Perjalanan yang belum selesai (357)
(Bagian ke tiga ratus lima puluh tujuh), Depok, Jawa
Barat, Indonnesia, 26 Agustus 2015,
01.06 WIB).
Doa Malaikat untuk orang pelit, dermawan dan fadilah
Surat Al-Ikhlas.
Nabi Muhammad bersabda bahwa para Malaikat selalu berdoa
agar orang pelit dibinasakan hartanya, dan mendoakan agar orang dermawan di
lipat gandakan rezeki dan pahalanya, serta fadilah surat Al-Ikhas setara dengan
membaca 1/3 Al Quran.
DO'A PARA MALAIKAT ATAS ORANG YANG PELIT/BAKHIL DENGAN
DIHANCURKAN HARTANYA
Oleh
Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi
Di antara orang yang dido‘akan dengan kejelekan oleh para
Malaikat adalah orang-orang yang pelit untuk berinfak di jalan Allah Subhanahu
wa Ta’ala, telah berlalu dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut, di
antaranya adalah:
Imam al-Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ
يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُوْلُ
اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
'Tidak satu hari pun dimana seorang hamba berada padanya
kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya berkata,
'Ya Allah, berikanlah ganti [1] bagi orang yang berinfak.' Sedangkan yang
lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah [2]harta orang yang kikir.'" [3]
Al-Malla ‘Ali al-Qari berkata di dalam syarah hadits ini,
"Yang dimaksud dengan 'kikir' di sini adalah pelit memberikan kebaikan
atau harta bagi yang lainnya." [4]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, "Adapun
do'a dengan dihancurkan mempunyai makna bahwa harta itu sendiri yang hancur
atau pemilik harta tersebut, maksudnya adalah hilangnya kebaikan karena sibuk
dengan yang lainnya."[5]
Para Imam, yaitu Imam Ahmad, Ibnu Hibban, dan al-Hakim
meriwayatkan dari Abud Darda' Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَا طَلَعَتْ شَمْسٌ قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ
يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، يَا أَيُّهَا النَّاسُ
هَلُمُّوْا إِلَى رَبِّكُمْ فَإِنَّ مَا قَلَّ وَكَفَى خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى
وَلاَ آبَتْ شَمْسٌ قَطٌّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ
أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَأَعْطِ
مُمْسِكًا مَالاً تَلَفًا.
"Tidaklah matahari terbit kecuali diutus di dua
sisinya dua Malaikat yang berseru. Semua penduduk bumi mendengarkannya kecuali
jin dan manusia, mereka berdua berkata, 'Wahai manusia menghadaplah kalian
kepada Rabb kalian, karena yang sedikit dan cukup itu tentu lebih baik daripada
yang banyak tetapi dipakai untuk foya-foya, dan tidaklah matahari terbenam
kecuali diutus di antara dua sisinya dua Malaikat yang berseru, semua penduduk
bumi mendengarkannya kecuali jin dan manusia, mereka berdua berkata: ‘Ya Allah,
berikanlah ganti bagi orang yang berinfak dan hancurkanlah harta orang yang
pelit.’"[6]
Dua Imam, yaitu Ahmad dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari
Abi Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
إِنَّ مَلَكًا بِبَابٍ مِنْ أَبْوَابِ السَّمَاءِ يَقُوْلُ:
مَنْ يُقْرِضِ الْيَوْمَ يُجْزَى غَدًا، وَمَلَكًا بِبَابِ آخَرَ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ
أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَعَجِّّلْ لِمُمْسِكٍ تَلَفًا.
"Sesungguhnya seorang Malaikat yang ada di sebuah
pintu dari pintu-pintu langit, berkata: ‘Barangsiapa meminjamkan pada hari ini,
maka akan dibalas pada hari nanti.’ Dan seorang Malaikat lagi yang berada pada
pintu yang lain berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak
dan percepatlah kehancuran harta orang yang pelit.’"[7]
Semoga dengan kemuliaan Allah kepada kita semua, kita
masuk ke dalam golongan orang-orang yang berinfak yang dido‘akan dengan
pengganti oleh para Malaikat, dan tidak dimasukkan ke dalam golongan
orang-orang pelit yang dido‘akan dengan kehancuran oleh para Malaikat. Aamiin
ya Dzal Jalaali wal Ikraam.
DO'A PARA MALAIKAT BAGI ORANG YANG BERINFAK AGAR MEREKA
MENDAPATKAN PENGGANTI ATAS APA YANG DIINFAKKANNYA
Di antara orang-orang yang mendapatkan do’a dari para
Malaikat adalah orang-orang yang selalu berinfak di jalan kebaikan, dan di
antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah:
1. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ
يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُوْلُ
اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
‘Tidak satu hari pun di mana pada pagi harinya seorang
hamba ada padanya melainkan dua Malaikat turun kepadanya, salah satu di antara
keduanya berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti [1] bagi orang yang berinfak.’
