyebaran
penyakit. Akan tetapi, risiko kesehatan masyarakat ini dianggap berlebihan,
sehingga banyak pihak mengira ini bukan cara terbaik untuk mengerahkan sumber
daya. World Food Programme mengirimkan bantuan pangan ke lebih dari 1,3 juta
orang yang terkena dampak tsunami.[81]
Informasi lebih lanjut: Risiko kesehatan dari jenazah
Negara-negara di seluruh dunia mengirimkan bantuan
senilai US$14 miliar ke daerah bencana.[82] Australia menjanjikan US$819,9 juta
(termasuk paket bantuan US$760,6 juta untuk Indonesia), Jerman memberikan
US$660 juta, Jepang US$500 juta, Kanada US$343 juta, Norwegia dan Belanda
masing-masing US$183 juta, Amerika Serikat awalnya menjanjikan US$35 juta
(kemudian dinaikkan menjadi US$350 juta), dan Bank Dunia memberikan US$250
juta. Italia juga menjanjikan US$95 juta, kemudian dinaikkan menjadi US$113
juta; $42 juta di antaranya disumbangkan oleh penduduk Italia menggunakan
sistem SMS[83] Menurut USAID, AS telah menjanjikan dana tambahan dalam jangka
panjang untuk membantu korban tsunami membangun kembali hidupnya. Pada tanggal
9 Februari 2005, Presiden Bush meminta Kongres meningkatkan komitmen A.S.
sampai US$950 juta. Laporan resmi memperkirakan rekonstruksi membutuhkan biaya
miliaran dolar. Bush juga meminta ayahnya, mantan Presiden George H. W. Bush,
dan mantan Presiden Bill Clinton untuk memimpin misi pengiriman bantuan pribadi
A.S. kepada korban tsunami.[84]
Pada pertengahan Maret, Asian Development Bank melaporkan
bahwa bantuan senilai lebih dari US$4 miliar yang dijanjikan sejumlah negara
terlambat datang. Sri Lanka mengaku tidak menerima bantuan pemerintah asing,
tetapi mendapat banyak bantuan dari individu asing.[85] Beberapa badan amal
menerima sumbangan masyarakat dalam jumlah besar. Misalnya, warga Britania Raya
secara kasar menyumbangkan £330.000.000 sterling (hampir US$600.000.000).
Jumlah ini melebihi sumbangan pemerintah dan diperkirakan bernilai £5,50
(US$10) per warga negara Britania Raya.
Pada Agustus 2006, 15 pekerja bantuan lokal yang sedang
melakukan rekonstruksi pasca-tsunami ditemukan tewas di timur laut Sri Lanka
setelah pertempuran hebat. Banyak laporan dan rumor menduga bahwa pekerja
bantuan lokal tersebut dibunuh.
Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Tingkat kerusakan ekonomi akibat tsunami tergantung dari
skala yang digunakan. Walaupun ekonomi lokal rusak parah, pengaruhnya secara
keseluruhan terhadap ekonomi nasional kecil sekali. Dua sektor pekerjaan yang
terdampak oleh tsunami adalah perikanan dan pariwisata.[86] Pengaruhnya
terhadap komunitas perikanan pesisir dan orang-orang yang menetap di sana,
salah satu yang termiskin di kawasan itu, mengalami kerugian besar dari segi
pendapatan dan perlengkapan nelayan.[87] Di Sri Lanka, perikanan nelayan yang
lazim menggunakan keranjang ikan, perangkap ikan, dan tombak adalah sumber ikan
terpenting bagi pasar-pasar lokal. Perikanan industri merupakan aktivitas
ekonomi besar yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi 250.000 orang. Dalam
beberapa tahun terakhir, infustri perikanan muncul sebagai sektor ekspor
dinamis dan menjadi sumber devisa asing. Perkiraan awal menunjukkan bahwa 66%
armada nelayan dan infrastruktur industri di kawasan pesisir hancur karena
terjangan tsunami, sehingga memberi dampak ekonomi yang parah baik di tingkat
lokal maupun nasional.[88]
Walaupun tsunami menghancurkan kapal-kapal yang penting
bagi industri perikanan Sri Lanka, tsunami juga menciptakan permintaan perahu
katamaran plastik kaca serat (fiberglass) di Tamil Nadu. Karena tsunami
menghancurkan lebih dari 51.000 kapal, industri katamaran pun melesat.
