!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, August 31, 2015

Syafaat mutlak hanya milik Allah, jauhilah berbuat syirik.

Perjalanan yang belum selesai (361)


(Bagian ke tiga ratus enam puluh satu), Depok, Jawa Barat, Indonnesia, 31 Agustus  2015, 21.26 WIB).

Syafaat mutlak hanya milik  Allah, jauhilah berbuat syirik.

Syafaat mutlak hanya untuk Allah dan diberikan kepada mereka yang dikehendakinya, seperti syafaat yang diberikan kepada Nabi Tusuf yang diberikan kekuatan iman oleh Allah sehingga berhasil menghindari godaan ratu cantik dari kerajaan Mesir yang ingin merayu Nabi Yusuf untuk berbuat zina.
Selain itu dalam surat Yusuf Allah juga memperingatkan manusia agar jangan berbuat syirik (menyekutukan Tuhan).
Nabi Muhammad bersabda dosa yang paling besar adalah berbuat syirik. Itulah sebabnya Nabi Ibrahim selalu berdoa agar anak cucunya dihindari dari berbuat syirik (menyembah berhala-berhala).
Setiap manusia bila mati dalam keadaan berbuat syirik, tiak bertaubat kepada Allah (kembali ber iman, dan mengakui keesaan Allah, diancam akan dimasukkan ke neraka.

Az Zumar Ayat 43-52
Ayat 43-44: Syafaat yang mutlak adalah milik Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan untuk orang yang diizinkan-Nya.

أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلا يَعْقِلُونَ (٤٣) قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (٤٤)

 Terjemah Surat Az Zumar Ayat 43-44

43. [1]Ataukah mereka mengambil penolong selain Allah[2]. Katakanlah[3], "Apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatu apa pun dan tidak mengerti (apa-apa)[4]?"

44. Katakanlah, "Pertolongan itu hanya milik Allah semuanya[5]. Dia memiliki kerajaan langit dan bumi[6]. Kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan[7]."

Ayat 45-48: Musuh-musuh agama lari dari kalimatut tauhid, merasa senang ketika kalimat kufur dan syirk disebut-sebut, adapun orang-orang mukmin merendahkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan mentauhidkan-Nya, dan gambaran keadaan kaum musyrik pada hari Kiamat.



وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (٤٥) قُلِ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِي مَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (٤٦) وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لافْتَدَوْا بِهِ مِنْ سُوءِ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ (٤٧) وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (٤٨)

  Terjemah Surat Az Zumar Ayat 45-48

45. [8]Dan apabila yang disebut hanya nama Allah[9], kesal sekali hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat. Namun apabila nama-nama sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka menjadi bergembira[10].

46. Katakanlah, "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui segala yang gaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan di antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan[11]."

47. [12]Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai segala apa yang ada di bumi dan ditambah lagi sebanyak itu, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari azab yang buruk pada hari Kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang dahulu tidak pernah mereka perkirakan.

48. Dan jelaslah bagi mereka kejahatan apa yang mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh azab yang dahulu mereka selalu memperolok-olokkannya.

Ayat 49-52: Salah satu watak manusia yang buruk, dan bahwa kunci-kunci rezeki ada di Tangan Allah Subhaanahu wa Ta'aala; Dia yang menentukan rezeki hamba-hamba-Nya.

فَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ (٤٩) قَدْ قَالَهَا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٥٠) فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَالَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ هَؤُلاءِ سَيُصِيبُهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ (٥١) أَوَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (٥٢)



Terjemah Surat Az Zumar Ayat 49-52

49. [13]Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, "Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku[14].” Sebenarnya, itu adalah ujian[15], tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui[16].

50. Sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mengatakan hal itu[17], maka tidak berguna lagi bagi mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.

51. Lalu mereka ditimpa (bencana) dari akibat buruk yang mereka perbuat[18]. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka juga akan ditimpa (bencana) dari akibat buruk yang mereka kerjakan dan mereka tidak dapat melepaskan diri[19].

52. [20]Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki)? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang beriman[21].

[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingkari orang yang mengambil penolong selain Allah, seperti patung-patung dan berhala-berhala dimana mereka bergantung, meminta dan menyembah kepada mereka.

[2] Seperti berhala-berhala, dimana mereka menganggap bahwa berhala-berhala itu pemberi syafaat bagi mereka di sisi Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[3] Yakni menerangkan kepada mereka kebodohan mereka dan bahwa benda-benda itu tidak pantas disembah.

