Perjalanan yang belum selesai (343)
(Bagian ke tiga
ratus empat puluh tiga), Depok, Jawa Barat, Indonnesia, 13 Agustus 2015, 17.43 WIB).
Beribadahlah hanya untuk Allah yang Maha pemberi rezeki.
Salah satu tujuan Allah menciptakan Jin dan Manusia dan
menjadi khalifah di bumi adalah semata agar kedua golongan ini hanya menyembah
Allah yang telah menciptakan langit, bumi dan seluruh jagat raya beserta
isinya.
Manusia diperintahkan beribadah hanya kepada Allah,
karena dialah satu-satunya yang memberi rezeki manusia, baik berupa air hujan,
sumber daya alam (minyak bumi, gas alam, panas bumi) dan seluruh buah-buahan,
sayuran dan binatang yang sehat kita konsumsi, seperti ikan, sapi, kambing,
domba, ayam, unta dan berbagai ragam satwa dan fauna untuk kelestarian alam dan
keseimbangan hidup manusia.
Dengan air (baik air hujan, yang sudah ada di dalam tanah
(sungai, danau) maupun air laut (bisa disuling menjadi air tawar), semuanya
diperuntukkan bagi kesejahteraan umat manusia.
Dengan air, tanaman dan kebun , termasuk di padang tandus
bisa subur dan tumbuh gandum, jagung, padi, sagu, singkong, dan berbagai ragam
buah-buahan dan sayuran.
Sebagai rasa syukur kita kepada Allah yang telah memberi
rezeki semua itu, maka kita diperintah Allah untuk beribadah padanya melalui
rukun Islam, bila hambanya yang taat, maka Allah akan memberikan pahala dan
dijanjikan masuk surga yang abadi.
Sedangkan mereka yang tetap berbuat syirik (menyekutukan
Tuhan) dan kafir diancam Allah akan dijebloskan ke neraka juga abadi.
Inti perintah Allah (Al Quran dan Al hikmah/hadist) agar manusia hanya menyembah Allah tidak boleh
menentang kekuasaan Allah.
Inillah yang ditugaskan seluruh nabi dan Rasul, Nabi Nuh
saja selama 950 tahun berdakwah meyakinkan kaumnya agar hanya menyembah Allah,
namun hanya sebagian kecil saja kaum Nuh yang mengikuti ajakan Nabi Nuh
sehingga sebagian besar kaum nabi Nuh (termasuk anak dan istrinya)
ditenggelamkan oleh Allah melalui air hujan deras yang menyebabkan banjir
bandang setinggi melampaui puncak gunung.
Berbagai azab yang menimpa berbagai kaum, mulai dari kaum
Nabi Nuh, firaun dan banyak kaum lainnya seperti di ceritakan di Al Quran
menjadi pelajaran dan peringatan bagi manusia, agar tetap taat atas perintah
Allah dan jangan berbuat maksiat (menentang Allah) dan berbuat dosa lainnya,
agar kita tidak terkena Azab dari Allah baik selagi kita hidup di dunia maupun
di akherat,
Tauhid Perintah Pertama
Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴿٢١﴾ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ
فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ
الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabbmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allâh, padahal kamu mengetahui. [al-Baqarah/2:21-22]
MUQADDIMAH
Ketika kita membuka lembaran-lembaran mush-haf al-Qur’ân,
kita akan mendapatkan kata perintah pertama kali terdapat dalam surat
al-Baqarah ayat ke-21 dan kata larangan pertama kali terdapat dalam surat
al-Baqarah ayat ke-22. Oleh karenanya, kedua ayat ini sangat penting untuk kita
fahami dengan baik. Berikut ini sedikit penjelasan tentang dua ayat tersebut.
Semoga bermanfaat.
Tafsir Ayat ke-21:
Firman Allâh Azza wa Jalla.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
Wahai manusia!
Ini adalah seruan kepada seluruh manusia, dari semua
bangsa atau suku, di semua tempat dan waktu, setelah diutusnya Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ini menunjukkan bahwa agama yang dibawa oleh
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditujukan kepada seluruh manusia.
