Perjalanan yang belum selesai (270)
(Bagian ke dua ratus tujuh puluh , Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 01 Mei 2015. 09.44 WIB)
Wasiat Nabi Nuh Terhadap kedua putranya.
Dalam mutiara nasehat Radio Rodja Jumat pagi 01 Mei 2015
Ustad dalam nasehatnya mengutip sebuah hadist (sunnah) Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan disahihkan oleh Albany, menceritakan adanya wasiat Nabi Nuh kepada
kedua putranya sebelum nabi Nuh Meninggal.
Wasiat itu adalah permintaan Nabi Nuh kepada kedua
putranya agar tetap menjaga dan konsisten menjaga kalimat Laillahaillaulah
(Tiada Tuhan yang wajib disembah, kecuali Allah).
Dalam hadist lain Nabi Muhammad pernah berdialog dengan
seorang sahabatnya yang tengah bersamanya naik unta:
‘’Maukah kamu saya kasih tahu sutu kunci penting,’’.
Hanya Allah dan Para Nabinya yang tahu,’’ kata Sahabatnya itu.
Lalu Nabi Muhammad bersabda, barang siapa selama hidupnya
tidak pernah berbuat syirik (menyekutukan Allah), maka dia tidak akan pernah di
azab Allah’’.
Apakah ini boleh saya beritahu kepada saudara-saudaraku
yang lain,’’ Jangan, kata Nabi, nanti Ummat manusia hanya menyandarkan pada
wasiatku ini, tanpa mengamalkan ibadah lainnya.
Jadi kalimat Tauhid diatas memberikan kepada manusia
kunci agar dengan mudah membuka pintu surga.
Namun, setiap kunci untuk membuka pintu surga itu tentu
saja memerlukan gerigi, agar membuka pintu surga dengan mulus dan mudah.
Gerigi kunci pintu surga itu adalah konsekuensi dari
seseorang yang telah mengucapkan Laillahaillaulah itu yaitu secara konsisten
menjalankan rukun Islam dan rukun Iman, seperti sholat lima waktu, berpuasa
pada bulan Ramadhan, membayar zakat, dan naik haji/Umroh bila mampu.
Sholat adalah syarat terpenting kedua setelah mengucapkan
dua kalimat syahadat, Laillahaillaulah Muhammad Rasul Allah (Tiada Tuhan yang
wajib disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasul Allah).
Apalagi sholat adalah satu-satunya perintah Allah yang
disampaikan langsung Allah kepada Nabi Muhammad ketika Nabi Muhammad melakukan
perjalanan dari Masjid Aksa (di Palestina/Jerusalem), ke Langit ke tujuh
(Sidratul Muntaha).
Dalam Isra Mirad ini Nabi Muhammad mendapat perintah
sholat 50 waktu sehari semalam.
Namun berkat nasehat para Nabi yang ditemui Nabi Muhammad
, antara lain nabi Musa, Nabi minta keringanan kepada Allah sampai akhirnya
Allah memberikan keringanan kepada umat manusia untuk sholat hanya 5 waktu
sehari semalam, namun pahalanya tetap sama bila kita mengerjakan sholat 50
waktu.
Betapa luar biasanya Allah memberikan rahmat dan kasih
sayangnya pada umat manusia, sehingga hanya dibebani sedikit saja, namun
pahalanya berlipat ganda.
Karena Allah mengetahui, pada dasarnya fitrah manusia itu
tidak luput dari berbuat dosa (maksiat). Itulah sebabnya Allah lewat Nabi
Muhammad memberitahu manusia, bahwa setiap anak adam (manusia) pasti pernah
berbuat dosa. Kecuali Nabi dan Rasul yang maksum (tanpa dosa, karena dijaga
langsung Allah).
Walaupun Nabi itu sudah dijamin masuk surga, Nabi
Muhammad usai Sholat selalu berzikir Istighfar (Astaghfirullah allazim) (Ya
Allah Ampuni segala dosa hamba) 100 kali, selain berzikir mengucapkan
Subhanallah (Maha suci Allah), Alhamdulilah (Segala puji bagi Allah),
Laillahailaulah (Tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah), Allahu Akbar
(Allah Maha Besar), Walahauwalakauwalaillabilah (Tiada daya upaya yang
dilakukan manusia kecuali hanya bantuan Allah semua bisa terjadi).
Kenapa Kalimat Tauhid dan konsekuensi Tauhid ini menjadi
sangat penting bagi kehidupan manusia, karena tujuan hidup manusia menjadi
khalifah di bumi adalah hanya beribadah kepada Allah.