[4] Bagaimana mereka memiliki sesuatu atau mengerti sesuatu sedangkan mereka hanya sebuah batu, sebuah pohon, sebuah gambar, orang-orang yang telah mati, kuburan dsb.

[5] Oleh karena itu tidak ada yang berani memberi syafaat kecuali dengan izin Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[6] Milik-Nya semua yang ada di sana baik zatnya, perbuatannya maupun sifatnya. Oleh karena itu, seharusnya pertolongan diminta dari yang memilikinya, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan beribadah hanya kepada-Nya.

[7] Lalu Dia memberikan balasan kepada orang yang ikhlas dengan pahala yang besar dan membalas orang yang berbuat syirk dengan azab yang buruk.

[8] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan keadaan orang-orang musyrik dan perbuatan yang dikehendaki oleh syirk mereka.

[9] Yakni hanya Allah saja yang dikatakan berhak disembah dan bahwa selain-Nya tidak berhak disembah, kemudian mereka diperintahkan untuk beribadah hanya kepada-Nya serta meninggalkan sesembahan selain-Nya.

[10] Hal itu karena syirk sesuai hawa nafsu mereka. Keadaan ini merupakan keadaan yang paling buruk dan paling keji. Akan tetapi untuk pembalasan mereka sudah ada waktunya yaitu hari Kiamat, dimana akan diambil hak itu dari mereka dan mereka akan melihat, apakah berhala dan patung yang mereka sembah di dunia dapat menolong mereka atau tidak.

[11] Tentang perkara agama. Di antara perkara yang paling besar yang diperselisihkan adalah perkara orang-orang yang bertauhid dengan perkara orang-orang musyrik. Orang-orang yang bertauhid mengatakan bahwa mereka yang hak (benar) dan bahwa mereka akan memperoleh surga di akhirat tidak selain mereka, sedangkan orang-orang musyrik yang mengadakan tandingan bagi Allah dan menyamakan makhluk dengan-Nya juga mengatakan bahwa mereka berada di atas yang hak, sedangkan selain mereka berada di atas kebatilan, dan bahwa surga akan mereka peroleh. Dalam ayat lain Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” (Terj. Al Hajj: 17) Keputusan Allah terhadap mereka yang berselisih itu telah diberitahukan pula kepada kita oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam lanjutan ayat di surah Al Hajj: 19-23. Di sana Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan bahwa orang-orang yang menyembah selain Allah akan disiksa di neraka dan orang-orang yang menyembah Allah akan dimasukkan ke dalam surga.

Dalam ayat di atas terdapat penjelasan meratanya penciptaan Allah, merata pula ilmu-Nya, merata pula hukum-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Kekuasaan-Nya yang dari sana terwujud semua makhluk dan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu menunjukkan bahwa Dia akan memberikan keputusan di antara hamba-hamba-Nya, akan membangkitkan mereka. Pengetahuan-Nya terhadap amal mereka, yang baik maupun yang buruk dan ukuran balasan-Nya serta penciptaan-Nya menunjukkan ilmu-Nya.

[12] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan bahwa Dia akan memberikan keputusan di antara hamba-hamba-Nya, Dia juga menyebutkan perkataan orang-orang musyrik yang begitu keji, seakan-akan jiwa rindu untuk mengetahui apa tindakan Allah kepada mereka pada hari KIamat, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa bagi mereka azab yang paling buruk dan jelek sebagaimana mereka mengatakan kata-kata yang sangat buruk dan sangat jelek. Dan kalau seandainya mereka memiliki semua yang ada di bumi, baik emas, perak, mutiara, hewan, pohon-pohon dan tanaman serta bangunannya, lalu mereka korbankan semua itu untuk menebus dirinya dari azab, maka tidak akan diterima dari mereka, dan lagi semua itu tidak berguna apa-apa baginya, karena pada hari itu adalah hari yang tidak berguna harta dan anak selain orang yang menghadap Allah membawa hati yang bersih.

[13] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan keadaan manusia dan tabiatnya, bahwa ketika ia ditimpa bencana, baik itu penyakit, marabahaya, musibah dan lain sebagainya, dia berdoa kepada Allah sambil mendesak dalam doanya agar dihilangkan bencana itu, namun ketika Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghilangkan bencana itu dan memberinya nikmat, ternyata ia kembali kafir kepada Tuhannya dan mengingkari kebaikan-Nya. Bahkan mengatakan, "Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku,”

[14] Yakni, “Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena aku tahu dari Allah bahwa aku memang berhak, karena aku orang mulia atau karena aku mengetahui cara untuk menghasilkannya.”

