!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, August 26, 2015

Mengenal Allah dan dosa manusia ditanggung sendiri.

Perjalanan yang belum selesai (354)

(Bahagian ke tiga ratus lima puluh empat), Depok, Jawa Barat, Indonnesia, 21 Ogos 2015, 20.27 WIB).

Mengenal Allah dan dosa manusia ditanggung sendiri.

Allah di surat Fatir ayat 18 amaran kepada manusia bahawa dosa yang dilakukan seseorang dia tanggung sendiri dan dia sendiri yang harus mempertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat, dosa seseorang tidak boleh ditanggung oleh orang lain, atau oleh seorang manusia mana pun, termasuk Nabi dan Rasulnya.
Di dalam Islam seperti Firman Allah dalam surat Fatir, bahawa tidak ada seorang nabi (rasul) yang boleh menanggung dosa manusia yang lain.
Al-Quran satu-satunya kitab suci yang Allah jamin dijaga keotentikan dan keasliannnya sampai hari kiamat (seperti diterangkan di al Quran dan sunnah).




Surat Fathir Ayat 15-18
يا أيها الناس أنتم الفقراء إلى الله والله هو الغني الحميد (15) إن يشأ يذهبكم ويأت بخلق جديد (16) وما ذلك على الله بعزيز (17) ولا تزر وازرة وزر أخرى وإن تدع مثقلة إلى حملها لا يحمل منه شيء ولو كان ذا قربى إنما تنذر الذين يخشون ربهم بالغيب وأقاموا الصلاة ومن تزكى فإنما يتزكى لنفسه وإلى الله المصير (18)

Terjemah Surat Fathir Ayat 15-18

15. [32] Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji [33].

16. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu) [34].

17. Dan yang demikian itu tidak sukar bagi Allah.

18. Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain [35]. Dan jika seseorang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya [36]. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya [37] dan mereka yang mendirikan solat [38]. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya [39], sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan kepada Allah-lah tempat kembali [40]. -

MENGENAL Allah SWT

Oleh
Ustadz Abu Ismail Muslim Al-Atsari


Kemuliaan suatu ilmu bergantung pada perkara yang dipelajari dalam ilmu tersebut. Karena tidak ada yang lebih mulia daripada Allâh Subhanahu wa Ta'ala, maka ilmu mengenal Allâh merupakan ilmu yang paling mulia. Cara mengenal Allâh itu boleh dilakukan melalui:

• Ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda keagungan Allâh pada alam semesta atau seluruh makhlukNya), dan

• Ayat-ayat syar'iyah (tanda-tanda keagungan Allâh, pada syari'at atau agama-Nya).

Mengenal Allâh Azza wa Jalla merangkumi 4 bahagian iaitu:
1. Mengenal keberadaan Allâh.
2. Mengenal keesaan rububiyah Allâh.
3. Mengenal keesaan uluhiyah Allâh (hak Allâh untuk diibadahi)
4. Mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allâh Azza wa Jalla

Keempat bahagian ini merupakan satu kesatuan, tidak boleh dipisah-pisahkan. Berikut ini penjelasan singkat tentang empat perkara di atas.

1. MENGENAL ADANYA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA
Kita wajib meyakini bahawa Allâh Pencipta seluruh makhluk benar-benar ada, walaupun kita tidak pernah bertemu, melihat, mendengar secara langsung. Banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan hal ini. Diantaranya firman Allâh Subhanahu wa Ta'ala:

أم خلقوا من غير شيء أم هم الخالقون

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun (yakni tanpa Pencipta), ataukah mereka yang mencipta (diri mereka sendiri)? [ath-Thur / 52: 35]

Maksudnya, keadaan manusia atau makhluk yang sudah ada ini tidak lepas dari salah satu daripada tiga keadaan:

a. Mereka ada tanpa Pencipta. Ini tidak mungkin. Tidak ada akal sihat yang boleh menerima bahawa sesuatu itu ada tanpa ada yang membuatnya.

b. Mereka mencipta diri mereka sendiri. Ini lebih tidak mungkin lagi. Kerana bagaimana mungkin sesuatu yang pada asalnya tidak ada mencipta sesuatu yang ada.

