Perjalanan yang belum selesesai (161)
(Bagian ke seratus enam puluh satu , Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 12 Desember 2014, 22.01 WIB)
Pertama kali saya mengenal orang yang menderita gagal
ginjal dan harus melakukan cuci darah (hemodialisis) adalah Bapak Soebandi,
rekan ayah saya.
Bapak Soebandi terkena gagal ginjal tahun 1980;an akibat
penyakit darah tinggi. Bapak Soebandi yang seorang pengusaha bbm yang tinggal
di sekitar Manggarai, Jakarta Selatan ini ketika membayar sendiri proses cuci
darah, karena ketika itu belum ada asuransi BPJS.
Kedua adalah Kolonel Angkatan Udara Bapak Handjojo
Nitimihardjo, bos saya sebagai Ketua Umum Lembaga Kantor Berita Antara.
Handjojo Nitimihardjo terkena gagal ginjal akibat Darah Tinggi.
Kini, saya sendirilah yang juga terkena gagal ginjal
akibat komplikasi diabetes, dan harus cuci darah di rumah sakit esnawan
antariksa dua kali seminggu.
MENGAPA JUMLAH PENDERITA GAGAL GINJAL DI INDONESIA TERUS
MENINGKAT ?
Penanganan pasien dengan penyakit ginjal atau gagal
ginjal kronik memang tidak dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, kalau pun
masih bisa berfungsi, maka ginjal terlebih dahulu harus ditingkatkan fungsinya
melalui pola hidup sehat atau obat-obatan dari dokter. Namun tentu akan lain
cerita kalau ginjal memang sudah benar-benar tidak befungsi… maka apa yang
harus di tempuh
Mengapa jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia terus
meningkat ?
Jumlah penderita penyakit gagal ginjal di Indonesia dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tentu fakta ini tidak terlalu
mengejutkan mengingat begitu tingginya angka pertumbuhan masyarakat di
indonesia serta tingginya peningkatan populasi pasien diabetes dan hipertensi
sebagai penyumbang terbanyak pasien gagal ginjal di Indonesia.
Berikut adalah 3 tindakan medis umum dalam menangani
penyakit gagal ginjal :
1. Hemodialisis (cuci darah/HD), adalah proses
pembersihan darah dengan menggunakan mesin. Idealnya pengobatan ini dilakukan
dua kali dalam seminggu. Selain tindakannya harus dilakukan di rumah sakit,
biaya yang dikeluarkan juga tidaklah sedikit. Tindakan cuci darah ini membuat
pasien menjadi tergantung kepada mesin dan tentu ini membutuhkan biaya yang
tidak sedikit.
2. Peritoneal dialisis, adalah metode pembuangan racun
menggunakan cairan khusus yang dimasukkan kedalam perut. Proses ini bisa
dilakukan sendiri di rumah, namun harus dilakukan selama berjam-jam. Mekanisme
nya yaitu cairan di dalam perut harus didiamkan untuk menyerap racun. Biasanya
proses ini dilakukan 4 kali dalam sehari.
3. Transplantasi ginjal (cangkok ginjal), adalah terapi penggantian
ginjal yang melibatkan pencangkokan ginjal dari orang hidup atau mati kepada
orang yang membutuhkan. Transplantasi ginjal menjadi terapi pilihan untuk
sebagian besar pasien dengan gagal ginjal dan penyakit ginjal stadium akhir.
Berdasarkan data yang dirilis PT. Askes pada tahun 2010
jumlah pasien gagal ginjal ialah 17.507 orang. Kemudian meningkat lagi sekitar
lima ribu lebih pada tahun 2011 dengan jumlah pasti sebesar 23.261
pasien," katanya dalam acara yang bertema Pelayanan Kesehatan yang Efektif
dan Efisien pada Kasus Gagal Ginjal di Hotel Manhattan lantai 5, Kuningan-
Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan
2007, angka prevalensi gagal ginjal diperkirakan 400 orang per 1 juta penduduk.
Dari data tersebut juga bisa diprediksi sebanyak 25.000 pasien baru gagal
ginjal setiap tahunnya.
Bagi para pembaca yang masih memerlukan informasi lebih
lanjut tentang penyakit gagal ginjal atau ingin berkonsultasi terkait penyakit
lainnya silakan datang ke Rumah Sakit Komplementer “Canon Medicinae Indonesia”
di Jalan Tubagus Ismail VII No.21 Dago Kota Bandung Provinsi Jawa Barat –
INDONESIA Phone: +62 - (022) 253-1000 / Fax. (022) 251-6663 / Mobile: +62 –
0812.2023.2009 (Ginjal) / +62 – 0878.9537.5000 (Diabetes Mellitus) / +62 –
0856.9518.6000 (Kanker) / +62 - 0822.1848.2898 (Jantung) PIN Blackberry:
7E8C39F5 (UMUM), 7EBA27CF (KANKER), 7E7C3491 (GINJAL) (Rumah Sakit Komplementer
Canon Medicinae Indonesia hanya ada di Kota Bandung – Provinsi Jawa Barat –
INDONESIA).