[15] Yakni cobaan dan ujian, agar Allah menyaksikan siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur.

[16] Oleh karena itu, mereka menganggap bahwa ujian itu merupakan nikmat dan bagi mereka terasa samar kebaikan yang murni dengan sesuatu yang menjadi sebab kepada kebaikan atau keburukan.

[17] Seperti Qarun dan kaumnya yang ridha dengan sikapnya itu. Sikap dan ucapan itu diwarisi dari orang-orang terdahulu yang kufur nikmat, tidak mengakui nikmat Allah, dan tidak melihat hak-Nya, sehingga mereka dibinasakan Allah, dan ketika azab datang, maka apa yang mereka usahakan tidaklah berguna sedikit pun bagi mereka.

[18] Yakni mereka ditimpa dengan hukuman bagi amal mereka.

[19] Karena mereka tidak lebih baik daripada generasi sebelum mereka, dan lagi mereka tidak memiliki jaminan bebas dari azab dalam kitab-kitab terdahulu.

[20] Setelah Allah menyebutkan bahwa mereka tertipu oleh harta benda dunia, namun karena kebodohan mereka, mereka malah menyangka bahwa hal itu menunjukkan kebaikan pada mereka, maka Allah memberitahukan, bahwa rezeki yang diberikan-Nya tidaklah menunjukkan demikian karena Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya, baik orang itu salih atau tidak. Rezeki-Nya diberikan kepada semua makhluk-Nya, namun iman dan amal saleh hanya diberikan kepada makhluk pilihan-Nya.

[21] Karena orang-orang yang beriman mengetahui, bahwa pelapangan rezeki dan penyempitannya kembalinya kepada hikmah dan rahmat, dan Dia lebih mengetahui keadaan hamba-Nya. Terkadang Dia menyempitkan rezeki kepada mereka karena kelembutan-Nya kepada mereka, karena jika Dia melapangkannya tentu mereka akan berbuat zalim di bumi, sehingga Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam hal itu memperhatikan baik tidaknya bagi agama mereka, dimana agama merupakan materi kebahagiaan dan keberuntungan mereka, wallahu a’lam.

HINDARILAH SYIRIK …...BERTAUHIDLAH!
(Sebuah pelajaran dari Al Qur’an surat Yusuf)

Oleh
Abdul Azhim Al Badawi


Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, semoga Allah senantiasa mengajarkan kepada kita sesuatu yang bermanfaat dalam firman Allah yang bercerita tentang Nabi Yusuf Alaihissallam.

إِنِّي تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لاَّيُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَهُم بِاْلأَخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ ءَابَآءِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ مَاكَانَ لَنَآ أَن نُّشْرِكَ بِاللهِ مِن شَىْءٍ

Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak, Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah.. [Yusuf:37-38].

Terdapat satu isyarat, bahwa agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim, Ishaq, Ya’qub dan Nabi Yusuf itu sama. Yaitu agama tauhid, yang dibawa oleh semua para nabi alaihimus shalatu wassalam, sebagamana firman Allah.

إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Rabbmu, maka sembahlah Aku. [Al Anbiya’:92].

Kepada agama inilah, Yusuf menyeru kepada kedua temannya (yang di penjara).

يَاصَاحِبَيِ السِّجْنِ ءَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ مَاتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِه إِلآ أَسْمَآءً سَمَّيْتُمُوهَآ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُم مَّآأَنزَلَ اللهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ للهِ أَمَرَ أَلاَّتَعْبُدُوا إِلآًّإِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ

Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik, rabb-rabb yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [Yusuf:39-40].

Demikian juga semua para nabi, mereka berdakwah kepada agama ini, sebagaimana Allah berfirman.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu," [An Nahl:36].

Dan firmanNya.

وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." [Al Anbiya’:25].

Karenanya, seruan yang diucapkan oleh para nabi kepada kaumnya selalu sama, yaitu:

يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلاَهٍ غَيْرُهُ

Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Ilah bagimu selainNya. [Al A’raf:59].

Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, juga mengajak kepada agama (tauhid) ini. Ketika orang-orang kafir Quraisy mengatakan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

مَاسَمِعْنَا بِهَذَا فِي الْمِلَّةِ اْلأَخِرَةِ إِنْ هَذَآ إِلاَّ اخْتِلاَقٌ

Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah(dusta) yang diada-adakan. [Shad:7].

