Energi tenaga angin |
Sumber daya energy terbarukan bisa antar Indonesia menjadi kekuatan ekonomi
dunia.
Oleh : Muhammad Jusuf*
Bangsa Indonesia harus bersyukur pada Allah Yang maha
pencipta Alam semesta, karena Indonesia memiliki potensi dan sumber daya alam
dan bumi yang subur.
Lihat saja tidak semua Negara bisa tumbuh bila ditanami
pohon kelapa sawit, di Amerika Serikat, Cina, India dan juga di Rusia kecuali
di Indonesia dan beberapa Negara lainnya seperti Malaysia. Padahal minyak
kelapa sawit selain menjadi andalan ekspor dalam bentuk minyak goreng, tetapi
juga bisa menjadi energy biodiesel , untuk bahan bakar kendaraan dan keperluan energy
lainnya.
Indonesia juga merupakan negeri gunung api yang memiliki
potensi energy panas bumi terbesar di dunia, namun kini kalah dibandingkan
Filipina dan Amerika Serikat yang sudah mengandalkan energy panas bumi untuk
pembangkit listrik.
Belum lagi potensi energy surya, energy angin dan energy ombak
serta energy air, sehingga bila energy terbarukan ini dimaksimalkan penggunaannya,
maka energy yang dimiliki Indonesia seperti batu bara dan minyak bumi bisa
dimaksimalkan nilai ekspornya, sehinnga devisa yang masuk semakin meningkat.
Energi terbarukan yang ada bisa memberikan insentif bagi industry
dalam negeri, sehingga produk-produk dari teknologi canggih sampai sederhana
akan memiliki biaya produksi rendah (murah) sehingga berdaya saing tinggi di
pasaran dunia. Bila ini terjadi bukan tidak mungkin dalam 20 tahun ke depan
Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dunia menyaingi kekuatan ekonomi
Amerika Serikat, Cina, Jepang dan India, termasuk Rusia.
Memang kini Indonesia sudah mengisaratkan akan meningkatkan
Produksi Listrik dari Panas Bumi 3 Kali Lipat
Jika itu terjadi , Indonesia akan mengikuti jejak Filipina,
tempat bahan bakar panas bumi memenuhi seperempat dari kebutuhan listrik,
sehingga mengurangi polusi dan impor bahan bakar.
Pemerintah telah mengungkapkan target-target ambisius
untuk meningkatkan produksi listrik dari panas bumi sampai tiga kali lipat pada
dekade ini, dan mengumumkan serangkaian reformasi lahan dan aturan untuk
menjadi produsen terbesar di dunia untuk bahan bakar alternatif tersebut.
"Karena semakin banyak mengimpor minyak, ditambah
dengan meningkatnya permintaan akan listrik, penting bagi Indonesia untuk
melakukan diversifikasi basis pembangkitan listrik," ujar Chris de Lavigne
dari lembaga konsultansi Frost & Sullivan, seperti lapor VOA.
"Indonesia memiliki potensi untuk menjadi produsen
panas bumi terbesar di dunia."
Sebagai produsen panas bumi terbesar ketiga di dunia
dengan kapasitas 1.4 gigawatt (GW), Indonesia tertinggal dari Filipina dan
Amerika Serikat yang berkapasitas masing-masing 1,9 GW dan 3,4 GW. Pemerintah
berencana meningkatkan kapasitasnya menjadi 4,9 GW pada 2019.
Namun kemajuannya lambat akibat birokrasi, tarif listrik
yang tidak kompetitif dan ketidakpastian mengenai kepemilikan aset. Waktu 25
tahun yang diperlukan dari tahap perencanaan sampai pembuatan fondasi untuk
proyek terbaru menunjukkan kendala-kendala besar yang dihadapi sektor ini.
Pemerintah mengatakan reformasi-reformasi untuk
menghalangi kekuasaan pemerintah daerah untuk mengganggu proyek-proyek ini, dan
untuk mempermudah pembangunan di wilayah-wilayah hutan, seharusnya dapat
mempercepat pembangunan 25 proyek yang akan ditenderkan awal 2015.
"Tidak ada kendala lagi di sektor ini. Ini saatnya
kita bekerja. Ini peluang bisnis," ujar Tisnaldi, direktur panas bumi di
Direktorat Energi Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral.
Para investor panas bumi berharap pemerintah Presiden
Joko Widodo akan mengikuti rencana-rencana untuk mereforamsi harga listrik
dengan cara yang sama dalam mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk
transportasi, selain juga menanggulangi kendala-kendala lainnya.
"Jika kendala dalam pembebasan dan izin lahan
dihilangkan, akan sangat membantu," ujar Fazil Alfitri, presiden direktur
PT Medco Power Indonesia, perusahaan yang aktif dalam produksi listrik dari
panas bumi.
Proyek-proyek panas bumi secara umum mengambil panas di
bawah kerak bumi dengan memompa air ke dalam sumur dalam tempat panas itu
diubah menjadi uap untuk menggerakkan turbin-turbin.
Namun sektor ini terhalang birokrasi karena proyek panas
bumi biasanya memerlukan komitmen kebijakan pemerintah yang kompleks dan
berjangka panjang. Sektor ini juga ada di bawah undang-undang pertambangan,
membatasi pembangunan-pembangunan di wilayah hutan sampai amandemen baru-baru
ini.
Rencana pemerintah dapat membuat panas bumi memenuhi 10
persen permintaan akan listrik pada 2020, naik dari 3 persen saat ini. Sekarang
ini sekitar setengah pasokan listrik dipenuhi batu bara, bahan bakar yang
sedianya akan dikurangi untuk mendorong ekspor. Gas mencakup sekitar 20 persen
dan minyak 12 persen.
Banyak negara-negara dengan panas bumi yang aktif
berencana membangun pembangkit-pembangkit listrik baru, dengan kapasitas global
melonjak dari 2 GW menjadi 12 GW sejak 1980.
Lavigne dari Frost and Sullivan mengatakan kapasitas
panas bumi Indonesia dapat mencapai setinggi 29 GW, hampir dua pertiga
pembangkitan listrik keseluruhan negara ini sekarang.
"Pengubah Permainan"
Pembangunan proyek Sarulla senilai US$1,6 miliar di
Sumatra Utara, yang merupakan terbesar di dunia, dimulai tahun ini, 25 tahun
sejak pertama kali direncanakan, terhambat kendala keuangan dan birokrasi.
Menggambarkan Sarulla sebagai "game-changer"
(pengubah permainan), Shamim Razavi, pengacara sektor energi dari firma hukum
multinasional Norton Rose Fulbright, mengatakan hal ini dapat berarti bahwa
para investor dapat bersiap untuk mencari proyek-proyek baru.