c. Inilah yang haq, yaitu Allâh Azza wa Jalla yang telah menciptakan mereka, Dialah Sang Pencipta, Penguasa, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Seorang Arab Baduwi ditanya, "Apakah bukti tentang adanya Allâh Azza wa Jalla?" Dia menjawab, "Subhânallâh (Maha Suci Allâh)! Sesungguhnya tahi unta menunjukkan adanya unta, bekas telapak kaki menunjukkan adanya perjalanan! Maka langit yang mempunyai bintang-bintang, bumi yang mempunyai jalan-jalan, lautan yang mempunyai ombak-ombak, tidakkah hal itu menunjukkan adanya al-Lathif (Allâh Yang Maha Baik) al-Khabir (Maha Mengetahui). "

Imam Ahmad rahimahullah ditanya tentang hal ini, beliau menjawab, "Ada sebuah benteng yang kukuh, halus, tidak ada pintu dan tingkap. Luarnya seperti perak putih, dalamnya seperti emas murni. Ketika dalam keadaan demikian, tiba-tiba temboknya terbelah, lalu keluarlah darinya seekor binatang yang boleh mendengar dan melihat, mempunyai bentuk yang indah dan suara yang merdu. "

Yang dimaksudkan oleh Imam Ahmad adalah seekor ayam yang keluar dari telur. [Lihat Tafsir Ibnu Katsîr, surat al-Baqarah, ayat ke-21]

Sesungguhnya keyakinan adanya Sang Pencipta, Allâh Azza wa Jalla, merupakan fitrah makhluk. Oleh kerana itulah Firaun, bahkan Iblis, juga meyakini hal ini. Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang Fir'aun dan kaumnya yang mengingkari mu'jizat Nabi Musa Alaihissallam:

وجحدوا بها واستيقنتها أنفسهم ظلما وعلوا فانظر كيف كان عاقبة المفسدين

Dan mereka (Firaun dan kaumnya) mengingkarinya kerana kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. [an-Naml / 27: 14]

Oleh kerana itu, tidaklah semata-mata seseorang meyakini adanya Allâh berarti dia adalah orang Islam atau beriman.

2. MENGENAL KEESAAN RUBUBIYAH ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA
Kita wajib meyakini keesaan rububiyah Allâh, iaitu bahawa hanya Allâh yang mencipta, memiliki, menguasai, dan mengatur seluruh makhluk. Hanya Allâh Azza wa Jalla yang menghidupkan, mematikan, memberi rezeki, mendatangkan kebaikan, mendatangkan bencana. Tidak ada sekutu bagi Allâh Azza wa Jalla dalam seluruh perkara di atas, baik malaikat, nabi, wali, jin, ruh, atau lain-lain.
Rububiyah (mencipta, memiliki, dan mengatur / menguasai) seluruh alam semesta ini hanyalah bagi Allâh semata. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

الحمد لله رب العالمين

Segala puji bagi Allah, Rabb (Pemilik, Penguasa) semesta alam. [al-Fâtihah / 1: 2]

Jenis tauhid ini tidak diingkari oleh orang-orang musyrik di zaman Rasûlullâh, bahkan mereka mengakuinya, sebagaimana dinyatakan oleh beberapa ayat al-Qur'ân. Antara lain, firman Allâh Azza wa Jalla.

قل من يرزقكم من السماء والأرض أمن يملك السمع والأبصار ومن يخرج الحي من الميت ويخرج الميت من الحي ومن يدبر الأمر فسيقولون الله فقل أفلا تتقون

"Katakanlah," Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan "Maka mereka (orang-orang musyrik jahiliyah) menjawab, "Allâh". Maka katakanlah: "Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?" [Yunus / 10: 31]

Demikian juga Iblis mengakui hal ini, dia mengakui bahawa Allâh-lah yang telah menciptakannya dari api.