Dan hidup manusia setelah melalui hidup di alam rahim Ibu
kandung selama sembilan bulan sepuluh hari, kemudian menghadapi ujian ketika
hidup di alam dunia berupa musibah, kenikmatan berupa rezeki (harta melimpah)
sampai musibah kesempitan rezeki (kemiskinan dan kelaparan) dan berbagai ujian
lain seperti sakit dan musibah lain.
Ujian berupa harta melimpah kalau kita bersyukur dan
menggunakan harta melimpah itu dijalan Allah, maka kita akan berbahagia bukan
hanya di dunia yang sementara ini, tetai juga di surga yang abadi.
Lalu kalau kita diuji oleh kemiskinan dan sakit kalau
kita bersabar dan di tengah penderitaan sakit ini kita tetap beriman dan menjalankan
perintah Allah dengan sabar, maka Allah akan memberikan hadiah berupa kehidupan
abadi di surga, dibandingkan musibah ujian yang hanya sementara di dunia, yang
di mata Allah dunia tidak lebih berharga diandingkan sayap seekor nyamuk dan
lebih buruk diandingkan bangkai kambing yang tiada kuping.
Jadi dalam hidup ini dan setiap langkah kita harus kita
tujukan semata karena Allah agar kita selamat dan mendapat Rahmat Allah agar
berbahagia hidup di dunia dan akherat.
Ingat kebahagiaan hidup di dunia itu bukan karena
banyaknya Harta melimpah, punya istri cantik, suami ganteng, jadi penguasa,
paling kuat, tapi kebahagiaan letaknya di hati, ketenangan hidup dan kemudahan
dalam melalui berbagai Ujian dan Rintangan hidup (bisa mengatasi dari Godaan
Iblis), berupa ketakwaan kita Pada Allah. Oleh sebab itu kata Allah, orang yang
paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Isra Mikraj
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini adalah bagian dari seri tentang:
Isra Mikraj (bahasa Arab: الإسراء والمعراج, al-’Isrā’
wal-Mi‘rāj) adalah bagian kedua dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad S.A.W dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu
peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah dia mendapat
perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.[1] Beberapa
penggambaran tentang kejadian ini dapat dilihat di surah ke-17 di Al-Quran,
yaitu Surah Al-Isra.[2]
Menurut tradisi, perjalanan ini dikaitkan dengan Lailat
al Mi'raj, sebagai salah satu tanggal paling penting dalam kalender Islam.[3]
Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah
sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi[4] dan mayoritas
ulama,[5] Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara
tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada
malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun, Syaikh
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri[6] menolak pendapat tersebut dengan alasan karena
Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian,
yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab, dan saat itu belum ada kewajiban salat lima
waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra
Mikraj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui
secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.
Hadits tentang Isra' Mi'raj nabi[sunting | sunting
sumber]
Riwayat tentang perjalanan malam nabi dan diangkatnya dia
ke langit untuk bertemu langsung dengan Allah dan menerima perintah kewajiban
shalat di lima waktu terdapat dalam Kitab Hadits Shahih milik Imam Muslim:[7]
"...dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang
yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal.
Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya."
Dia bersabda lagi: "Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke
Baitul Maqdis." Dia bersabda lagi: "Kemudian aku mengikatnya pada
tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para nabi. Sejurus kemudian
aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan shalat sebanyak dua rakaat. Setelah
selesai aku terus keluar, tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa
semangkuk arak dan semangkuk susu, dan aku pun memilih susu. Lalu Jibril
berkata, 'Kamu telah memilih fitrah'. Lalu Jibril membawaku naik ke langit.
Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan, 'Siapakah kamu? '
Jibril menjawab, 'Jibril'. Ditanyakan lagi, 'Siapa yang bersamamu?' Jibril
menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutus? ' Jibril
menjawab, 'Ya, dia telah diutus.' Maka dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba
aku bertemu dengan Nabi Adam, dia menyambutku serta mendoakanku dengan
kebaikan. Lalu aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya
dibukakan pintu. Lalu ditanyakan lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab,
'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapa yang bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad.'
Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia
telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan
Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan
aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril pun meminta
supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab,
'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab,
'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril
menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba
aku bertemu dengan Nabi Yusuf Alaihis Salam, ternyata dia telah dikaruniakan
dengan kedudukan yang sangat tinggi. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku
dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril pun meminta
supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? '
Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril
menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? '
Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami.
Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris Alaihis Salam, dia terus menyambutku
dan mendoakan aku dengan kebaikan. Allah berfirman: '(...dan kami telah
mengangkat ke tempat yang tinggi darjatnya) '. Aku dibawa lagi naik ke langit
kelima. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya
lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah
bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia
telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun
dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun Alaihissalam,
dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik
ke langit keenam. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara
bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya
lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi,
'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'.
Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, dia
terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke
langit ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya
lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawabnya, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi,
'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi,
'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'.
Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim
Alaihissalam, dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur.
Keluasannya setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah
keluar, mereka tidak kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur). Kemudian aku
dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti telinga gajah dan
ternyata buahnya sebesar tempayan." Dia bersabda: "Ketika dia
menaikinya dengan perintah Allah, maka sidrah muntaha berubah. Tidak seorang
pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya karena indahnya.
Lalu Allah memberikan wahyu kepada dia dengan mewajibkan shalat lima puluh
waktu sehari semalam. Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa Alaihissalam, dia
bertanya, 'Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? ' Dia
bersabda: "Shalat lima puluh waktu'. Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada
Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya.
Aku pernah mencoba Bani Israel dan menguji mereka'. Dia bersabda: "Aku
kembali kepada Tuhan seraya berkata, 'Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada
umatku'. Lalu Allah subhanahu wata'ala. mengurangkan lima waktu shalat dari
dia'. Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata, 'Allah telah mengurangkan
lima waktu shalat dariku'. Nabi Musa berkata, 'Umatmu tidak akan mampu
melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi'. Dia
bersabda: "Aku masih saja bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga
Allah berfirman: 'Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan lima waktu sehari
semalam. Setiap shalat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka
itulah lima puluh shalat fardu. Begitu juga barangsiapa yang berniat, untuk
melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu
kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya.
Sebaliknya barangsiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak
melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun. Lalu jika dia
mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya'. Aku turun hingga
sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih saja
berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan'. Aku menjawab, 'Aku
terlalu banyak berulang-ulang kembali kepada Tuhanku, sehingga menyebabkanku
malu kepada-Nya'."
— Shahih Muslim, Kitab Iman, Bab Isra' Rasulullah ke
langit, hadits nomor 234.
Perbedaan Isra dan Mikraj[sunting | sunting sumber]
Seringkali masyarakat menggabungkan Isra Mikraj menjadi
satu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mikraj merupakan dua
peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad S.A.W
"diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil
Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad S.A.W dinaikkan ke langit sampai ke
Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Dia mendapat perintah
langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Pengaruh[sunting | sunting sumber]
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa
yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada
nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini.
Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang
membuat Rasullullah S.A.W sedih.
Zaman modern[sunting | sunting sumber]
Lailat al Mi'raj (bahasa Arab: لیلة المعراج, Lailätu
'l-Mi‘rāğ), juga dikenal sebagai Shab-e-Mi'raj (bahasa Persia: شب معراج, Šab-e
Mi'râj) di Iran, Pakistan, India dan Bangladesh, dan Miraç Kandili dalam bahasa
Turki, adalah sebuah perayaan yang dilangsungkan saat Isra dan Mikraj. Beberapa
Muslim merayakannya dengan melakukan salat tahajud di malam hari, dan di
beberapa negara mayoritas Muslim, dengan menghias kota dengan lampu dan lilin.
Umat Islam berkumpul di masjid dan salat berjamaah serta mendengarkan khutbah
mengenai Isra dan Mikraj.[8][9]
Masjid Al-Aqsa dipercaya sebagai tempat dimana Nabi
Muhammad naik ke surga. Tanggal pasti mengenai kejadian ini tidak jelas, tetapi
tetap dirayakan karena terjadi sebelum hijrah dan setelah kunjungan nabi ke
Taif. Beberapa orang menganggapnya telah terjadi hanya setahun sebelum hijrah,
pada 27 Rajab; tetapi tanggal ini tidak selalu diterima. Tanggal ini akan sama
dengan 26 Februari 621 di kalender Julian dan 8 Maret 620 jika terjadi setahun
sebelumnya. Dalam tradisi Syi'ah di Iran, 27 Rajab merupakan hari pemanggilan
pertama Nabi Muhammad, disebut Mab'as. Masjid Al-Aqsa dan sekitarnya dianggap
sebagai tempat tersuci ketiga di dunia bagi para Muslim.[10][11]