Selangkah Lagi Rusia Kuasai Wilayah Georgia
TEMPO.CO, Tbilisi - Menteri Luar Negeri Georgia
menyatakan Rusia selangkah lagi secara de facto menganeksasi wilayah yang
memisahkan diri dari negerinya setelah Moskow menandatangani kesepakatan dengan
Abkhazia.
Dalam butir kesepakatan yang diteken Presiden Vladimir
Putin dan pemimpin Abkhazia, Raul Khadzhimba, Senin, 24 November 2014,
disebutkan bahwa pasukan Rusia dan Abkhazia akan berada dalam satu wilayah
untuk membentuk pasukan gabungan di bawah komando Rusia.
Langkah ini menimbulkan kecurigaan negara-negara Barat
terhadap Presiden Vladimir Putin yang sebelumnya telah menganeksasi Crimea,
Ukraina, di semenanjung Laut Hitam pada Maret 2014. "Saya yakin kerja
sama, persatuan, dan kemitraan strategis antara Rusia dan Abkhazia akan terus
menguat," ucap Putin.
Pasukan Rusia berada di Abkhazia selama lebih dari dua
dekade sejak kawasan berpenduduk 240 ribu itu memisahkan diri dari Georgia
dalam sebuah perang separatis di awal 1990-an.
Perjanjian yang ditandatangani kedua pemimpin pada Senin,
24 November 2014, merefleksikan bahwa Moskow selanjutnya akan meningkatkan
kehadiran pasukannya setelah ada perubahan kepemimpinan di wilayah tersebut.
Bekas pemimpin Abkhazia, Alexander Ankvab, sebelumnya
dipaksa turun tahta awal 2014 di bawah tekanan unjuk rasa yang dilaporkan
dimotori oleh Kremlin. Khadzhimba, seorang bekas pejabat dinas intelijen KGB
Uni Soviet, terpilih menjadi presiden pada pemungutan suara Agustus 2014. Namun
hasil pemilu tersebut ditolak Georgia karena dianggap ilegal.
Tak seperti Ankvab yang menolak tekanan Moskow agar Rusia
diperbolehkan membeli aset di Abkhazia, Khadzhimba justru lebih suka
mendengarkan keinginan Rusia. "Perjanjian dengan Rusia menjamin keamanan
kami sepenuhnya serta pembangunan sosio-ekonomi," kata Khadzhimba.
Hubungan Rusia-Georgia memanas akibat perang pada Agustus
2008 setelah bekas Presiden Georgia Mikheil Saakashvili mencoba mengontrol
kembali wilayah yang memisahkan diri, Ossetia Selatan. Selanjutnya pasukan
Rusia memukul mundur tentara Georgia dalam perang lima hari tersebut. Tak lama
kemudian, Moskow mengakui kemerdekaan dua negara yang memisahkan diri dari
Georgia.
No comments:
Post a Comment