Rumah Sakit Esnawan Antariksa |
Perjalanan yang belum selesai (150)
(Bagian ke seratus lima puluh , Depok, Jawa Barat, Indonesia,
6 November 2014, 06.18 WIB)
SEPERTI biasa aku
diantar oleh isteriku yang setia mengantarku melakukan cuci darah (Hemo
dialysis) ke rumah sakit milik Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) rumah
sakit dr Esnawan Antariksa di Sebelah Bandara Internasional Yang kini dugunakan
juga oleh perusahaan penerbangan milik Garuda Indonesia Citilink untuk
penerbangan jarak pendek seperti Jakarta- Bandung, Cirebon, Bandar Lampung ,
Yogyakarta, Semarang, solo dan Jakarta – menuju Surabaya, Bandara Halim
Perdanakusumah.
Saya kebagian jadwal cuci darah setiap hari Rabu dan
Sabtu siang. Untungnya saya punya tetangga yang tinggal satu blok dengan saya
di Villa Pertiwi, pensiunan guru, namanya Bapak Yusuf Efendi, Bapak Yusuf ini
sudah setahun ini melakukan cuci darah diantar isterinya.
Biasanya setiap Rabu dan hari Sabtu bapak Mardi warga
jalan revolusi Villa Pertiwi selalu datang ke rumah Bapak Yusuf Efendi untuk
menyupirkan kendaraan Bapak Yusuf Efendi, dan dengan baik hati Bapak Mardi
kemudian menjemput saya yang tinggal satu blok diperumahan ini, jadi kami
berlima secara rutin setiap hari Rabu dan Sabtu menuju rumah sakit Esnawan
Antariksa untuk cuci darah. Biasanya jadwal cuci darah di rumah sakit ini
dilakukan seta hari dari Senin- hingga Sabtu, dengan tiga shift, jadwal pagi,
siang dan shift malam. Mereka yang cuci darah ada yang tiga kali seminggu, dua
kali seminggu, sekali seminggu ada yang sudah agak sembuhan hanya sekali
sebulan. Ada pasien di rumah sakit esnawan antariksa melakukan cuci darah lebih
dari 20 tahun. Saya tidak bisa membayangkan betapa sabarnya pasien ini
melakukan cuci darah selama itu.
Dalam hidup saya, saya mengenal dan mendengar pertama
kali tentang cuci darah ketika saya bekerja menjadi Reporter (wartawan) Lembaga
Kantor Berita Antara (LKBN Antara).
Pada masa rejim Presiden Suharto biasanya Pimpinan Umum
LKBN Antara selalu di pimpin oleh seorang anggota Tentara Nasional Indonesia
(TNI) aktif.
Bos pertama saya di LKBN Antara dipimpin Marsekal
Tranggono, wakilnya dijabat Wartawan Senior yang juga dosen jurukan Komunikasi
Univesitas Indonesia Djafar Assegaf.
Kemudian Bapak Tranggono digantikan oleh Hanjojo
Nitimihardjo, seorang Kolonel Angkatan Udara. Nah Bapak Hanjojo inilah yang
pernah menulis buku otobiografinya seputar Hidup bersahabat dengan cuci darah.
Bapak Hanjojo terkena gagal ginjal, sehingga harus rutin cuci darah karena
akibat penyakit darah tinggi yang dia derita sejak lama.
Kini setelah mantan Bos saya itu terkena cuci darah kini
saya sendiri yang kini berusia 55 tahun terkena gagal ginjal akibat komplikasi
diabetes yang saya derita sejak tahun 1995. Walaupun mereka yang cuci darah di
rumah sakit esnawan antariksa ada yang masih mudia usia berusia 30 an tahun
bahkan belum menikah, lainnya bervariasi antara usia 30 tahunan sampai usia 70
tahunan. Seperti Pak Yusuf Efendi kini sudah berusia 71 tahun.
