Gerakan Nasional Bersama Netizen Selamatkan SDA Migas
Indonesia
JAKARTA, KOMPAS.com - Kompasiana Seminar Nasional bertema
Penyelamatan Sumber Daya Alam Migas di Indonesia menjadi momentum gerakan
nasional. Pemerintah pusat dan daerah yang dipertemukan dalam seminar ini,
mengajak ratusan peserta seminar terdiri dari para pewarta warga
(netizen/blogger), kalangan akademisi, pelaku industri migas untuk menjadi bagian dalam gerakan
penyelamatan SDA Migas Indonesia.
Inilah pesan yang disampaikan Gubernur Kalimantan Timur,
Awang Faroek Ishak, dalam paparanya kepada peserta seminar yang hadir memenuhi
ruang Betawi di Hotel Santika Premiere Slipi Jakarta, Senin (13/4/2015).
“Ini momentum, ada action plan, saya berterima kasih bisa
menyampaikan masalah ini. Awalnya saya pesimis, kemudian diundang Presiden
untuk kesepakatan, Deklarasi Penyelamatan SDA Indonesia. Penyelamatan SDA ini
bukan hanya untuk Kaltim tapi Indonesia, saya mengajak saudara, kalau mau,
untuk mendukung gerakan nasional penyelamatan SDA, “ kata Awang.
Deklarasi menjadi penting karena menurut Awang, SDA Migas
di Indonesia selama ini lebih dinikmati oleh investor, konglomerat, yang tidak
pernah dire-investasikan di Kaltim dan Indonesia. Awang juga mengatakan
upayanya selama 10 tahun menjadi anggota DPR RI dalam rangka penyelamatan SDA
Migas belum berhasil.
“Rencana aksi sudah disusun. Ada Peraturan Gubernur No
17/2015 yang mudah-mudahan bisa menjadi instruksi Presiden,” kata Awang.
Sebagai Ketua Umum Asosiasi Daerah Penghasil Migas, Awang
juga mengatakan sumber daya manusia Indonesia siap mengelola migas melalui
perusahaan daerah.
“Kita mampu menyediakan dana, bisa mengelola, siap
menanggung semua risiko. Gerakan penyelamatan SDA sudah betuk-betul
direalisasikan. Jangan hanya simbolis, kita mulai aksi bersama, bukan untuk
Kaltim tapi bangsa Indonesia,” katanya.
Ketua DPD RI, Irman Gusman, yang juga hadir sebagai
panelis Seminar Nasional mengatakan penyelamatan SDA Migas memang sudah
saatnya. Terkait Blok Mahakam yang akan habis kontraknya pada 2017, Irman
mengatakan Blok Mahakam harus dimiliki 100 persen, melibatkan SDM dalam negeri
untuk kemakmuran rakyat dan didukung kebijakan yang jelas.
“Now or never, 15 tahun berwacana terus. Saatnya
membangun bangsa dengan kebijakan strategis, mudah-mudahan SDA bukan kutukan
tapi penyelamat bangsa,” paparnya.
Irman meyakini kekuatan blog, netizen, yang menurutnya
bagian dari silent majority dengan nuraninya bisa turut andil dalam
penyelamatan SDA Migas.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral/ESDM, Sudirman
Said dalam pembukaan seminar juga
menyampaikan harapannya kepada para blogger, para penulis yang menurutnya lebih
mampu menjaga suasana kebatinan, untuk
menyampaikan pesan kepada masyarakat.
Menurutnya, melalui Seminar Nasional ini, para blogger bisa mendapatkan
informasi dari para pakar dan pengambil kebijakan untuk kemudian menyampaikan
pesan lebih baik.
“Jangan meninabobokan masyarakat masyarakat dengan
kebijakan politis, harus diberikan realita,” katanya.
Melalui paparan para panelis Kompasiana Seminar Nasional
inilah terungkap berbagai masalah dalam kegiatan industri hulu migas, terutama
alih kelola Blok Mahakam mulai 1 Januari 2018.
Kepala Unit Pengendalian Kinerja Kementerian ESDM,
Widyawan Prawiraatmadja, mengatakan terkait alih kelola Blok Mahakam, sikap
pemerintah sudah jelas. Menurutnya, sudah seharusnya SDA Migas dikelola bangsa
sendiri, pengelolaan ada di bawah BUMN.
“Pemerintah sudah memutuskan dan ini proses alih kelola
dari kontraktor lama menjadi Pertamina, dan Pertamina diperkenankan melakukan
kerjasama diminta mengakomodasi aspirasi daerah, sehingga keinginan kita
melakukan proses alih kelola dengan baik bisa terjadi,” katanya.
Sementara Direktur Hulu Migas Pertamina, Syamsu Alam
menyatakan Pertamina sanggup mengelola Blok Mahakam baik secara teknis maupun
finansial. Selain berpengalaman mengelola ONWJ dan West Madura Offshore.
“Pertanyaannya, dengan Pertamina menjadi operator, apakah
SDM diganti? Tidak, tapi akan dikombinasikan dengan yang ada di Pertamina.
Kalau dengan personil baru tidak akan jalan. Sebanyak 99 persen SDM Blok
Mahakam adalah bangsa Indonesia, jadi tidak ada alasan untuk tidak
mempertahankan,” katanya.
Sementara Pakar Migas, Andang Bachtiar, menyoroti masalah
migas dengan pertanyaan dasar, mengapa masih ada negosiasi dengan KKKS asing
untuk pengelolaan 2017?
Menurutnya, seharusnya Pertamina mengelola 100 persen
Blok Mahakam, dengan lebih memperhatikan SDM dan tak ada masalah dengan
teknologi dan modal. Daerah juga perlu dilibatkan dalam pengelolaan Blok
Mahakam.
“Esensinya bukan hanya daerah dapat uang, bonus, bukan
itu. Kalau daerah tidak diberi kesempatan masuk, di Dewan Energi konsepnya
jelas, ketahanan energi nasional dibangun dari daerah,” katanya.
Andang menegaskan, teknologi sudah dikuasai, modal bukan
masalah karena banyak yang bersedia membiayai selama ada aset, SDM harus
menjadi perhatian sebab kalau tidak produksi baru anak naik 10 tahun lagi.
“SDM harus didekati dengan benar karena mereka punya
bargaining tinggi, karena kalau mereka keluar, teknologi akan menjadi omong
kosong. Satu divisi pergi, Mahakam selesai sudah,” katanya. (WAF)
No comments:
Post a Comment