!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, November 3, 2014

Penipuan Asuransi BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.



Penipuan Asuransi BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.


Hari Ini adalah yang ke enam kalinya jadwal saya harus cuci darah (Hemo dialysis) di Rumah Sakit Milik Angkatan Udara Republik Indonesia Rumah Sakit dr Esnawan Antariksa , yang letaknya tidak jauh dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Indonesia.

Saya sudah semakin terbiasa dengan proses cuci darah, namun usai cuci darah badan saya kadang menggigil dan demam, dan jalan agak sempoyongan (pusing). Kata pasien lain dan para perawat, ini biasa terjadi pada pasien cuci darah, pada tiga bulan pertama melakukan cuci darah.
Beragam latar belakang pasien di rumah sakit ini, ada pasien yang memang sudah lanjut usia di atas usia 70 tahun, namun ada pula pasien masih muda usia, sekitar 20 sampai 30 tahun.

Namun karena proses cuci darah di rumah sakit ini sudah berjalanan puluhan tahun aktivitasnya berjalan seperti biasa saja, pasien datang, mendaftar dan diberi nomer registrasi, lalu memilih tempat tidur sesuai nomer registrasi di komputer, lalu perewat datang memasang selang dan memroses mesin pencuci darah dan pasien rata-rata di cuci darahnya selama empat jam.
Ada pasien asal Bandung, hari ini sudah tahun ke enam dia melakukan cuci darah di Rumah Sakit Esnawan Antariksa, dia mengaku masuk pertama Kali ke Rumah Sakit dengan di tandu dan mendertita dalam tiga tahun pertama, tetapi kini dalam tahun ke enam dia sudah Nampak segar bugar, datang ke rumah sakit membawa mobil sendiri, tanpa dikawal istrinya lagi, bahkan selama cuci darah kerap ‘’membanjol’’ (berkelakar/joke), sehingga menghibur pasien cuci darah lainnya.

Mereka semua para pasien dengan tekun datang untuk cuci darah, kalau ginjalnya parah mereka datang tiga kali dalam seminggu, namun rata-rata para pasien datang dua kali seminggu.

Para petugas medis, seperti perawat umumnya belum bisa menjawab pertanyaan saya apakah ada pasien cuci darah keluar dari rumah sakit ini atau berhenti cuci darah karena ginjalnya sembuh, para parawat dan petugas medis hanya berani menjawab bahwa ada pasien yang cuci darah yang tadinya tiga kali seminggu kini sudah hanya sekali sebulan, sehingga mereka lebih leluasa dan ada waktu luang untuk aktivitas lain, seperti ber Umroh atau naik haji ke Mekah, Arab Saudi.

Seperti kata para Ustad di Radio Rodja, sakit datngnya dari Allah, karena Allah SWT ingin menaikkan derajat kita, Allah ingin agar kita bisa lebih dekat dengan dia, kalau kita bersabar bisa menghapus dosa-dosa, ibaratnya seperti mesin cuci dosa-dosa kita lagi dibersihkan dari dosa-dosa, dari pada dosa-doa kita dibesihkan di neraka, lebih berkah kalau sebelum kita mati dibersihkan dulu di dunia.

Selama cuci darah yang rata-rata dilakukan selama empat jam , lebih baik kita membaca, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Lailahaillaulah, Allahu Akbar, walahaulawalaqauwataillabiilah, secara rutin, maka kata Ustad ini yang mengutip beberapa hadist nabi Muhammad SAW dan ayat suci Al Quran, maka seluruh dosa kita akan dihapus, walau dosa kita sebanyak buih di lautan.

Kata Ustad itu, untuk menghapus dosa kita, kita ngak perlu nunggu naik haji dulu, iya kalau kita panjang umur atau kita diberi Allah rejeki dan kesehatan yang fit untuk naik Haji, sedangkan bacaan tasbih diatas segera bisa kita lakukan, selagi kita masih mampu bernafas. Baik, ketika sedang antri di rumah sakit, macet di jalan, lagi nyapu halaman dan kesempatan waktu luang lain, Insya Allah, semoga Allah SWT, memberi rezeki dan hidayah dan karunia kepada Umat Islam sedua agar mereka diberi kesempatan membaca kalimat tasbih dan tahmid di atas agar selamat di hari pembalasan dan bisa masuk Surga, seberat apapun dosa yang pernah dia lakukan , kecuali dosa shirik (menyekutukan Tuhan/menduakan Tuhan), karena dosa Syirik, hanya bisa dimaafkan Allah dengan Taubat Nasuha.

Mayoritas pasien adalah para peserta Asuransi Kesehatan (PT Askes), karena ada pensiunan pegawai negeri atau ada yang masih aktif bekerja sebagai Polisi atau tentara, atau pensiunan guru, sebagian besar lainnya peserta asuransi Badan Penyelengara Jaminan Kesehatan (BPJS) mandiri.
Khusus untuk Jaminan Kesehatan BPJS ini hendaknya masyarakat Indonesia harus hati-hati, karena minat masyarakat untuk mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS Kesehatan cukup tingggi, kini Nampak di kantor-kantor perwakilanan BPJS setempat di seluruh Indonesia, nomer antriannya mencapai ratusan orang, mungkin karena iklan yang gencar ditayangkan televisi dan radio, serta masyarakat mulai menyadarinya betapa pentingnya menjadi peserta BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, juga sudah menjadi kewajiban Masyarakat Indonesia menjadi peserta karena kewajiban Undang-undang Republik Indonesia.