Allah Azza wa Jalla berfirman kepada NabiNya.

قُلْ مَاكُنتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ

Katakanlah:"Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” [Al Ahqaf:9]

Maksudnya, saya bukanlah yang pertama, namun saya ini adalah seorang pengikut.

Allah juga berfirman,

ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَاكَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad):"Ikutilah agama Ibrahim, seorang yang hanif." Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Rabb. [An Nahl:123].

Perkataan Nabi Yusuf Alaihissallam إِنِّي تَرَكْتُ (Aku tinggalkan), sejalan dengan firman Allah فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ (Maka barangsiapa yang ingkar kepada thagut). Sedangkan perkataan Nabi Yusuf وَاتَّبَعْتُ (Aku ikuti) sejalan dengan firman Allah وَيُؤْمِن بِاللهِ (dan beriman kepada Allah). Jadi, keimanan itu mesti didahului pengingkaran. Keimanan kepada Allah mesti didahului dengan pengingkaran terhadap semua (yang dipertuhankan oleh manusia, pent) selain Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu, kalimat tauhid mengandung dua makna ini. Ucapan “Lailaha” adalah pengingkaran terhadap semua yang dipertuhan. Dan ucapan “Illallah” adalah keimanan kepada Allah sebagai Ilah (yang berhak disembah).

Hidayah kepada tauhid merupakan karunia Allah yang hanya diberikan kepada hambaNya yang dikehendaki. Sebagaimana perkataan Nabi Yusuf Alaihissallam.

ذَلِكَ مِن فَضْلِ اللهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَشْكُرُونَ

Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukuri(Nya). [Yusuf:38].

Sebagai peringatan atas karunia ini dan agar jangan sampai hilang -kami katakan- demi memotivasi kepada tauhid dan menjauhi syirk,“Sesungguhnya kesyirikan itu adalah kesesatan yang nyata dan kezhaliman yang besar.

Allah berfirman.

وَمَنْ أَضلَُّ مِمَّن يَدْعُوا مِن دُونِ اللهِ مَن لاَّيَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَآئِهِمْ غَافِلُونَ

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do'anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do'a mereka. [Al Ahqaf:5].

Dan firmanNya.

وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zhalim. [Al Baqarah:254].

Dan firmanNya.

وَإِذْقَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, pada waktu memberi pelajaran kepadanya,"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar. " [Luqman:13].

FirmanNya,

وَلاَ تَدْعُوا مِن دُونِ اللهِ مَالاَيَنفَعُكَ وَلاَيَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ

Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim. [Yunus:106].

FirmanNya.

وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [An Nisa’:48].

Dan.

وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا

Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. [An Nisa’:116].

Syirik termasuk penyebab terhapusnya (nilai) amal perbuatan. Firman Allah.

وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya amalmu akan terhapus dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [Az Zumar:65].

Dalam surat Al An’am -setelah menyebutkan (kisah) beberapa nabi- Allah berfirman.

ذَلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِى بِهِ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُم مَّاكَانُوا يَعْمَلُونَ

Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Allah kehendaki di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. [Al An’am:88].

Syirik menjadi penyebab kehinaan dan kerendahan. Allah berfirman.

لاَّتَجْعَلْ مَعَ اللهِ إِلاَهًا ءَاخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولاً

Janganlah kamu adakan ilah-ilah yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (oleh Allah). [Al Isra’:22].

Dan firmanNya.

ذَلِكَ مِمَّآ أَوْحَى إِلَيْكَ رَبُّكَ مِنَ الْحِكْمَةِ وَلاَ تَجْعَلْ مَعَ اللهِ إِلاَهًا ءَاخَرَ فَتُلْقَى فِي جَهَنَّمَ مَلُومًا مَّدْحُورًا

Dan janganlah kamu mengadakan ilah yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). [Al Isra’:39].

Syirik bisa menyebabkan pelakunya masuk neraka dan menghalanginya dari mendapat magfirah (ampunan) dan keridhaan Allah. Allah berfirman.

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَالِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun. [Al Maidah:72].

Syirik termasuk perbuatan haram yang sangat mendasar, sebagaimana firman Allah.

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

Katakanlah:"Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia. [Al An’am:151].

Dan firmanNya.