Dan yang lainnya berkata: ‘Ya Allah, hancurkanlah [2] (harta) orang yang
kikir.’” [3]
Di antara hal yang bisa kita fahami dari hadits di atas
bahwa ash-Shaadiqul Mashduuq, yaitu Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengabarkan bahwa sesungguhnya para Malaikat berdo’a agar Allah Subhanahu wa
Ta’ala menggantikan harta orang yang berinfak.
Al-‘Allamah al-‘Aini ketika menjelaskan hadits tersebut
berkata: “Makna khalaf adalah pengganti, sebagaimana dalam sebuah ungkapan:
‘Akhlafallaahu khalfan’ maknanya adalah semoga Allah menggantikannya.” [4]
Al-Mulla ‘Ali al-Qari ketika menjelaskan hadits ini
berkata: “Khalaf maknanya adalah pengganti yang sangat besar, sebuah pengganti
yang baik di dunia dan berupa balasan di akhirat, dalam hal ini Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ
خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dia-lah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya.” [Saba’: 39] [5]
Al-‘Allamah al-‘Aini menjelaskan faidah-faidah yang dapat
diambil dari hadits tersebut dengan perkataan: “Dan di dalamnya ada do’a
Malaikat, sedangkan do’a Malaikat adalah sebuah do’a yang akan selalu
dikabulkan dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‘Barangsiapa yang ucapan aminnya itu tepat dengan ucapan amin para Malaikat,
maka diampuni dosanya yang telah lalu.” [6]
Dan yang dengan dimaksud dengan infak, sebagaimana yang
diungkapkan oleh para ulama, adalah infak dalam ketaatan, infak dalam akhlak
yang mulia, infak kepada keluarga, jamuan tamu, shadaqah dan lain-lain yang
tidak dicela dan tidak termasuk kategori pemborosan.[7]
2. Para Imam, yaitu Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim
meriwayatkan dari Abud Darda’ Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا طَلَعَتْ شَمْسٌ قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ
يُنَادِيَانِ، يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ
هَلُمُّوْا إِلَى رَبِّكُمْ فَإِنَّ مَا قَلَّ وَكَفَى خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى.
وَلاَ آبَتْ شَمْسٌ قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ
أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَأَعْطِ
مُمْسِكًا تَلَفًا.
‘Tidaklah matahari terbit melainkan diutus di dua sisinya
dua Malaikat yang berseru, semua penduduk bumi mendengarnya kecuali jin dan
manusia, mereka berdua berkata: ‘Wahai manusia menghadaplah kalian kepada Rabb
kalian, karena yang sedikit dan cukup itu tentu lebih baik daripada yang banyak
tetapi digunakan untuk foya-foya. Dan tidaklah matahari terbenam melainkan
diutus di antara dua sisinya dua Malaikat yang berseru, semua penduduk bumi
mendengarnya kecuali jin dan manusia, mereka berdua berkata: ‘Ya Allah,
berikanlah ganti bagi orang yang berinfak, dan hancurkanlah (harta) orang yang
kikir.’”[8]
3. Dua Imam, yaitu Ahmad dan Ibnu Hibban meriwayatkan
dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
إِنَّ مَلَكًا بِبَابٍ مِنْ أَبْوَابِ السَّمَاءِ يَقُوْلُ:
مَنْ يُقْرِضِ الْيَوْمَ يُجْزَى غَدًا وَمَلَكًا بِبَابٍ آخَرَ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ
أَعْطِ لِمُنْفِقٍ خَلَفًا وَعَجِّلْ لِمُمْسِكٍ تَلَفًا.
“Sesungguhnya satu Malaikat yang ada di sebuah pintu dari
pintu-pintu langit berkata: ‘Barangsiapa meminjamkan pada satu hari ini, maka
akan dibalas pada esok hari, dan satu Malaikat lainnya yang ada di pintu lain
berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak dan segera
hancurkanlah (harta) orang yang kikir.’” [9]
Imam Ibnu Hibban memberikan bab bagi hadits ini dengan
judul: “Do’a Malaikat bagi Orang yang Berinfak dengan Pengganti dan Bagi Orang
yang Kikir agar Hartanya Dihancurkan." [10]
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita
orang-orang yang selalu berinfak, yang dido’akan dengan pengganti oleh para
Malaikat.
Aamiin, yaa Dzal Jalaali wal Ikraam.
[Disalin dari buku Man Tushallii ‘alaihimul Malaa-ikatu
wa Man Tal‘anuhum, Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi, Judul dalam
Bahasa Indonesia: Orang-Orang Yang Di Do'aka Malaikat, Penerjemah Beni Sarbeni,
Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
SURAT AL-IKHLAS, SEBANDING DENGAN SEPERTIGA AL-QUR'AN
Disebutkan dalam hadist shahih:
أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ رَجُلًا سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ يُرَدِّدُهَا فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
Dari Abi Sa'id al-Khudri, bahwasanya ada orang mendengar
seseorang membaca "qul huwallahu Ahad", dan diulang-ulang. Pada
keesokan harinya, ia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
melaporkannya, seakan ia menganggap remeh. Maka Rasulullah bersabda: ”Demi Dzat
yang jiwaku ada di tangan-Nya, ia sebanding dengan sepertiga Al-Qur`an”.