قال ما منعك ألا تسجد إذ أمرتك قال أنا خير منه خلقتني من نار وخلقته من طين

Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya daripada api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". [al-A'râf / 7: 12]

Oleh kerana itulah, seseorang yang meyakini adanya Allâh dan keesaan kekuasaan-Nya belum boleh disebut orang Islam atau orang beriman, sampai dia mengimani keesaan uluhiyah Allâh, juga mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allâh, sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini.

3. MENGENAL KEESAAN ULUHIYAH ALLAH (HAK-NYA UNTUK diibadahi).
Kita meyakini bahawa yang berhak diibadahi hanya Allâh Subhanahu wa Ta'ala. Tidak boleh memberikan ibadah kepada selain Allâh, walaupun kepada makhluk yang dekat kepada-Nya, seperti malaikat atau rasul Allâh Azza wa Jalla. Apalagi kepada makhluk yang derajatnya di bawah mereka, seperti: manusia, jin, binatang, pokok, batu, senjata, planet, bintang, ataupun lainnya.

Tauhid inilah makna yang terkandung di dalam perkataan Lâ ilâha illa Allâh, kerana maknanya adalah tidak ada yang berhak diibadahi selain Allâh. Dia Azza wa Jalla berfirman:

إياك نعبد وإياك نستعين

Hanya Engkaulah yang kami ibadahi dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. [al-Fâtihah / 1: 5]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

قل إنما يوحى إلي أنما إلهكم إله واحد فهل أنتم مسلمون

Katakanlah, "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah," Bahwasanya Ilahmu (yang kamu ibadahi) adalah Ilah Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya) ". [Al-Anbiyâ '/ 21: 108]

Keimanan terhadap keesaan uluhiyah Allâh (hak-Nya untuk disembah) ini adalah inti dakwah seluruh rasul. Dan inilah yang diingkari oleh orang-orang musyrik dan kafir. Allâh Azza wa Jalla berfirman.

وعجبوا أن جاءهم منذر منهم وقال الكافرون هذا ساحر كذاب)4(أجعل الآلهة إلها واحدا إن هذا لشيء عجاب

"Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata," ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta ". Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah Yang Satu saja. Sesungguhnya ini benar -benar suatu hal yang sangat menghairankan. [Shad / 38: 4-5]

Tujuan dari pengenalan keesaan uluhiyah Allâh ini adalah supaya kita mencintai Allâh, tunduk kepada-Nya, takut dan berharap kepada-Nya, serta mengesakan ibadah hanya kepada-Nya.

Ibadah kepada Allâh yaitu merendahkan diri dan taat kepada Allâh Subhanahu wa Ta'ala dengan penuh kecintaan, pengagungan, mengharapkan rahmat, dan takut terhadap siksa. Hal itu dilakukan dengan cara melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan menjauhi larangan-Nya.

Adapun ruang lingkup ibadah yaitu segala yang dicintai dan diridhai oleh Allâh Azza wa Jalla, baik berupa perkataan dan perbuataan, yang lahir maupun yang batin.

Ibadah akan diterima oleh Allâh dengan dua syarat yaitu ikhlas dan mutaba'ah. Ikhlas yaitu: mencari ridha Allâh semata, sedangkan mutaba'ah, yaitu mengikuti Sunnah (ajaran) Nabi Muhammad.

Oleh kerana itu orang yang meyakini keesaan hak Allâh untuk diibadahi, dia akan mempersembahkan segala jenis ibadah hanya kepada-Nya semata. Di antara jenis-jenis ibadah adalah ketaatan yang mutlak dengan harap dan takut; kecintaan yang disertai ketundukan mutlak; do'a; niat di dalam beribadah (ikhlas); menyembelih binatang; takut; tawakal; dan lain-lain.

4. MENGENAL NAMA-NAMA DAN SIFAT ALLAH
Yaitu mengimani dan menetapkan seluruh nama-nama Allâh dan sifat-sifat-Nya, yang tersebut di dalam Kitab al-Qur'ân dan Sunnah yang shahih, dengan tanpa menyerupakan dengan makhluk.