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَ الْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَالَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَالاَ تَعْلَمُونَ

Katakanlah:"Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui." [Al A’raf:33].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ

Hindarilah tujuh perkara yang membinasakan. Para sahabat bertanya,“Apakah (tujuh perkara) itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,“Syirk (menyekutukan) Allah, …” kemudian beliau melanjutkannya dan menyebutkan ketujuh hal tersebut [1]

Dalam penyebutan kata “syirik” diurutan terdepan terdapat isyarat, bahwa syirik merupakan dosa yang paling besar. Dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya.

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

Maukah kalian kuberitahu tentang dosa yang paling besar? Mereka menjawab,“Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,“Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau bersabda sambil bersandar, lalu duduk dan bersabda (lagi),”Dan ingatlah berkata dusta (termasuk dosa besar-pent).” Beliau mengulang-ulang ucapan itu, sampai kami berkata,”Semoga beliau diam.”

Juga dalam hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata.

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ

Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar? Beliau menjawab,”Engkau menyekutukan Allah, padahal Dia telah menciptakanmu.”

Waspadalah dengan syirik, yang kecil maupun yang besar! Syirik itu (kadang) tidak lebih nampak dibandingkan dengan semut di atas batu hitam. Dan tidak ada yang merasa dirinya aman dari kesyirikan, kecuali orang-orang yang tidak mengetahui hakikat syirik dan tidak tahu pula apa yang menyebabkannya terbebas dari syirik. Adapun orang yang mengerti hakikat dan bahaya syirik, ia akan menjadi orang yang paling takut terhadap syirik. Nabi Ibrahim Alaihissallam berkata.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَ اجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ اْلأَصْنَامَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata,"Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” [Ibrahim:35].

Kemudian beliau menjelaskan penyebab dari rasa takutnya,

رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ

Ya Rabbku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia. [Ibrahim:36].

Jika seseorang sudah mengetahui, bahwa banyak orang yang terjerembab ke dalam syirik akbar dan mereka sesat dengan menyembah berhala, maka ia akan takut terjerembab seperti mereka.

Ibrahim At Taimi berkata,“Siapakah yang merasa aman dari bala’ (syirik) setelah Nabi Ibrahim?” Maksudnya, jika Nabi Ibrahim Alaihissallam sang kekasih Allah saja masih khawatir terjatuh ke dalam kesyirikan, masih adakah orang yang tidak khawatir atas dirinya terjatuh ke dalam kesyirikan setelah Nabi Ibrahim?

Syirik merupakan kezhaliman yang paling zhalim, sedangkan tauhid merupakan keadilan yang paling adil. Karena jika adil (diartikan dengan, pent.) meletakkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan kepada seseorang apa yang menjadi haknya tanpa mengurangi sedikitpun, maka tauhid merupakan keadilan yang paling adil, karena tauhid merupakan hak Allah atas hambaNya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,“Saya (Mu’adz bin Jabal) membonceng Nabi di atas keledai. Beliau berkata kepadaku,“Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas hamba dan apa hak hamba kepada Allah?” Saya jawab,“Allah dan RasulNya yang lebih tahu.” Beliau bersabda,“Hak Allah atas hambaNya adalah agar mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya. Sedangkan hak hamba atas Allah adalah tidak menyiksa orang yang tidak berbuat syirik.”

Jika tauhid merupakan hak, maka apabila hamba-hambaNya telah mentauhidkanNya (menyerahkan kepada Allah yang menjadi hakNya, pent.) berarti mereka telah berlaku adil dengan seadil-adilnya. Jika mereka berbuat syirik, maka mereka telah berbuat zhalim. Karenanya, tauhid merupakan kewajiban yang paling wajib. Allah berfirman.

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلآ إِيَّاهُ

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia [Al Isra’:23].

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun [An Nisa’:36].

Tauhid memiliki banyak keutamaan, diantaranya:

- Menyebabkan aman dari siksa pada hari kiamat. Allah berfirman.

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اْلأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al An’am:82].

Dan firmanNya.

إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُم مِّنَّا الْحُسْنَى أُوْلَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ لاَ يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَاشْتَهَتْ أَنفُسُهُمْ خَالِدُونَ لاَ يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ اْلأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata):"Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.. [Al Anbiya’:101-103].

- Tauhid merupakan kunci masuk surga, sebagaimana perkataan Wahab bin Munabbih, “Kunci syurga itu adalah lailaha illallah.”