[Shahih Bukhari, no. 5013].
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ لِأَصْحَابِهِ أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ
أَنْ يَقْرَأَ ثُلُثَ الْقُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ وَقَالُوا
أَيُّنَا يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ
ثُلُثُ الْقُرْآنِ
Dari Abi Sa'id, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata kepada para sahabatnya, 'Apakah salah seorang dari
kalian mampu untuk membaca sepertiga Al-Qur`an dalam satu malam?' maka hal ini
memberatkan mereka, dan (mereka) bertanya: 'Siapakah di antara kami yang mampu,
wahai Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:
”Allahul-wahidu shamad adalah sepertiga Al-Qur`an”. [Shahih Bukhari no. 5015].
Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata,”Maksudnya, ialah, bahwa Al-Qur`an diturunkan menjadi tiga bagian.
Sepertiga bagian adalah hukum-hukum, sepertiga berisi janji dan ancaman, dan
sepertiga bagiannya terdiri nama dan sifat Allah; dan surat ini mengumpulkan
antara nama dan sifat sifat (Allah)”. [Jawab 'alil-Ilmi wal-Iman, hlm. 113].
Syaikhul-Islam rahimahullah juga berkata: ”Apabila (qul
huwallahu Ahad) sebanding dengan sepertiga Al-Qur`an, bukan berarti ia lebih
utama dari al-Fatihah; dan tidak pula mencukupkan diri membaca Al-Qur`an dengan
membacanya sebanyak tiga kali. Akan tetapi, apabila dibaca (qul huwallahu Ahad)
terpisah sebanyak tiga kali atau lebih dari itu, maka pembacanya mendapatkan
pahala yang sebanding dengan sepertiga Al-Qur`an, namun perbandingan sesuatu bukanlah
dari jenisnya”. [Jawab 'alil-Ilmi wal-Iman, hlm. 133, 134].
Ketika surat ini dibaca saat meruqyah, didapatkan adanya
perbedaan pengaruh yang ditimbulkan, antara satu orang dengan yang lain tidak
sama, yang ini berpengaruh dan yang lainnya tidak ada pengaruhnya. Dalam hal
ini Syaikhul-Islam berkata: ”Tidaklah (qul huwallahu Ahad) setiap orang
bermanfaat untuk setiap orang.” [Jawab 'alil- 'Ilmi wal-Iman, hlm. 141].
Syaikh 'Abdurrazaq menjelaskan,” Sungguh ada perbedaan
pengaruh bacaan yang dibaca, walau surat yang dibaca sama, karena adanya
pengaruh hati si pembaca dari kejujuran, keikhlasan, penghayatan, keyakinan,
harapan dan kekhusyu`an...”.
(Disadur dari Fiqh al-Idiyyah wal-Adzkar, Syaikh
'Abdurrazaq bin 'Abdil-Muhsin al-'Abbad, 1/89- 93).
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun
XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
KEUTAMAAN MEMBACA AYAT KURSI
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا
تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ
الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Di antara dalil yang menunjukkan keutamaan membaca Ayat
Kursi, yaitu hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata:
"Rasulullah menugaskan kepadaku untuk menjaga zakat di bulan Ramadhan.
Kemudian seseorang datang kepadaku dan mencuri dari makanan (zakat) ....” Di
akhir hadits, pencuri itu berkata: ”Bila engkau hendak tidur, maka bacalah
‘Ayat Kursi’ karena penjagaan dari Allah akan terus bersamamu dan setan tidak
akan mendekatimu sampai Subuh”. Kemudian Nabi berkata: "Ia telah berkata
benar kepadamu, walau ia pendusta. Ia adalah setan.” [HR al-Bukhâri, 2311].
Ayat Kursi juga disyariatkan untuk dibaca usai shalat
fardhu. Abu Umâmah Radhiyallahu anhu menyampaikan keutamaannya melalui sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi (artinya): "Barang
siapa membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat wajib, maka tidak ada yang
menghalanginya untuk masuk surga melainkan kematian.” HR. an-Nasâi, lihat
Shahîh Jâmi` (5/339), maksudnya ialah tidak ada penghalang antara dia dengan
surga kecuali kematian.
Syaikh Bin Bâz rahimahullah menjelaskan kehebatannya
dengan berkata: "Ayat ini sangat agung dan memiliki keutamaan dalam kitab Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Karena mengandung tauhid dan keikhlasan kepada Allah l ,
serta menerangkan tentang kebesarannya. Bila seseorang membaca ayat ini setiap
selesai shalat, maka ia akan menjaganya dari setiap kejahatan, begitu pula jika
membacanya ketika tidur”. [Majmu Fatâwâ wa Maqâlât Ibnu Bâz, 9/323].
(Diadaptasi dari al-Hisnu al-Wâqi, Syaikh Dr. 'Abdullah
bin Muhammad as-Sad-hân, taqdîm (pengantar) dari Syaikh Dr. 'Abdullah bin
'Abdirrahmân bin Jibrîn)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun
XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
No comments:
Post a Comment