Seorang pekerja PT Pertamina di sumur minyak di Pulau Bunyu, Kalimantan Timur. |
Indonesia Akan Tingkatkan Cadangan Minyak dan Kilang
Rencana ini akan memungkinkan kontrak-kontrak jangka
panjang yang stabil dengan produsen-produsen asing dan mengurangi peluang
korupsi di Petral.
Pemerintah merencanakan ekspansi besar penyimpanan minyak
dan akan membangun lebih banyak kilang sebagai bagian dari reformasi energi
menyeluruh yang juga akan membantu memberantas korupsi di Pertamina.
Presiden Joko "Jokowi" Widodo meluncurkan
perombakan sektor minyak dan gas Jumat lalu dengan memecat seluruh dewan
direksi Pertamina dan menjanjikan audit komprehensif dari anak perusahaan
perdagangannya, Petral.
Saat dituntaskan, rencana untuk meningkatkan penyimpanan
dan kapasitas kilang akan memungkinkan Indonesia untuk bergeser dari membeli
bensin dan solar di pasar spot yang tidak stabil menjadi kontrak-kontrak jangka
panjang yang stabil dengan produsen-produsen asing. Hal itu juga akan
mengurangi peluang korupsi di Petral.
"Dengan penyimpanan terbatas, yang bisa dilakukan
adalah membeli di pasar komoditas dan menjadi tergantung pada pasar," ujar
Ari Soemarno, penasihat presiden dan mantan kepala Pertamina, pada kantor
berita Reuters.
Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Sudirman Said
mengatakan pada wartawan minggu lalu: "Setiap transaksi yang tersembunyi
jelas memiliki potensi (untuk korupsi). Kesepakatan-kesepakatan langsung
mengurangi potensi itu...dan mengurangi peran makelar."
Pemerintah berencana menambah minimal 9,4 juta barrel
untuk kapasitas penyimpanan bahan bakar baru pada 2019, atau naik sekitar 40
persen, dengan biaya US$2,44 miliar, menurut para pejabat Pertamina.
Indonesia, yang diperkirakan akan menjadi importir bensin
terbesar di dunia pada 2018, ingin meningkatkan cadangan bahan operasional
menjadi cukup untuk 30 hari, naik dari 18-23 hari.
Pada jangka panjang, Pertamina ingin meningkatkan
kapasitas enam kilangnya menjadi 1,5 juta barrel per hari dari 1 juta barrel
per hari saat ini. Perusahaan tersebut juga mempertimbangkan investasi untuk
kilang-kilang baru, meski belum membangun lagi sejak 1994.
Menghapus Perantara
Petugas di pom bensin Pertamina di Jakarta menghitung
uang pembelian bensin.
Petugas di pom bensin Pertamina di Jakarta menghitung
uang pembelian bensin.
Rencana presiden juga sepertinya akan mengesampingkan
Pertamina Energy Trading Limited (Petral) yang berbasis di Hong Kong.
Perusahaan tersebut, yang melakukan bisnis perdagangannya
dari Singapura, memegang hampir monopoli perdagangan miliaran dolar minyak
mentah dan produk-produk minyak dari dalam dan keluar Indonesia.
Petral melaporkan pendapatan US$31,5 miliar dan laba
bersih $47 juta pada 2011, data terakhir yang diberikan laman perusahaan
tersebut.
Petral secara rutin membeli bensin, solar dan bahan bakar
jet dari Petronas Malaysia, Unipec di China, Royal Dutch Shell dan lainnya.
Namun kurangnya transparansi dari perdagangan minyaknya
telah memicu kekhawatiran bahwa transaksi-transaksi dapat secara mudah
dimanipulasi oleh apa yang disebut presiden mafia minyak, yang diyakini mencuri
sampai $400 juta per tahun, menurut Ari Soemarno.
Para pejabat Petral tidak dapat dimintai keterangan. Para
pedagang minyak di Singapura mengatakan mereka belum melihat
perubahan-perubahan besar dalam operasi-operasi Petral.
Minggu lalu, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini
Soemarno, yang juga adik Ari, mengatakan ia akan mempertimbangkan relokasi
Petral ke Indonesia dari kantor-kantornya di Hong Kong dan Singapura, langkah
yang dapat memungkinkan pengawasan yang lebih baik dari pemerintah.
Kementerian ESDM dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
berencana melakukan audit-audit terpisah atas Petral untuk menjamin tidak ada
penyalahgunaan.
"Sejauh ini kami belum punya kesimpulan mengenai
Petral. Kami masih menunggu rekomendasi," ujar Menteri ESDM Sudirman Said
pada Reuters, Senin (1/12).
Kementerian ESDM telah meminta tim ahli independen untuk
merekomendasikan kebijakan-kebijakan pemerintah spesifik untuk membersihkan
Petral, Pertamina dan seluruh industri energi. Laporannya akan keluar dalam
enam bulan.
"Kita ingin membangun lembaga yang memungkinkan
segalanya terlihat. Apa pun yang dilakukan Petral...semuanya akan tahu,"
ujar Faisal Basri, kepala tim reformasi tata kelola minyak dan gas di
Kementerian ESDM. (Reuters)/VOA
No comments:
Post a Comment