"Jika kendala dalam pembebasan dan izin lahan
dihilangkan, akan sangat membantu," ujar Fazil Alfitri, presiden direktur
PT Medco Power Indonesia, perusahaan yang aktif dalam produksi listrik dari
panas bumi.
Proyek-proyek panas bumi secara umum mengambil panas di
bawah kerak bumi dengan memompa air ke dalam sumur dalam tempat panas itu
diubah menjadi uap untuk menggerakkan turbin-turbin.
Namun sektor ini terhalang birokrasi karena proyek panas
bumi biasanya memerlukan komitmen kebijakan pemerintah yang kompleks dan
berjangka panjang. Sektor ini juga ada di bawah undang-undang pertambangan,
membatasi pembangunan-pembangunan di wilayah hutan sampai amandemen baru-baru
ini.
Rencana pemerintah dapat membuat panas bumi memenuhi 10
persen permintaan akan listrik pada 2020, naik dari 3 persen saat ini. Sekarang
ini sekitar setengah pasokan listrik dipenuhi batu bara, bahan bakar yang
sedianya akan dikurangi untuk mendorong ekspor. Gas mencakup sekitar 20 persen
dan minyak 12 persen.
Banyak negara-negara dengan panas bumi yang aktif
berencana membangun pembangkit-pembangkit listrik baru, dengan kapasitas global
melonjak dari 2 GW menjadi 12 GW sejak 1980.
Lavigne dari Frost and Sullivan mengatakan kapasitas
panas bumi Indonesia dapat mencapai setinggi 29 GW, hampir dua pertiga
pembangkitan listrik keseluruhan negara ini sekarang.
"Pengubah Permainan"
Pembangunan proyek Sarulla senilai US$1,6 miliar di
Sumatra Utara, yang merupakan terbesar di dunia, dimulai tahun ini, 25 tahun
sejak pertama kali direncanakan, terhambat kendala keuangan dan birokrasi.
Menggambarkan Sarulla sebagai "game-changer"
(pengubah permainan), Shamim Razavi, pengacara sektor energi dari firma hukum
multinasional Norton Rose Fulbright, mengatakan hal ini dapat berarti bahwa
para investor dapat bersiap untuk mencari proyek-proyek baru.
Sebagian besar dari pembangkit-pembangkit listrik besar
yang ada, seperti Salak milik Chevron, berada di Pulau Jawa.
Sarulla akan menghubungkan jaringan nasional, meski
kapasitas beberapa pembangkit di tempat-tempat terpencil terbatas untuk
melayani daerah-daerah setempat. Dua puluh lima situs baru yang akan
ditenderkan pada awal 2015 sebagian besar ada di wilayah-wilayah hutan di Jawa
dan Sumatra.
Sarulla akan memiliki kapasitas 330 MW, cukup untuk
menyalakan listrik sekitar 330.000 rumah.
Jika berhasil, Indonesia akan mengikuti Filipina, tempat
bahan bakar panas bumi memenuhi seperempat dari kebutuhan listrik, mengurangi
polusi dan impor bahan bakar. (Reuters)
Harga minyak mentah di pasaran dunia Juni 2014 lalu masih
sekitar US$ 100 per barel, kini 20 Nofwmber merosot jadi di bawah U$ 80 per
barel (antara U$ 84- U$ 86 perbarel, atau merosot terus dalam tiga bulan
terakhir.
Tapi, anehnya pemerintahan Joko Widodo – Muhammad Jusuf
Kalla berani-beraninya justru menaikkan harga minyak solar dan bensin sehingga
bisa memicu meroketnya inflasi dan memperlemah daya beli masyarakat. Sehingga
harga Sembilan bahan pokok dan biaya transportasi juga naik, inilah yang
mengundang berbagai protest di kalangan masyarakat, khususnya mahasiswa.
Terlepas dari polemik naiknya harga BBM (solar dan
bensin) itu mari kita lihat seberapa besar potensi cadangan dan ketanan energy
Indonesia.
Lima belas tahun lalu para peneliti dan lembaga energy
Internasional, sudah memperkirakan cadangan minyak bumi di Indonesia dengan
tingkat konsumsi yang ada akan habis dalam waktu lima belas tahun.
Lima belas tahun lalu kemampuan produksi Indonesia bisa
mencapai 1,5 jut barel per hari, separuhnya di konsumsi dalam negeri.
Kini, mengapa Indonesia masih bisa memproduksi minyak
mentah, walaupun jumlahnya terus merosot hanya sekitar 1 juta barel per hari,
yang sebagian besar di konsumsi dalam negeri.
Salah satu alasannya adalah ditemukannya teknologi
eksploitasi minyak baru. Seperti kita ketahui dengan metode konvensional
cadangan minyak bumi yang bisa kita sedot dari perut bumi paling banyak 15%
dari cadangan yang ada.
Namun dengan teknologi enhanced oil recovery steam flood,
dengan menyuntuikkan uap panas (steam flood) ke sumur minyak yang ada, cadangan
minyak bum ibisa di eksploitasi lebih banyak 15% lagi seperti yang telah lama
dilakukan PT Caltex Indonesia (Kini Cheron) di lapangan minyak duri, Riau.
Alasan kedua, inestasi baru dibidang eksploitasi minyak
bumi terus dilakukan sehingga cadangan minyak baru, walaupun kecil, terus
ditemukan.
Semula ketergantungan minyak bumi untuk konsumsi
kendaraan dan pembangkit listrik di Indonesia cukup besar.
Namun, karena diversifikasi penggunaan energy untuk
pembangkit listrik kini dilakukan dengan menggunakan energi batubara.
Hampir semua pembangkit listrik baru kini menggunakan
energy batubara.
Semula penggunaan batubara untuk pembangkit listrik tidak
popular , lantaran pencemaran udara yang ditimbulkannya. Kini dengan
ditemukannya system penyaringan udara maka debu batubara bisa disaring, bahkan
debu batubara bisa dimanfaatkan sebagai bahan pencanpu semen, sehingga energy
batubara kembali popular di dunia.
Itu sebabnya Indonesia kini bukan saja menkonsumsi batu
bara untuk pembangkit listriknya, tetapi juga mengekspornya ke berbagai Negara.
Tidak heran Indonesia adalah salah satu dari lima Negara
di dunia yang lolos dari dampak krisis ekonomi dunia, selain Korea Selatan,
Mexico, Turki dan Polandia.
Indonesia selamat dari dampak krisis ekonomi dunia berkat
ekspor komoditas seperti batubara, timah dan Kelapa sawit.