Biasanya kalau kita melakukan cuci darah seperti layaknya
kalau kita sholat ke Masjid (Musholla) siapa yang datang duluan, dia berhak
sholat pada barisan (shaft) pertama, baik dia seorang pemulung, tukang (penjual
sayur) , penarik becak (Bajaj) atau seorang Jenderal berbintang. Begitu juga
kalau kita cuci darah yang duluan datang maka dia berhak mendapatkan nomer
registrasi nomer satu (awal).
Biasanya kalau saya perhatikan yang sering datang paling
awal adalah Bapak Cecep, seorang Kolonel pensiunan Angkatan Udara. Bapak Cecep
ini sudah tahun keenam cuci darah dirumah sakit Esnawan, kadang dia sendiri
menyetir mobilnya dari rumah, kadang ditemani isterinya yang juga setia
menemani Bapak Cecep ke rumah Sakit meninggalkan banyak cucunya di rumah, demi
keseiaannya mendampingi suami.
‘’Cuci darah ini, kesempatan kita untuk taubat dan
merenung pada Allah SWT, masa dalam empat jam cuci darah ini kita sama sekali
tidak mengingat Allah melulu Zikir dan Tasbih,’’ kata Bapak Cecep.
Bapak Cecep ini seperti seorang lurah orang samgat ramah
dan selalu menegur pada siapa pun yang ia jumpai , dan dialah yang selalu ceria
dan banyak bercerita dan berkelakar kepada para pasien lainnya yang umumnya
serius ketika empat jam tiduran menjalani proses cuci darah.
Banyak Cecep kadang berkelakar (joke), kadang bercerita
serius :
‘’Hebat Bapak Presiden Joko Widodo, dia lebih cepat dan
lebih hebat dibandingkan Presiden dengan latar belakang militer, Bapak Joko
Widodo walaupun sipil, tapi tindakan dan kebijakannya lebih cepat dibandingkan
seorang militer,’’ kata Bapak Cecep, bercerita.
Memang Presiden Joko Widodo ini dicintai rakyatnya karena
dikenal sangat memperhatikan rakyat kecil (miskin).
Lihat saja rapat Kabinet pertama Presiden Joko Widodo,
dia menginstruksikan para menterinya untuk mempercepat program kesejahteraan
rakyat, seperti menerbitkan program kartu sehat, kartu pintar dan kartu untuk
keluarga pra-sejahtera.
Dua minggu kemudian Jowo Widodo bahkan telah meluncurkan
pencanangan program kartu sehat, kartu pintar dan kartu pra sejahtera untuk 15
juta kepala Keluarga di Indonesia.
Ada seorang ibu (60 tahun) warga Gang Pedati, Kampung
Melayu Jakarta Timur menasehati saya kalau dia cuci darah selalu diisi dengan
zikir, tahmid dan tasbih, dibaca 100 kali diawali dengan baca Subhanallah (Maha
suci Allah), kemudian Alhamdulillah (Saya bersyukur pada Allah),
LaillahaIllaulah (Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah), Allahu Akbar
(Allah maha besar), krmudian ditutup dengan bacaan Walakhaulawalaqauwataillahbillah.
Kata Ibu ini , kata para Ustad yang didengarnya mengutip beberapa Hadist Nabi Muhammad dan Firman Allah
SWT, kalau kita baca dengan keikhlasan dan rutin zikir di atas, Allah akan
mengampuni seluruh dosa-dosa kita walau sebesar buih di lautan.
Jadi kita tidak perlu nunggu naik haji dulu agar
dosa-dosa kita dihapus Allah, Iya kalau kita diberi Allah rezeki harta, dan
umur panjang serta kesehatan agar kita berkesempatan Naik Haji ke kota Mekah
Arab Saudi, nah selagi Allah SWT memberi kesempatan pada kita untuk bernapas
maka ibadah murah dan gratis seperti diatas lah yang sebaiknya kita lakukan,
agar kita bisa menikmati indahnya hidup di sorga, tidak lagi hidup sengsara
berkepanjangan di dunia.