Sayangnya, permintaan besar membuat kualitasnya menurun. Sejumlah material
penting ditiadakan untuk memangkas harga bagi para korban tsunami.[89]
Sejumlah ekonom yakin bahwa pengaruh bencana terhadap
ekonomi nasional tidak besar, karena industri pariwisata dan perikanan hanya
mencakup sekian persen dari PDB. Ekonom lain memperingatkan bahwa kerusakan
infrastruktur menjadi faktor yang bisa memperparah kerugian. Di beberapa
wilayah, suplai air minum dan lahan pertanian terkontaminasi oleh air laut
selama bertahun-tahun.[90] Meski hanya kawasan pantai yang terkena dampak langsung
tsunami, dampak tidak langsungnya menyebar ke daerah pedalaman. Karena media
meliput habis-habisan bencana ini, banyak turis yang membatalkan liburan dan
perjalanannya ke wilayah pedalaman sekalipun tujuan wisatanya tidak tersentuh
bencana. Efek rembetan ini sangat terasa di provinsi-provinsi pedalaman
Thailand, seperti Krabi, yang berfungsi sebagai titik berangkat menuju
destinasi wisata lainnya di Thailand.[91]
Baik gempa maupun tsunami ikut memengaruhi jalur
pelayaran di Selat Malaka, selat yang memisahkan Malaysia dan pulau Sumatera,
dengan mengubah kedalaman dasar laut dan menggeser pelampung navigasi dan
bangkai kapal tua. Di satu tempat, kedalaman air yang sebelumnya 4.000 kaki
mendangkal menjadi 100 kaki, sehingga pelayaran mustahil dan berbahaya
dilakukan. Masalah ini juga menyulitkan pengiriman bantuan. Para pejabat
berharap aktivitas bajak laut di kawasan itu menurun setelah tsunami.[92]
Negara-negara di kawasan bencana meminta wisatawan untuk
datang kembali, karena sebagian besar infrastruktur wisata tidak rusak. Meski
begitu, wisatawan belum mau kembali karena trauma. Bahkan resor-resor pantai di
Thailand yang tidak terkena tsunami mengalami banyak pembatalan pesanan.[93]
Lingkungan
Genangan tsunami, Khao Lak, sebelah utara Phuket,
Thailand, ASTER Images dan SRTM Elevation Model.
Selain korban manusia, gempa bumi Samudra Hindia juga
memberi dampak lingkungan yang memengaruhi daerah bencana sampai beberapa tahun
selanjutnya. Kabarnya kerusakan ekosistem yang parah terjadi pada mangrove,
terumbu karang, hutan, rawa pantai, tumbuhan, bukit pasir, dan formasi batu,
keragaman hayati hewan dan tumbuhan, dan air tanah. Penyebaran limbah padat dan
cair dan kimia industri, polusi air, dan hancurnya instalasi pengumpul dan
pengolahan limbah juga mengancam lingkungan. Pengurangan dampak lingkungan
tersebut membutuhkan waktu yang lama dan sumber daya dalam jumlah besar.[94]
Menurut sejumlah ahli, dampak utamanya diakibatkan oleh
kontaminasi persediaan air tawar dan tanah oleh air asing dan endapan lapisan
garam di atas tanah subur. Di Maladewa dilaporkan bahwa 16 hingga 17 atol
terumbu karang yang diterjang gelombang laut kehilangan air bersih sama sekali
dan tidak dapat dihuni selama beberapa dasawarsa. Banyak sumur masyarakat yang
terisi air laut, pasir, dan tanah. Akuifer terkontaminasi karena batuan yang
berpori-pori. Tanah yang terlapisi garam menjadi steril, sehingga sulit dan
butuh biaya untuk memanfaatkannya menjadi lahan pertanian. Penggaraman ini juga
mengakibatkan kematian tumbuhan dan mikroorganisme penting di tanah. Ribuan
tanaman padi, perkebunan mangga, dan perkebunan pisang di Sri Lanka hampir
lenyap dan baru bisa dipulihkan bertahun-tahun kemudian. Di pantai timur Sri
Lanka, tsunami masuk ke sumur-sumur yang menjadi sumber air minum warga desa.
International Water Management Institute di Colombo memonitor efek air asin dan
melihat bahwa kualitas air di sumur-sumur tersebut kembali ke masa pra-tsunami
satu setengah tahun pasca peristiwa.[95] IWMI mengembangkan protokol
pembersihan sumur yang terkontaminasi air asin. Protookol ini disarankan secara
resmi oleh World Health Organization sebagai bagian dari rangkaian Panduan
Daruratnya.[96]
United Nations Environment Programme (UNEP) bekerja sama
dengan pemerintah daerah untuk menentukan keparahan pengaruh lingkungan dan
cara menyelesaikannya.[97] UNEP memutuskan memanfaatkan dana darurat sebesar
US$1.000.000 dan mendirikan satuan tugas yang bertugas menanggapi permintaan
bantuan teknis dari negara korban tsunami.[98] Menanggapi permintaan pemerintah
Maladewa, pemerintah Australia mengirimkan beberapa ahli ekologi untuk membantu
memulihkan lingkungan laut dan terumbu karang, bagian penting dari pariwisata
Maladewa. Banyak ahli ekologi yang ditarik dari posnya di Karang Penghalang
Besar di perairan timur laut Australia.
Lainnya
Monumen tsunami, Aceh Thanks the World
Banyak profesional kesehatan dan pekerja sosial yang
melaporkan meluasnya trauma psikologis akibat tsunami. Kepercayaan tradisional
di sejumlah wilayah bencana mewajibkan seorang kerabat keluarga mengubur
jenazah kerabatnya dan kadang sampai tidak ada jenazah lagi yang tersisa. Kaum
wanita di Aceh membutuhkan pendekatan khusus dari badan bantuan asing dan
mereka memiliki keinginan yang beragam.