- Dengan tauhid, Allah berkenan menghapus kesalahan-kesalahan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits qudsi.

إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً فَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَيَقُولُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَقَالَ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ قَالَ فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ فَلَا يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللَّهِ شَيْءٌ

Sesungguhnya Allah akan menyelamatkan seorang manusia ………. Lalu Allah membentangkan 99 catatan amal di hadapan orang itu. Satu catatan (ukuran) sejauh mata memandang. Kemudian Allah berfirman,”Adakah diantara catatan-catatan ini yang engkau ingkari? Apakah penulis-penulisku telah menzhalimimu?” Orang itu menjawab,”‘Tidak wahai Rabb!” Allah berfirman,”Apakah engkau mempunyai alasan?” Orang itu menjawab,”Tidak wahai Rabb!” Allah berfirman,”Tentu. Sesungguhnya dalam catatan kami, engkau punya kebaikan. Dan sesungguhnya hari ini engkau tidak akan dizhalimi!” Lalu keluarlah sebuah kartu, tertulis padanya:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Lalu Allah berfirman,”Datangkanlah timbanganmu!” Orang itu menjawab,”Wahai Rabbku, apalah artinya satu kartu ini dengan catatan-catatan amal (kejelekan) ini.” Allah berfirman,”Sesungguhnya, engkau tidak akan dizhalimi.” Kemudian catatan-catatan itu ditaruh pada salah satu sisi timbangan dan kartu di sisi yang lain. Kemudian catatan-catatan amal itu menjadi ringan dan kartu itu menjadi berat, tidak ada sesuatupun yang lebih berat dari nama Allah. [2]

Para ulama’ telah membagi tauhid menjadi tiga.

Pertama. Tauhid Rububiyah.
Yaitu mengakui secara zhahir bathin, bahwa Allah adalah Rabb segala sesuatu, Pemilik, Pencipta, Pemberi Rizki, Yang Menghidupkan dan Mematikan, Yang mengurusi alam semesta ini semuanya, baik yang atas maupun yang bawah.

Kedua. Tauhid Uluhiyah.
Yaitu mengesakan Allah dengan ibadah tanpa memalingkan bagian terkecil dari ibadah kepada selain Allah k . Inilah makna kalimat tauhid lailaha illallah, tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah. Karena Dialah Sang Pencipta, sedangkan selain Dia adalah makhluq dan hanya Allah yang bisa mengabulkan permohonan orang yang sengsara dan yang bisa menghilangkan kesengsaraan. Allah berfirman,

وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَيَسْتَجِيبُونَ لَهُم بِشَىْءٍ إِلاَّ كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَآءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَاهُوَ بِبَالِغِهِ

Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. [Ar Ra’d:14].

Untuk tujuan tauhid inilah, Allah menciptakan makhluk, mengirimkan para rasul dan menurunkan kitab-kitabNya. Allah berfirman.

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahKu. [Adz Dzariyat:56].

FirmanNya.

أَتَى أَمْرُ اللهِ فَلاَ تَسْتَعْجِلُوهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ يُنَزِّلُ الْمَلاَئِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُوا أَنَّهُ لآإِلَهَ إِلآأَنَا فَاتَّقُونِ

Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintahNya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya, yaitu:"Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertaqwa kepadaKu." [An Nahl:2].

Tauhid inilah yang diingkari oleh orang-orang musyrik pada zaman dahulu, padahal mereka sudah mengakui tauhid Rububiyah. Allah berfirman.

قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ وَاْلأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللهُ

Katakanlah:"Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka menjawab,"Allah." [Yunus:31].

Dan firmanNya.

وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ

Dan mereka berkata,"Apakah kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?" [Ash Shaffat:36].

Maka seorang muslim harus mengetahui, bahwasanya mengakui Allah sebagai Pencipta, Pemberi Rizqi, Yang Bisa Menghidupkan dan Mematikan, tidak akan berarti apapun sampai dia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang haq kecuali Allah, lalu melaksanakan yang menjadi konsekwensinya.

Ketiga. Tauhid Asma’ dan Sifat.
Maksudnya, ialah menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk diriNya dalam kitabNya, dalam hadits Rasulullah yang shahih tanpa tasybih (menyerupakan), tahrif (menyelewengkan maknanya), tamtsil (memisalkan), ta’thil (menolak) dan tanpa takyiif.

Berpegang pada firmanNya.

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءُُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada yang semisalnya denganNya. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [Asy Syura:11].

