Perjalanan yang belum selesai (153)
Depok, Jawa Barat, Indonesia, 27 Nonember 2014, 02.19
(WIB)
Rumah Sakit Esnawan Antariksa |
Cuci Darah (hemo dialysis): berarti vonis mati ?
Sudah hampir 18 kali, lebih dari dua bulan saya melakukan
proses cuci darah (hemo dialysis), Alhamdulillah (segala puji bagi Allah ) saya
kini semakin sehat (fit), tidak lagi seperti orang mau mati (pingsan) sebelum
saya mengikuti cuci darah di Rumah Sakit Milik Angkatan Udara Rumah Sakit dr
Esnawan Antariksa.
Saya dan istri saya semula menolak rekomendasi dokter
penyakit dalam di Rumah Sakit Tugu Ibu, Depok, dr Salman agar saya harus segera
cuci darah.
Setelah diancam dr Salman : ‘’Kalau suamu ibu tidak cuci
darah, saya bukan mau mendahului Tuhan, tetapi secara teori ilmiah kedokteran
kalau suami ibu tidak dicuci darah, maka umur suami Ibu hanya tinggal
menghitung bulan, kalau dicuci darah bisa tahunan,’’ ancam dokter Salman.
Saya, Istri dan anak saya tersentak mendengar ancaman
dokter Salman itu, karena di Rumah Sakit Tugu Ibu walaupun sudah tersedia
peralatan mesin cuci darah, namun belum tersedia dokter bedah yang bisa
memasang doublelement dan semino maka saya di rekomendasikan memasang
doublement di rumah sakit esnawan antariksa.
Di rumah sakit esnawan antariksa saya menemui dokter
penyakit dalam dr widodo yang akan memasangkan doublelement, semacam alat di
leher untuk memudahkan proses cuci darah.
Di bantu dua suster senior suster Eta dan suster dina,
pada hari pertama dr widodo menunda proses pemasangan doublelement karena darah
tinggi saya tiba-tiba melonjak jadi 210/90. Saya kembali dua hari berikutnya,
walaupun kembali ditunda dua jam karena darah tinggi saya masih 280/80. Setelah
diberi obat penurun darah tinggi saya disuruh tidur sebentar di ruang operasi,
darah tinggi saya turun jadi 260/80, baru dr Widodo berani memasang
doublelement.
Sebagai peserta Jaminan Sosial Kesehatan Pemerintah
(JPPS) saya beberapi hari sebelumnya meminta rekomendasi dari seorang dokter
muda perempuan di Poliklimik, Villa Pertiwi , Depok. Saya mengutarakan ingin
minta surat rekomendasi akan cuci darah di rumah sakit Esnawan Antariksa.
‘’Apa cuci darah bisa sembuh ibu dokter,’’ Tanya saya.,
Jawa Ibu dokter ini: ‘’ Yah mudah-mudahan Allah masih memberi rezeki pada Bapak’’,
Itu artinya selama kita masih diberi nafas itu artinya Allah masih member rezeki
pada kita. Allamdulilah.
Saya memilih rumah sakit esnawan antariksa berkat
rekomendasi tetangga saya yang tinggal satu blok dengan saya di Villa
Pertiwi,Depok, bapak Yusuf Effendi yang sudah setahun ini melakukan cuci darah
mulai dari rumah sakit cikini, rumah sakit Islam Sukapura, Jakarta Utara dan
terakhir di rumah sakit esnawan antariksa.
Saya memilih menyesuaikan diri dua hari seminggu sama
dengan Bapak Yusuf Effendi, karena saya bisa ‘’Numpang’’ kendaraannya sama-sama
ke rumah sakit. Bapak yusuf , 71 tahun, mantan pensiunan guru Sekolah Teknik
Menengah (STM) negeri ini selalu dengan setia ditemani isterinya, 61 tahun,
yang selalu mengurutinya (message) selama 4 jam cuci darah.
Dari rumah berangkat jam 10.00 pagi, sampai dirumah sakit
sekitar pukul 11.00. Wib pagi, biasanya kita menunggu sekitar satu jam di ruang
tunggu yng kini nyaman ber-AC, sambil ngobrol (berbincang) dengan sesama pasien
lainnya.
Obrolan biasanya didominasi Bapak Cecep, pensiunan kolonel
angkatan Udara, yang sudah enam tahun cuci darah. Bapak Cecep ini kerap membawa
mobil sendiri dari rumahnya di jalan Kali Malang menuju rumah sakit. ‘’Tapi ,
tiga tahun pertama saya menderita, saya ke rumah sakit digotong pakai tandu,’’cerita
Bapak Cecep. ‘’Saya ke rumah sakit sendiri , agar isteri saya bisa jaga cucu di
rumah kata Bapak Cecep, yang sekali-kali juga ditemani isterinya di ke rumah
sakit.
Bapak Cecep ini mengaku gagal ginjal karena komplikasi
darah tinggi.
Berbagai ragam penyebab pasien gagal ginjal harus melalui
cuci darah, ada yang masih berdinas polisi aktif, mahasiswa, buruh dan
kebanyakan pensiunan.
Sebagian besar gagal ginjal adalah komplikasi darah
tinggi, diabetes, ada yang keracunan obat, minum obat sembarangan tanpa resep
dokter, minim tonikum obat kuat dan soda-soda dan makanan dan minuman
menggunakan bahan pengawet, atau gemar miniman keras.
Kini anak saya yang bekerja jadi konsultan Risk Manajemen
(resiko manajemen) kliennya antara lain di PT Batu Bara Bukit Asam dan PT Pelindo
(Pelabuhan) pernah ‘’memperingati’’ bos nya yang gemar makan dan minum di
restayrant cepat saji. ‘’Bos jangan sering minum minuman pengawet seperti itu,
nanti cuci darah seperti ayah saya,’’ teriak anak saya, pada bos,’’ yang suka
beli minuman pengawet berdos-dos.
Setiap saya mengawali cuci darah saya selalu berbincang
dengan parawat yang akan memasang selang mesin cuci darah di doublelement. ‘’Mas,
suster, ada tidak pasien cuci darah yang berhasil sembuh keluar dari rumah
sakit ini ,’’ Tanya saya. Hampi semua perawat tidak ada yang berani jawab “Iya
ada. Tapi ada seorang nenek, yang tadinya cuci darah tiga kali seminggu,
kemudian berhasil cuci darah hanya sekali seminggu.’’ Itu pun nenek ini bandel,
setelah cuci darah hanya sekali seminggu, tapi karena bandel, makann
sembarangan maka nenek ini kembali cuci darah dua kali seminggu,’’ cerita
seorang perawat.
Ada juga pasien yang sudah cuci darah selama 14 tahun di
rumah sakit Esnawan, tahun ke enam dia sudah tidak lagi keluar air seni
(kencing/urines).
Ada seorang pekerja sudah tiga tahun cuci darah, dia
memilih cuci darah shift malam, agar paginya bisa aktif bekerja di sebuah
supermakrket.
Memang bosan juga kalau kita selama empat jam telentang
tidur melakukan cuci darah. Sekali-kali saya memejamkan mata berzikir dan
beristighfar (meminta ampun pada Allah dan berdoa), sekali-kali melek sekadar
nonton TV yang ada di depan tempat tidur, atau Ngobrol sama isteri atau tetangga
sesama pasien.
Betul kata artis senior Ria Irawan, yang seperti
pengakuannya di televisi, Ria Irawan yang terkena kanker services menuturkan’’kita
terkena musibah berupa penyakit ini agar kita bisa instrospeksi diri dan bertaubat
Pada Allah maha pencipta’’.
No comments:
Post a Comment