Team Farmasi RS Komplementer “Canon Medicinae Indonesia”
– Kota Bandung – Jawa Barat INDONESIA.
8 Langkah Cegah Penyakit Ginjal Kronik Kamis, 06 Februari
2014
gagal ginjal
Ilustrasi Foto: NET
Indonesia, yang berpenduduk sekitar 250 juta orang,
memiliki angka prevalensi gagal ginjal sekitar400/ juta penduduk, dan angka
insiden sekitar 100/ juta penduduk.
“Ini berarti,terdapat sekitar 100 ribu pasien gagal
ginjal dan 25 ribu pasien baru gagalginjal setiap tahun yang memerlukan terapi
pengganti,” kata Guru Besar DepartemenIlmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM,Prof. Dr.
dr. Endang Susalit, SpPD-KGH .
Pasien gagal ginjal di Indonesia sebagian besar mendapat
terapi pengganti hemodialisis,sebagian dialisis peritoneal, dan hanya sebagian
kecil yang mendapat transplantasiginjal. Saat ini masih banyak jumlah pasien
gagal ginjal yang belum tersentuh dan mendapat terapi pengganti atau tidak
terdiagnosis sebagai pasien gagalginjal.
Transplantasiginjal sendiri telah menjadi terapi
pengganti utama pada pasien gagal ginjalhampir di seluruh dunia. Manfaat dan
keunggulan transplantasi ginjal sudahterbukti lebih baik dibandingkan dengan
dialisis dalam segi prosedur,ketergantungan pada fasilitas medik dan
peningkatan kuantitas dan perbaikankualitas hidup.
“Transplantasiginjal merupakan cara penanganan gagal
ginjal yang paling ideal karena dapatmengatasi seluruh jenis penurunan fungsi
ginjal, sementara dialisis hanyamengatasi sebagian jenis penurunan fungsi
ginjal,” lanjut Endang saat menjadipembicara pada acara “RSCM Sukses Lakukan100
transplantasi ginjal dengan teknik laparoskopi dalam 2 tahun ,” Rabu(5/2) lalu
di Jakarta.
Ketua PerhimpunanNefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr.
Dharmeizar,Sp.PD-KGH menekankan, hal penting yang dilakukan saat ini adalah
melakukanberbagai upaya untuk mencegah terjadinya Penyakit Ginjal Kronik (PGK),
yaitudengan mengidentifikasi faktor risiko, yaitu ada tidaknya hipertensi,
diabetes,obesitas serta faktor genetik.
Selain itu, lanjutDharmeizar, masyarakat dapat melakukan
8 langkah, yakni menjaga kesehatan danrutin berolahraga, menjaga tekanan darah
dalam batas normal, mengonsumsimakanan sehat dan menjaga berat badan, minum
banyak air putih, tidak merokok,tidak mengkonsumsi obat sembarangan serta
segera memeriksa fungsi ginjal apabilamemiliki satu atau lebih faktor risiko.
Data RiskesdasKemenkes 2007 menyebutkan, faktor risiko
PGK adalah penderita hipertensisebanyak 31,7% dari jumlah penduduk Indonesia
usia dewasa. Dan saat ini, usiapenderita hipertensi semakin muda, tercatat
terdapat penderita hipertensiberusia 18 tahun. Selain hipertensi, Diabetes
Melitus (DM), penyakit infeksisaluran kemih berulang, batu ginjal dan saluran
kemih serta radang penyakitginjal dan penyakit lupus dapat menyebabkan PGK.
Namun demikian,apabila PGK sudah terjadi, harus dilakukan
manajemen yang baik, yaitu dengancara mengatasi atau mencegah progresi PGK agar
tahapan penyakit ini tidakmeningkat, tidak sampai pada tahap 5 (penyakit ginjal
terminal) sehingga harusdilakukan hemodialisa (cuci darah), peritoneal
dialiasis dan transplantasiginjal. Masyarakat, khususnya yang memiliki faktor
risiko seperti hipertensidan DM, sebaiknya segera berobat dan mengontrol serta
memonitor penyakitnyasecara teratur sehingga bisa mencegah terjadinya
komplikasi PGK.
No comments:
Post a Comment