US Geological Survey Oil and Gas Journal, 1995 – 2000
lalu dalam laporannya memperkirakan, cadangan minyak bumi Indonesia mulai
menipis, yang kini diperkirakan hanya
tersedia untuk jangka waktu sekitar 15 tahun. Hitungan tersebut dengan asumsi
tingkat konsumsi tinggi seperti sekarang, yang berada pada kisaran tingkat
pertumbuhan konsumsi 5-6 persen setahun. Perkiraan itu bisa lebih parah lagi kalau pola hidup
dari masyarakat Indonesia yang sangat boros dalam penggunaan energi
fosil ini masih dipertahankan. Sulit dibayangkan apa yang terjadi pada negeri
ini jika mengalami kekurangan pasokan energy yang berkepanjangan.
US Geological Survey Oil and Gas Journal, 1995 – 2000,
juga melaporkan Amerika Serikat yang
hanya bisa memproduksi dan menikmati minyak bumi kurang dari 1 dekade, termasuk
Kanada, Inggris, Norwegia, Mesir, Argentina, Australia, dan Ekuador. Dalam
kelompok ini menurut US Geological Survey Oil and Gas Journal, termasuk
Indonesia. Sumber yang sama juga memperkirakan Negara-negaraseperti China,
Negeria, Aljazair, Malaysia, Kolombia, Oman, India, Qatar, Angola, Rumania, Yaman,
dan Brunei, masih bisa menikmati enegi fosil ini dalam 50 tahun mendatang.
Disamping itu dilaporkan juga Negara-negara yang produksi minyak buminya bisa
berkelanjutan sampai 100 tahun seperti : Saudi Arabia, Rusia, Meksiko, Libya,
Brazil, Azerbeijan, dan Trinidad, Iran dan Venezuela. Dan ternyata ada beberapa
Negara yang bisa berpesta pora melanjutkan produksi minyaknya untuk masa lebih
dari 100 tahun kedepan seperti Irak, Emirat Arab, Kuwait, Kazakhstan,
Turkmenistan, Tunisia, dan Uzbekistan.
Walapun cadangan minyak bumi masih terdapat di berbagai
belahan wilayah dunia, tetapi tak mungkin sanggup mengimbangi tingkat
ketergantungan kita yang sangat tinggi pada energi fosil tersebut. Setidaknya
ada perkiraan batasan, sekali waktu minyak bumi tak bisa disedot lagi dari
perut bumi. Dengan melihat kondisi
cadangan energi minyak bumi yang semakin menipis, prioritas utama yang harus
dilakukan untuk menanggulanginya adalah
mengurangi konsumsi BBM. Setelah itu usaha untuk mengganti energi fosil
dengan energi alternatif.Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang,
Brazil, China, India dan beberapa negara Eropa sudah bersiap-siap untuk
mengatasi pasca habisnya minyak bumi. Mereka sudah mulai memanfaatkan etanol
dan biodiesel sebagai alternatif pengganti energi minyak bumi.
Memang perlunya energi alternatif untuk mengurangi
penggunaan BBM sudah sangat mendesak. Indonesia juga telah melakukan berbagai
upaya untuk mengatasi masalah energi tersebut, seperti mengembangkan bahan
bakar dari tumbuh-tumbuhan (biofuel) saat ini sedang menjadi bahan perhatian
banyak kalangan. Biofuel adalah sejenis bahan bakar yang terbuat dari minyak
nabati. Beberapa sumber bahan baku biofuel adalah sawit (palm), jarak
(jatropha), sorgum, jagung, tebu dan singkong (casava). Indonesia adalah negara
yang sangat kaya akan sumber-sumber alam nabati yang dibutuhkan sebagai bahan
dasar biofuel tsb, tinggal permasalahan penyediaan tenaga ahlinya.
Disamping Biofuel energi nuklir salah satu alternatif
yang cocok untuk Indonesia. Seperti diketahui Negara Perancis menggunakan
energi nuklir untuk memenuhi 80 persen kebutuhan energinya.Sayangnya,
pengembangan energi nuklir terkendala masalah teknologi dan sumber daya manusia
sehingga perlu kerja sama dengan pihak asing.
Apa yang membuat nuklir kurang popular di Indonesia?
Mungkin usaha pemerintah untuk mensosialisikan nuklir masih kurang. Nuklir
hanya dipandang dari sisi negatifnya saja. Peran media massa sangat dibutuhkan
dalam mensosialisasikan energi nuklir yang selama ini hanya di gambarkan sebagai
alat pembunuh masal. Sangat diharapkan kita tidak terlambat untuk memutuskan
penggunaan energi nuklir.
Jangan sampai pada saat kita sudah mulai bisa menerima
kenyataan untuk mau tidak mau menerima penggunaan energi nuklir, kita sudah
sangat jauh tertinggal dalam penyediaan tenaga ahlinya.
Indonesia cukup beruntung selain minyak bumi, kita juga
punyak gas alam, walaupun Produksinya kini kian merosot. Bila 10 tahun lalu
Indonesia adalah pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar di didunia, kini
merosot ke peringkat ke lima dilewati Qatar, Malaysia, Australia dan Brunei
Darussalam.
Cadangan gas alam andalan Indonesia di lapangan gas Arun,
Lhok Seumawe, Aceh terus berkurang. Dari kapasitas kilang LNG di Arun yang dulu
mencapi enam train, kini tinggal satu train yang beroperasi.
Begitu juga kilang gas alam cair di Bontang, Kalimantan
Timur, dari enam train, kini tinggal dua train yang beoperasi.
Untung Indonesia menemukan cadangan gas baru di Tangguh,
Papua, yang gas alam cairnya kini diekspor ke Cina.
Potensi gas di Indonesia, sebenarnya masih lumayan besar.
Bahkan jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi minyak mentah yang
diperkirakan dalam 12 tahun lagi habis.
"Potensi gas di Indonesia mencapai 107,34 triliun
kaki kubik, lokasinya merata di seluruh Indonesia, berbeda dengan potensi
cadangan minyak yang semakin menipis.
Potensi (proven) gas di Indonesia tersebut, kemungkinan
juga masih bisa berkembang. Masih ada potensi yang kemungkinan masih bisa
dikembangkan lagi sebesar 52,29 triliun kaki kubik.
Melihat potensi gas itu pemerintah berusaha mengalihkan
pemanfaatan energi dari minyak ke gas. "Apalagi, produksi gas Indonesia
juga masih rendah sekitar 670 ribu kaki kubik per harinya.
Sementara potensi minyak di Indonesia mencapai 4,303.10
miliar barel, sedangkan potensi yang kemungkinan masih bisa dikembangkan
mencapai 3,685,39 miliar barel.
Dengan kondisi itu, lanjutnya, pontesi minyak yang ada
tersebut, dengan produksi minyak, sekarang ini sekitar 900 ribu barel per hari,
diperkirakan dalam 12 tahun habis. Hanya saja, , perkiraan habisnya minyak
tersebut, juga belum tentu kebenarannya, sebab kemungkinan masih ada temuan
cadangan minyak baru.
"Dulu 10 tahun lalu ada perkiraan minyak di Indonesia dalam 10 tahun habis.