Hal ini sebagaimana Firman Allâh Azza wa Jalla:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا
وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan,
tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. [Saba’/34:28]
Firman Allâh Azza wa Jalla:
اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
“beribadahlah kepada Robb-mu Yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu”,
Ini menunjukkan bahwa manusia wajib beribadah kepada
Allâh Azza wa Jalla karena Dia telah menciptakan manusia. Hal ini sebagaimana
Firman Allâh Azza wa Jalla yang menyebutkan perkataan Nabi Syu’aib
Alaihissallam kepada kaumnya :
وَاتَّقُوا الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالْجِبِلَّةَ الْأَوَّلِينَ
dan bertaqwalah kepada Allâh yang telah menciptakan kamu
dan umat-umat yang dahulu". [asy-Syu’arâ’/26:184]
Dan sesungguhnya perintah Allâh Azza wa Jalla ini
merupakan hikmah manusia diciptakan di dunia ini, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku. [adz-Dzâriyât/51:56]
Beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla yaitu: taat secara
mutlak kepada Allâh Azza wa Jalla, disertai dengan rasa cinta dan pengangungan,
berharap dan takut, dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya lewat syari’at Rasul-Nya (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam) dengan hati yang ikhlas.
Firman Allâh Azza wa Jalla:
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“agar kamu bertaqwa”,
Ini adalah tujuan ibadah seorang hamba, yaitu agar
bertaqwa, agar hamba terlindungi dari murka dan siksa Allâh Azza wa Jalla .
Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah (wafat 795 H)
berkata, “Makna dasar dari kata taqwa adalah seorang hamba membuat perlindungan
yang akan melindunginya dari apa yang dia takutkan dan dia waspadai. Jadi makna
ketaqwaan hamba kepada Rabbnya adalah dia membuat perlindungan yang akan
melindunginya dari apa yang dia takutkan dan dia waspadai dari Rabbnya, seperti
kemarahan-Nya dan siksa-Nya, dengan cara mentaati-Nya dan menjauhi
kemaksiatan-kemaksiatan kepada-Nya.” [1]
Ini juga menujukkan bahwa manfaat ibadah yang
dilaksanakan hamba akan kembali kepada hamba tersebut, bukan untuk Allâh Azza
wa Jalla , juga bukan untuk orang lain. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا
ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
Barangsiapa mengerjakan amal saleh maka (pahalanya) untuk
dirinya sendiri, dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya
sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya)
[Fusshilat/41:46]
Tafsir Ayat ke-22:
Firman Allâh Azza wa Jalla:
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً
وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki
untukmu.[al-Baqarah/2:22]
Ini menunjukkan bahwa di antara sebab hamba diwajibkan
beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla adalah Allâh Azza wa Jalla telah memberi
rezeki kepada manusia. Dan Allâh Azza wa Jalla telah menyiapkan segala
keperluan hidup manusia, dan telah melimpahkan berbagai nikmat-Nya kepada
hamba. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ ﴿٥٧﴾ إِنَّ اللَّهَ
هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari
mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allâh
Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat
Kokoh.[adz-Dzâriyât/51:56-58]
Syaikh Abdurrahman bin Nâshir as-Sa’di (wafat 1376 H)
rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat ke-22 dari surat al-Baqarah ini,
“Kemudian Allâh Azza wa Jalla menyebutkan hujjah (argumentasi-red) wajibnya
beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla semata, yaitu Dia adalah Rabb (Pencipta;
Pemilik; Penguasa; Pemelihara) kamu (manusia), Yang telah memelihara kamu
dengan berbagai macam kenikmatan.
Dia telah menciptakan kamu yang sebelumnya tidak ada. Dia
juga telah menciptakan orang-orang sebelum kamu. Dia telah memberikan
kenikmatan kepada kamu dengan kenikmatan-kenikmatan lahir dan batin.