Daerah yang paling parah dampaknya, Aceh, dihuni
masyarakat Islam konservatif dan tidak punya industri pariwisata atau pengaruh
Barat dalam beberapa tahun terakhir karena konflik bersenjata antara militer
Indonesia dan separatis Aceh. Sejumlah orang percaya bahwa tsunami ini adalah
hukuman Tuhan karena umat islam malas beribadah dan/atau menjalani gaya hidup
yang materialistik, sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa Allah murka karena
Muslim membunuh sesama Muslim dalam konflik ini.[99] Ulama Arab Saudi, Muhammad
Al-Munajjid, menyebutnya sebagai hukuman Tuhan terhadap wisatawan non-Muslim
"yang berpesta pora di pantai dan pub sambil minum anggur" selama
libur Natal.[100]
Kerusakan yang meluas akibat tsunami membuat kelompok
pemberontak Gerakan Aceh Merdeka menyatakan gencatan senjata pada 28 Desember
2004, diikuti oleh pemerintah Indonesia. Kedua belah pihak melanjutkan
pembicaraan damai yang sudah lama buntu dan berujung pada perjanjian damai yang
ditandatangani tanggal 15 Agustus 2005. Perjanjian ini secara eksplisit
menyebut tsunami sebagai penyebabnya.[101]
Dalam pemungutan suara yang dilakukan di 27 negara oleh GlobeScan
untuk BBC World Service, 15 persen responden memilih tsunami sebagai peristiwa
terpenting tahun ini. Perang Irak menjadi peristiwa terpenting nomor satu.[102]
Liputan media internasional yang ekstensif untuk bencana tsunami serta peran
media massa dan wartawan dalam upaya rekonstruksi menjadi bahan diskusi
redaktur media cetak dan elektronik di wilayah bencana melalui konferensi video
khusus yang dirintis Asia Pacific Journalism Centre.[103]
Tsunami 2004 membuat rakyat dan pemerintah India berada
dalam keadaan sangat siaga. Tanggal 30 Desember 2004, empat hari setelah
tsunami, Terra Research dari Portland, Oregon, memberitahu pemerintah India
bahwa sensornya menunjukkan ada kemungkinan pergerakan tektonik berkekuatan 7,9
sampai 8,1 dalam kurun 12 jam selanjutnya antara Sumatera dan Selandia
Baru.[104] Menanggapi peringatan ini, Menteri Dalam Negeri India mengumumkan
bahwa gelombang mematikan baru akan terjadi di sekitar pesisir selatan India
dan Kepulauan Andaman dan Nicobar walaupun tidak ada tanda-tanda guncangan di
kawasan tersebut.[104] Pengumuman ini menciptakan kepanikan di kawasan Samudra
Hindia dan menyebabkan ribuan orang mengungsi dari rumahnya sekaligus kemacetan
jalanan.[105]
Pengumuman tersebut rupanya peringatan keliru dan Menteri Dalam
Negeri langsung mencabut pengumumannya.[105] Setelah diselidiki lebih lanjut,
pemerintah India mengetahui bahwa perusahaan konsultan Terra Research
dioperasian dari rumah seseorang yang mengklaim peramal gempa yang tidak punya
nomor telepon dan memiliki situs web tempat ia menjual alat sistem
deteksinya.[106] Tiga hari setelah pengumuman tersebut, Presiden Kongres
Nasional India Sonia Gandhi memanggil Menteri Sains dan Teknologi Kapil Sibal
untuk memberitahu bahwa peringatan masyarakat Sibal tanggal 30 Desember adalah
omong kosong (hogwash).[107]
Dampak lain tsunami ini adalah airnya menyapu lapisan
pasir yang menutupi sisa-sisa kota hilang Mahabalipuram yang berusia 1.200
tahun di pantai selatan India. Situs ini berisi banyak struktur penting
seperti singa granit di dekat kuil Mahabalipuram yang dibangun pada abad ke-7
dan relik gajah. Situs tersebut adalah bagian dari sesuatu yang diyakini
arkeolog sebagai kota pelabuhan kuno yang tenggelam ke laut ratusan tahun yang
lalu.[108][109]
Tsunami ini memiliki pengaruh kemanusiaan dan politik
yang besar di Swedia, negara yang paling parah dampaknya di luar Asia. 543
turis Swedia, kebanyakan sedang liburan di Thailand, menjadi korban bencana.
Karena sampai tsunami 2004 belum ada peristiwa yang menewaskan lebih banyak
orang Swedia sejak Pertempuran Poltava tahun 1709, kabinet Göran Persson
dikritik habis-habisan karena tidak cepat tanggap.
Apung 1, kapal berbobot 2.600 ton, dihanyutkan sejauh 2–3
km ke daratan oleh tsunami ini dan saat ini menjadi tempat wisata populer di
Banda Aceh.
No comments:
Post a Comment