Kenyataan setelah 20 tahun masih ada dan ada perkiraan baru 12 tahun
habis," paparnya.
Besarnya cadangan
migas di Indonesia itu, memang relatif sangat minim, dibandingkan dengan
potensi cadangan migas yang ada di negara penghasil minyak di dunia, seperti
Arab Saudi.
Sebaliknya, katanya, Indonesia relatif kaya dengan sumber
daya alam, air, matahari, hutan, tapi tidak kaya dengan sumber migas, tapi juga
kaya energy batubara.
Pada 2012, Indonesia mampu mengekspor batubara mencapai
330 juta ton dari total kapasitas produksi mencapai 400 juta. Sisanya,
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Indonesia menjadi negara dengan jumlah produksi dan
cadangan batubara terbesar di dunia, ekspor batubara Indonesia masih sebatas
negara-negara di Asia seperti China, India, Korea Selatan, Jepang serta
beberapa negara Asean seperti Laos, Thailand, Myanmar dan Filipina.
“Rata-rata nilai
ekspor batubara kita mencapai US$20 miliar per tahunnya. Batubara di dalam
negeri sekitar 53% digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Sedangkan
untuk kebutuhan industri dalam negeri hanya mencapai 47%. Tantangan perdagangan
batubara nasional masih terbentur kualitas yang masih harus ditingkatkan.
Pasalnya, China kini menerima batu bara dengan kualitas lebih tinggi dan rendah
emisi. Meski begitu, kebutuhan ekspor batubara ke negara tradisional seperti
China dan India serta beberapa negara Asean terus meningkat.
Cadangan batubara Indonesia diperkirakan mencapai 28
miliar ton yang sudah siap ditambang serta 156 miliar ton potensi batubara yang
belum digali. Oleh karenanya, jika produksi batubara Indonesia tidak
dikendalikan akan berdampak buruk pada industri dalam negeri. “Kalau produksi
terlalu banyak, harga di pasaran akan anjlok. Jika seperti itu, ini akan
memukul kita sendiri. Kalau harga jatuh negara enggak dapat apa-apa.
Salah satu energy masa depan Indonesia diantaranya adalah
biodiesel.
Biodiesel selain berasal dari minyak pohon jarak juga
berasal dari minyak kelapa sawit. Kini Indonesia merupakan produsen dan
eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia, karena komoditi ini tidak bisa
tumbuh di Negara lain kecuali di beberapa Negara tropis seperti Indonesia dan
Malaysia.
Produksi komoditas kelapa sawit Indonesia yang merupakan
bahan mentah minyak goreng (crude palm oil/CPO) rata-rata mencapai 23,5 juta ton
per tahun. Dari jumlah itu, 16,5 juta ton diekspor ke sejumlah negara di dunia,
terutama AS dan Eropa.
Sawit merupakan salah satu komoditas unggulan negara
karena jadi salah satu penyumbang devisa terbesar nonmigas.
Karena itu, pemerintah terus mendorong pertumbuhan
industri sawit nasional. Dalam hal kelapa sawit. Indonesia memiliki pesaing
kuat yaitu Malaysia. Meski secara volume Indonesia masih unggul dalam
produktivitas Indonesia kalah oleh Malaysia. “Saat ini, luas lahan di Indonesia
sekitar 7,9 juta hektare. Lahan seluas itu menghasilkan CPO 23,5 juta ton per
tahun. Malaysia yang luas lahannya 4 juta hektare mampu memproduksi CPO 18,5
juta ton per tahun,” ujarnya.
Melihat kondisi itu perlu upaya meningkatkan
produktivitas dengan penggunaan bibit berkualitas tinggi yang ditopang sistem
pemeliharaan dan pemupukan terpadu, serta perlu adanya akses menuju pabrik
pengolahan.
Pada tahun 2020 Indonesia mampu memproduksi 40 juta ton
CPO per tahun. apabila penggunaan bibit berkualitas tinggi ditopang sistem
pemeliharaan dan pemupukan terpadu.
Guna merealisasikan target itu, pada Rencana Kehutanan
Tingkat Nasional (RKTN) 2011-2030, pemerintah telah mengalokasikan kawasan
hutan yang pemanfaatannya bagi sektor perkebunan.
“Saat ini, luas Hutan Produksi Konversi (HPK) sekitar
17,94 hektare. Sekitar 4,06 juta hektare
di antaranya, dialokasikan pemerintah dalam RKTN 2011-2030 tentang kawasan
hutan yang pemanfaatannya bagi sektor non-kehutanan, seperti perkebunan,”
ujarnya.
"Biodiesel dan Bioetanol, kedua bahan bakar ini
dihasilkan dari berbagai tanaman yang ada di Indonesia. Dengan kemampuan
seperti itu, maka tidak ada alasan untuk tidak mengembangkan energi biodiesel
ini.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang dengan
pesat sejak awal tahun 80-an dan hingga akhir 2003 luas total perkebunan kelapa
sawit di Indonesia telah mencapai 4,9 juta hektar dengan produksi CPO (crude
palm oil) sebesar 10,68 juta ton.
Perkembangan perkebunan sawit ini, masih akan terus berlanjut dan diperkirakan
dalam lima tahun mendatang Indonesia akan menjadi produsen CPO terbesar di
dunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton/tahun.
Salah satu produk hilir dari minyak sawit yang dapat
dikembangkan di Indonesia - selain sebagian besar hasilnya masih dieskpor dalam
bentuk CPO, dan di dalam negeri diolah menjadi produk pangan, terutama minyak
goreng--adalah biodiesel, yang dapat digunakan sebagai "bahan bakar
alternatif", terutama untuk mesin diesel.
"Dengan semakin tingginya harga minyak bumi
akhir-akhir ini, sudah saatnya apabila Indonesia mulai mengembangkan biodiesel,
baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor.
Biodiesel ini adalah bahan bakar cair yang diformulasikan
khusus untuk mesin diesel yang terbuat dari minyak nabati (bio-oil), tanpa
perlu memodifikasi mesin dieselnya.
"Untuk pemakaian Biodiesel ini, bisa pure biodiesel,
maupun sebagai bahan substitusi pada petrodiesel, dengan campuran antara 5
sampai 20%. Berbagai kendaraan, mulai dari truk, bus, traktor, hingga
mesin-mesin industri bisa menggunakan bahan bakar biodiesel ini.
Bahkan sebuah mobil Toyota Innova keluaran terbaru -
dengan mesin commond real-nya--bisa menggunakannya. Ia memberi contoh bahwa
salah satu mobil Toyota Innova milik para peneliti sudah mampu menempuh jarak
9.195 km dengan menggunakan bahan bakar biodiesel.