Dia telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, kamu
dapat menetap di atasnya. Kamu juga dapat memanfaatkannya dengan (membuat)
bangunan, pertanian, pengolahan tanah, berjalan dari satu tempat ke tempat yang
lain dan berbagai pemanfaatan bumi yang lain.
Dia juga telah menjadikan langit sebagai atap bagi tempat
tinggal kamu, dan Dia meletakkan di langit berbagai benda bermanfaat yang
menjadi kebutuhan kamu, seperti matahari, bulan dan bintang-bintang....
Kemudian Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan, seperti biji-bijian dan
buah-buahan dari pohon kurma, dan seluruh buah-buahan, serta tumbuh-tumbuhan,
dan lainnya, sebagai rezeki untukmu, dengan itu kamu memperoleh rezeki, kamu
mendapatkan makanan pokok, kamu hidup, dan bersenang-senang”.[2]
Firman Allâh Azza wa Jalla:
فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا
“Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allâh Azza wa Jalla ”,
Ini merupakan larangan terhadap perbuatan syirik lawan
dari tauhid, yaitu “Janganlah kamu menjadikan tandingan-tandingan (bagi Allâh
Azza wa Jalla ) dari kalangan makhluk, yaitu kamu beribadah kepada
tandingan-tandingan itu sebagaimana kamu beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla ,
dan kamu mencintai mereka sebagaimana kamu mencintai Allâh Azza wa Jalla ,
sedangkan mereka seperti kamu, diciptakan oleh Allâh Azza wa Jalla , diberi
rezeki oleh Allâh Azza wa Jalla , dikuasai oleh Allâh Azza wa Jalla . Mereka
tidak memiliki apapun, meskipun seberat debu di bumi dan di langit. Dan mereka
tidak dapat memberikan manfaat kepada kamu dan tidak dapat membahayakan
kamu”.[3]
Firman Allâh Azza wa Jalla:
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“padahal kamu mengetahui”,
Yaitu kamu mengetahui “bahwa Allâh Azza wa Jalla tidak
memiliki sekutu dan tandingan, baik di dalam mencipta, memberi rezeki, dan
mengatur. Demikian juga Allâh Azza wa Jalla tidak memiliki sekutu dan tandingan
dalam ulûhiyah (hak untuk diibadahi) dan kesempurnaan. Lalu, bagaimana bisa
kamu beribadah kepada tuhan-tuhan yang lain disamping beribadah kepada Allâh
Azza wa Jalla ? Padahal kamu mengetahui hal itu. Ini merupakan perkara yang sangat
mengherankan dan kebodohan yang paling bodoh”.[4]
Hal ini sebagaimana Firman Allâh Azza wa Jalla :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka
(orang-orang musyrik), "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan
menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab,
"Allâh", maka bagaimanakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang
benar). [al-‘Ankabut/29:61]
PETUNJUK-PETUNJUK AYAT.
1. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus
kepada seluruh manusia.
2. Manusia wajib beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla
karena Dia telah menciptakan manusia.
3. Di antara sebab manusia wajib beribadah kepada Allâh
Azza wa Jalla adalah karena Dia memberi rezeki kepada manusia
4. Tujuan ibadah hamba kepada Rabbnya adalah taqwa, yaitu
untuk melindungi diri dari murka dan siksa Allâh Azza wa Jalla .
5. Tauhid adalah perintah pertama kali aalam al-Qur’an.
Ini menunjukkan pentingnya tauhid.
6. Syirik adalah larangan pertama kali dalam al-Qur’an.
Ini menunjukkan bahaya syirik.
7. Manusia meyakini keesaan Allâh dalam rubûbiyah-Nya
(kekuasaan-Nya), maka seharusnya mereka juga meyakini keesaan Allâh dalam
ulûhiyah-Nya (hak-Nya untuk diibadahi dan tidak disekutuan dengan selainNya)
Inilah sedikit penjelasan dua ayat yang agung ini. Semoga
Allâh Azza wa Jalla selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Khusus 11/Tahun
XVII/1435H/2014M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57773 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196]
No comments:
Post a Comment