Perjalanan yang belum selesai (263)
(Bagian ke dua ratus enam puluh tiga , Depok, Jawa Barat,
Indonesia, 10 April 2015, 09.41 WIB)
Hidup di dunia penuh dengan ujian.
Allah dalam fimannya di Al Quran dan banyak hadist Nabi
Muhammad memperingatkan manusia bahwa hidup di dunia penuh dengan ujian dan
tipu daya iblis.
Seperti halnya anak sekolah atau mahasiswa, kalau mereka
ingin naik kelas atau lulus ujian harus menempuh dulu ujian. Begitu juga
manusia bila mereka ingin lulus ujian dan masuk surga tentu harus terlebih
dahulu menghadapi ujian dan cobaan.
Ujian yang paling berat adalah musibah, baik sakit,
penderitaan kemiskinan, gempa bumi, ditinggal mati anggota keluarga, ditinggal
para sahabat, menggadapi saudara-saudara yang bakhil alias pelit, menghadapi
anak yang sulit disuruh sholat, mengenakan hijab, selalu kasar dan melawan
perintah orang tua, difitnah tetangga, dan berbagai musibah lain, kalau semua
musibah itu kita hadapi dengan sabar, maka derajat kita akan dinaikkan Allah
dan dosa-dosa kita akan diampuni serta memperoleh pahala tanpa batas.
Kadang kalau kita menderita sakit terus menerus, kita
tidak sabar akibat sakit sehingga kita putus asa dan ingin rasanya mati segera,
padahal kita diharamkan meminta mati dan disuruh bersabar atas musibah ini.
Ujian juga bukan hanya musibah, tetapi juga kenikmatan
(Kekayaan), kalau kita bersyukur malah akan ditambah Allah. Namun sebagian kita
kadang tidak bersyukur atas kenikmatan Allah seperti kekayaan. Pada waktu miskin kita rajin sholat dhuha,
tahajud, puasa, namun ketika diuji dengan kekayaan, kita malah lupa atas
pemberian rezeki pada Allah, dengan sombong, meninggalkan puasa Ramadhan, malas
sholat, walaupun sudah jatuh kewajiban naik haji, dia malah sering tamasya ke
negeri kafir (maksiat) bukan ke Mekah dan Madinah, sehingga kadang mungkin bekum
sempat bertaubat keburu meninggal yang hanya membawa kain kafan, harta yang
melimpah tidak bisa menolong dia di hari hisab (Kiamat).
Agar kita lulus ujian, tentu saja kita perlu kunci untuk
membuka pintu surga. Kunci surga itu adalah kalimat Tauhid mengucapkan
Laillahaillaulah Muhammadarasulullah (Tiada Tuhan yang wajib disenbah, kecuali
Allah, dan Muhammad adalah Rasul Utusan Allah).
Kemudian kunci itu haruslah memiliki gerigi, agar mudah
membuka pintu surga. Gerigi itu, tentu saja, sholat lima waktu tepat pada
waktunya, puasa pada bulan Ranadhan, membayar zakat, naik Haji bila mampu,
serta amalan lain seperti sholat-sholat sunnah, banyak berinfak, dan banyak
amalan lainnya sesuai perintah Nabi Muhammad, bukan amalan yang tidak pernah
dilakukan Nabi Muhammad, banyak berzikir, berdoa dan beristighfar.
Ujian dan Musibah Tanda Allah Cinta
Inilah yang patut dipahami setiap insan beriman. Bahwa
cobaan kadang dapat meninggikan derajat seorang muslim di sisi Allah dan tanda
bahwa Allah semakin menyayangi dirinya. Dan semakin tinggi kualitas imannya,
semakin berat pula ujiannya. Namun ujian terberat ini akan dibalas dengan
pahala yang besar pula. Sehingga kewajiban kita adalah bersabar. Sabar ini
merupakan tanda keimanan dan kesempurnaan tauhidnya.
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ
فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ
حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan
segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia
akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada
hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al
Albani).
Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ
إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ
السَّخَطُ
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian
yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan
ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho
Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu
Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
Faedah dari dua hadits di atas:
1- Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas)
akan mendapat balasan pahala yang besar.
2- Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan
Allah yang lebih mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih-
pada anaknya,
يا بني الذهب والفضة يختبران بالنار والمؤمن يختبر بالبلاء
“Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji
keampuhannya dengan api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan
musibah.”
3- Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan
meraih ridho Allah dengan mendapat pahala yang besar.
4- Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan
mendapat siksa yang pedih.
5- Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali
Allah yang beriman.
6- Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan
segerakan hukumannya di dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka
sehingga ia keluar dari dunia dalam keadaan bersih dari dosa.
7- Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan
mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari
kiamat kelak. Ath Thibiy berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka
kelak dosanya akan dibalas hingga ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia
pun akan disiksa karenanya.” (Lihat
Faidhul Qodir, 2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)
8- Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas
adalah dorongan untuk bersikap sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi
dan bukan maksudnya untuk meminta musibah datang karena ada larangan meminta
semacam ini.”
Jika telah mengetahui faedah-faedah di atas, maka mengapa
mesti bersedih? Sabar dan terus bersabar, itu solusinya.
Semoga Allah memberi kita taufik dalam bersabar ketika
menghadapi musibah. Wallahul muwaffiq.
No comments:
Post a Comment