*Senior freelance Journalist
yusuf.agusno@gmail.com
Berdasarkan studi kelompok penelitian Panas Bumi Pusat Sumber Data
Geologi Badan Geologi Sampai di penghujung tahun 2009, telah diketahui
sedikitnya 265 lokasi sumber energi panasbumi di seluruh Indonesia dengan
potensi 28,1 GWe. Sebagian besar potensi tersebut berasosiasi dengan
jalur vulkanik, yang umumnya berentalpi tinggi dan dapat dikembangkan secara
komersial untuk pembangkitan tenaga listrik. Sebagian kecil adalah sumber
panasbumi yang berasosiasi dengan sistem non-vulkanik, biasanya memiliki suhu
reservoir relatif rendah. Sistem panas bumi di Indonesia berdasarkan
tatanan geologinya pada umumnya dapat dibedakan menjadi lima tipe: gunung
api strato tunggal, komplek gunung api, kaldera, graben –kerucut vulkanik, dan
non vulkanik. Tipe-tipe sistem panas bumi ini mencerminkan besarnya potensi
yang dikandungnya: tipe komplek gunung api, kaldera dan graben-kerucut vulkanik
pada umumnya mempunyai potensi energi yang jauh lebih besar dari pada
tipe lainnya. Pemanfataan untuk pembangkit listrik hingga saat ini baru
1189 MWe atau sekitar 4 % dari potensi total. Semua sistem panas bumi yang
telah dimanfaatkan bertipe komplek gunung api, kaldera dan graben-kerucut
vulkanik. Sementara itu pemanfaatan langsung (direct use) masih jauh dari
harapan.
PENDAHULUAN
Energi panas bumi bersifat ramah lingkungan bila dibandingkan
dengan jenis energi lainnya terutama yang berasal dari hasil pembakaran bahan
bakar fosil (fossil fuel), sehingga bila dikembangkan akan mengurangi bahaya
efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Presiden RI dalam
pernyataannya pada pertemuan G-20 baru-baru ini, telah menargetkan pengurangan
sebanyak 26% emisi CO2 menjelang tahun 2020.
Sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis, karena proses
pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan
hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya. Mengingat energi panas bumi ini tidak
dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan untuk mencukupi kebutuhan
energi domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi energi
alternatif andalan dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia
terhadap sumber energi fosil yang kian menipis dan dapat memberikan nilai
tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi di
Indonesia.
Hingga saat ini telah teridentifikasi 265 lokasi sumber energi
panas bumi Indonesia dengan potensi mencapai sekitar 28,1 GWe (Gambar 1) atau
setara dengan 12 (duabelas) milyar barel minyak bumi untuk masa pengoperasian
30 tahun, menempatkan sebagai salah satu negara terkaya akan potensi energi
panas bumi. Tulisan ini disamping membahas tentang status potensi
dan penyelidikan saat ini, juga akan disampaikan tentang tipe sistem panas bumi
di Indonesia, yang barangkali dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan
estimasi awal bagi pemangku kepentingan, terutama Pemerintah Daerah.
STATUS POTENSI DAN PENYELIDIKAN PANAS BUMI
2009
Pemerintah c.q Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral melalui
Badan Geologi sejak tahun 1970-an telah melakukan kegiatan survei panas bumi.
Apalagi dengan adanya undang-undang panas bumi, yang memberikan kewenangan
kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk melakukan penyelidikan
pendahuluan membuat kegiatan ini semakin intensif. Data yang diperoleh
digunakan untuk penetapan wilayah kerja pertambangan panas bumi. Kegiatan yang
dilakukan meliputi geologi, geokimia dan geofisika.
Mengingat besarnya potensi energi panas bumi di Indonesia,
dan berkembangnya tingkat penyelidikan dan pengusahaannya, maka
pemerintah dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral telah
merumuskan suatu pedoman untuk mengklasifikasikan potensi energi panas bumi
berdasarkan hasil penyelidikan geologi, geokimia dan geofisika, teknik
reservoar serta estimasi kesetaraan listrik. Pedoman tersebut telah disahkan
sebagai Standar Nasional “Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia”,
SNI 18-6009-1999.
Berdasarkan Standar Nasional “Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia”, ada beberapa tahapan penyelidikan dan pengembangan panas bumi yang terkait dengan pengklasifikasian potensi energi panas bumi. Setiap tahapan memiliki tingkat akurasii dan teknik yang berbeda-beda yang didukung oleh penyelidikan geologi, geofisika dan geokimia, serta pengeboran kelandaian suhu.Dengan adanya kegiatan inventarisasi dan eksplorasi baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta, maka data potensi energi panas bumi di Indonesia berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan tingkat penyelidikan yang telah dilakukan.
Berdasarkan Standar Nasional “Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia”, ada beberapa tahapan penyelidikan dan pengembangan panas bumi yang terkait dengan pengklasifikasian potensi energi panas bumi. Setiap tahapan memiliki tingkat akurasii dan teknik yang berbeda-beda yang didukung oleh penyelidikan geologi, geofisika dan geokimia, serta pengeboran kelandaian suhu.Dengan adanya kegiatan inventarisasi dan eksplorasi baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta, maka data potensi energi panas bumi di Indonesia berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan tingkat penyelidikan yang telah dilakukan.
Sampai saat ini di Indonesia terdapat 265 lokasi panas bumi yang
tersebar di sepanjang jalur vulkanik yang membentang dari P. Sumatera, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku serta daerah-daerah non vulkanik
seperti kalimantan dan Papua (Gambar 1). Perkiraan total potensi energi panas
bumi di Indonesia sekitar 28.112 MWe atau setara dengan 12 milyar barel
minyak bumi. Dengan total potensi sebesar ini menjadikan Indonesia
sebagai salah satu negara terkaya akan energi panas bumi.
Pada tahun 2009 terdapat penemuan 8 lokasi daerah baru dengan
potensi sekitar 400 Mwe dari hasil kegiatan survei panas bumi yang dilakukan
oleh Badan Geologi. Lokasi daerah panas bumi baru ini adalah Lili, Mapili dan
Alu , Sulawesi Barat; Tehoru, Banda Baru dan pohon Batu , dan Kelapa Dua
, Maluku ; dan Kebar, Papua Barat. Lokasi survei panas bumi tahun
2009 yang dilakukan oleh Badan Geologi ditunjukkan pada Gambar 2.
Sedangkan potensi enegi panas bumi untuk status tahun 2009 terlihat pada
Tabel 1.
Dilihat dari status penyelidikannya, dari 265 daerah panas bumi
yang ada, 138 lokasi (52,07 %) daerah panas bumi masih pada tahap penyelidikan
pendahuluan awal atau inventarisasi dengan potensi pada kelas sumber daya
spekulatif, 24 lokasi (9,05 %) daerah panas bumi masih pada tahap penyelidikan
pendahuluan dengan potensi pada kelas sumber daya hipotetis. Daerah yang telah
disurvei secara rinci melalui survei permukaan dengan atau tanpa pengeboran
landaian suhu dengan potensi cadangan terduga sebanyak 88 lokasi (33,21%).