Sifat-sifat Allah yang ada dalam Al Qur’an terbagi menjadi dua. Yaitu sifat dzat dan sifat fi’il. Sifat dzat, misalnya: jiwa, hidup, mengetahui, dapat mendengar, dapat melihat, dapat berbicara, wajah, tangan, betis dan lain-lain. Sifat fi’il, seperti: bersemayam, turun, datang, ridha, marah, tertawa, senang dan lain-lain.

Kewajiban kita atas sifat-sifat ini, ialah mengimaninya, menetapkannya untuk Allah tanpa tasybih, ta’thil, tamtsil dan takyif. Diantara kita, janganlah ada yang mengatakan jiwa Allah seperti jiwa manusia dan lain sebagainya. Kita mestinya mengikuti sebagaimana perkataan Imam As Syafi’i rahimahullah,“Aku beriman kepada Allah dan kepada semua yang datang dari Allah sesuai dengan maksud Allah. Dan aku juga beriman kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan kepada semua yang datang dari Rasulullah sesuai dengan maksud Rasulullah.”

Selanjutnya ketahuilah wahai saudara-saudaraku, semoga Allah merahmati kita. Bahwa tauhid merupakan jalan tertinggi yang ditempuh manusia menuju Allah. Tauhid merupakan dakwah pertama para rasul. Mereka memulai dakwah dengan (menyampaikan) tauhid, sebelum (perkara) halal dan haram. Rasulullah n tinggal di Mekkah selama 10 tahun atau lebih, senantiasa menyampaikan, “Wahai manusia, katakanlah laailaha illallah, kalian pasti akan beruntung.”

Ketika tauhid sudah tertanam di hati mereka, barulah kemudian turun ayat-ayat fardhu, diawali dengan shalat. Tidak bertambah sampai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hijrah ke Madinah.

Kemudian perintah dan larangan berdatangan. Rasul tidak perlu bekerja keras untuk mengarahkan mereka agar mentaatinya, karena beliau sudah bekerja keras di Mekkah sehingga punahlah ikatan kesyirikan. Ketika ikatan syirik sudah punah, maka ikatan-ikatan yang lainpun punah. Kaum mukmin menjadi seperti yang diterangkan Allah.

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَّقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا

Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya agar Rasul mengadili diantara mereka ialah ucapan: "Kami mendengar dan kami patuh". [An Nur:51]

Karena pentingnya tauhid, maka ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim utusan-utusannya dan para da’i ke suatu kaum, beliau memerintahkan mereka agar memulai dakwahnya dengan tauhid, sebagaimana sabda beliau kepada Muadz bin Jabbal ketika di utus ke Yaman,

إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكنْ أَوَّلُ مَا تَدْعوُهُمْ إِلَيهِ شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

Sesungguhnya engkau akan mendatangi orang-orang ahli kitab, maka hendaklah perkara pertama yang engkau dakwahkan ialah syahadat lailaha illallah (agar mereka bersaksi, bahwa tidak ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah, pent.) dan sesungguhnya saya adalah Rasulullah. Jika mereka sudah mentaati kamu untuk itu, maka beritahukanlah mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka lima shalat sehari semalam. Jika mereka sudah taat, maka beritahulah mereka, bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada orang-orang kaya lalu diberikan kepada orang yang fakir. Jika mereka taat, maka hindarilah harta-harta berharga mereka dan takutlah terhadap do’a orang-orang yang terzhalimi, karena sesungguhnya antara do’a itu dengan Allah tidak ada hijab. [3]

Maka wajib bagi setiap muslim untuk memperhatikan aqidah ini, baik sebagai pelajaran ataupun pengajaran. Dan wajib juga bagi setiap da’i dan guru untuk mendahulukan aqidah di atas segala sesuatu, serta menjadikan aqidah sebagai skala prioritas. Karena baiknya amal disebabkan aqidah yang baik dan buruknya amal akibat dari buruknya aqidah.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ اْلأَرْضِ مَالَهَا مِن قَرَارٍ

Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya.Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. [Ibrahim:24-26].

Akhirnya, semoga Allah memberikan kita dan semua kaum muslimin aqidah yang baik dan selamat. Sesungguhnya hanya Allah yang mampu melakukan hal itu.

(Diterjemahkan dari Majalah Al Ashalah Edisi 11/Tahun ke-2, halaman 17-24)


[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun VII/1424H/2003M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]

No comments:

Post a Comment