Yang jelas kita diberikan Sakit karena Allah sedang
mencintai kita, tengah menaikkan derajat kita, agar kita bisa lebih dekat lagi
dengan Allah, karena selama ini kita diperdaya dengan kesenangan dunia, yang
kadang membuat kita lupa pada Allah yang mencipta. Jadi pada rekan-rekan ku
Umat Muslim sedunia, kalau Anda kini tengah menderita sakit seperti cuci darah
ini bersabarlah dengan ujian ini. Karena Allah ingin membersihkan dosa-dosa
kita yang bertumpuk-tumpuk selama hidup di dunia ini. Asal kita tidak lupa
melaksanakan Sholat (sembahyang) lima waktu dan berzikir, tasbih dan tahmid
serara rutin.
Presiden luncurkan bantuan untuk jaga daya beli
Sekitar 15 juta keluarga miskin akan mendapatkan dana
bantuan dari pemerintah melalui tiga kartu
Presiden Joko Widodo meluncurkan Kartu Keluarga
Sejahtera, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Indonesia Pintar sebagai upaya
untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM terhadap masyarakat miskin, di
Kantor Pos Pusat Pasar Baru Senin (3/11) pagi.
Menurut Jokowi pembagian tiga jenis kartu ini untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
"Untuk mengakses ke pendidikan, untuk mengakses ke
kesehatan, iya untuk menjaga daya beli dan yang jelas untuk memberikan
pelayanan kesehatan dan pendidikan,” jelas Jokowi.
"Ini adalah bentuk pelayanan diperluas ( dari BPJS),
ini step pertama kayak dulu di Jakarta, pegang ini dulu, kemudian step kedua
akan kita benahi layanan di rumah sakit-rumah sakit,” tambah Jokowi.
Pemerintah berencana akan menaikkan harga BBM bersubsidi
yang selama ini menyedot anggaran negara Rp363,5 triliun dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan APBN-P 2014.
Tetapi, Presiden Jokowi enggan menyebutkan kapan kenaikan
BBM akan dilakukan.
Payung hukum
Pada tahap pertama, Kartu Keluarga Sejahtera akan
dibagikan untuk 1 juta keluarga, Kartu Indonesia Pintar untuk 160.000 anak usia
sekolah, dan Kartu Indonesia Sehat akan dibagikan kepada sekitar 4,5 juta
individu yang tersebar di 19 kabupaten/kota di 9 provinsi di Indonesia.
Salah satu yang menerima adalah Rusdi warga Pasar Baru
yang menerima Kartu Indonesia Sejahtera dan Kartu Indonesia Sehat di Kantor Pos
Pusat pada Senin (3/11) ini.
"Jadi subsidi Alhamdulillah buat saya kayak gini
yang dapat dana, bingung juga kalau BBM naik karena pasti harga-harga naik, ya
saya tidak tahu dapat berapa tetapi ya dicukup-cukupinlah" jelas Rusdi
yang sehari-hari tidak memiliki pekerjaan tetap.
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo mengatakan
kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Jokowi berguna bagi masyarakat tetapi
membutuhkan payung hukum, agar tidak bermasalah dalam pertanggungjawabannya.
"Buat saya kalau itu kebijakan untuk masyarakat saya
dukung, KIS itu tidak ada di nomenlakturnya di APBN BPJS itu tidak ada yang
namanya KIS, KIP juga tidak ada nomenlakturnya di APBN jadi harus dibuat,
karena itu penggunaan dana APBN dan bisa bermasalah," jelas Agus.
Pemerintah menargetkan total penerima kartu sejahtera
mencapai 15,5 juta keluarga miskin dengan anggaran Rp 6,44 triliun.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut data BPS pada
Maret 2014 lalu, mencapai 28,28 juta orang. (BBC) (Bersambung)
No comments:
Post a Comment