Daerah yang telah dilakukan pengeboran eksplorasi atau siap dikembangkan
sebanyak 8 daerah (3,01%). Daerah panas bumi yang telah dimanfaatkan untuk
pembangkitan listrik saat ini baru 7 lokasi atau 2,64 % dengan kapasitas total
terpasang 1189 MW.
Jumlah lokasi panas bumi yang berpotensi mengalami tumpang tindih sebagian atau seluruhnya dengan kawasan hutan adalah sekitar 81 lokasi atau sekitar 30 % dari total lokasi panas bumi di Indonesia dengan potensi sekitar 12.000 MW Tabel 2). Dari sejumlah ini, sekitar 11 % ( 29 lokasi) berada di kawasan hutan konservasi dengan potensi sekitar 3400 MW dan sekitar 19 % (52 lokasi) berada di kawasan hutan lindung dengan potensi sekitar 8600 MW.Lokasi panas bumi yang sebagian berpotensi berada di kawasan hutan (konservasi) juga terjadi pada WKP eksisting seperti: Kamojang.
Jumlah lokasi panas bumi yang berpotensi mengalami tumpang tindih sebagian atau seluruhnya dengan kawasan hutan adalah sekitar 81 lokasi atau sekitar 30 % dari total lokasi panas bumi di Indonesia dengan potensi sekitar 12.000 MW Tabel 2). Dari sejumlah ini, sekitar 11 % ( 29 lokasi) berada di kawasan hutan konservasi dengan potensi sekitar 3400 MW dan sekitar 19 % (52 lokasi) berada di kawasan hutan lindung dengan potensi sekitar 8600 MW.Lokasi panas bumi yang sebagian berpotensi berada di kawasan hutan (konservasi) juga terjadi pada WKP eksisting seperti: Kamojang.
PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI
Sumber daya energi panas bumi dapat digunakan secara langsung
maupun tidak langsung. Energi yang digunakan merupakan hasil konversi dalam
bentuk uap dan panas. Energi panas bumi yang digunakan secara langsung disebut
direct use sedangkan energi panas bumi yang berupa konversi dalam bentuk
listrik merupakan hasil konversi uap. Direct use memanfaatkan panas secara
efisien dan pembiayaannya jauh lebih kecil dibandingkan pembangkit listrik
Pemanfaatan panas bumi telah dilakukan sejak 1904 di Italy dimana
dimasa itu uap panas bumi dapat menyalakan lima buah lampu. Di Indonesia
pembangkit listrik tenaga panas bumi baru terlaksana pada tahun 1983 di
Kamojang dengan potensi sebesar 30 MW. Selanjutnya mulai didirikan PLTP lainnya
seperti di G.Salak, Sibayak, Darajat, Dieng, Wayang Windu dan Lahendong. Hingga
saat ini baru 1189 Mw listrik yang telah diproduksi dari tujuh lapangan.
Ketujuh lapangan panas bumi tersebut adalah Sibayak (12 MW), G. Salak (375 MW),
Kamojang (200 MW), Darajat (255 MW), Wayang Windu (227 MW), Dieng (60 MW), dan
Lahendong (60 MW).
Pemanfaatan energi panas bumi secara direct use dilakukan tanpa
adanya konversi energi ke dalam bentuk lain. Karena sifatnya yang mudah maka
pemanfaatannya bisa dilakukan dalam berbagai cara. Untuk mengefektifkan
penggunaannya pemanfaatan direct use dilakukan sesuai dengan kebutuhan
temperaturnya. Dibeberapa lokasi di Indonesia masyarakat setempat telah
melakukan pemanfaatan secara langsung seperti untuk sarana pariwisata,
pemanasan hasil kebun dan pembibitan jamur, pembuatan pupuk dan budidaya ikan.
Namun secara umum pemanfaatan langsung bagi kepentingan bahan bakar industri
pertanian belum berkembang.
WILAYAH KERJA PANAS BUMI
Dalam rangka mempercepat pengembangan energi panas bumi terutama
untuk pemanfaatan tidak langsung (pembangkitan listrik), Pemerintah telah
menetapkan beberapa WKP baru untuk daerah-daerah panas bumi yang kelengkapan
datanya telah mencukupi.
Sampai saat ini telah ditetapkan sebanyak 22 WKP baru (Tabel
3). Dari 22 WKP ini, 5 WKP telah selesai dilelangkan. 6 WKP sedang dalam
proses lelang dan 11 WKP belum di lelang. WKP yang sudah selesai
dilelang yaitu Tampomas ( Jawa Barat), Cisolok-Cisukarame (Jawa Barat),
Tangkuban Parahu (Jawa Barat), Sokoria (NTT), Jailolo (Maluku Utara) dan
Jaboi (NAD. Sedangkan WP yang sedang dalam proses lelang tahun ini adalah
Ungaran (Jawa Tengah), Ngebel Wilis (Jawa Timur), Blawan-Ijen (Jawa
Timur), Siaholon Ria Ria ( Sumatra Utara), dan Liki Pinangawan ( Sumatera
Barat).
SISTEM PANAS BUMI DI INDONESIA
Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara
tiga lempeng besar (Eurasia, Hindia Australia. Pasifik) menjadikannya memiliki
tatanan tektonik yang kompleks. Subduksi antar lempeng benua dan samudra
menghasilkan suatu proses peleburan magma dalam bentuk partial melting batuan
mantel dan magma mengalami diferensiasi pada saat perjalanan ke permukaan
proses tersebut membentuk kantong – kantong magma (silisic / basaltic) yang
berperan dalam pembentukan jalur gunungapi yang dikenal sebagai lingkaran api
(ring of fire). Munculnya rentetan gunung api Pasifik di sebagian wilayah
Indonesia beserta aktivitas tektoniknya dijadikan sebagai model konseptual
pembentukan sistem panas bumi Indonesia.