Nah, di tengah maraknya antusiasme (tingginya minat) masyarakat Indonesia untuk menjadi peserta jaminan sosial ini ada saja Oknum yang memanfatkan, dengan bertindak sebagai calo atau agen Asuransi Kehatan atau Asuransi Ketenagakerjaan BPJS.

Oknum yang mengaku bernama Bapak heri (Kalau dia menelpon mengaku bernama Bapak Hery Jamsostek).
Bapak Heri ini mengaku memiliki nasabah sekitar 200 an orang warga Depok dan Jakarta.

Settiap bulan Bapak Heri ini menagih iuran Asuransi ke para nasabahnya, yang umumnya adalah para nasabah peserta Asuransi Ketenagakerjaan dan Asurasi Kesehatan PT Jamsostek,  kini beralih ke BPJS (Bekas PT Asuransi Kesehatan PT Askes)

Korban mulai berjatuhan, menjadi Korban nasabah Bapak Heri, ternyata setiap bulannya Bapak Heri ini walaupun sudah menagih iuran peserta asuransi Ketenakerjaan PT Jamsostek dan iuran peserta asuransi Kesehatan BPJS dari kliennya, tapi iuran yang sudah dikumpulkannya itu dia tidak menyetornya kembali ke BPJS.

Salah satu korbannya adalah saya sendiri, walau sempat tidak dibayar sebulan, sehingga namun dengan cepat ditanggulangi istri saya sehingga saya tetap lancar cuci darah tanpa harus membayar jutaan rupiah kalau harus membayar sendiri menjadi pasien cuci darah bila kita tanpa memiliki asuransi.

 Siti Masfufah, (51 tahun), wagra Villa Pertiwi Depok, Jawa Barat, dia menjadi korban Bapak Hei, iuran Asuransi Kesehatannya sudah lebih dari Sembilan bulan tidak disetor lagi oleh Bapak Heri, sehingga dia harus menalangi (membayar) kekurang setoran ke Asuransi PT JPPS lebih dari rp 450,000, sedangkan iuran ketenagakerjaan PT Jamsostek yang lebih dari setahun tidak pernah disetor lagi oleh Bapak Heri Jamsostek ini terpaksa tidak bisa ditalangi lagi oleh Ibu Siti Masfuhah. Karena dia yang berprofesi sebagai penjual kue donut dan kie bolu ini sudah kehabisan uang untuk terus ikut menjadi peserta Asuransi Ketenagakerjaan PT Jamsostek, juga karena putus asa, karena uang hasil keringatnya menjual kue untuk membayar iuran Asuransi Kesehatan dan Asuransi Ketenajakerjaan BPJS ngak pernah dilanjutkan atau disetorkan oleh Bapak Heri, sehingga dia ngak mampu lagi membayar iuran Asuransi ketenagakerjaan ini.

Korban serupa juga dialami Bapak Yanto, sehari-hari berprofesi sebagai tukang Ojek di Villa Pertiwi Depok. Bapak Yanto ini juga menjadi korban Bapak Heri iuran Asuransi Ketejakerjaan PT Jamsostek dan Iuran Asruansi Kesehatan BPJS walaupun sudah ditagih oleh Bapak Heri Jamsostek dari Bapak Yanto, tapi tidak disetor ke BPJS, sehingga masalahnya seperti yang juga dialami oleh ibu Siti Masfufah.

‘’Saya pernah ke rumah Bapak Heri di desa Jatijajar, Depok, Jawa Barat, bapak Heri ini, di kampungnya padahal sebagai Ketua Rukun Tetangga (Ketua RT), tetapi teganya menipu orang kecil seperti saya,’’ kata Yanto, warga Villa Pertiwi Blok OI ini.

Korban linnya juga dialmi seorang Ibu (usia 56 tahun) penjual alat-alat listrik di Villa Pertiwi sambil membeli lontong sayur dan nasi Kuning di rumah Ibu Endid, Ibu ini bercerita kalau dia telah menjadi Korban dari Bapak Heri baik sebagai peserta asuransi kesehatan , maupun asuransi ketegakerjaan. Saya ngak tahu berapa banyak korban dari ratusan nasabah yang menjadi klien Bapak Heri ini, karena yang jelas semua nasabah ini tidak satu pun yang berani lapor ke polisi karena adanya kasus kejahatan ini dan penipuan ini, karena mereka umumnya takut lapot ke polisi karena ada ‘’pameo (kesan) kita lapor telah ‘’kehilangan ayam’’ malah kita bisa hilang ‘’Kambing’’, lapor ke polisi kehilangan kambing malah hilang sapi. Artinya kalau kitamelaporkan ke polisi kita bisa mengalami misibah dan kesulitan yang lebih besar.

‘’Saya sudah catat tiga nomer hand phone milik Bapak Heri ini, nanti dia saya telpon terus,’’ kata Ibu Darius, warga Villa Pertiwi Blok o2, yang sehari-hari penjual toko kelontong, yang mengaku sudah menyetor uang Rp 230.000 ke Bapak Heri agar dia didaftarkan sebagai peserta asuansi Kesehatan BPJS, namun sudah beberapa bulan ini ngak ada kabarnya dari Bapak Heri.















No comments:

Post a Comment