Allâh Azza wa Jalla berfirman,

ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها وذروا الذين يلحدون في أسمائه سيجزون ما كانوا يعملون

"Hanya milik Allâh Asma-ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma-ul Husna itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. [al-A'râf / 7: 180]

ليس كمثله شيء وهو السميع البصير

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [asy-Syûrâ / 42: 11]

Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta'ala adalah Yang Paling Tahu segala perkara, termasuk yang paling tahu tentang Allâh adalah Allah Azza wa Jalla sendiri. Allah Azza wa Jalla berfirman:

قل أأنتم أعلم أم الله

Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allâh?" [al-Baqarah / 2: 140]

Demikian juga yang paling mengetahui tentang Allâh di antara semua makhluk adalah Rasul-Nya. Sehingga penjelasan para Rasul tentang Allâh Azza wa Jalla adalah haq. Sedangkan perkataan orang-orang kafir dan musyrik tentang Allâh hanyalah dugaan semata. Allâh berfirman:

سبحان ربك رب العزة عما يصفون)180(وسلام على المرسلين)181( والحمد لله رب العالمين

Maha suci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul, dan segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. [ash-Shaffat / 37: 180-182]

Oleh kerana itulah mengenal nama dan sifat Allâh Azza wa Jalla hanyalah melalui jalan wahyu. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata tentang sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

إن الله ينزل إلى سماء الدنيا

Sesungguhnya Allâh turun ke langit dunia

Atau:

إن الله يرى في القيامة

Sesungguhnya Allâh akan dilihat pada hari kiamat

Dan yang sama dengan hadis-hadis ini, "Kami beriman kepadanya dan membenarkannya, dengan tanpa (bertanya) bagaimana, tanpa (menetapkan) makna (yang lain), tanpa menolak sesuatu darinya. Dan kami mengetahui bahawa semua yang dibawa oleh Rasûlullâh n adalah haq , kami tidak menolak Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan kami tidak mensifati Allâh lebih dari yang Dia menyifati diri-Nya dengan tanpa batasan dan akhir. (Allâh Azza wa Jalla berfirman :)

ليس كمثله شيء وهو السميع البصير

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [asy-Syûrâ / 42: 11]

Dan kami mengatakan (tentang sifat Allâh) sebagaimana Dia berkata; Kami menyifati-Nya dengan semua sifat yang Allâh pergunakan untuk menyifati diri-Nya; Dan kami tidak melanggar batasan itu. Dan penyifatan dari orang-orang yang menyifati-Nya tidak sampai kepada hakikat-Nya. Kami beriman kepada al-Qur'ân semuanya, baik yang muhkam (maknanya jelas) dan mutasyabih (maknanya samar). Dan kami tidak akan menghilangkan dari-Nya satu sifat pun dari sifat-sifat-Nya kerana kekejian yang dibuat-buat, kami tidak melanggar batas al-Qur'ân dan al-Hadîts. Dan kami tidak mengetahui hakikatnya keculai dengan membenarkan Rasûlullâh n dan menetapkan al-Qur'ân. "[Lum'atul I'tiqād, hlm. 3]

Inilah bahagian-bahagian mengenal kepada Allâh dan beriman kepada-Nya. Semoga penjelasan ini menambah ilmu bagi kita semua, dan semoga Allâh selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus. Aamiin.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02 / Tahun XVI / 1433H / 2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

Surat Fathir Ayat 15-18

يا أيها الناس أنتم الفقراء إلى الله والله هو الغني الحميد (15) إن يشأ يذهبكم ويأت بخلق جديد (16) وما ذلك على الله بعزيز (17) ولا تزر وازرة وزر أخرى وإن تدع مثقلة إلى حملها لا يحمل منه شيء ولو كان ذا قربى إنما تنذر الذين يخشون ربهم بالغيب وأقاموا الصلاة ومن تزكى فإنما يتزكى لنفسه وإلى الله المصير (18)

Terjemah Surat Fathir Ayat 15-18

15. [32] Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji [33].

16. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu) [34].

17. Dan yang demikian itu tidak sukar bagi Allah.

18. Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain [35]. Dan jika seseorang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya [36]. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya [37] dan mereka yang mendirikan solat [38]. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya [39], sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan kepada Allah-lah tempat kembali [40].

No comments:

Post a Comment