Berdasarkan asosiasi terhadap tatanan geologi, sistem panas bumi
di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu : vulkanik,
vulkano – tektonik dan Non-vulkanik. Sistem panas bumi vulkanik adalah sistem
panas bumi yang berasosiasi dengan gunungapi api Kuarter yang umumnya terletak
pada busur vulkanik Kuarter yang memanjang dari Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara, sebagian Maluku dan Sulawesi Utara.Pembentukan sistem panas bumi ini
biasanya tersusun oleh batuan vulkanik menengah (andesit-basaltis) hingga
asam dan umumnya memiliki karakteristik reservoir ? 1,5 km dengan temperature
reservoir tinggi (~250 - ? 370°C). Pada daerah vulkanik aktif
biasanya memiliki umur batuan yang relatif muda dengan kondisi temperatur yang
tinggi dan kandungan gas magmatik besar. Ruang antar batuan (permeabilitas)
relatif kecil karena faktor aktivitas tektonik yang belum terlalu dominan dalam
membentuk celah-celah / rekahan yang intensif sebagai batuan reservoir. Daerah
vulkanik yang tidak aktif biasanya berumur relatif lebih tua dan telah
mengalami aktivitas tektonik yang cukup kuat untuk membentuk permeabilitas
batuan melalui rekahan dan celah yang intensif. Pada kondisi tersebut biasanya
terbentuk temperatur menengah - tinggi dengan konsentrasi gas magmatik yang
lebih sedikit. Sistem vulkanik dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa
sistem, misal : sistem tubuh gunung api strato jika hanya terdiri dari
satu gunungapi utama, sistem komplek gunung api jika terdiri dari beberapa
gunungapi, sistem kaldera jika sudah terbentuk kaldera dan sebagainya.
Sistem panas bumi vulkano – tektonik, sistem yang
berasosisasi antara graben dan kerucut vulkanik, umumnya ditemukan
di daerah Sumatera pada jalur sistem sesar sumatera (Sesar Semangko). Sistem
panas bumi Non vulkanik adalah sistem panas bumi yang tidak berkaitan langsung
dengan vulkanisme dan umumnya berada di luar jalur vulkanik Kuarter. Lingkungan
non-vulkanik di Indonesia bagian barat pada umumnya tersebar di bagian timur
sundaland (paparan sunda) karena pada daerah tersebut didominasi oleh batuan
yang merupakan penyusun kerak benua Asia seperti batuan metamorf dan sedimen.
Di Indonesia bagian timur lingkungan non-vulkanik berada di daerah lengan dan
kaki Sulawesi serta daerah Kepulauan Maluku hingga Irian didominasi oleh batuan
granitik, metamorf dan sedimen laut
PENUTUP
Sampai dengan November 2009, total potensi panas bumi Indonesia
diperkirakan mencapai 28.112 MWe yang tersebar di 265 daerah prospek panas
bumi. Dari sisi jumlah lokasi yang ada, terdapat penambahan sebanyak 8
lokasi dengan potensi sekitar 400 MWe yang merupakan hasil penemuan pada
kegiatan lapangan tahun 2009.
Dalam upayanya mempercepat pengembangan energi panas bumi di Indonesia, Pemerintah telah menetapkan 22 WKP baru dengan total potensi mencapai 2376 MWe. Dari WKP baru tersebut, 6 WKP telah selesai dilelang, 5 WKP sedang dalam proses lelang, dan 11 WKP belum di lelang .
Dalam upayanya mempercepat pengembangan energi panas bumi di Indonesia, Pemerintah telah menetapkan 22 WKP baru dengan total potensi mencapai 2376 MWe. Dari WKP baru tersebut, 6 WKP telah selesai dilelang, 5 WKP sedang dalam proses lelang, dan 11 WKP belum di lelang .
Potensi panas bumi di Indonesia terdapat dalam berbagai tipe
sistem panas bumi. Pengelompokan tipe sistem panas bumi ini dapat
memberikan estimasi awal besarnya potensi energi yang terkandung dalam suatu
daerah panas bumi, dan barangkali dapat digunakan sebagai pedoman awal
dalam memilih lokasi-lokasi panas bumi untuk dilakukan penyelidikan selanjutnya
bagi pemangku kepentingan.
Potensi energi matahari di Indonesia sangat besar. Potensi ini
seharusnya dapat dijadikan energi alternatif. Peran Pertamina selain meningkatkan
pasokan energi juga menkonversikan penggunaan energi fosil yang mendominasi
energi mix di Indonesia menjadi jenis energi lain.
"Indonesia potensi energi matahari besar tapi tidak
dimanfaatkan dengan baik. Padahal matahari di Indonesia bersinar sepanjang
tahun bahkan di musim hujan sekalipun," kata VP Corporate Communication PT
Pertamina (Persero) Ali Mundakir dalam acara Pertamina Goes to Campus (PGTC)
2013 'Kaum Muda Intelektual: Menciptakan Ketahanan Energi untuk Negeri' di Aula
Timur Institut Teknologi Bandung ( ITB), Jln. Ganeca, Kota Bandung, Selasa
(3/9/2013).
Terkait ketahanan energi, Ali mebgatakan di Indonesia kalau tidak
melakukan apa-apa maka cadangan minyak hanya akan cukup dalam 15 tahun.
Sementara Irak dan Iran bisa sampai 100 tahun."Indonesia yang punya
sedikit minyak saja sudah dihambur-hamburkan, diobral," ujarnya.
Oleh karena itu PT Pertamina memainkan peran dalam penyediaan
energi nasional maka supplay dan demand harus berimbang. Dari supplay akan
tingkatkan cadangan dari dalam dan luar. Pertamina agresif ke luar negeri
karena concern cadangan di dalam negeri berkurang. Pertamina sedang upayakan
beli ladang minyak di Aljeria. Paling tidak bisa dibawa ke Indonesia.
"Langkah Pertamina ekspansi ke luar negeri sebenarnya sudah
sangat terlambat tapi lebih baik daripada tidak. Negara seperti Jepang yang
miskin SDA sudah mendorong perusahaan minyak untuk ekapansi ke luar
negeri," kata Ali.
Potensi energi angin di Indonesia mencapai 9,4 Gigawatt
per Hour (Gwh). Boleh dibilang cukup besar. Namun, pemanfaatannya belum
maksimal dan kebijakan pemerintah belum mendukung penggunaan energi angin
sebagai sumber energi terbarukan.
Untuk mengembangkan energi angin, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) bekerja
sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) membangun proyek Wind
Hybrid Power Generation (WhyPGen) Market Development Intiatives.
Proyek yang didanai oleh Global Environment Facility
(GEF) ini bertujuan mendorong komersialisasi pembangkit listrik hibrid berbasis
energi angin di Indonesia. Targetnya menghasilkan sebesar 18,115 GWh, dan dapat
mengurangi emisi CO2 sebanyak 16.050 metric ton.
Namun, dalam pengembanan energi angin di Indonesia masih
terkendala masalah kebijakan dari pemerintah. Perusahaan-perusahaan di bidang
energi mendesak pemerintah agar cepat menetapkan tarif dasar penjualan energi
angin.
"Agar para perusahaan mau berinvestasi, pemerintah
harus menetapkan harga dari energi angin. Jika tidak ada harga, bagaimana
perusahaan mau menjualnya?" ujar Poempida Hidayahtullah, CEO PT Viron
Energy, di BPPT, Jakarta, 14 Mei 2013.
Penyesuaian Tarif
Menanggapi kendala dalam penciptaan pasar energi angin,
Kepala B2TE BPPT, Sony Sulistiawan mengatakan, proyek WHyPGen merencanakan
fitting tarif dari energi angin. Ini bertujuan untuk menarik para investor agar
mau bergabung dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB).
"Memang kendala dari pembangunan PLTB adalah masalah
tarifnya yang belum jelas. Ketidakjelasan ini yang menyebabkan PLTB tidak
maju-maju," kata Sony.
Dia menambahkan, WHyPGen mengusulkan fitting tarif untuk
energi angin kepada pemerintah, yakni antara Rp1.250 sampai Rp1.750 per
Kilowatt per hour.
"Selain harga, proyek WHyPGen juga telah membuat
peta potensi energi angin di Indonesia. Saat ini, sudah ada delapan titik
lokasi potensi energi angin di Indonesia, yang tersebar di Nusa Tenggara Timur,
Banten, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Bali," ujar Sony.
INFO IPTEK
Senin 02 Juli 2007
Energi Listrik Tenaga OmbakPrint PDF Facebook Twitter
Email
Potensi energi terbarukan untuk menjawab kebutuhan energi
listrik
Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Norwegia.
Sayangnya potensi energi pantai yang ada belum banyak dimanfaatkan. hal ini
membuat Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tergerak mengembnagkan
dan memanfaatkan potensi energi terbarukan, berupa angin, omba dan energi surya
untuk menjawab kebutuhan energi listrik.
Model yang dikembnagkan di Parang Racuk Technopark untuk
menjawab tantangan itu, kita membuka ilmuan dari berbagai bidang di Indonesia
memanfaatkan kawasan sesuai minatnya, ini yang pertama di Indonesia, kata
Kepala BPPT Said D Jenie kepada Jurnal Nasional di Yogyakarta, Jumat (22/6)
Di kawasan seluas 12 hektare yang ada disepanjang pantai
itu kini telah hadir beberapa perangkat teknologi pembangkit listrik terbarukan
yaitu Oscillating Water Column (OWC) dengan biaya pengembangan Rp2,5 miliar
yang mengubah energi ombak menjaaadi energi listrik. Selain itu telah terpasang
juga pembangkit tenaga bayu (angin) berupa kincir angin serta panel sel surya
untuk mengolah energi listrik dari matahari.
Di tahap awal memang dikembangkan model fix based, ke
floating base yang ada di perairan. secara bertahap akan terus dilanjutkan
proyek pwemhembangan pemanfaatan energi alternatif yang ramah lingkungan, ujar
Said melanjutkan.
Energi Persilangan
Melengkapi faasilitas penyimpanan energi listrik yang
dibangkitkan dari tenaga ombak, angin dan srya disediakan pula sistem
pengendali beban otomatis berbasis DC dengan kapasitas 3599 kW.
Sistem energi persilangan (hybrid) itu telah diujicobakan
dan dapat bekerja dengan optimal, meski pasokan energi sangat teergantung dari
kondisi alam yaitu ada atau tidaknya ombak ataupun angin yang mencukupi untuk
sumber energi pembnagkit listrik.
Sistem pengendali beban diperlukan setelah ada konversi
sebelum listrik dimanfaatkan oleh konsumen, kata Dr Erzi Agson Gani Meng,
Kepala Divisi Mesin Perkakas, Teknik, Produksi dan Otomatisasi (MEPPO) BPPT.
Sejak tahun 2005 telah ada upaya pemanfaatan energi terbarukan
seperti ombak, angin dan energi surya yang ditangkap panel surya untuk memnuhi
kebutuhan energi listrik. Meski hasilnya masih terbatas, karena perlu
pengembangan lebih lanjut teknologi yang disebutkan cocok untuk pasokan listrik
di daerah terpencil atau sbagai bagian daari sumber daya rambu navigasi.
Di luar itu, dapat juga menjadi wisata teknologi energi
dan riset dari akademisi dan lembaga litbang lainnya. Itu menjadi sumber energi
bersih yang potensial di masa depan, kata Erzi.
Bagi masyarakat Gunung Kidul, hadirnya taman teknologi
yang memanfaatkan tanah Sultan (Aultan Ground) tentu saja menjadikan
keuntungan tersendiri. Jika selama ini hanya mengandalkan wisata pantai, ke
depan pengembangan teknologi itu jelas akan memancing hadirnya rekayasa baru
yang dapat memanfaatkan potnsi alam di kawasan pesisir pantai.
Guning Kidul itu sudah dikenal dengan kondisi alam yang
kering, tepi memiliki sumber daya alan di pesisir pantai yang belum
dikembangkan. Hadirnya teknologi untuk energi tebarukan membantu pengembangan
di kawasan pantai, kata Bupati Gunungkidul Suharto, SH.
Setidaknya dengan hadirnya teknologi energi terbarukan
dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik di kawasan yang
selama ini sulit dijangkau aliran listrik PLN dengan alasan ekonomi dan
efisiensi.
Kita punya potensi alam saja, itu pun dnegan kondisi yang
cukup berat bagi upaya mengundang investor. Jika ada teknologi yang masuk jelas
membantu kebutuhan energi wrga, kata Suharto.
Efek Tekanan Udara
Energi ombak adalah energi alterbatif yang dibangkitkan
melalui efek osilasi tekanan udara (pumping efect) di dalam banunan chamber
(geometri kolom) akibat fluktuasi pergerakan gelombang yang masuk ke dalam
chamber.
Berkaitan dengan hal tersebut pada 22 Juni 2007 bertempat
di Parang Racuk Yogyakarta telah diresmikan Technopark Parang racuk melalui Uji
Operasional PLTO (Pembangkit Listrik Tenaga Ombak) pada Konsi Air Pasang oleh
Kepla BPPT Said D Jenie.
Acara yang dihadiri Sekretaris Utama, Deputi TIRBR,
Deputi TPSA, Deputi TAB, Eselon II di lingkungan Setama dan Eselon I, II, III
di lingkungan TIRBR, dan Bupati Gunung Kidul, Staf Ahli Kepala BPPT serta
pimpinan dan peneliti dari BPDP Yogyakarta.
Tujuan kegiatan ini untuk memberikan paket model sumber
energi alternatif yang ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah
perairan pantai Indonesia.
paket model tersebut akan menunjukan tingkat efisiensi
energi yang dihasilkan dan parameter-parameter minimal hiroosenografi yang
layak, baik itu secara teknis maupun ekonomis untuk melakukan konversi energi.
Hasil survey hidroosenografi di wilayah perairan Parang
Racuk menunjukan, sistem akan dapat membangkitkan daya listrik optimal jika
ditempatkan sebelum gelombang pecah atau pada kedalaman 4 m-11 m.
*Senior freelance Journalist
yusuf.agusno@gmail.com
No comments:
Post a Comment